Lalu orang orang yang Brandon duga bernama Toni dipersilahkan masuk, dua orang ini tetap berjaga sambil memantau kiri kanan, setelah orang yang bernama Toni ini masuk kamar, Brandon pun kini berjalan seolah-olah dia akan menuju ke kamar tempatnya menginap dan melewati dua penjaga ini.Setelah sampai di depan dua orang yang berjaga di depan kamar ini, Brandon secara tiba-tiba langsung menendang kaki lalu memukul tengkuk orang ini sekeras-kerasnya.Orang itu tak sempat melawan, dia jatuh pingsan seketika, temannya yang melihat kawannya tersungkur langsung kaget dan buru-buru mencabut pistol dari pinggangnya.Tapi Brandon bertindak taktis, satu pukulannya ke rahang membuat orang ini limbung, Brandon lalu menyusul dengan sebuah tendangan dan tepat mengenai kepalanya, keduanya kini pingsan dengan gerakan cepat Brandon.Rupanya keributan itu membuat pintu kamar terbuka, Brandon yang kini memegang pistol langsung menodong ke wajah orang yang baru nongol dari pintu kamar.Dia kaget setengah m
Ternyata Brandon hanya merapikan baju Gea yang terbuka kancing atasnya, gadis belia ini lega dan tersenyum lalu duduk di samping Brandon.Diam-diam Gea ternyata punya trauma berat akibat pelecehan yang dilakukan preman Ijak, sehingga tad wajahnya sempat pucat saat tangan Brandon menjamah dadanya.Hampir saja dia berpikiran jelek, Brandon memakluminya dan minum kembali winenya yang tak terlalu keras, karena kadar alkoholnya hanya nol koma.“Kamu agaknya trauma yaa dengan pelecehan yang dilakukan pentolan preman si Ijak itu, hingga tadi kuliat wajah kamu langsung pucat!”“Iya Om…makanya Gea sengaja ikut Om ke Jakarta, untuk menghilangkan trauma berat itu!” ceplos Gea. “Hmm…ya sudah, kamu nikmati saja tinggal di sini, betah ya kamu di hotel ini?”“Hmmm…betah sih, tapi enakan di apartemen Om, lebih luas dan lega, kalau mewahnya sih…sama sih yaaa!” sahut Gea polos.Gea tentu saja bak anak kecil yang baru dapat mainan, karena seumur-umur baru kali ini dia merasakan hal-hal yang berbau hed
Brandon tiba 40 menitan kemudian, ia langsung menuju ke toko perhiasan yang terdapat di Mal Plaza Indonesia.Begitu melihat Brandon, pemilik toko langsung menyambut pria ini, dan dia kaget sekali karena tentu saja mengenal dengan baik siapa crazy rich ini, karena toko perhiasan ini ternyata sering di kunjungi Kelly dan pernah bersama Brandon dulu.Gea terlihat pucat dan kini duduk di sebuah kursi dan di jaga dua orang pelayan toko ini, yang bikin Brandon jengkel, kedua lengan Gea di pegang dua laki-laki pelayan toko ini.“Selamat datang pa Brandon, sudah lama sekali tak ke sini semenjak ibu Kelly terakhir ke sini 6 bulanan yang lalu!” ceplos Koh Toli, sang pemilik toko perhiasan ini sambil membungkuk-bungkuk badan.“Koh Toli, saya ke sini mau jemput gadis itu!”“Ah yang benar pak, saya pikir gadis itu justru mencuri kartu milik bapak, sebab saat mau bayar tadi, dia tak tahu passwordnya, sehingga kami amankan dan mau di bawa ke kantor polisi!” Koh Toli terlihat kebingungan, karena tak
Gea menatap wajah Brandon, dia ternyata ngotot ingin ikut ke Surabaya, padahal Brandon sudah mengatakan misinya kali ini benar-benar sangat berbahaya.“Gea janji nggak bakal merepotin abang!” panggilan Om sejak di mal itu sudah Gea rubah jadi abang, dia mengatakan tak ingin di cap sebagai ‘ponakan’ pria tampan dan dingin ini.“Gea…abang ini bukan jalan-jalan ke Surabaya, tapi mempunyai misi yang sangat berbahaya, abang akan berhadapan dengan musuh-musuh yang sangat sadis dan tak segan membunuh!” Brandon dengan sabar masih memberi pengertian ke gadis cantik ini.“Tapi bang…Gea ngeri lama-lama sendirian di sini, mending sama abang saja, nanti biar Gea tinggal di hotel atau apartemen selama abang menghadapi musuh-musuh abang!”Brandon sampai lama menatap wajah Gea, yang di tatap tak mau kalah, dia juga menatap lama wajah pria yang diam-diam mulai disukainya ini.Gea tersenyum, hingga Brandon geleng-geleng kepala, karena saat begitu wajah Gea benar-benar manis dan menggemaskan.“Katanya m
Brandon kini menatap wajah Gea yang benar-benar sangat nyenyak tertidur, kembali Brandon menyelimuti tubuh mulus yang baru saja dia gauli dan terbang bersama.Sambil menatap plapon apartemennya yang mewah, barulah Brandon sadar, saat penetrasi tadi dia merasakan menabrak sesuatu dan kini Brandon penasaran sendiri, bukankah Gea pernah cerita kalau dia sempat diperkosa preman Ijak yang sudah dia tewaskan.Kenapa Gea masih perawan?Jelang tengah malam, barulah Brandon bisa memejamkan mata, dan ia berencana akan bertanya besok paginya pada gadis cantik ini.Makan pagi terasa sangat nikmat bagi Brandon, dia sesekali tersenyum melihat Gea yang terlihat biasa-biasa saja pagi ini, tanpa ada beban sama sekali.Padahal tadi malam dia baru saja kehilangan sesuatu yang sangat berharga bagi seorang wanita, setelah bercinta sangat panas dengan pria yang ada didepannya ini.Usai makan, Brandon menatap gadis cantik ini.‘Gea…abang mau tanya…kali ini kuminta kamu jujur yaa?” akhirnya Brandon memulai p
Satu bulan kemudian, Brandon ditemani Gea berangkat menuju Surabaya dengan private jet, Gea pelan tapi pasti kini sudah bukan lagi gadis dengan baju sederhana seperti 2,5 bulanan yang lalu.Penampilannya berubah 180 derajat, pakaian-pakaian yang dia kenakan semuanya bermerek dan berharga mahal.Selera fashion Gea juga mulai sangat berkelas, berkat dikenalkan Brandon dengan seorang perancang busana yang dulu menjadi langganan Kelly.Sehingga saat keluar dari mobil dan masuk ke bandara Soetta, semua mata tertuju pada gadis belia ini, saat berjalan bersama Brandon keduanya sukes jadi tatapan iri semua orang, dengan mengenakan kacamata warna coklat, senada dengan Brandon, yang kini juga berpenampilan rapi lagi, mereka berdua bak sepasang kekasih.Tubuh tinggi semampai Gea di balut pakaian santai dengan celana denim ketat di padu blouse sederhana tapi berkelas kemudian dilapisi jaket denim dan sepatu kets.Gea berjalan bergandengan dengan Brandon yang juga mengenakan jeans dan kaos di padu
Brandon pun memulai pengintaiannya terhadap Jargo, seorang bos pembunuh bayaran yang sudah dia kantongi alamatnya.Selama 3 harian ini ia sengaja memantau kondisi rumah tersebut, hanya Kompol Indra yang tahu gerakannya ini, dia sebetulnya ketar ketir juga, bukan takut dengan nasib Brandon, tapi dia justru ngeri nasib para pembunuh bayaran tersebut.Ternyata rumah termasuk paling mewah dan terdapat di lingkungan perumahan di pinggiran kota Surabaya.Kini Brandon duduk di sebuah warung kopi dan santai saja seolah-olah sengaja mampir, kali ini dia sengaja menggunakan motor jenis sport yang identik dengan warna merah dan berasal dari Italia, di mana pembalapnya baru saja juara MotoGP.Saat aseek menyuruput kopi hitamnya, telinga Brandon mendengar percakapan yang menarik hatinya, saat dia melirik, dua orang yang bercakap itu agaknya warga kampung sini sekitaran sini juga.“Hebat yaa pa Jargo, beliau kembali sumbang gereja, sebelumnya dia bantu panti asuhan, orangnya alim. Tak pernah keting
Empat orang langsung meregang nyawa, tembakan berdarah dingin yang Brandon lepaskan tepat mengenai dada dan kepala.“Si-siapa kamu..?” suara Jargo sangat ketakutan setengah mati, belum pernah dia bertemu pembunuh yang justru lebih sadis dari dia dan anak buahnya sendiri.“Bo..bosss…dialah Mr B yang merupakan target kita!” belum selesai dia bicara, dupp…sebuah tembakan langsung mengenai kepala orang itu, kini sudah 5 nyawa meregang di tempat ini.Malam horor di rumah Jargo mulai terasa mengerikan, karena Brandon benar-benar berlaku tak tanggung-tanggung lagi, dendam kesumat dalam hatinya membuat dia tak punya empati apapun lagi pada Jargo cs ini.Brandon kini menatap 3 orang tersisa, yang dua orang merupakan pembunuh Sarah dan tentu saja kini Jargo.Kini ketiganya gemetaran bukan main, saking takutnya mereka sampai lupa berteriak minta tolong.“Jargo…kau harus menebus nyawa kedua istriku dengan nyawa kamu sendiri, dan kalian yang telah menembak mati istriku…malam ini kalian akan meneri
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman