Pistol Aldot langsung dilucuti, dia juga di dorong masuk ke sebuah mobil van, termasuk Angelina. Mereka mendorong dengan kasar tubuh Aldot dan Angelina agar masuk ke dalam mobil van ini.“Hmm gatal banget tanganku ingin tembak kepala ni orang!” ceplos pria yang menodong Aldot tadi.“Sabar bro, si Madam Luna emank aneh, maunya dia ingin menyiksa dulu, baru menembak langsung batok kepalanya…tapi dua juga sekalian mau minta tebusan, kata si Madam setelah ini kita pensiun dan menikmati hasilnya, kakap ini coiii!” sahut rekannya pelan, sambil menutup mata Aldot dan Angelina serta mengikat tangan keduanya ini.Angelina yang tadi bawel kini tak bisa bicara lagi setelah mulutnya di sumpal dengan lakban, dan tangannya di ikat.Aldot kini hanya diam saja, dia ingin tahu akan di bawa kemana bersama Angelina. Dan soal minta tebusan tadi, Aldot paham, agaknya mereka akan memeras dirinya dan pastinya ayahnya.“Pantas mereka menculikku, tak langsung menembak, rupanya mereka akan minta tebusan, cerdi
Dengan wajah masih bengap Aldot kini bertemu Kapolda Metro Jaya, Irjen Basil. “Jadi kamu mau minta pindah ke kota ya..?” Irjen Basil menatap wajah bekas anak buahnya yang sudah bertugas hampir 6 bulanan di pedalaman Sukabumi ini.“Iyah…begitulah komandan…!” jawab Aldot singkat.“Kamu mau nggak bersabar 2,5 bulanan lagi…?” ceplos Irjen Basil sambil menatap wajah dingin pemuda ini, yang hanya mengangguk.“Nanti aku akan telpon Kapolda Jabar, agar kamu dipindah, sabar yaa…!” Aldot mengangguk mendengar ucapan kapolda ini, dan ia tak lagi bertanya apapun.Irjen Basil sampai geleng-geleng kepala menatap wajah tampan pemuda yang bonyok ini, dan yang bikin dia makin ngeri, dari laporan anak buahnya, 5 orang dan sang gembongnya Madam Luna yang menculik dan menyiksanya tak ada yang selamat, semuanya tewas di tembak polisi muda ini.“Permisi jenderal, ini pistol pa Aldot, sudah di periksa,” ajudan Irjen Basil masuk sambil menyerahkan dua pistol milik Aldot, sesuai prosedur, senjata yang sudah di
Setelah sembuh dan masa cutinya habis, Aldot dan Eneng kembali ke Kecamatan Cicangi, tempatnya bertugas. Hubungan keduanya tetap berlanjut tanpa halangan, kecuali Eneng kedatangan tamu bulanan.Sebulan kemudian, suatu hari saat Aldot sedang santai di ruang kerjanya, dia mendengar suara tangis di bagian pelaporan.Aldot pun keluar dan kaget melihat seorang wanita muda yang wajahnya lebam, seperti habis di pukuli, suaranya terisak-isak.Dia terlihat membuat laporan yang ditangani Brida Joko. “Ibu kenapa, kok wajahnya sampai begitu?” Aldot bertanya sambil berdiri di dekat ibu muda itu, yang ditaksirnya paling seumuran Eneng, wajahnya pun terlihat cantik, walaupun biru dan agak bengkak.“Suami saya pa polisi, saya di pukulinya, ini sudah yang ke sekian kalinya!” mendengar ada lelaki memukuli wanita, entah mengapa jiwa bengis Aldot langsung bangkit.“Hmm...begitu, lantas ibu mau saya apakan suaminya, saya tembak atau saya penjarakan saja?” kagetlah si ibu muda ini mendengar ucapan Aldot be
Saat aseek bercakap, Tika memanggil ibunya, ternyata Tika ingin memeriksakan wajahnya ke dokter, karena terdengar dia bilang wajahnya berasa sakit, akibat kena KDRT Bonar, suaminya, yang kini sudah di bawa anak buah Aldot ke Polsek. Aldot mendengar suara pelan Tante Pradita yang bilang uang yang ada di dompetnya hanya tinggal 100 ribu.“Bisakah di kompres saja Tika, ibu hanya punya uang segitu, itu pun sisa gajian minggu yang lalu, kan gaji ibu habis beli sembako juga susu anak kamu itu!” kembali terdengar sayup-sayup suara tante Pradita.Tika terdengar menghela nafas, Aldot lalu diam-diam pergi dan tanpa sepengetahuan ibu dan anak itu, si Kapolsek muda ini menaruh uang yang ada di dompetnya, nilainya hampir 3,5 juta, pecahan 100 ribuan.Aldot sempat menulis surat singkat, kalau ia buru-buru harus ke Polsek, karena akan menginterogasi si Bonar, ia juga menulis kalau Tika dan Tante Pradita perlu apa-apa jangan sungkan datang ke Polsek menemuinya.Mendengar suara mobil berbunyi, Tika b
Tika seakan tak menyadari mata Aldot yang nanar menatap aktivitasnya memberi ASI anaknya ini yang dengan lahap menyantap makanan paling bergizi buat semua bayi di dunia ini.“Umurnya berapa Tika kok masih minum ASI!” ceplos Aldot, hingga Tika baru kaget dan buru-buru menutupi dadanya yang tadi terbuka, wajahnya sempat memerah, karena tak sadar kalau kelakuannya diperhatikan Aldot sejak tadi.“Umurnya masih 1 tahun 9 bulan, rencana kalau pas 2 tahun akan di stop ASI nya,” sahut Tika malu-malu.Aldot jadi gelisah sendiri, apalagi sudah 4 hari ia dan Eneng tak berhubungan, karena sang ART sedang ada tamu bulanan.“Tika, boleh numpang ke toilet..?” diam-diam Aldot kini mulai jalankan akal bulus, begitulah kalau otak sudah ‘rusak’ segala trik di jalankan, dan Aldot salah satunya.“Boleh pak, mari saya antar, kebetulan toilet di belakang lagi renovasi, jadi masuk saja ke kamar saya pa, ada toiletnya, mari pak!” sahut Tika tanpa curiga sedikitpun.“Tak apa nih masuk kamar…?” si fuckboy muda
Sudah bisa di tebak, 3 hari kemudian, Tika yang mempunyai nafsu tinggi sore-sore, sengaja mendatangi Aldot di rumah dinasnya. Keduanya kembali bercinta sampai puas, Eneng tentu saja tahu kalau Aldot dan Tika bercinta di rumah ini, tapi Eneng hanya tersenyum, karena dia sudah tahu sifat sang komandan tampan ini, yakni tak ada hati, hanya nafsu semata. Eneng yang masih halangan diam-diam malah suka kini Aldot dapat partner bercinta yang baru. “Minimal aku nggak keramas dua kali sehari lagi, udah ada yang bantuin aku” batin Eneng tertawa sendiri. Namun Aldot memang punya bakat fuckboy kakap, di lain hari ia malah lebih gelo lagi, ia memanggil Eneng masuk kamar dan bergabung bersama. Eneng kaget juga melihat Aldot dan Tika yang sama-sama polos, tapi Aldot tak peduli, dia menarik Eneng dan menindihnya di samping Tika sambil melucuti pakaian ART nya. Dan kedua janda ini pun awalnya malu-malu harus melayani Aldot berdua sekaligus di rumah dinas ini. Untungnya, rumah dinas ini agak jau
“Selamat siang pa Bahur, saya Aldot…mohon maaf, apakah tidak sebaiknya kita bicara baik-baik,” Aldot mencoba berdiplomasi.Karena Aldot hampir tertawa melihat Bahur yang berbadan kurus dan sudah tua ini, tak mungkin Aldot menghadapinya dengan kekerasan, seperti yang ia lakukan selama ini.Saat melihat rumah ini, kondisi rumah inipun tak terlalu mewah, sedang saja, tapi di bangun permanen, catnya pun sudah agak kusam, tapi tanah itu lumayan luas, terlihat dari pagarnya berdiri kokoh di sekeliling rumah ini.“Hmmm si Resa bawa polisi ternyata yaa…sudah kubilang rumah ini sejak dulu di berikan bang Bahar padaku, si Resa ini ngotot saja, dia itu anak haram si Winah, bukan anak kandung abangku itu, jadi dia tak berhak atas rumah ini!” sahut Bahur dengan emosi tinggi.Kaget juga Aldot, ternyata sangat rumit hubungan keluarga Resa dan Bahur ini.Aldot sempat terdiam beberapa saat, tapi tak mungkin ia menoleh ke Resa, karena di depannya Bahur masih menghunus goloknya.Resa hanya berdiri di sa
Aldot lalu memanggil istri Bahur dan dia sempat menatap 3 anak nya, terlihat kuyu seperti belum makan.“Bibi…kenapa anak kamu seperti loyo itu…apakah mereka sakit?”“Iya…saya nggak punya uang buat beli lauk, beras masih ada…milik ibu Resa itu, tapi lauknya tak ada!” istri Bahur lalu menunduk.Aldot langsung mencabut dompetnya dan ada uang di dompetnya hampir 3 jutaan, Aldot memang selalu bawa duit sampai hampir penuh dompetnya.Seluruh uang itu ia serahkan ke istri Bahur. “Ini uang, belilah lauk kasian anak-anak bibi kelaparan begitu, sementara di sini saja dulu ya, tenang saja paman Bahur akan pulang secepatnya, aku jamin tak akan apa-apa!” Istri Bahur ini sampai ingin bersujud saking senangnya menerima pemberian Aldot ini.Aldot dan Tante Ira kemudian berlalu dan kini kedua mobil ini menuju ke rumahnya yang besar dan megah di kampung ini.Saking penasarannya dengan Aldot, Tante Ira numpang ke mobil Aldot dan Resa yang juga di mobil ini, Resa tentu ikutan terbelalak saat tahu siapa
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman