Awalnya Sandrina, Sarah dan Aldot bingung, kenapa Brandon tiba-tiba merubah rute mereka, dari Swiss ke menuju ke Roma. Setelah Brandon menjelaskan ini dan itu, semuanya akhirnya memakluminya, kini mereka sengaja naik kereta api cepat menuju ke Roma, ibukota Italia. Brandon tentu saja memilih tiket VIP untuk perjalanan yang di tempuh dengan jarak lebih dari 4 jam ini. Namun mulai dari keluar hotel, hingga masuk kereta api cepat ini, Brandon merasa ada seseorang yang terus mengikuti mereka. Namun instingnya itu ia simpan dalam hati, karena tak ingin membuat anak-anak dan istrinya jadi khawatir, sehingga mengacaukan liburan mereka. Begitu masuk dalam kereta api cepat, Brandon dan Sandrina lebih aseek melihat kelakuan dua bersaudara ini. Kelakuan Sarah dan Aldot yang terlihat sangat kompak ini membuat kedua suami istri ini sangat bahagia, dan berharap dua bersaudara ini terus akur sampai dewasa. Setelah lebih satu jam, Aldot dan Sarah juga Sandrina terlihat mengantuk, Brandon lalu kel
Aldot kini kembali aseek bercanda dengan Sarah, Brandon sama sekali tak tahu apa yang dilakukan anaknya ini, ia pun tak pernah berpikir yang aneh-aneh, karena Aldot dianggapnya masih anak-anak, walaupun sudah akil baligh dan usianya sebentar lagi 14 tahun.Hanya saja, saat sampai di station kereta api di Roma, Brandon kaget saat si kapten kereta api cepat menghampirinya, dan bilang kalau penjahat itu sudah tak lagi di ruangan mana mereka mengamankannya alias kabur.Bahkan polisi sampai menyusuri semua gerbong kereta api, tapi tidak menemukan pembunuh bayaran ini, saat bicara, tiba-tiba datang seorang anak buahnya dan memperlihatkan tayangan video CCTV melalui ponsel.Kapten ini kaget, lalu memperlihatkan pada Brandon. “Apakah penjahat itu loncat sendiri dari pintu darurat itu?” tanya si Kapten pada Brandon, saat melihat tayangan singkat itu, di mana penjahat ini melayang keluar dari pintu darurat, tangan dan kakinya juga sudah tidak terikat lagi.Brandon terdiam, ia pun sama bingungny
Dengan alasan mau bertemu seseorang, Brandon pergi meninggalkan anak-anak dan istrinya, dia sudah berencana hari ini akan menyatroni sarang Dato Farhan, berdasarkan informasi yang Nasir sampaikan saat di Paris sebelumnya.Sehari sebelumnya, Brandon sudah melakukan survey di mana lokasi Dato Farhan, Sandrina paham kalau suaminya ini punya agenda besar yang sangat membahayakan. Dia hanya menenangkan hati, agar kali ini suaminya sukses membekuk musuh besarnya dan pulang dengan selamat.Dulu saat mengetahui dirinya hamil, Sandrina sengaja menjauh dari pria ini, karena takut keselamatannya dan juga janin yang dia kandung akan terimbas, dia tentu sudah tahu bagaimana dua mantan istri Brandon, Kelly dan Sarah berakhir tragis beberapa tahun yang lalu.Sandrina pastinya tak ingin bernasib sama, namun jodoh memang tak bisa dihindari, secara tak terduga anaknya Sarah yang merupakan anaknya bersama Brandon malah bertemu dan kini diapun sudah jadi istri sah Brandon.“Tak ada gunanya dilarang, past
“Duppp…!” sebuah tembakan langsung mengenai paha Dato Farhan, hingga musuh besarnya ini terjengkang dengan paha bolong kena tembakan.Dato Farhan langsung mengumpat habis-habisan, karena kakinya bikin dia tak bisa berdiri lagi saat ini, apalagi sakitnya bukan main, darah sampai membasahi jas mewahnya.Selanjutnya Brandon berbalik cepat dan dua orang yang berusaha masuk tak sempat lagi menghindar, dua peluru bersarang di badan mereka dan rebah terlentang di depan pintu tersebut.Selanjut rentetan tembakan terdengar, sehingga Brandon langsung melompat dan bersembunyi, menghindari tembakan ini.Saat itulah ia melihat Dato Farhan sedang merangkak menuju ke jalan keluar, Brandon langsung membidik dan tembakannya mengenai punggung musuh besarnya itu, dan Dato Farhan tergeletak, antar hidup dan mati.Brandon mencabut pistol keduanya, kini dia menyongsong 3 orang yang masuk lagi dan sempat kaget melihat Dato Farhan yang tergeletak di dekat pintu, tak jauh dari tubuhnya ada dua orang pengawal
Dua tahun kemudian…!Tinggi tubuh Aldot Brandon Hasim Zailani menjulang bak anak kuliahan, Aldot yang belum genap 17 tahun ini, baru saja naik ke kelas 13 di sebuah SMU negeri ini sudah hampir sama dengan Brandon. Tubuhnya walaupun terlihat kurus tapi kokoh dan kuat, berkat latihan beladiri dan renang yang rutin dia lakukan sejak kecil.Anehnya, walaupun punya kendaraan yang bak show room di rumah orang tuanya, Aldot lebih suka naik kendaraan umum dan sesekali naik taksi.Penampilannya pun sederhana, tak menggambarkan anak seorang crazy rich dan punya uang tak berseri.Brandon tak pernah bertanya kenapa anaknya ini begitu, hanya Sandrina, ibu sambungnya yang sering bawel melihat gaya nyentrik Aldot.Namun Aldot selalu beralasan, usianya belum genap 17 tahunan, sehingga belum saatnya bawa kendaraan sendiri, padahal dia sudah sangat mahir nyiter, karena dia sering ikut latihan balapan di Sentul.Semenjak Brandon dan Sandrina menikah, suami istri ini sudah memutuskan tinggal di Jakarta.
Semua orang menatap aneh, ada seorang pelajar tampan dan dua bule cantik yang sedang santai di sebuah kafe elit. Penampilan Aldot yang tampan manis bak bintang drakor, cukup serasi dengan dua bule berambut jagung ini.Apalagi saat melihat tubuh jangkung Aldot yang hampir 185 cm ini, tak ada yang mengira kalau dia masih belum genap 17 tahun. Hanya bajunya yang masih seragam sekolah, menandakan dia masih siswa SMU.Penampilan Glency dan Lisa juga sangat menarik, dengan celana selutut dan kaos ketat membuat dada keduanya membusung, hingga semua orang mau tak mau bakal menatap keduanya dengan mata melotot, di tambah kulit keduanya yang putih bak kapas, khas orang Rusia dan mata yang biru.Glency dan Lisa ternyata berusia sebaya, yakni 21 tahunan, dan masih kuliah, mereka kini memandang kagum pada remaja tampan ini, keduanya juga makin kaget saat tahu usia Aldot belum genap 17 tahun, alias kurang dari 1 bulan lagi.“Kamu hebat Aldot, jago banget, 5 orang bersenjata tajam berhasil kamu sika
Brandon ternyata hanya melintas tanpa sekalipun melihat anaknya, Kania malah melempar senyum pada Brandon, tapi pria dingin ini tak menoleh ke arah Kania ataupun Aldot, Brandon terlihat aseek berbincang dengan dua orang di sampingnya.“Aldot…kayaknya aku kenal si Om itu?” bisik Kania sambil melihat punggung Aldot yang berjalan bersama dua orang yang tadi sama-sama nongkrong di kafe.“Kenal…kenal dimana Kania?” tanya Aldot keheranan, sekaligus agak deg-degan, kalau-kalau kebohongannya terbongkar.“Kalau nggak salah, si Om itu pernah berkunjung ke rumahku, bertemu dengan papah, dia itu kata papah pengusaha besar dan orangnya memang sangat tertutup dan hanya orang tertentu yang bisa bertemu dengannya, kalau nggak salah namanya…emm…Brandon Zailani!”Aldot terlihat mangut-mangut saja, tak membantah ataupun bertanya lebih lanjut. Setelah hampir satu jam di kafe, Kania akhirnya mengantar Aldot pulang dan menurunkannya di Jalan TB Simatupang.“Malam minggu datang donk ke rumahku?” pinta Kania
Glency dan Lisa langsung memeluk Aldot saat remaja ini masuk ke datang pub dan lalu menuju meja kedua gadis Rusia ini. Malam minggu pub mewah ini lumayan rame dengan kedatangan pengunjung, yang rata-rata berusia muda, tak jauh usianya dari mereka bertiga.Aldot yang gabut gara-gara penolakan Tante Ima ikut-ikutan minum wine, hingga kepalanya pusing, sehingga ia mandah saja saat Glency dan Lisa tanpa segan memeluk dan menciuminya, sambil mendengarkan house music dari seorang DJ terkenal.Tanpa Aldot duga, Bram yang juga gabut gara-gara Kania menolak jalan bersamanya, terbelalak melihat Aldot aseek dengan dua gadis bule cantik di pub.“Hmmm…walaupun pendiam, tapi playboy kakap, ku kira cupu, ternyata suhu…bule lagi kekasihnya, ckckc…sampai 2 orang sekaligus!” batin Bram dengki sekaligus kaget.Diam-diam Bram pun memfoto dan memvideokan aksi Aldot ini, setelahnya dia tersenyum puas dan kini dia aseek bersama beberapa ladies cantik, tak kalah dengan Aldot dia tarik 3 wanita cantik sekalig
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman