Kelly sengaja memberi kesempatan buat Brandon dan Sarah berbulan madu ke Bali, Aldot ternyata paham, dia juga tak mau ikut kedua orang tuanya. Apalagi atas saran Brandon, Aldot harus segera masuk sekolah taman kanak-kanak, karena tahun ajaran baru sudah dimulai.Awalnya Kelly menyarankan mereka berbulan madu ke Eropa, namun Sarah yang pada dasarnya selalu merasa tak enak dengan Kelly memutuskan jangan jauh-jauh, cukup ke Bali saja, sekalian Brandon meninjau sebuah proyek yang di modali perusahaannya.Sehari setelah Brandon dan Sarah berangkat ke Bali dan Kelly baru saja mengantar Aldot sekolah Taman Kanak-kanak, dia kaget saat di teras rumah mewahnya sudah menunggu seorang pria parobaya.“Daddy…!” tentu saja Klly kenal baik dengan pria parobaya yang ternyata ayahnya sendiri, Balkan.Gaya ‘Eropa’ Kelly belum berubah, hanya sapaan begitu, tak ada salaman, layaknya anak ke orang tua, sebagaimana adat di Indonesia umumnya.“Hmmm…kamu terlihat senang jadi istri si Brandon?” tegur Balkan, a
Brandon sengaja tak menceritakan ke Sarah kalau mereka sudah diikuti dari Bandara Ngurah Rai hingga ke hotel ini, dia tak ingin istri keduanya yang sejak kenal dengannya banyak menderita ini kepikiran terus. Brandon mengakui ada rasa was-was dalam hati, kalau-kalau orang terdekatnya jadi korban, akibat musuh-musuhnya yang nekat-nekat selama ini. Apalagi kini dia punya anak dan dua istri yang harus dilindungi, beda dulu saat dia masih bujangan dan tak kenal takut. Tembakan di paha yang hampir sembuh dari Mr Bhat menyadarkan Brandon, kalau nekat tanpa perhitungan sama dengan mati konyol. Brandon menatap Sarah yang kini melepas baju jas luarnya, dan hanya memakai baju dalam sambil membuatkannya kopi panas. Sehingga memperlihatkan badannya yang bikin semua lelaki harus meneguk liur. Sarah benar-benar sangat pintar menjaga tubuhnya tetap bagus, di tatap begitu Sarah balik menatap dengan mata tajamnya yang lentik. “Kenapa bang…ada yang salah dengan Sarah, kok menatapnya segitu banget?”
Puas jalan-jalan, Brandon dan Sarah kini ingin kembali ke hotel dan beristirahat, bak dua sejoli yang lagi jatuh cinta, keduanya terus bergandeng tangan.Sarah benar-benar menikmati kebahagiannya kali ini, bertahun-tahun terpisah dengan orang yang dicintai, kini semuanya seakan terbayar lunas.Matanya selalu tersenyum dan sesekali keduanya berpelukan dan berciuman, sangat mesra dan benar-benar dunia bak milik mereka berdua.Saat akan berbelok menuju pagar hotel, tiba-tiba sebuah sepeda motor melintas dan ….dorrr…dorrr dua tembakan nyaring terdengar yang dilesakan secara mengejutkan.Saat tembakan itu dilepaskan, Brandon yang sejak awal sudah waspada bergerak cepat, dia mendorong tubuh Sarah, namun Sarah yang terkaget-kaget malah memeluk tubuh Brandon dan dua peluruh pun bersarang ke punggungnya, Brandon selamat, tapi kini Sarah terkulai dalam pelukan Brandon.Brandon yang baru sembauh dari luka dipaha berusaha menembak secepat kilat dengan pistolnya, tapi motor penembak itu sudah jauh
Sudah 2 bulanan lebih sejak kejadian tragis tewasnya Kelly dan Sarah, Brandon tak kemana-mana, dia hanya duduk termenung di depan kolan renang atau terkadang ke ruang kerjanya, lalu tak terasa meneteskan airmata saat teringat kedua istrinya.Brandon seakan trauma masuk ke kamar, dia seakan melihat Kelly dan Sarah ada di sana dan sampai menggigil melihat bayangan seolah-olah kedua istrinya ada di kamar mewah tersebut.Kadang hanya di temani Ali, itupun hanya sebentar, karena Brandon memintanya menjauh, karena pria malang ini ingin sendiri saja dan tak mau di ganggu.Pernah Komjen Anang Marjono datang dan bilang polisi belum berhasil melacak pembunuh yang sudah menewaskan kedua istrinya tersebut.Tubuhnya kurus, karena selama ini tak ada selera makan, kecuali lapar dan dia hanya sekedar makan sedikit. Dia hanya minum dan merokok, sampai-sampai ART nya geleng-geleng melihat tuan besarnya yang ketiduran sampai pagi di sisi kolam renang dan berhamburan puntung rokok di sana.Ali terus berj
Satu Minggu kemudian…!Saat ke garasi, Brandon sempat bimbang, apakah akan memakai motor atau mobil, namun melihat cuaca mendung, Brandon memutuskan memakai mobil SUV nya.“Ali…jaga rumah baik-baik, aku akan berkunjung ke Sukabumi, kampung halaman ibuku,” Brandon menatap wajah pengawal setianya ini.“Jangan lama-lama mas, kalau hati mas sudah tenang, pulanglah lagi, pelan-pelan lupakan masalalu!” Brandon memeluk Ali, orang yang sudah dia anggap kakaknya sendiri.Setelah melempar tasnya ke dalam mobil dan memakai kacamata, Brandon yang kembali brewokan menjalankan mobilnya dan menembus ibukota tujuan Jawa Barat.“Kasian sekali…kekayaan yang dia dapat ternyata berdarah maut, semoga kelak semua musuh-musuhnya bisa ditangkap dan dia memperoleh kebahagiaan,” batin Ali, sambil menatap mobil SUV yang di bawa Brandon keluar dari halamn rumah mewah ini.Malam sebelum berangkat, Novia menvidcalnya dan bilang agar Brandon tetap tegar dan lanjutkan hidup. Brandon hanya tersenyum dan mengucapkan t
Tak berapa lama datang mobil patroli, Brandon lah yang memanggil tadi, sebagai intel polisi dia hapal nomor darurat khusus polisi.Seorang polisi berpangkat AKP langsung memberi hormat padanya, darimana dia tahu Brandon? Tentu saja karena Brandon menggunakan kode khusus, yang hanya polisi berpangkat perwira yang tahu.“Siap komandan, siap terima perintah!” polisi ini menghormat pada Brandon, yang justru melihat dada kanannya, agaknya Brandon ingin melihat nama polisi muda ini.“AKP Surya…kamu bereskan 4 bajing ini, aku membawa satu saksi ke TKP, nanti aku kasih kabar selanjutnya!” polisi bernama Surya inipun langsung memimpin anak buahnya meringkus ke 4 bajing yang sudah cedera berat ini ke mobil.AKP Surya sampai geleng-geleng melihat kondisi 4 bajing loncat yang ternyata masuk DPO mereka selama ini, dan kondisinya sangat mengenaskan, darah terus bercucuran, agaknya kalau lambat di bawa ke rumah sakit, bisa saja ke empatnya tewas kehabisan darah.“Bukankah itu Kombes Brandon Zailani,
Beberapa saat kemudian kembali AKP Surya geleng-geleng melihat kekejaman Brandon, karena Ijak yang terkenal sebagai bos preman di kampung itu tewas dengan kepala pecah.Tapi sebetulnya warga desa malah senang dengan matinya pentolan preman ini, karena selama ini Ijak sangat ditakuti dan sering memeras warga bersama anak buahnya.AKP Surya laporan ke markas, tapi AKP Surya langsung manggut-manggut saat menerima perintah ini itu dari komandannya. Entah apa yang dibicarakan komandannya, hingga AKP Surya hanya bisa manggut-manggut tanda mengerti.“Gila…benar-benar berdarah dingin, para pembunuh istrinya kini tak bakal bisa tidur nyenyak lagi,” batin AKP Surya, sambil memantau anak buahnya mengangkut jasad Ijak, sementara istri Ijak yang sebelumnya histeris kini terlihat mulai tenang, warga pun pelan-pelan mulai pulang ke rumah masing-masing.Gea kini benar-benar bak bersama malaikat maut saat di bawa kembali Brandon, karena sudah terlalu ma
Selesai makan, Brandon mengajak Gea kembali melanjutkan perjalan menuju Desa Gagak, yang jaraknya ternyata lumayan jauh, yakni hampir 150 kilometer dari hotel tempat mereka nginap.Gea sebelumnya juga sudah berganti sepatu kets, saat di store yang ada di hotel itu Brandon langsung membelikan, karena gadis ini hanya gunakan sandal jepit.“Kamu bisa bawa mobil nggak!” Brandon bicara sambil konsen ke jalanan.“Bisa Om…tapi mobil matic biasa, dulu sering bawa punya teman, kalau dia lagi cape!”“Tak pentng mobil apa, yang penting kami mahir bawa mobil!” cetus Brandon, hingga Gea langsung terdiam.Tiba-tiba Brandon meminggirkan mobilnya di jalanan yang relatif sepi. “Kamu bawa sekarang!” Brandon lalu keluar dari mobil dan kini Gea bergeser ke tempat setiran.Awalnya kagok, tapi 10 menitan kemudian, Gea malah merasa ke enakan membawa mobil mewah ini.“Ingat, nanti saat aku mencari
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman