BERSAMBUNG
Di kantor polisi…suasana mendadak ramai. Ratusan wartawan media cetak dan elektronik, di tambah ratusan penggemar Bryan serbu Mapolsek ini, polisi sampai kewalahan bendung kedatangan mereka.“Baiklah mas Bryan, kami akan selidiki soal ini, silahkan anda berdua pulang dulu,” si kapolseknya.“Pak kapolsek…boleh saya pulang lewat pintu belakang?” Bryan yang tak sadar menggandeng Riona ini menolak lewat pintu depan.Dengan ‘wajah’ benjol dan membiru, Bryan malas di foto wartawan.“Tapi…apa mas nggak mau di wawancara wartawan? Kan mas publik figure, kesempatan nihhh biar makin viral!” canda si Kapolsek, yang Bryan liat...agak ngondek...!.“Tante...eh bapak aja deh yang hadapi mereka, saya mahh…ingin sesegeranya mengobati benjol di dahi dan biru di pipi ini,” elak Bryan, lalu buru-buru jalan dan Riona dan senyum saja meliihat wajah Bryan begitu."Ihh...bapak donk masa tante...gemess dyehh kamiuuu!" Si Kapolsek ini lalu tertawa.“Artis satu ini aneh, orang berebut pingin viral, ehh dianya mal
“Sabar yaa, aku belum siap…!” itulah selalu jawaban Riona. Padahal bukan hanya Bryan, Riona pun harus mencuci celananya kalau sudah bercumbu.Riona tak munafik, dia juga butuh kehangatan…tapi ada sesuatu yang membuatnya belum siap!Bryan pun tidak mau memaksakan kehendaknya.Kadang Riona kasian juga saat Bryan sudah hampir ingin memasukan pelatuknya, namun Riona tetap keukeuh dan menggeleng.Bryan pun fokus ke karirnya.Sesuai saran Riona, Bryan juga tak memikirkan dulu tante Weni dan satu orang lagi yang mempermaknya dulu.“Serahkan pada polisi, kamu fokus ke karir saja dulu,” kata Riona dan Bryan pun setuju.Dua film di selesaikan dalam waktu 4 bulanan dan begitu salah satu filmnya yang berjudul “Genk Sekolah” di putar di bioskop, film bertema kenakalan remaja ini lagi-lagi bomming.Tak rugi sang produser beri honor hingga 2,5 miliar plus bonus buat Bryan, film-nya sukses besar di bioskop tanah air.Inilah peningkatan luar biasa bagi Bryan, dulu di film pertama hanya di bayar 200 jut
Bryan sudah melupakan si tante yang suka berceloteh sepanjang mengudara dan ngomong selangit, serta 3 pramugari yang selalu salting dengannya dalam perjalanan dari Bandara Soetta-Sam Ratulangi.Begitu mendarat, Bryan kembali pasang penyamaran langsung carter mobil dan minta di antar ke Tomohon, tempat ibunya di makamkan.Begitu Bryan lepas lagi penyamarannya, si sopir mobil ini tentu saja kaget bukan main, nggak nyangka yang carter mobil MPV nya hari adalah artis terkenal yang tengah naik daun.“I-ini mas…Bryan Dayoh kan?” katannya agak terbata, sambil melihat Bryan lewat spion di dalam mobilnya ini.“Iya Om…tapi tolong bersikap santai saja ya, aku tak ingin di kenali siapapun saat ini,” sahut Bryan kalem.“S-siap mas Bryan duehh mimpi apa aku semalam, pasti putri ku yang idola’in mas nggak bakalan percaya, aku bawa si idolanya saat ini,” kata si Sopir ini, sambil kenalkan diri dengan nama Agow ini.Perjalanan dari Manado ke Tomohon agak tersendat karena lalu lintas ramai, Agow tak hen
Tiba-tiba masuk 3 orang laki-laki, yang dua berbadan kekar dan satunya agak tua, sehingga lift yang mampu menampung 8 orang ini jadi terasa sesak, karena berisi 6 orang sekaligus.Harum parfum ke tiga pramugari ini, setidaknya mampu menutup 'bau badan' dua orang berbadan kekar ini.Apalagi ketiga pramugari ini kenakan aju santai, jeans dan kaos, sehingga lekak-lekuk tubuh semampai mereka cukup menggiurkan...terutama bagi si lelaki setengah tua tadi.Matanya seolah melihat 3 makanan lezat yang siap di santap! Bryan awalnya cuek saja, topi sengaja dia pasang, juga masker di mulutnya. Namun dia mulai rasa aneh, apalagi ada ucapan dari si bapak yang agak tua ini bikin dia mulai curiga.“Lo ulang bedua, bawa ke tiga plamugali ini ke kamal owe, setelah itu lo ulang pelgi, owe mau nikmatin ketiganya sepuas hati owe. Kagak lugi owe bayar mehong sama bos kalian he-he,” kata pria ini dengan logat cadelnya.Tak di sangka kamar si cadel ini berada di lantai yang sama dengan Bryan.Bryan pun mu
“Minum kopi ini,” Bryan menyerahkan satu gelas kopi pada salah satu pramugari yang tidak terlalu mabuk kondisinya tadi dan inilah yang paling cantik di bandingkan dua rekannya.Wajahnya mengingatkan Bryan dengan artis lawas Asmirandah, nampak sekali dia asli daerah ini, kulitnya juga terang bersih.“Makasih Bang Bryan…namaku Melani, yang itu Erni dan Lola!” sahut si pramugari ini kenalkan diri dan ke 2 rekannya, setelah beberapa tegukan, kepalanya agak berkurang puyengnya.Melani yang tidak terlalu mabuk, tentu saja ingat sekaligus diam-diam kaget!Tak menyangka kalau penolongnya dan juga dua sahabatnya adalah artis yang tengah naik daun ini.Sedangkan kedua rekannya kini di rebahkan di ranjang, dalam kondisi masih fly dan benar-benar tak berdaya, entah apa yang di minum mereka, sehingga sampai begini.“Melani, apa yang terjadi, kenapa kalian bertiga hampir saja jadi korban dari si cadel itu,” tanya Bryan penasaran.“Awalnya, kami hanya ingin menikmati suasana pub, lalu kenalan dengan
Bryan yang tertidur di sofa terbangun saat mendengar ada isak tangis, rupanya ini sudah pagi. Makin heran lagi yang menangis justru Melani yang tengah di hibur Erni dan Lola. Setelah cuci muka di westapel Bryan langsung ke mini bar bikin kopi, sambil menatap heran kenapa Melani sampai menangis terisak-isak begitu.“Apa yang terjadi? Kenapa Melani menangis?” tanya Bryan ke Erni dan Lola.“Anu Bang…Melani barusan dapat kabar dari adiknya, rumah mereka kena gusur. Rumah keluarga Melani memang sejak dulu bermasalah dan hari ini pihak pengadilan lakukan penggusuran dengan meratakan rumah tersebut,” sahut Erni.Lola kemudian menambahkan cerita Erni, kalau saat ini keluarga Melani bingung mau tinggal di mana, tak ada keluarga dekat di Manado.“Rumahnya di kota ini juga Bang, berada di ujung Timur,” kata Erni menyela omongan Lola.“Kita jenguk sekarang ke sana! Kalian belum terbang juga kan saat ini?” ajak Bryan tiba-tiba.“Kami masih libur selama dua harian lagi Bang, setelah itu terbang k
Bryan berbisik ke Agow dan sopir ini kaget. Bryan merencanakan sesuatu yang diluar dugaan si sopir Agow ini.“Tapi mas…?” Agow meragu.Namun Bryan beri kode agar Agow jangan takut. Tanpa setahu Melani cs yang masih berada dalam rumah.Bryan yang kembali kenakan masker dan topi, berjalan lewat samping, lalu menuju di mana mobil MPV hitam tadi parkir, tanpa memberitahu Melani cs.Perumahan yang berjejer rapi dengan jalan kompleks perumahan yang mulus dan sepi, memudahkan Bryan menuju ke mobil tersebut, tanpa di sadari para penguntitnya ini.Karena jaraknya hanya 200 meteran, tak sampai 10 menitan, Bryan sudah dekat dengan mobil tadi.Terlihat dua orang sambil merokok asyik berbincang di samping mobil, tiga temannya masih berada di dalam mobil tersebut.Dengan berindap-indap Bryan mendekati kedua orang ini dan kini ia sudah berlindung di sisi mobil.Bryan tak ingin di buru, tapi dia ingin jadi pemburu, inilah tadi yang membuat Agow kaget bukan main dengan kenekatan Bryan.“Kemana pria it
Ke empat orang ini secara pengecut bersimpuh ke aspal sambil menahan nyeri di tubuh masing-masing.Sebal bukan main Bryan melihat kepengecutan ke empat preman ini, dia lalu menendang tak terlalu keras ke empatnya, hingga kembali terjengkang ke aspal.“Sekarang aku mau tanya, jawab yang jujur dan jangan bohong, atau nasib kalian berempat akan sama seperti rekan kalian yang pingsan dan ku patahkan kakinya tadi,” dengus Bryan sambil menatap tajam ke empatnya.“I-iya Om…ma-mau tanya apa Om,” sahut orang yang tadi kepentuk pintu mobil, sambil memandang jerih dan takut ke arah Bryan.Tak pernah mereka sangka, orang yang mereka ikuti dan akan di hajar ternyata ahli beladiri, ganas pula dan yang paling bikin mereka tak menyangka, Bryan ini seorang artis film terkenal.Ternyata bukan hanya jagoan di film, di dunia nyata ternyata juga sama-sama jagoan, pikir mereka.“Apakah benar tante Weni yang tinggal di Surabaya merangkap germo adalah istri si Alex Soton?” tanya Bryan sambil menatap tajam waj
Ting tong...!Hagu bergegas buka pintu kamar hotelnya dan dia kagum sekaligu geleng-geleng kepala, di depannya sudah berdiri Prem dengan stelan jas tanpa dasi.Bahkan di bagian dadanya sengaja sedikit terbuka, sehingga dada bidangnya yang lumayan lebat bulunya terlhat jelas. Ganteng maksimal sekali pemuda ini dan Hagu tak ragu memujinya.“Lohh kamu belum siap brother, ini sudah jam 19.15 loh,” tegur Prem, karena Hagu masih berbaju kimono, setelah mandi.“Iya deh tunggu sebentar, aku berpakaian dulu,” Hagu pun cepat ke kamarnya dan membiarkan Prem santai sejenak di ruang tamu kamar bertipe suite ini.Tak sampai 10 menitan, gantian Prem yang menatap kagum ke Hagu. Saking kagumnya, dia memutari tubuh Hagu, yang kini makin ‘berkelas’ dengan stelan jas mahal.“Gileee loh, kamu tak kalah ganteng, pakai bingit lagi, tapi kita jangan gandengan jalan ya, nanti di kira sekong!” cetus Prem, hingga Hagu makin tertawa lebar, benar-benar si Prem ini lucu dan kocak.“Oh yaa…selamat ultah ke 24 tahun
“Hagu…kayaknya malam ini kita bisa menikmati tubuh kedua pramugari cantik itu, lihat saja, mereka mulai buka pintu?” bisik Prem mulai nakal.“Hadeuuuuh...nggak perlu-lah Bang, ntar kamu malah ikutin jejak papa kamu Om Balang, punya keturunan di mana-mana?” sahut Hagu perlahan. Prem malah tertawa saja.“Masa sihh kamu nolak rejeki? Pake pengaman donk, jaman sudah maju kudu siap kon*om kelesss, lagian kan suka sama suka, bukan tipikal aku lah main paksa he-he!” cetus Prem lagi cuek.“Dasar turunan payboy,” olok Hagu, yang mau tak mau selalu senyum.Prem beda dengan Balanara, pemuda ini supel, ceria dan semau gue juga nakal dan turunan royal.Hagu pun tak menanggapi berlebihan goyunan Prem, sampai akhirnya mereka mendarat di Bandara Phnom Penh International Airport, yang berada sekitar 7,73 km dari pusat kota ini.Tak pernah Hagu duga, Prem diam-diam ternyata berkenalan dengan kedua pramugari cantik dari maskapai yang pemiliknya keturunan India ini.“Kita nginap di Hotel Royal Pnom Penh
“Aku yakin…nama Hagu itu hanya julukan, siapa sebenarnya nama asli Mas ini?”Hagu langsung terdiam, sesaat di menghela nafas, agak ragu menyebutkan nama aslinya, tapi masa iya aku harus berbohong pada adiknya Balanara, yang sudah begitu baik denganku, pikirnya lagi bimbang.“Tuan…nama Hagu itu sebenarnya nama julukan yang di berikan teman-teman milisiku di Suriah dan Yerusalem, nama asliku adalah, Reyhan!”Prem melongo…!Sebagai anggota keluarga Klan Hasim Zailani, tentu saja Prem diberitahu semua rahasia keluarga mereka. Senyum misterius tersungging di bibir si agen nekat ini.“Tak salah lagi…ku rasa walaupun tak pakai DNA, inilah anak yang hilang dulu!” batin Prem senyum di kulum.Saat melihat jam tangan, penerbangan masih 3o menitan lagi, Prem alasan mau ke toilet, tanpa ragu dia nitip tas ranselnya pada Hagu.“Nggak takut ranselnya aku bawa kabur Mas?” canda Hagu.“Nggak, paling kamu kaget, sebab isinya…senjata!” cetus Prem tertawa dan dia benar-benar pergi ke toilet.Hagu melotot
Widya juga putuskan tetap sekolah, tapi tidak di sekolah internasional itu lagi. Kalau ketahuan hamil pasti akan di keluarkan.Widya memilih mengundurkan diri dan pindah ke sebuah sekolah paket C, sebab dia kelak tetap akan kuliah sesuai janjinya dengan Hagu, terlebih di rekeningnya, Hagu sudah transfer uang hingga 10 miliar.Kini, sambil tetap sekolah kandungan Widya pun makin besar seiring waktu. Anehnya Widya tak lagi manja setelah Hagu tak berada di sisinya, Widya malah makin dewasa.Kita tinggalkan dulu Widya yang kini tengah mengandung anak dari Hagu. Kita ikuti perjalanan sang tokoh utama, yang kini menuju bandara Soetta tujuan Kamboja, untuk kejar musuh besarnya, Joni White.“Maaf…!”Hagu hampir saja menabrak seorang pria tinggi besar dan postur tubuhnya kokoh, tak beda jauh dengannya, saat akan masuk ke pintu keberangkatan di bandara Soetta, tujuan luar negeri.“Tak apa, anda mau kemana, kok buru-buru,” sapa orang ini ramah.“Saya tujuan ke Kamboja, anda sendiri mau ke mana?”
Hagu pun dengan lembut mulai telusuri dada membusung Widya, yang justru membuka pintu ‘rumahnya’ lebar-lebar.Desahan-desahan lembut terdengar di ruang tamu ini. Kini baik Hagu dan Widya sudah tak kenakan pakaian lagi, silau juga Hagu melihat kemulusan tubuh remaja yang satu bulan lagi akan berusia 17 tahun.Kalau selama ini keduanya aslinya sering menahan diri, agar tak terlalu jauh melangkah, walaupun kadang keduanya terbiasa…saling gesek! Namun tak sampai bablas, saat ini berbeda.Rasa takut ‘kehilangan’ membuat Widya ingin Hagu lakukan sesuatu yang selalu mereka tahan-tahan sejak awal bersama.Hagu tanpa ragu bopong tubuh mulus Widya ke kamar, yang selama ini jadi tempat tidur mereka berdua. Mulut keduanya tetap saling melumat dan Widya memeluk erat tubuh Hagu.Kini Widya benar-benar pasrah dan Hagu pun makin tak terkendali, dia tak ragu mulai telusuri tubuh Widya dan…sampai ke hutan gundulnya.Milik Widya tentu saja beda dengan wanita-wanita yang sudah Hagu gauli, Widya masih gad
Widya ternyata tak keberatan dengan niatan Hagu yang akan jemput ART-nya yang dulu memeliharanya sejak bayi dan akan menjadi ART di sini.Apalagi kata Widya anak-anak si ART itu sudah besar-besar dan 2 orang sudah menikah, satu masih kuliah sambil kerja dan si ART ini hanya tinggal berdua dengan anak bungsunya itu, suaminya sudah lama meninggal.“Nanti pas liburan semester kita jemput ya Bang, setelah itu baru Abang boleh pergi ninggalin Widya. Tapi janji Abang harus pulang setelah misi Abang tuntas. Widya akan selalu menunggu Abang sampai kapan pun!”Widya juga sudah tahu apa tujuan Hagu.Pemuda cerita apa adanya dan tak ada yang di tutupi lagi pada si cantik ini, ini lah yang bikin keduanya makin dekat dan sayang satu sama lain, karena sama-sama sebatang kara.Liburan semester masih 3 bulanan lagi dan Hagu pun mengiyakan dan janji sampai kapanpun tak bakal meninggalkan si adik angkat, yang makin jelita dan tubuhnya tinggi semampai ini.Widya ikutan keranjingan olahraga, gara-gara men
Widya blak-blakan menyebutkan, ibunya dan Alex White hanya kumpul kebo, beda dengan Min Hoo, papa kandungnya yang sempat menikah, tapi entah kenapa tak lanjut.Tante Weni bertemu dengan Min Hoo setelah hubungannya dengan Alex White bubar.“Kata ibu, karena papaku nggak mau ikut keyakinan ibu, sehingga mereka bertengkar dan pisah, padahal ibu lagi mengandung aku!”“Lantas….sejak kapan ibu kamu lumpuh Widya, benarkah akibat perbuatan si Joni itu?” tanya Hagu lagi yang kini jadi penasaran.“Ketika tahu Alex White tewas, semua harta peninggalan itu di ambil ibuku, tiba-tiba muncul si Joni White dan mau rampas semua harta itu lagi. Ibu tentu saja marah dan mereka bertengkar, tahu-tahu ibu di dorong si Joni dan terjatuh ke lantai ubin rumahnya, tulang belakang ibu patah dan itu yang sebabkan ibu lumpuh, bohong kalau ibu kena stroke,” cetus Widya.“Tapi…ibumu bilang kena stroke?” sela Hagu.“Sejak lumpuh dan berada di rumah sakit, darah tinggi ibuku kumat dan akhirnya terserang stroke. Belia
Hagu makin kagum, Widya punya bakat mendesain rumah, setelah di bersihkan, kini rumah ini makin nyaman dan enak di lihat, Widya sangat rajin dan suka menata ruangan.“Gila juga si Abang Nara, rumah begini bagus dan mewah di biarin kosong? Tapi tak aneh sih, wong dia anak orkay!” batin Hagu tak habis pikir, apalagi dia tahu saat ini harga ini rumah di atas 10 miliaran.Hagu dan Widya juga tak perlu repot-repot beli perabotan rumah ini, semuanya lengkap, lemari pakaian pun tinggal di isi, setelah di bersihkan, juga di dapur peralatan masak komplet dan semuanya serba listrik, tak perlu beli gas lagi.Widya sangat antusias dan kadang dia memasak, masakannya ternyata enak juga, Hagu tak ragu memuji masakan Widya, tanpa sadar hubungan mereka makin hari makin dekat.“Aku bercita-cita mau jadi koki Bang!”“Bagus Widya, nanti kamu sekolah lagi, aku akan ongkosi kamu sampai tamat jadi koki profesional dan buka restoran yaaa.”Tanpa ragu Widya pun mengangguk dan memeluk erat tubuh Hagu.Bahkan ki
“Widya…kamu sekarang mau kemana?”Hagu kini memancing Widya, saat mereka kini sudah berada di mobil kembali, lumayan lama juga mereka di TPU tadi.“Abang sendiri mau kemana? Aku maunya…ikut Abang saja, malas kembali ke tempat ART. Aku tak punya tempat tinggal Bang. Apalagi ART itu bukan ibu kandungku. Aku juga tak punya keluarga dekat Bang, bagiku saat ini Abang-lah keluargaku!”Mendengar kalimat ini, Hagu sampai tertegun.“Tapi…aku tak punya rumah di Jakarta ini Widya, kan aku bukan WNI!” sahut Hagu apa adanya.“Kenapa Abang nggak beli saja, rumah atau apartemen gitu, ku rasa Abang pasti punya uang bukan?” sahut Widya hingga Hagu seakan baru terbuka hatinya .“Hmm…bagus juga ide kamu Widya, ahh iya, aku mau telpon temanku dulu, di mana perumahan yang bisa aku beli dan pastinya aman buat kamu tinggal. Agar tidak lagi di ganggu si Joni White itu, sebab dia pasti akan mencari-cari kamu, setelah kamu aku bebaskan dan bunuh dua anak buahnya!”Saat terjebak macet yang lumayan parah, Hagu l