BERSAMBUNG
“Pan, liat ada dua gadis cantik, kayaknya dari tadi menyaksikan aksi kita!” bisik Bruno, sambil menatap dua gadis berpakaian sederhana.Topan mendekati keduanya. “Siapa kalian…?” tanya Topan, sambil buru-buru simpan pistol tadi, juga dompet dan ponsel yang ia duga pasti milik Ryan.“Abang ini…adiknya pa guru Ryan yaa..?” sahut salah satu si gadis cantik, sambil menatap Topan.Topan tersenyum, pasti muridnya bang Ryan, dan wajahku yang agak mirip di kira sodaranya, pikirnya. Tanpa pikir panjang Topan mengangguk.“Aku Lira dan ini Puti, kemana pa Ryan-nya Bang? Kok sudah lama tak kelihatan?” kembali gadis yang bernama Lira ini bertanya.“Dyehhhh…kalau udah lihat yang bening-bening langsung ajee lupa teman,” tiba-tiba Zeze ikutan nimbrung.Lira dan Puti sampai kaget melihat ada lelaki tampan klemer-klemer begini. Lalu menahan tawa, tahu kalau si tampan ini ngondek.“Kita masuk ke rumah aja yuks! Hallooo paman tukang, kami kerabatnya Bang Ryan, kami masuk ke rumah yaa,” seru Bruno dan dua
Ryan kaget, lalu senyum saja dengar cerita Zeze yang duluan balik hotel dan serahkan dompet serta ponselnya, yang sengaja Topan titip ke Zeze.Ponsel Ryan punya password berlapis, sehingga anak buah Alex Soton tak berhasil membukanya, apalagi menjelajah isi ponselnya.Ryan juga bersyukur, kartu-kartunya masih komplet, saat dia cek melalui ponsel yang kini sudah berhasil ia aktifkan lagi, Ryan plong, uang-uangnya masih aman, tak bisa di bobol.Ryan belajar dari si Letnan Elita untuk bikin keamanan berlapis, agar uang-uangnya aman, belajar dari pengalamannya di masa lalu.“Biarlah mereka bersenang-senang dulu dengan Puti dan Lira…!” gumam Ryan senyum sendiri, sambil minum lagi ramuan yang diberikan Oma Igun, ini yang kedua dari 5 ramuan yang harus ia habiskan.Bengap-bengap dan biru di sekujur tubuhnya kini sudah 80 persen hilang, Ryan bahkan mulai belajar jalan sendiri dengan kruk yang dibelikan Topan di Manado untuk ke toilet hotel ini, sehingga tak perlu di papah Zeze lagi atau pelaya
Walaupun rambutnya sudah bercampur putih, tapi si kakek ini tetap tampan dan gagah. Juga tubuhnya kokoh, tanda rajin olahraga. Anehnya, wajahnya mirip dengannya tapi dalam profil sudah tua.“Kamukah yang bernama Bryan Dayoh atau Ryan Affandi?” tanya si kakek ini spontan tanpa basa-basi. Ryan otomatis mengangguk dan persilahkan si kakek masuk.“Bagaimana kesehatanmu, sudah mulai baikan?” kembali si kakek ini bertanya sambil menatap sekujur tubuh Ryan.“Maaf…kakek ini siapa yaa?” Ryan yang penasaran langsung bertanya, tidak menjawab pertanyaan kakek ini, sambil ingat-ingat di mana pernah bertemu kakek gagah ini.Kakek ini senyum kecil saja, seakan maklum dengan keheranan Ryan.“Aku Brandi Hasim Zailani, kakeknya si Topan dan Sandrina, ayahnya Chulbuy, Zeremiah dan Fanny!”“Astagaaaa…aku pangling kek, maaf kalau aku kurang hormat,” sahut Ryan tak enak hati dan buru-buru raih tangan kakek Brandi dan menciumnya.Baru Ryan ngeh, dulu pernah melihat kakek ini saat acara syukuran Sandrina, y
Belum sempat Ryan bertanya lagi, tiba-tiba saja roh Dato Hasim Zailani lenyap, hampir pingsan Ryan di siang bolong bertemu roh leluhurnya.Andai tak ada kakek Brandi di sini, bisa jadi dia pingsan benaran. Kakek Brandipun terlihat mengusap wajahnya setelah roh ini lenyap. “Kek…i-itu benaran kakek buyut…?” tanya Ryan dengan suara terbata."Kalau sampai dia muncul...agaknya bakal ada sesuatu yang serius terjadi pada keturunannya, kamu harus bersiap Ryan," gumam kakek Brandi. Akhirnya dengan apa adanya kakek Brandi cerita, sosok lengkap roh yang barusan muncul dan mendadak lenyap tadi.“Kamu beruntung Ryan, tak semua keturunan Hasim Zailani di datangi roh kakek buyut kalian itu. Hanya kakekmu ini, sepupumu si Balang dan kamu yang di temuinya. Entahlah apa sebabnya, kakek juga tak paham,tapi intinya bakalan ada peristiwa besar pada keturunan segarisnya. Sama kayak kamu, kakek juga dulu hampir pingsan di datangi si kakek buyut itu,” kata kakek Brandi senyum kecil.Setelah bercerita panj
“Firasat kakekmu setelah di datangi kakek buyut Dato Hasim Zailani benar Ryan, makanya entah kenapa si kakek ini sengaja sisakan ini buat kamu, tidak di habiskan buat papa dan kedua tantemu itu,” kata nenek Lula sambil belai rambut Ryan.“Iya nek, Ryan akan gunakan warisan ini sebaik-baiknya,” sahut Ryan dengan suara pelan menahan keharuannya.“Sudah punya calon bini belum?” cetus kakek Brandi tiba-tiba.Ryan tersipu dan menggeleng.“Mau nggak nenek kenalkan dengan sepupu-sepupu jauhmu, cantik-cantik loh mereka, cucu-cucunya si Aldot itu, terutama dua anak gadis si Radin itu, adik-adiknya si Balang, anaknya si Citra dan si Hanum? Atau mau yang blasteran...ada juga” ceplos si nenek.Ryan tertawa kecil, tentu saja cakep-cakep, pikirnya, Sandrina saja cakepnya tak ketulungan, pasti sepupu wanita lainnya tak kalah cantik-cantknya.“Janganlah nek, ntar kalau nggak cocok, yang ada hubungan keluarga jadi tak nyaman, Ryan mengalir saja. Tapi kalau jodoh, yah apa boleh buat. Apalagi kalau sepu
“Bang…aku ada bicara dengan papa!” Topan mulai bicara serius, sambil tetap konsen ke setiran.“Bicara apa Pan?” Ryan menoleh ke Topan yang sedang nyiter.“Soal…warisan papa..! Abang jangan kaget, papa sudah bikin surat warisan buatku. Tapi kini beda, Abang bagaimanapun anak tertua papa, sejujurnya yang paling berhak tentu Abang bukan aku, Sandrina apalagi Chamai…!” kata Topan, hingga Ryan kaget.Namun ia kemudian tersenyum kecil.“Pan, jangan di rubah surat warisan itu, biarkan begitu. Aku sudah cukup dengan apa yang kumiliki saat ini,” sahut Ryan, yang diam-diam kagum dengan niat adiknya yang tulus dan tak serakah ini.“Tapi Bang, aku merasa malu terlalu serakah jadinya, sementara Abang sebagai anak papa yang paling tua tak dapat apa-apa!” sahut Topan tetap berasa tak enak hati.Ryan tertawa kecil. Akhirnya Ryan cerita soal harta karun yang ia temukan di Timteng, namun soal warisan kakek Brandi dia sengaja belum mau terbuka dulu.“Waahh kenapa baru cerita sekarang, ku pikir Abang ngga
Sandrina yang baru datang dari sekolah langsung menghambur kepelukan Ryan. Si manja ini menjadi pembeda dan membuat suasana yang tadi kaku berubah ceria.“Kalau dulu tahu yang selamatkan Sandrina adalah Abang sendiri, pasti Abang aku marahin, kenapa baru sekarang muncul lagi,” cetus Sandrina yang langsung bermanja-manja dengan Ryan.“Sandrina si Abang baru sembuh, ngapain kamu bergelayut minta gendong segala,” tegur Topan, Sandrina cuek saja.Ryan tentu saja senang bukan main, punya dua adik seperti Topan, apalagi Sandrina ini, yang kolokan bak masih anak TK saja.“Ryan…jangan diambil hati yaa kalau kamu melihat ibu sambungmu jutek begitu, aslinya hatinya baik kok!”Chulbuy sengaja begitu, karena Cynthia terlihat tak begitu hangat dengan kehadiran Ryan di rumah mereka.Chulbuy paham, pastinya ada rasa tak enak di hati istrinya, sebab kini Topan bukan lagi anak sulung, tapi Ryan lah yang jadi anak sulung di keluarga mereka.“Tak apa pah, Ryan maklum kok!” sahu Ryan, saat ini memang dia
“Bu Riona silahkan masuk, sekarang giliran ibu untuk di wawancara langsung pimpinan Yayasan Bu Nat,” seorang staf TU meminta Riona Sofyan masuk ruangan wawancara.Riona dapat giliran nomor 25, dari 25 calon pelamar calon guru hari ini yang di wawancara langsung Ryan Hasim Zailani, atau dapat giliran terakhir untuk hari kedua ini.Sehari sebelumnya 25 orang sudah di wawancara Ryan, dari 49 calon guru yang sudah ia wawancara, Ryan sudah dapat gambaran siapa saja kelak yang akan di luluskan dan diterima menjadi guru di sekolah ini.Terdengar bunyi kletak-kletuk dari sepatu heel yang berjalan menuju ke meja Ryan.Awalnya Riona kaget dan terlihat ragu saat tahu orang yang akan ia hadapi, tapi akhirnya dia putuskan tetap masuk dan kini sudah berdiri di depan Ryan.“Duduklah Riona…!” Ryan mengangkat wajahnya dan harus ia akui, kecantikan Riona tak banyak berubah di usianya yang sudah 29 tahunan.Hanya terlihat seperti ada beban di wajah cantiknya tersebut, sesaat keduanya saling pandang, Rion
Di kamar lainnya, Hagu sama sekali tak bisa pejamkan mata. Pemuda ini berdiri di balkon kamarnya dan menatap Kota Kuala Lumpur, sambil termenung ingat mimpinya tadi sore yang baginya sangat aneh dan membuat bulu kuduknya sering berdiri tanpa bisa di cegah.“Aneh sekali, kenapa aku bisa mimpi kakek Datuk Hasim Zailani dan aku di sebut cucu buyutnya…?” batin Hagu sambil kembali isap rokoknya, benar-benar puyeng kepala pemuda ini.Akhirnya saat jarum jam sudah menunjuk ke angka pukul 2 malam, barulah Hagu bisa tidur nyenyak, tanpa mimpi.Balanara paham ‘sahabat’ barunya ini pusing tak punya identitas, karena paspornya tertinggal di Bangkok.Balanara lalu kontak staf di kantornya, agar membantu Hagu urus paspor dan surat-surat lainnya ke kedutaan Suriah yang ada di ibukota Malaysia ini.“Agar kamu tak di tangkap aparat saat berkeliaran di Kuala Lumpur, nanti biar anak buahku di kantor bantu kamu,” saran Balanara, Hagu pun mengangguk dan benar-benar sangat berterima kasih dengan 'Abangnya'
“Kelak kamu akan tahu, belum saatnya kamu kini tahu. Kamu masih banyak PR yang harus diselesaikan cucuku. Sekalian bantu saja keluarga si Balanara juga keluarga si Ryan ya, dia bukan orang lain denganmu,” sahut pria tampan dalam foto tersebut.“I-iya Om...eh kek…maksudnya apa? Aku ada hubungan dengan Balanara dan Om Ryan?” sahut Hagu masih gugup.Namun orang foto itu malah seperti kembali ke asal, tidak lagi bicara, foto besar itu tetap hanya berupa foto, tidak lagi terlihat hidup atau bicara.“Mas…mas…bangun, ini kopi panas silahkan di minum, nggak enak kalau dingin!”Hagu kaget, ia ternyata ketiduran, matanya sampai liar menatap kiri dan kanan, saat mentok ke foto tadi, bulu kuduknya kembali meremang.“Astagaa…aku ketiduran dan…bermimpi!” batin Hagu sambil menatap lurus foto itu.“Waah enak banget kamu, baru ku tinggal 30 menitan lebih, langsung molor,” ceplos Balanara.Hagu tentu saja kebingungan, perasaan di baru saja masuk di ruangan ini, kenapa malah di bilang lebih 30 menitan..
“Ha-ha-ha…bagaimana kalau mampir ke rumahku atau tepatnya rumah kakek buyutku, kita bisa ngobrol santai di sana, tapi bukan di Penang sini, di Kuala Lumpur!”Tiba-tiba tanpa di duga Hagu, Balanara mengundang ke rumahnya, padahal mereka baru kenal tanpa sengaja di tempat ini.Bukannya menolak, entah karena dorongan apa, Hagu mengiyakan saja, terlebih dia juga bingung mau kemana…!Hagu kaget saat Balanara di jemput mobil mewah yang langsung membawa mereka ke Bandara Penang Airport dan Hagu makin kagum, Balanara naik private jet, yang akan langsung menerbangkan mereka ke Kuala Lumpur.Awalnya heran juga Hagu, kok ada pemuda se tajir Balanara mau nangkring di kafe kelas biasa di Penang sini.“Jangan kaget yaa…kakek buyutku itu dulunya salah seorang taipan di sini. Lalu menurun ke kakekku dan akhirnya sampai ke ayahku. Aku ini generasi ke 5 dari kakek buyutku itu,” cerita Balanara saat mereka sudah berada dalam private jet mewah ini.“Jangan-jangan Anda ini keturunan Hasim Zailani,” ceplos
Hagu ternyata komit dengan niatnya, uang dari kelompok Al Harun dulu, benar-benar dia bagi-bagikan buat siapa saja yang membutuhkan dan Boby, Sari dan Ona kini giliran yang dapat uang darinya.Begitu sampai di pelabuhan Muara Sungai Mekong, tanpa buang waktu, Hagu cs beli tiket kapal fery, kini tujuan mereka ke Malaysia.Kalau sebelumnya mereka melewati sungai, kini mereka melewati Laut Cina Selatan yang sangat luas dan wajah ke 4 nya kini lega bukan main, sebab sudah berhasil keluar dari mimpi buruk.Padahal sebelumnya bermimpi akan dapat kerja enak dan gaji tinggi, hingga rela meninggalkan negeri sendiri.Diam-diam sebenarnya masih banyak warga Indonesia yang terjebak di sana. Boby, Sari dan Ona hanyalah 3 orang yang beruntung selamat setelah bertemu Hagu.Akhirnya, sampailah mereka di pulau Penang Malaysia.Boby, Sari dan Ona terkejut, saat Hagu bilang akan bertahan di Malaysia, dia tak ikut menuju ke Indonesia.“Kalian lanjutkan saja perjalanan ke Indonesia, aku ingin bertahan di
Dari ngantuk berubah jadi lenguhan manja dan akhirnya Crea pasrah menikmati layanan istimewa pemuda ini, yang tak ada puas-puasnya melumat apem rimbunnya tersebut.Crea sudah mengajari bebek berenang dan kini si bebek makin tak terkendali."Tahu enak gini, si Arai dulu ku sikat juga,' batin Hagu makin mabuk olehh nafsunya sendiri.Hagu yang baru pertama kali adu kelamin, kembali mengajaknya melayang di babak kedua.Kali ini Crea tak segan ‘ajari’ bebek berenang ini gaya-gaya yang mendebarkan jakun. Hagu…makin tenggelam dalam indahnya percintaan dengan Crea.Yang namanya nikmat pasti ingin mengulang dan terus mengulang, begitu juga keduanya. Apalagi Hagu dia tak bisa ngerem nafsunya dengan Crea. Paginya Boby, Sari dan Ona saat sarapan yang di sediakan ART Crea sampai saling pandang, saat terdengar suara desahan di kamar sang tuan rumah.Sari dan Ona sampai senyum-senyum di kulum dan mereka agak memerah wajahnya. Boby yang aslinya ada dikit-dikit ngondek mengedipkan mata pada dua sahab
Tiba-tiba Hagu kaget, saat tangan lentik Crea meraba pahanya, jantung Hagu kontan berdetak kencang. Anehnya kali ini dia diam saja, beda saat bersama Arai, tangan wanita itu dulu di kibaskan.“Kata orang, kalau di pegang langsung tegang, benaran perjaka!” canda Crea sambil berbisik, sampai dengus nafasnya menerpa wajah Hagu.“Masa sih, jadi kamu belum percaya…coba pegang!” tantang Hagu mulai terbawa suasana.Dan Hagu kaget setengah enak, saat tangan lentik dan halus Crea mulai menyelusup ke celana nya dan memegang ularnya…dan dalam hitungan detik pelan-pelan mulai terbangun.“Benaran perjaka tuan, sudah mulai keras…besar lagi,” bisik Crea terkaget-kaget sekaligus mulai terbakar sendiri. Tak menyangka pemuda ini memiliki size di atas rata-rata. Tak ada apa-apanya milik mantan suamiku, batinnya.Di usianya yang sudah hampir 22 tahunan, inilah pertama kalinya benda keramat milik Hagu di pegang seorang wanita dewasa.Reaksi Hagu…diam saja menikmatin, tanpa ada niat menghentikan ulah nakal
Mendengarkan niatan Boby, Sari dan Ona yang akan pergi dari negeri ini, Crea pun mengangguk paham, dia bahkan berniat akan bantu ke 4 nya kabur dari negara ini.Namun masalah muncul, karena paspor mereka di tahan kelompok Korsan dan lupa di cari di markas komplotan itu.“Satu-satunya jalan, kalian harus ikut kapal motor yang akan melewati sungai di belakang rumahku ini, kapal motor ini biasanya memang sering bawa penumpangnya kabur ke Malaysia. Tapi masih 3 harian lagi baru lewat. Jadi kalian ku minta tetap bersembunyi dulu di sini,” saran Crea.“Iya itu masuk akal juga, kita tak bisa balik ke pelabuhan, pasti di sana paspor kita akan di tanya. Kalau paspor kita tidak ada, bisa jadi kita akan di tangkap aparat dan di tuding sebagai pendatang haram,” sela Sari, yang selama ini bersama Ona hanya jadi pendengar yang baik.“Baiklah, mau tak mau kita akan menunggu di sini selama 3 harian,” sahut Hagu dan kini makin percaya dengan Crea, pastinya diam-diam kagum juga dengan kecantikan wanita
Tiba-tiba tangan Hagu bergerak. Dorrr…dorrr…dorr…dorr…dorrr pistolnya menyalak sampa 5X, Korsan dan 4 anak buahnya terjengkang dengan perut berlumuran darah terkena tembakan cepat Hagu.Korsan tak pernah menyangka, Hagu adalah mesin pembunuh berdarah dingin dan sekali bertindak tak pernah tanggung-tanggung.Crea sampai berlutut saking kaget dan tidak menyangka cepatnya Hagu bertindak.Hagu lalu injak dada Korsan. “Di mana kamu sekap anak Crea?” dengus Hagu sambil todongkan pistolnya ke wajah Korsan.Korsan terlihat kebingungan karena tak bisa Bahasa Inggris. Crea lalu buru-buru terjemahkan ucapan Hagu.Dengan wajah ketakutan, Korsan sebutkan tempatnya dan…setelah itu kepalanya terkulai, dengan berdarah dingin Hagu injak dada Korsan dengan keras dan pentolan penjahat ini mati seketika.Crea sampai menutup wajahnya, saking takutnya melihat kekejaman Hagu.“Cepat Crea, ambil anakmu itu, sebelum orang-orang berdatangan,” cetus Hagu kalem dan dengan kaki gemetaran Crea masuk ke markas ini
Lalu Hagu keluar dari mobil ini dan dia di pandang heran oleh Boby, Sari dan Ona, karena Hagu terlihat berjalan hati-hati menuju ke kafe di seberang jalan lumayan ramai di pelabuhan ini.Hagu sengaja tutupi wajahnya dengan topi, dia masuk ke kafe milik Crea. Dendamnya ke wanita ini membuat Hagu ingin ‘selesaikan’ Crea saat ini juga.Hagu mempunyai sifat dendam yang akut, dia tak akan puas kalau musuhnya tidak habis, inilah hasil dia jadi milisi selama bertahun-tahun di Timteng, hawa membunuhnya sangat kuat.Hagu kini berpura-pura sebagai pengunjung kafe ini, tapi matanya mengawasi di mana si Crea berada. Kafe malam menjelang malam ini lumayan ramai, walaupun kafe ini tak begitu luas.Setelah pesan bir, ia sengaja duduk di pojokan dan mengamati tempat ini, orang yang dia cari-cari belum terlihat.Hampir 1 jam Hagu duduk akhirnya orang yang ia tunggu-tunggu terlihat, namun Hagu tetap sabar menunggu.Tak lama kemudian, Crea terlihat baru datang mulai sibuk perintah ini itu pada anak buahn