Ela sengaja dinikahkan Rahim Lim karena gerah melihat kelakuan liar Ela yang hobby berpesta dan pergaulan bebas hingga ke luar negeri.
Ela bahkan pernah dua kali aborsi, akibat pergaulan bebasnya selama ini dengan kekasihnya di luar negeri.
Dua adik-adik Ela, yakni Tengku Imran dan Tengku Adnan setali tiga uang, sebagai anak milyader, kedua anak muda ini hobbynya sama, suka pesta dan main judi.
Sehingga Mr Rahim mikir, kalau kelak ia meninggal dunia, semua usaha yang sudah dia rintis dari nol ini akan bangkrut, kalau di wariskan pada ke tiga anak-anaknya ini.
Rahim Lim menilai, dengan menarik Hasim Zailani menjadi menantu, setidaknya ia bisa tenang melihat perusahaannya akan berada di tangan yang tepat.
Pernikahan tanpa dasar cinta pun di gelar sangat mewah, saking mewahnya Sembilan Raja di Malaysia ini ikut hadir sebagai undangan, termasuk Perdana Menteri Malaysia, karena semua tahu siapa Rahim Lim, salah satu orang terkaya di Malaysia dan mempuny
Hasim dan Ela juga kadung di sebut sebagai pasangan paling couple dan jadi contoh bagi siapa saja. Citra tinggi yang menahan Hasim untuk tidak tergoda main gila dengan wanita manapun.Hasim juga sadar, musuh-musuhnay lumayan banyak, terutama lawan politik serta pengusaha yang selama ini dia kalahkan dalam proyek-proyek besar.Sehingga kemana-mana Hasim tak pernah lepas dari pengawalan, walaupun dia tak pernah takut pada siapapun juga dibadannya selalu terselip pistol berizin.Namun, semuanya berubah saat seorang ART dari Indonesia bekerja di rumah besar dan mewahnya mereka ini.ART yang masih berusia 20 tahunan ini cukup cantik, mengenakan hijab dan selalu berpembawaan sopan. Sehingga disenangi semua orang di rumah ini, termasuk Ela yang kini sudah berumur 48 tahunan.Lama-lama ART yang bernama Kanah ini menjadi asisten pribadi Ela, sehingga kemanapun nyonyah besarnya ini jalan, Kanah otomatis akan selalu ikut.Dari sinilah lama-lama Hasim j
Kagetlah Brandon, dengan sikap yang langsung ia rubah biasa-biasa lagi, Brandon buru-buru bilang tak apa-apa.“Kamu panggil Rahman ke sini sekarang juga!”Mendengar perintah itu, Brandon langsung berdiri dan mengangguk hormat, ia pun keluar kamar dan memanggil Asisten Rahman, agar masuk ke dalam, karena di panggil Dato Hasim.Begitu Rahman masuk, Dato Hasim meminta keduanya duduk di hadapannya.“Rahman, kamu ceritakan penyelidikan kamu selama dua tahunan terakhir ini terkait wanita yang bernama Kanah, biar Brandon ikut mendengar!”Perasaan Brandon yang tadi sudah tenang, kini berubah tegang lagi, sedapat mungkin ia menahan dirinya agar jangan emosional atau berubah jadi salah tingkah.Rahman menganggukan kepala, ia menatap lama wajah Brandon yang langsung menundukan kepala, entah mengapa saat ini perasaannya makin tak karuan, ia seakan akan di sidang oleh dua orang ini.“Brandon…apakah kamu berasal
“Pertanyaannya, apakah si Brandon mau, aku lihat tu anak kuat sekali pendiriannya!” Dato Haim kini malah sangsi sendiri.“Dato sadar ga, kelakuannya mirip Dato waktu muda, keras kepala dan kuat pendirian?” Asisten Rahman tertawa kecil setelah ucapkan kalimat itu, ia sudah biasa bercanda dengan sang majikan ini.Dato Hasim tersenyum kecil dan bilang benar sekali, gaya Brandon yang dingin dan tak mau tahu urusan orang, bak fotocopi Dato Hasim waktu muda, hanya kalau bicara kegantengan Brandon lebih ganteng dibandingkan Dato.Kadang keduanya juga menatap Brandon yang berada agak jauh dari mereka, kembali Dato Hasim bilang gaya seperti yang dilakukan Brandon bagi Dato Hasim sama seperti melihat dirinya waktu seumuran anak muda itu.Semuanya akhirnya berubah, setelah ada kejadian tak terduga, saat itu Dato seperti biasa ingin bersantai di sebuah tempat yang sepi.Sebuah cottage mewah di pinggir pantai yang juga dimiliki Dato Hasi
Belum sampai di IGD, Brandon akhirnya ambruk juga alias pingsan di dalam mobil, banyaknya darah yang keluar dari luka bekas tembakan membuat ia tak mampu bertahan lebih lama.Apalagi jarak dari cottage ke rumah sakit lumayan lama, yakni hampir 45 menitan, sehingga Brandon tak mampu bertahan lebih lama.Konsin, pengawal Dato Hasim yang membawa Brandon langsung buru-buru memanggil tenaga medis dan Brandon pun dipindahkan ke dipan rumah sakit dan di bawa langsung ke ruang perawatan darurat, sekaligus masuk ruang operasi.Sesuai perintah Dato Hasim yang diteruskan Asisten Rahman ke Pengawal Konsin, Brandon langsung di operasi saat itu juga, agar hal-hal yang tidak diinginkan bisa dihindari.Namun, satu hal yang tak Brandon ketahui, Konsin juga berbisik pada dokter di rumah sakit itu, agar mengambil sampel darah Brandon sekaligus sampel rambut, sebagai bahan tes DNA.Dato Hasim secara cerdik memerintahkan Asisten Rahman agar melakukan hal ini, di saat B
Brandon kembali tertunduk, ia benar-benar bingung apa yang harus diperbuat kini, orang tua yang berada di depannya saat ini adalah ayah biologisnya, tak ada keraguan lagi, di tambah dengan hasi tes DNA yang menyatakan 99,9 % Brandon adalah anak kandung Dato Hasim.“Jawablah Brandon, jangan hanya diam!” desak Dato Hasim lagi, kali ini suaranya malah agak tegas, seakan meminta Brandon jangan lagi berbohong tentang jati dirinya selama ini.“A-aku…!”“Apa kamu malu memiliki seorang ayah seperti aku?” desak Dato Hasim lagi.Brandon langsung menggelengkan kepalanya, dia mengangkat wajahnya tapi buru-buru ditundukan lagi, tatapan tajam dari Dato Hasim membuat dia seakan takluk.“Lalu apa…tak tahukah kamu, bertahun-tahun aku mencari kamu dan ibu kamu, sampai putus asa, karena jejak kalian bak hilang di telan bumi, namun ketika kamu sudah berada di dekatku selama tiga bulanan lebih ini, kamu tetap bers
Seminggu kemudian…Brandon kini terkaget-kaget, saat akan meninggalkan rumah sakit dia sudah di sambut seorang pejabat rumah sakit yang belakangan ia baru tahu kalau pria itu Direktur Utama rumah sakit ini.Dua pengawal yang setia menjaga dirinya selama di rumah sakit menunduk hormat padanya dan mempersilahkan Brandon masuk ke mobil mewah yang sudah standy di lobby rumah sakit.Bahkan para dokter yang selama ini merawatnya juga menunduk dalam-dalam, tanda hormat padanya, tentu saja para dokter sudah tahu semua berdasarkan ucapan Asisten Rahman, kalau Brandon adalah anak kandung Dato Hasim.Sehingga sejak saat itulah perubahan terjadi, Brandon dianggap bak raja yang sedang di rawat, harus terus di pantau setiap detik kesehatannya.Brandon langsung di bawa kembali ke rumah Dato Hasim, saat sampai di pintu gerbang, Brandon kini merasa aneh, karena penjagaan di rumah Dato Hasim makin di perketat, bukan hanya para pengawal yang berjaga, tapi juga
Mata Brandon benar-benar masih berkunang-kunang, ia sudah tak mendengarkan lagi penjabaran dari Pengacara Witan yang menjelaskan detil-detil harta milik Dato Hasim. Sampai akhirnya Witan selesai membacakan semuanya, Brandon masih seakan bermimpi.“Tengku Brandon…tolong segera tanda tangani berkas-berkas yang sudah ada di depan Tengku,” Witan menatap wajah Brandon yang bengong tersebut, sampai-sampai Ina, salah satu staf Witan terdiam lama menunggu, karena Brandon belum juga bereaksi untuk meneken berkas tersebut, ia masih seakan bermimpi dengan warisan luar biasa ini.“Brandon, kamu dengar bukan apa yang dikatakan Pengacara Witan?”Barulah Brandon kaget ketika mendengar suara Dato Hasim ini, ia menoleh lalu menatap pengacara Witan, kemudian beralih ke Asisten Rahman, kesadarannya berangsur-angsur pulih dan ia kini bukan berada di dunia mimpi, tapi di alam nyata, di depannya sudah ada setumpuk berkas maha penting yang harus tanda ta
Lima hari kemudian, kesibukan luar biasa terjadi di kantor Hasim Holdings Ltd, Kuala Lumpur, semua direktur yang berjumlah 25 orang berkumpul, di undangan hanya tertulis rapat sangat penting dan tak bisa diwakilkan pada siapapun.Bahkan ada 10 direktur yang sedang berada di luar negeri langsung pulang cepat, begitu mendapatkan pemberitahuan kalau ada rapat mendadak yang maha penting.Mereka sudah hapal, kalau sampai tak hadir di rapat begini, resiko pemecatan sudah membayang, karena Dato Hasim adalah tipikal Presiden Direktur yang sangat tegas, baginya apapun kesibukan, kalau ia sudah ingin mereka berkumpul, maka wajib datang, apapun kesibukan.25 direktur dengan pakaian jas resmi yang mahal dan ditambah parfum-parfum kelas satu sudah duduk rapi di ruangan megah khusus di kantor utama ini.Dari 25 orang ini, terdapat lima orang wanita, pakaian mereka sangat styles dan tentu saja kekinian, usia mereka pun rata-rata masih muda, yakni paling tua 38 tahun dan
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman