Satu bulan kemudian, Brandon ditemani Gea berangkat menuju Surabaya dengan private jet, Gea pelan tapi pasti kini sudah bukan lagi gadis dengan baju sederhana seperti 2,5 bulanan yang lalu.Penampilannya berubah 180 derajat, pakaian-pakaian yang dia kenakan semuanya bermerek dan berharga mahal.Selera fashion Gea juga mulai sangat berkelas, berkat dikenalkan Brandon dengan seorang perancang busana yang dulu menjadi langganan Kelly.Sehingga saat keluar dari mobil dan masuk ke bandara Soetta, semua mata tertuju pada gadis belia ini, saat berjalan bersama Brandon keduanya sukes jadi tatapan iri semua orang, dengan mengenakan kacamata warna coklat, senada dengan Brandon, yang kini juga berpenampilan rapi lagi, mereka berdua bak sepasang kekasih.Tubuh tinggi semampai Gea di balut pakaian santai dengan celana denim ketat di padu blouse sederhana tapi berkelas kemudian dilapisi jaket denim dan sepatu kets.Gea berjalan bergandengan dengan Brandon yang juga mengenakan jeans dan kaos di padu
Brandon pun memulai pengintaiannya terhadap Jargo, seorang bos pembunuh bayaran yang sudah dia kantongi alamatnya.Selama 3 harian ini ia sengaja memantau kondisi rumah tersebut, hanya Kompol Indra yang tahu gerakannya ini, dia sebetulnya ketar ketir juga, bukan takut dengan nasib Brandon, tapi dia justru ngeri nasib para pembunuh bayaran tersebut.Ternyata rumah termasuk paling mewah dan terdapat di lingkungan perumahan di pinggiran kota Surabaya.Kini Brandon duduk di sebuah warung kopi dan santai saja seolah-olah sengaja mampir, kali ini dia sengaja menggunakan motor jenis sport yang identik dengan warna merah dan berasal dari Italia, di mana pembalapnya baru saja juara MotoGP.Saat aseek menyuruput kopi hitamnya, telinga Brandon mendengar percakapan yang menarik hatinya, saat dia melirik, dua orang yang bercakap itu agaknya warga kampung sini sekitaran sini juga.“Hebat yaa pa Jargo, beliau kembali sumbang gereja, sebelumnya dia bantu panti asuhan, orangnya alim. Tak pernah keting
Empat orang langsung meregang nyawa, tembakan berdarah dingin yang Brandon lepaskan tepat mengenai dada dan kepala.“Si-siapa kamu..?” suara Jargo sangat ketakutan setengah mati, belum pernah dia bertemu pembunuh yang justru lebih sadis dari dia dan anak buahnya sendiri.“Bo..bosss…dialah Mr B yang merupakan target kita!” belum selesai dia bicara, dupp…sebuah tembakan langsung mengenai kepala orang itu, kini sudah 5 nyawa meregang di tempat ini.Malam horor di rumah Jargo mulai terasa mengerikan, karena Brandon benar-benar berlaku tak tanggung-tanggung lagi, dendam kesumat dalam hatinya membuat dia tak punya empati apapun lagi pada Jargo cs ini.Brandon kini menatap 3 orang tersisa, yang dua orang merupakan pembunuh Sarah dan tentu saja kini Jargo.Kini ketiganya gemetaran bukan main, saking takutnya mereka sampai lupa berteriak minta tolong.“Jargo…kau harus menebus nyawa kedua istriku dengan nyawa kamu sendiri, dan kalian yang telah menembak mati istriku…malam ini kalian akan meneri
Tentu saja kedatangan Brandon sudah pasti klarifikasi dan juga menjelaskan duduk perkaranya, sempat berdebat kecil. Namun Kombes Guntur tak bisa apa-apa lagi setelah Kapolda dan Kabareskrim Komjen Anang Marjono menelpon dan bilang di ‘atur’.Baru sadar sang kombes kalau pria dingin dan kejam ini merupakan pria istimewa dan punya link luar biasa di institusinya.“Mas…kenapa tak gunakan tangan orang lain menghabisi para penjahat itu?” Kombes Guntur menatap juniornya, sekaligus beri saran.“Aku tak puas bang, kalau bukan tanganku sendiri yang menghabisi para pembunuh istriku!” sahut Brandon singkat.“Tapi…sewaktu-waktu nyawa Mas yang bisa melayang,” tukas Kombes Guntur mengingatkan Brandon, yang pernah jadi juniornya di pendidikan dulu, sambil menghisap cerutunya dan geleng-geleng kepala.Apalgi saat melihat aroma dendam dan marah di wajah pria yang luar biasa tajir tapi punya jiwa pendendam yang sangat mengerikan ini.“Resiko bang…!” ceplos Brandon lagi.Setelah berbasa basi singkat, Br
“Gile kamu mas, bikin geger se Indonesia, aksi koboy kamu membubarkan tawuran dan menghamburkan peluru jadi heboh di mana-mana!” Ali tertawa kecil saat menelpon sang big bosnya ini.Ali dulu mengira Brandon menuju Sukabumi, tak dia kira malah sang bos besar ini bikin kehebohan di Surabaya. Brandon hanya tertawa kecil dan bilang ia gemes melihat kelakuan puluhan abege labil, yang membuat semua orang ketakutan, dengan aksi gila mereka di jalanan.Saat asek menelpon, Brandon tak sadar dari ada mata seseorang yang terus menatapnya dirinya di ruang tunggu IGD ini.Tak lama kemudian keluar dokter yang tadi merawat Brigitta dan kini langsung mendekati Brandon.“Pasien hanya alami luka luar, tak berbahaya dan sudah di jahit, sekarang akan di bawa ke ruang perawatan VVIP sesuai permintaan bapak!” dokter itu menatap wajah dingin Brandon yang bikin dia bertanya-tanya siapa adanya pria ini.Belakangan baru si dokter ini kaget saat melihat tayangan streaming di media sosial, karena melihat aksi ko
“Om tugasnya dimana?” kali ini Brigitta yang sudah sehat karena barusan minum obat yang tadi diberi dokter kini menatap Brandon yang sempat terpana.“Tugas..eh iyaa…tugas di mana ya?” Brandon bingung sendiri, karena selama ini dia memang masih anggota aktif, tapi tak punya kantor dan juga bidang tugasnya apa, bahkan gajinya pun ia tak tahu berapa.Tiba-tiba Ange berdiri, dia kini seakan paham, ini porsinya keduanya, dia pun permisi kebelakang, dengan alasan mau bikinkan minuman buat Brandon.Namun dia bingung sendiri saat sampai di dapur rumah kontrakan mereka, jangankan air panas, gula dan teh pun tak ada.Belum sempat Brandon menjawab pertanyaan Brigitta, Ange keluar dan bilang mau ke warung sebentar, dengan alasan mau beli gula dan kopi. Sepanjang jalan Ange bingung juga karena dia sudah banyak hutang di warung langganannya, apakah kali ini mau menghutanginya lagi?Akibatnya Ange terpaksa mencari warung yang agak jauh, agar bisa berhutang.“Tadi Brigitta tanya apa, Om lupa!” Bran
Gea terlihat meringis, durasi percintaan mereka kali ini cukup lama, sehingga gadis belia ini terlihat kecapekan dan dia menatap wajah Brandon yang terlihat tak menikmati percintaa mereka kali ini.Gea akhirnya menyerah, dia pun melepaskan tubuh polosnya dari atas tubuh pria dingin dan tampan ini.Setelah merebahkan tubuhnya di samping Brandon, Gea menatap lama wajah pria yang sudah meluluhkannya luar dan dalam ini.“Abang lagi mikir siapa sih…tak biasanya begini lama baru klimaks, sampai perihku punyaku bang dan lututku gemetaran, udah nggak kehitung klimaks!” ceplos Gea apa adanya.Brandon kaget dan menoleh ke samping, dia lalu tersenyum kecil dan masih membiarkan tubuhnya polos tanpa menutupinya dengan selimut, hingga Gea melengus melihat punya Brandon masih tegak bak tugu monas.“Abang…hanya memikirkan musuh abang yang ada di Malaysia!” cetus Brandon.“Hmm…gitu ya…boleh nggak Gea ikut ke Kuala Lumpur bang?”Brandon menatap Gea, lalu menggeleng kepala.“Kali ini abang minta Gea jan
“Tapi….ada syaratnya…?”“Pake syarat…apa syaratnya?” Brandon lagi-lagi tersenyum melihat kenakalan ‘Ayana Moon’ ini.“Minta dengan baik-baik ke ibu, lalu ajak Gita ke penghulu, nahh semuanya milik abang, mau dibawa kemana saja Gita mau!” tantang gadis belia ini tertawa.Brandon ikutan tertawa, tapi beda dengan Brigitta yang terbahak, Brandon hanya tertawa kecil, gadis cantik yang cerdas dan pintar, batin Brandon.“Emank mau sama Om-om…ingat, beda usia kita 14 tahun lo, abang sudah 32 tahun, kamu baru 18 tahun bulan depan!”“Nggak masalah, yang penting abang sehat dan batang abang bisa tegak kayak tiang listrik dan abangnya normal!”“Dasar kamu itu, abang normallah, soal sehat, kamu lihat sendiri badan abang begini!” Brandon pun memprlihatkan dadanya yang berotot dan perutnya yang bersekal-sekal dan ditumbuhi bulu-bulu tipis di sana sini.“Wowww….seksi banget, bagus banget badan abang, turun donk lagi ke bawah, agaknya nggak pake apa-apa nih!”“Husss…tak boleh, jangan macam-macam yaa,
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman