Aldot lalu memanggil istri Bahur dan dia sempat menatap 3 anak nya, terlihat kuyu seperti belum makan.“Bibi…kenapa anak kamu seperti loyo itu…apakah mereka sakit?”“Iya…saya nggak punya uang buat beli lauk, beras masih ada…milik ibu Resa itu, tapi lauknya tak ada!” istri Bahur lalu menunduk.Aldot langsung mencabut dompetnya dan ada uang di dompetnya hampir 3 jutaan, Aldot memang selalu bawa duit sampai hampir penuh dompetnya.Seluruh uang itu ia serahkan ke istri Bahur. “Ini uang, belilah lauk kasian anak-anak bibi kelaparan begitu, sementara di sini saja dulu ya, tenang saja paman Bahur akan pulang secepatnya, aku jamin tak akan apa-apa!” Istri Bahur ini sampai ingin bersujud saking senangnya menerima pemberian Aldot ini.Aldot dan Tante Ira kemudian berlalu dan kini kedua mobil ini menuju ke rumahnya yang besar dan megah di kampung ini.Saking penasarannya dengan Aldot, Tante Ira numpang ke mobil Aldot dan Resa yang juga di mobil ini, Resa tentu ikutan terbelalak saat tahu siapa
Aldot sengaja mengancam begitu, ia tak ingin pemberiannya sia-sia kelak, apalagi saat ingat istri dan 3 anak-anaknya yang masih kecil tersebut sampai kelaparan.Bahur melongo, hampir tak percaya telinganya mendengar ucapan Aldot barusan, matanya kejap-kejap melihat satu kresek uang di depan hidungnya.Tiba-tiba Bahur sambil menangis bersujud di hadapan Aldot, lalu bersumpah kalau sampai kumat lagi main judi, dia rela nyawanya diambil saat itu juga.“Iya…pulanglah…kasian anak-anak dan istri paman menunggu di rumah, ingat paman sudah bersumpah saya saksinya!” kembali Aldot mengingatkan Bahur yang mengangguk sampai membenturkan dahinya ke lantai.Bahur terus saja sesenggukan saat naik mobil dan diantar Bripda Anwar pulang, dia sampai gemetar memegang uang 100 juta, karena seumur-umur baru kali ini memegang duit sebanyak itu.Saat menjual rumah orang tuanya dulu, hanya laku 35 juta, itupun langsung di potong hutang dan sisanya ludes di bawa main judi.Besoknya Bahur datang lagi namun kali
Aldot kembali menatap foto lama seorang perempuan muda berukuran 10 R, Aldot sampai berdiri menatap foto itu dan ada seorang anak kecil laki-laki, dengan baju seragam sekolah dasar.Yang bikin Aldot sampai trenyuh, sepatu anak kecil terlihat sobek di depan hingga jempol kaki kananya terlihat, bahkan celananya juga seperti ada tambalan di paha. Walaupun dinding rumah ini baru di cat, ternyata foto itu sengaja kembali di letakan di sana.“Kok mirip aku waktu kecil, apakah ini foto nenek Kanah dan anak kecil ini papa?” batin Aldot…dan jawabannya terdengar dari mulut Resa.“Mas…foto itu adalah nenek kandung kamu, dan anak kecil yang berdiri di samping itu ayah kamu,” tiba-tiba Resa sudah berdiri di samping Aldot.Aldot menoleh ke samping, kebetulan Resa juga menatapnya, Resa tinggi semampai hingga sebahu Aldot.“Papa…nenek….kasian sekali papa waktu kecil…sampai sepatu sekolah boncos begitu!” gumam Aldot, hingga Resa tersenyum mendengarnya.“Sekarang…jangankan beli satu lusin sepatu, pabri
“Moga saja aku tak hamil…kalau sampai hamil…apa boleh buat resiko akan ku terima, tak mungkin ku minta Aldot bertanggung jawab!” batin Resa, dia pun akhirnya tertidur disamping Aldot dan malas memikirkan soal itu.Segala sesuatu kalau sudah merasa keenakan, tentunya ingin mengulang lagi, setelah hampir satu jam ketiduran, Resa terpaksa pasrah lagi saat melihat kepala pemuda tampan ini kembali berada di sela-sela pahanya dan otomatis membangkitkan hasratnya kembali mengulang apa yang tadi mereka lakukan.Dan kembali untuk yang kedua kalinya rahimnya kena siram pemuda ini, lagi-lagi Resa tak berusaha mencegah dan dia hanya pasrah, karena diapun sangat menikmati itu.Dan percintaan berakhir setelah hampir jam 3 sore, Aldot pun pamit pulang dan berjanji akan datang lagi, Resa hanya mengangguk lemah karena sangat kecapekan, sambil mencubit hidung mancung pemuda ini, mereka pun berciuman lembut.Sejak saat itulah, Aldot akhirnya jadi rutin menemui Resa, dibandingkan dengan Tika dan Eneng, A
“Lhoo itu kan bang Aldot, kok udah di Jakarta aja, kenapa nggak ke rumah, lihat momi…pah, dia gandeng siapa tu, wanita cantik banget!” ceplos Sarah, hingga Brandon dan Sandrina menoleh ke arah Aldot dan Resa.Sandrina pastinya kagum juga dengan kecantikan dan ke anggunan Resa, tapi dia menggernyitkan dahi melihat Resa yang pastinya jauh lebih tua dar Aldot. Pakaian Resa juga terlihat sopan dan tidak menonjolkan body berlebihan.Sarah lalu berlari kecil menghampiri Aldot dan Resa, setelah berbincang sebentar, Sarah terlihat menarik tangan abang nya ini agar bergabung dengan kedua orang tua mereka di restoran mewah ini.Resa yang masih dipegang tangannya oleh Aldot mau tak mau mengikuti langkah Sarah. Setelah duduk berhadapan, Resa langsung menunduk, saat mata tajam kedua orangtua Aldot menatapnya.Keder bukan main Resa melihat mewah dan aritokratnya penampilan kedua orang tua kekasihnya, terutama Sandrina yang ternyata sangat mirip Sarah, ibu kandung AldotResa sudah tahu kalau Sandrin
Kita tarik kembali ke Aldot yang kini kembali bertugas di Mabes Polri, dua balok sudah di sandangnya, kini dia di tempatkan di bagian reserse.Sejak perpisahan dengan Resa, kembali Aldot harus kecewa yang kedua kalinya, kalau dulu dengan Kania, kini dengan Resa.Namun Aldot bukan tipikal pria yang gampang tergelincir, dia menyibukan diri dengan berbagai kegiatan positif.Menghibur diri agar jangan terlalu larut dengan perasaannya yang berasa hampa setelah Resa pergi. Hubungannya dengan Angelina tetap tak berubah, yakni bak adiknya sendiri, sehingga Aldot tak pernah mau memaksakan harus mencintai gadis tomboy jelita ini.Suatu hari, sore yang mendung…!Aldot kini duduk berhadapan dengan Brandon ayahnya, setelah menemani sang ayah ini latihan menembak, tak ada yang berani mengganggu anak beranak ini bicara, termasuk Bang Jack, sang pemilik sasana menembak ini, merangkap sasana gym.Brandon dan Aldot merupakan dua member VVIP yang kuasanya bahkan mengalahkan Bang Jack, sang pemilik.“Jad
Marcia mengantar Aldot sampai ke mobil carterannya, lalu Aldot pun permisi dan keduanya pun berpisah. Walaupun kagum dengan kecantikan Marcia.Tapi Aldot tak ingin memperlihatkan sikap fucboynya, apalagi Marcia terlihat berkelas dan anggun serta sangat di hormati sales-sales lainnya.Ternyata Marcia salah seorang sales marketing senior di sini, dia kepalanya dan membawahi hampir 15 orang sales lainnya.Malamnya Aldot tak kemana-mana, dia hanya jalan-jalan di sekitaran hotel dan melihat-lihat kota ini.“Hmm…kota ini bak perusahaan saja, di mana-mana lalu lalang mobil perusahaan,” batin Aldot.Aldot mampir di sebuah warung kopi dan terdapat 3 orang yang berbaju perusahaan aseek ngobrol sambil ngopi, awalnya Aldot tak begitu tertarik dengan obrolan mereka, namun ia mulai tertarik saat mendengar omongan mereka.“Jadi desa itu mau di gusur ya, gara-gara perusahaan batubara mau memerluas usahanya!”“Iya, malah warga selalu di teror, karena satu tokoh diikuti puluhan warganya menolak pindah,
Ditemani Marcia, Aldot melihat apartemen yang mau di jual, dari dua apartemen ini, Ryan akhirnya memilih yang paling mahal, yang harganya hampir 750 juta, karena apartemen ini sudah lengkap, tinggal di tempati.Dan lagi-lagi Marcia melongo saat Ryan membelinya dengan cash, tanpa mau kredit, Kedatangan Marcia juga sambil menyerahkan mobil yang dibeli Aldot sehari sebelumnya dan sudah di beri riben, sesuai permintaan Aldot sebelumnya.“Kamu tinggal di mana Marcia..?”“Aku hanya ngekos bang, aslinya aku tinggal di Banjarmasin, di sini kan karena tugas dari kantor, aku baru 6 bulanan loh, nggak kuat kalau tinggal di apartemen, bayarannya mehong, lhaa gajiku mana cukup!” seloroh Marcia tertawa berderai hingga gigi putihnya terlihat jelas dengan lidah merah.Aldot tersenyum saja, gaya cool nya kini keluar lagi, setelah kecewa dengan cintanya yang gagal kembali untuk yang kedua kalinya dengan Resa, setelah sebelumnya dengan Kania.“Eh bang, kerjanya apa sih selain jadi aparat, kok hanya pol
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman