Brandon menganggukan kepala paham, setelah orang yang ia piting ini mengatakan siapa yang mengorder mereka. Brandon mencatat dalam hati nama orang tersebut.Orang ini pingsan seketika, setelah satu pukulan keras Brandon arahkan ke bagian belakang lehernya, setelah itu Brandon pun menelpon AKBP Ruslan dan menceritakan apa yang barusan dia lakukan.AKBP Ruslan terkaget-kaget dan bilang siap lalu berkata langsung meluncur ke TPK, bagaimana tak kaget tangan kanan Komjen Polisi Anang Marjono ini, saat Brandon bilang kalau terlambat, dua penjahat yang sudah ia lumpuhkan akan mati kehabisan darah. Brandon lalu mengajak Sandrina pergi dari sana, tidak ada warga yang berani mendekat, tak lama datanglah AKBP Ruslan dan 5 anak buahnya. Perwira polisi ini hanya geleng-geleng kepala melihat kekejaman Brandon, ia memerintahkan keduanya di bawa segera ke rumah sakit, lalu kelak akan di interogasi setelah sembuh.Sepanjang jalan Sandrina bak trauma melihat perkelahian Brandon barusan, tak pernah di
Setelah 3 hari bersama, Brandon lalu mengantar Sandrina dan Ila, Sekretarisnya ke Kuala Lumpur dengan private jetnya, selain keperluan kantor, Brandon juga ingin menjenguk anaknya Aldot, yang sudah hampir setahun tak dia temui semenjak kematian Kelly dan Sarah. Kangen juga dia dengan anak tunggalnya bersama Sarah tersebut.Saat masuk ke private jetnya, Tiara yang masih tetap jadi pramugari kaget melihat Sandrina, kaget pertama tentu saja melihat gadis cantik ini bak pinang di belah dua dengan mendiang Sarah, kaget yang kedua, seingatnya dulu Gea yang di bawa, kali ini malah mengandeng Sandrina, malah terlihat lebih mesra dari Gea.Namun semua kekagetan itu hanya dia simpan di dalam hati, tentu saja Tiara tak berani bertanya pada sang crazy rich yang tampan dan dingin ini.Tak jauh bedanya dengan Gea, Sandrina juga cukup ramah dan bicara akrab dengan Tiara, setelah berkenalan, keduanya terlihat cocok satu sama lain, Ila sekretarisnya sesekali ikut nimbrung dan mereka terlihat rame bers
Dalam perjalanan pulang kembali ke hotel Brandon senyum kecil, saat Robert Junior sempat salah sebut nama ibunda Sarah, yang seharusnya Maulida, malah menyebut Mak Cik Lora yang merupakan mantan ART keluarga Asisten Rahman, sebagai ibunda mendiang istri keduanya tersebut.Yang juga istri dari Asisten Rahman dan sempat di sekap Mr Bhat, sehingga mantan musuhnya itu sempat mengira Sarah anak biologisnya, sebelum akhirnya Asisten Rahman bongkar fakta mengejutkan, kalau Sarah itu anaknya sendiri.“Mungkin faktor usia!” batin Brandon memaklumi kesalahan ayah Sandrina ini.Namun anehnya, sampai Brandon pulang Sandrina tak keluar kamar, ia juga tak enak berlama-lama, apalagi setelah mendengar omongan terakhir Robert, ayah Sandrina, agar dia jangan mengecewakan hati anak tunggalnya itu.Begitu masuk lobby, Brandon kaget melihat Tiara yang juga baru datang, agaknya gadis itu baru belanja, sebab di tangannya terdapat bag belanjaan.“Malam pa,” sapa Tiara dengan senyum manisnya.“Tiara, kamu ter
Tembakan Brandon tepat bersarang di paha penembak jitu tersebut, semua orang kini sudah menyingkir semua, takut terlibat dan pastinya takut kena peluru nyasar.Brandon berjalan pelan mendekati orang ini, begitu dekat, Brandon langsung menyepak perutnya dengan keras, hingga se penembak jitu ini terlentang, lalu Brandon menginjak dadanya.“Siapa yang mengorder kamu!” suara Brandon terdengar pelan, tapi yang bikin ngeri tentu saja todongan pistol yang mengarah ke wajahnya.Orang ini terlihat tertawa kecil, akibatnya sebuah tembakan meletus dan kini paha di kaki satunya, sehingga kedua kakinya sudah dua biji peluru bersarang di kaki. Dia langsung melolong kesakitan, hingga semua orang yang melihat adegan itu ketakutan sendiri.“Jawablah, aku tak pernah bertanya bertele-tele, atau nyawa kamu selesai di sini!” desis Brandon lagi sambil menahan emosinya.“Hmmm…siapa lagi kalau bukan musuh besar kamu, Dato Farhan!” cetusnya sambil terus meringis menahan sakit di kedua kakinya, akibat tembakan
“Persis seperti bapak, cool, cuek dan tidak pedulian, satu hal lagi pemberani, tau nggak saat bapak tadi mengejar penjahat itu, Aldot malah berontak saat ku ajak sembunyi, dia bilang ingin lihat bapak tembak tu penjahat!” lapor Tiara.Brandon ikutan kaget. “Oh yaa…kenapa bisa begitu?” Brandon malah balik bertanya keheranan.“Lhaa kok bapak balik tanya ke aku, kan anda bapaknya!” Tiara kini malah tertawa, nervousnya otomatis telah hilang.Brandon tersenyum dan kini mereka telah sampai di hotel mewah kembali. “Tidak kapok kan ikut aku jalan-jalan lagi?” pancing Brandon saat mereka berjalan di lorong hotel menuju ke kamar masing-masing.“Hadeuhh pa, lebih ngeri daripada turbulance di udara, bikin spot jantung pokoknya, tapi aseek sihh!” ceplos Tiara terbahak sendiri.Tiara malah mengikuti masuk ke kamar Brandon dan bilang kesepian sendiri, dan masih pingin ngobrol dengan pria yang dia
Waktu sangat cepat berlalu, 5 tahun terasa 5 bulan saja, selama ini Brandon selalu gagal membekuk musuh besarnya, bahkan hingga keluar negeri.Tak sekali dua kali nyawa Brandon hampir saja melayang, saking licin dan liciknya Dato Farhan.Brandon akhirnya pasrah dan tidak lagi ngotot mengejar Dato Farhan, dia sejak setahunan belakangan ini menyibukan diri dengan perusahaanya yang makin berkembang. Di usianya yang sudah hampir 37 tahunan, Brandon mulai berpikir mengurangi kearoganannya.Gea sudah lulus kuliah, dan yang bikin Brandon kaget sekaligus kehilangan, gadis yang mirip Amanda Rigby ini izin mau menikah dengan lelaki pilihannya, dia mengaku tak mungkin menunggu Brandon, yang tidak pernah memberi kepastian.Tak berselang lama, Ayana Moon alias Brigitta juga sama, gadis ini juga mengaku sudah tak sanggup menunggu Brandon, iapun memutuskan menikah dengan lelaki pilihannya, yang selama hampir 2 tahunan ini mengejar cintanya, tapi selalu di tolak Briggita
“Kabar baik…maaf yaa Brandon…aku buru-buru!” tanpa menunggu jawaban Brandon, Sandrina langsung membawa Sarah jalan lagi, di temani seorang baby sitter.Lama Brandon termenung menatap kepergian wanita yang sangat mirip Sarah dan bodynya justru makin gemoy, tak jauh beda dengan anaknya.“Sarah…kenapa namanya sama dengan sepupunya, mendiang istriku…!” batin Brandon sambil terus menatap punggung Sandrina yang menghilang di balik dinding bandara itu, tanpa sekalipun menoleh ke belakang lagi.Brandon akhirnya melangkah ke arah Sandrina tadi, tapi tentu saja bukan mengikuti kemana wanita cantik pergi bersama anaknya. Karena itu merupakan pintu keluar dari area bandara mewah ini.Brandon kini sudah sampai di hotel tempatnya, sekaligus kelak bertemu kliennya dari negara singa ini. Tasnya sudah di bawa Mita, sehingga ia bisa lenggang kangkung berjalan menuju lobby.Ketika masuk dan menoleh ke kanan, Brandon kaget sekaligus tersenyum lagi, karena si gemoy Sarah terlihat duduk manis di bangku tam
Brandon kini terdiam di kamarnya sendiri, tak dia sangka Sandrina sangat marah padanya, karena mendekati Sarah, anaknya.Wajah Sarah yang mewek saat berpisah di depan pintu kamar tadi membekas di hatinya, anak itu terlihat enggan berpisah dengan dirinya.Ingin rasanya Brandon mengetuk pintu kamar Sandrina, tapi tatapan marah wanita cantik itu membuat Brandon ragu.Terbayanglah saat-saat mereka ketika masih sangat mesra dan bak lem, sulit lepas, apalagi keduanya sama-sama menikmati saat bercinta. Brandon sampai senyum sendiri saat ingat kalimat yang bikin dia terngiang-ngiang hingga saat ini...‘Aku Basah!’Ucapan tanpa sadar dari Sandrina yang bikin Brandon sulit move on dengan siapa saja, Sandrina telah berhasil menutupi luka di hatinya saat itu.Namun, karena ke egoisannya, dirinyalah yang membuyarkan semuanya, mementahkan hatinya sendiri, padahal Sandrina sangat menunggu kapan Brandon melangkah ke jenjang yang lebih serius bersama.Hal itu terbawa juga saat rapat dengan kliennya dar
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman