Brandon kini terdiam di kamarnya sendiri, tak dia sangka Sandrina sangat marah padanya, karena mendekati Sarah, anaknya.Wajah Sarah yang mewek saat berpisah di depan pintu kamar tadi membekas di hatinya, anak itu terlihat enggan berpisah dengan dirinya.Ingin rasanya Brandon mengetuk pintu kamar Sandrina, tapi tatapan marah wanita cantik itu membuat Brandon ragu.Terbayanglah saat-saat mereka ketika masih sangat mesra dan bak lem, sulit lepas, apalagi keduanya sama-sama menikmati saat bercinta. Brandon sampai senyum sendiri saat ingat kalimat yang bikin dia terngiang-ngiang hingga saat ini...‘Aku Basah!’Ucapan tanpa sadar dari Sandrina yang bikin Brandon sulit move on dengan siapa saja, Sandrina telah berhasil menutupi luka di hatinya saat itu.Namun, karena ke egoisannya, dirinyalah yang membuyarkan semuanya, mementahkan hatinya sendiri, padahal Sandrina sangat menunggu kapan Brandon melangkah ke jenjang yang lebih serius bersama.Hal itu terbawa juga saat rapat dengan kliennya dar
Brandon menduga, orang itu sepertinya copet dan terlihat mendekati Sandrina, saat wanita ini membungkuk, pria ini pun dengan cepat mengambil dompet hape di tas Sandrina yang terbuka.Gara-gara lupa di tutup setelah mengambil tisu tadi, lelaki itu pun cepat-cepat pergi, tanpa di sadari Sandrina.Begitu agak jauh dari Sandrina dan Sarah, pria ini pun berjalan santai dengan cueknya, tapi langkahnya langsung terhenti, bahkan tubuhnya terjengkang, hingga bibirnya berdarah. Dia berteriak kesakitan dan ingin marah pada seseorang yang menyerangnya tiba-tiba.“Bangsaat siapa kamu hahh, kenapa kamu serang aku,” sahut pria yang sepertinya ada India-Indianya ini dan buru-buru bangun berniat membalas.Tapi dia langsung terjengkang lagi, saat sebuah tendangan mengenai lututnya secara telak, dia pun pucat pasi menatap pria perlente ini.“Cepat serahkan dompet dan hape yang tadi barusan kamu copet, atau aku akan bikin kamu tak bisa berjalan di si
“Sejak kapan aku belok Sandrina, kamu ini ada-ada saja!” Brandon sampai mau terbatuk-batuk menertawakan ucapan wanita cantik ini.“Hmmm siapa tahu…!” tukas Sandrina lagi. Tiba-tiba Brandon bangkit dari duduknya dan bersimpuh di depan Sandrina.“Sandrina…maukah…kamu jadi istriku..?” Sandrina kaget, inilah pernyataan blak-blakan pria dingin ini.Sebetulnya sangat lama ia menunggu ucapan Brandon yang seperti ini, tapi kenapa baru kali ini dia mendengar ucapan langsung dari Brandon, bahkan sampai bersimpuh begitu.Apakah karena faktor anak mereka, yakni Sarah semata…dan dia tak dianggap?Merinding juga bulu kuduknya melihat pria dingin ini berubah 180 derajat, apalagi tangan Brandon memegang kedua lututnya, sentuhan yang sangat lama dia rindukan, terlebih dia hanya mengenakan celana pendek, sehingga pertemuan kulit itu membuat Sandrina gelagapan sendiri.“Kamu tak sedang mabuk bukan..?”Brandon langsung menggelengkan kepala.“Brandon…tak semudah itu…kamu tau Sarah itu orangnya selektif da
Brandon lalu memegang tangan Sandrina, sambil menatap tajam wajah wanita jelita ini. “Aku juga sangat mencintai kamu Sandrina!”“Hmm…apa bukan karena wajahku mirip kak Sarah?” Brandon langsung menggeleng.“Sarah masalaluku…masa depanku adalah kamu!”Sandrina menarik jari lentiknya pelan-pelan. “Entahlah Brandon…apakah aku juga mencintai kamu, karena Nasir pun juga begitu, dia sangat mencintaiku!” ceplos Sandrina, hingga membuat Brandon terhenyak.“Dan asal kamu tahu Brandon, kenapa anak kita kunamakan Sarah?”“Iya kenapa?”“Biar kelak cinta kamu terhadap kak Sarah menurun ke anak kita ini, sayangnya kamu hilang bak di telan bumi sejak aku hamil!” cetus Sandrina dan terlihat wajahnya sangat kecewa.Brandon seakan tersadar, ia telat, selama bertahun-tahun menyia-nyiakan Sandrina, ternyata wanita jelita ini sangat kecewa denganya, dan kini malah ia telat karena Sandrina sudah memiliki kekasih.Sandrina kini sudah menggandeng Sarah dan mengajaknya pulang, mobil Sandrina sudah datang menje
Dua bulan kemudian…!Aldot minta ke Brandon dia ingin liburan keluar negeri, merayakan kelulusannya dari sekolah menengah, Aldot sudah berencana, dia akan pindah ke Jakarta saat masuk SMU dan Brandon langsung menyetujui.Cuman yang jadi masalah, begitu tahu kakanya akan ke liburan, Sarah langsung ngotot ingin ikut kakaknya ini liburan ke luar negeri, dan ketika minta izin dengan mominya, Sandrina ternyata sangat keberatan dan langsung menolak keingin putri cantiknya ini.Sarah pun ngambek berat ke momi nya ini, dia tetap ingin ikut Aldot dan Brandon, berhari-hari Sarah tak mau menegur momi nya.Akibatnya Sandrina pusing sendiri melihat kemanjaan anak tunggalnya ini, setelah tiga hari tak di tegur anaknya, Sandrina lalu mengalah dan menemuinya di kamar.Gemes betul Sandrina melihat anaknya yang cantik gemoy ini memunggunginya, saat dia duduk di tepi ranjang Sarah, karena belum genap 4 tahun Sarah memang belum sekolah. “Memang kapan sih kalian mau ke Belanda dan Perancis, lalu ke Swiss
Sarah akhirnya terbiasa dengan cuaca dingin bersalju, kini dia lagi semangat-semangatnya belajar ski es bersama Aldot dan kalau tak di tegur mominya, si kecil cantik bertubuh mulai jangkung ini akan bertahan sampai puas.Sarah benar-benar tak mau lepas dari kakak gantengnya ini, kemana-mana selalu bersama, Sandrina dan Brandon pun bersyukur, kedua bersaudara ini ternyata sangat cocok dan saling menyayangi. Sarah yang manja dan bawel bertemu Aldot yang pendiam dan tak banyak ngomong, jadinya klop.Lucunya, Brandon dan Sandrina bak dua orang yang sebelumnya tak saling kenal, walaupun sering duduk berdua menatap Sarah dan Aldot bermain ski es, tapi Sandrina selalu ‘sengaja’ dingin pada Brandon.Namun semuanya mulai berubah saat Brandon tak sengaja bertemu seorang wanita cantik, yang ternyata mantan tunangan dan kekasihnya di masa lalu, dan kabur ke Paris, siapa lagi kalau bukan Tiara.Pertemuan itu terjadi saat Brandon duduk di kafe seorang diri, sementara Sandrina ikut bermain ski es be
Sandrina lebih dulu keluar dari kafe, karena dia makin panas saja melihat Brandon dan wanita di kenalnya makin serius bicara.Nasir yang awalnya ingin berlama-lama makin bingung, karena sepanjang jalan mencari Sarah dan Aldot, Sandrina hanya diam membisu, saat melihat Sarah dan Aldot yang datang bergandengan tangan, Nasir kaget juga melihat Aldot yang sangat tampan ini.Merekapun berpisah, karena Sandrina bilang tak enak badan dan ingin segera istirahat di kamar hotel. Saat Sarah bertanya di mana papahnya, Sandrina dengan ketus menjawab kalau Brandon lagi aseek dengan pacarnya.Aldot ikutan kaget mendengar itu, apalagi Sarah, gadis kecil ini langsung ikutan tak senang dan seakan ikut suasana kebatinan mominya, hanya Aldot yang tak bereaksi apa-apa, dia makin cool saja.Sandrina bolak-balik di kamarnya, dia tak bisa memejamkan mata, waktu baginya terasa lama, selang 1 jam kemudian terdengar suara Brandon yang menyapa Sarah dan Aldot, yang sedang asekk main game di smartphone masing-mas
Setelah Jaka kontak teman-temannya sesama warga Indonesia di Paris Brandon dan Sandrina akhirnya menemukan juga seorang ustaz asal Timur Tengah di pinggiran kota Paris.Brandon sudah menyewa sebuah sedan dan bannya juga sudah di ganti yang anti slip salju, lalu dengan mudah keduanya menemukan rumah ustaz sesuai petunjuk Jaka, yang tak bisa menemani karena terikat kerja di hotel itu.Pernikahan sederhana pun dilaksanakan, karena serba dadakan, apalagi ini sudah malam, maharpun hanya uang yang ada di dompet Brandon, tapi ijab kabul sederhana dengan wali nikah dari murid-murid sang ustaz ini, Brandon pun sah menikahi Sandrina, inilah untuk ketiga kalinya Brandon melaksanakan akad.Tentu saja ada yang unik, semuanya dilakukan serba dadakan, dengan Kelly dan Sarah dulu juga sama, tak ada perayaan, karena kedua mendiang istrinya tak mau mengadakan itu, takut menarik perhatian musuh-musuh Brandon.Dengan Sandrina pun sama, Brandon juga sudah menelpon Aldot yang ditemani Sarah agar jangan kem
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman