BERSAMBUNG
“Jadi Wiwi kini terganggu jiwanya…?” Brandi menatap AKP Aldot, saat dia beri keterangan di Mapolsek Bitahan.“Betul banget kapten, kamu ternyata ganas juga hajar si pembunuh bayaran itu, sehingga si Wiwi stres dalam waktu dua minggu kehilangan dua selingkuan sekaligus!” ceplos AKP Aldot, saat kembali bersua Brandi di kantornya.“Apa boleh buat APK Aldot, jijik aku dengan tubuh telanjangnya, yang malah rangkul tubuhku sangat kuat, padahal aku tak niat membunuh, hanya refleks saja!” sahut Brandi.“Ha-ha-ha…andai si Wiwi yang rangkul, mungkin beda kali yaa urusannya!” kelekar Aldot.“Wah itu pasti,” sahut Brandi ikutan tertawa.Keduanya terus bercerita panjang lebar, Aldot kini senang, dia seolah dapat mitra baru, untuk binasakan musuh-musuh keluarganya.Aldot juga sudah tahu siapa ‘big bos’ Brandi, yang tak lain dan tak bukan adalah ayahnya sendiri. Brandi apa adanya bilang semuanya.“Kalau pingin, aku punya dua wanita cantik, kamu boleh pilih yang mana!” bisik Aldot sambi kedipkan mata.
Yeni kontan terdiam, tapi isyarat matanya terlihat menunggu…! Menunggu di serang pastinya.Brandi senyum sendiri, sebagai pria berpengalaman, dia paham, saat ini si manis lembut ini sedang menunggu gebrakan dari dirinya.Wanita walaupun kepingin, pasti jaim…!!!Brandi bangkit dan kini duduk mendekati Yeni. Lalu tanpa ragu dia menarik tangan si janda manis ini menuju ke rudal balistiknya yang masih tertutup celana jeansnya.Awalnya Yeni melengus ke samping, malu menatap wajah Brandi. Tapi tanpa di tuntun lagi, tangannya malah menarik resleting Brandi dan kini malah menelusup ke dalam dan akhirnya sampailah ke pengaman segitiga.Tangan lentik ini ternyata sangat trampil. Dalam waktu hitungan detik, Yeni sampai menatap nanar wajah Brandi, tanda kaget, si rudal balistik kini sudah terangkat tegak dalam posisi siap tempur.Yang bikin Yeni melongo, benda ini selain keras, juga bikin tangannya hampir tak muat meremasnya.Brandi langsung menarik wajah Yeni dan melumat bibir merah ini, adu gel
Malamnya…!Brandi menceritakan usahanya ke Ela ibu angkatnya, untuk mencari jati diri ibunya yang ternyata bernama Putri Zeremiah.Ela tentu aja kaget dan tak menyangka, kalau anak angkatnya ini anak seorang wanita keturunan Eropa-Timteng.Walaupun dulu salah satu faktor dia ngebet mau bawa Brandi, karena melihat wajah Brandi saat bayi lucu bak bule, hidungnya mancung pula, tapi rambutnya lurus hitam.Tapi….siapa ayah kandung Brandi?“Jadi keluarga Amir Thamrin juga mengaku tak tahu siapa ayah kandungmu, karena kamu bukan anak Emir Thamrin?” tanya Ela“Betul bu…inilah yang membuat aku bingung, kepada siapa lagi aku bertanya?” keluh Brandi, sambil hela nafas panjang.Tapi ia belum mau menceritakan soal harta warisan jumbo itu, khawatir ibunya keceplosan pada semua orang, ini berbahaya bagi keselamatan dirinya dan juga ibu angkatnya ini.“Satu-satunya jalan…kamu tanyalah pamanmu itu, tuan Ahmad Miller, ku rasa dia pasti tahu dengan siapa dulu ibu kamu dekat!” saran Ela.“Jadi…aku harus b
Marcia tak sungkan ajari Brandi mobil SUV mewah ini saat mereka tes drive, kadang tanpa sengaja tangan mereka bersentuhan, tapi Marcia pura-pura tak tahu saja.Dia sibuk menjelaskan kelebihan mobil berharga mehong ini, sedangkan Brandi malah keasyikan menatap bodynya yang memang yahud punya.Sesaat Brandi lupa dengan si janda Yeni, karena Marcia di matanya menang segalanya. Walaupun soal denok, Yeni tak kalah dengan Marcia. “Gimana pa…eh Bang saja yaa, Bang Brandi, apakah sudah paham?” tanya Marcia.“Paham gunung montok…aduuuhh eh maksudnya kalau di bawa naik gunung enak nggak?” ceplos Brandi sambil tepuk jidatnya.Marcia malah tertawa dan justru tidak berniat memperbaiki baju blousenya yang mencetak bodynya ini, dengan rok sebatas lutut.“Tentu enak donk Bang, kan ini 4X4, kalau naik gunung yang bisa bergerak, nah itu beda lagi,” sahut Marcia tertawa.“Maksudnya bisa bergerak gimana?” sahut Brand pura-pura lugu.“Ih si Abang pura-pura polos, emank aku nggak tahu sejak di dealer tadi
Malamnya…!Baru saja saling berciuman di kamar Yeni dan akan segera memasukan belalainya yang tegang maksimal ke perabotan Yeni lebat rumputnya.Brandi kaget bukan main saat mendengar ada gedoran keras di pagar rumah wanita ini.Brandi dan Yeni saling pandang, keduanya pun buru-buru merapikan lagi pakaiannya, lalu Brandi dengan santai keluar dari kamar membuka pintu rumah wanita ini.Tanpa takut sedikitpun, Brandi menuju ke halaman pagar dan ia tak kaget saat melihat ada 10 orang laki-laki berdiri di depan pagar ini dan setelah terbuka langsung ke halaman rumah Yeni.Sikap permusuhan pun langsung mereka perlihatkan, tapi Brandi tidak gentar sama sekali.“Ooo jadi ini laki-laki kurang ajar yang berani nginap di rumah warga kami,” terdengar suara seorang pria, yang jadi pemimpin ke 9 orang itu.Belum terlalu tua usianya, orang ini menatap bengis sekaligus ada rasa cemburu dengan Brandi, apalagi saat melihat rambut Yeni agak awut-awutan dan hanya kenakan daster.Anehnya, tak ada warga lai
Brandi kini sengaja jalan-jalan di desa Taruing ini, dia pamit ke Yeni dan bilang masih ada urusan. Yeni pun dengan senyum melepas 'ayanknya' yang jauh lebih perkasa daripada mendiang bos Syamsudin.“Kalau sampai seminggu Abang di sini, bisa jalan ngesot aku Bang, masa aku di genjot siang malam,” bisik Yeni tertawa sambil mencubit Brandi, sebelum pemuda ini masuk ke mobilnya.Brandi tertawa saja dan mencium bibir Yeni dan sempat-sempat meremas perabotan Yeni, hingga wanita ini langsung cubit perut Brandi.Saat meninggalkan rumah Yeni, Brandi sudah sadar sejak tadi ada 2 buah motor mengikuti mobilnya.“Hmm umpan mulai mematuk…!” batin Brandi, lalu cek pistolnya dan masih komplet berisi 12 peluru sekaligus.Inilah senjata canggih yang dia beli melalui online dan mendapatkan izin langsung dari markas besarnya.Saat melewati jalan sepi, di depannya Brandi kaget saat melihat ada keributan, tapi ini bukan keributan biasa, lebih tepatnya duel 1 lawan 10 orang sekaligus.“AKP Aldot…!” batin Br
Kedua pemuda nekat ini sama-sama telak di hajar di punggung oleh orang-orang yang tak dikenal itu. Ada tulang yang retak di punggung keduanya.“Tenang sobat, setelah sembuh, kita akan gantian bikin mereka impoten, mereka sudah berani buka permusuhan dengan kita, maka mereka akan tanggung akibatnya kelak,” bisik Aldot, ada dendam membawa di wajah perwira polisi ini.Brandi hanya menatap saja dan mengangguk. Karena dia pun sama, akan bikin perhitungan dengan musuh-musuhnya ini.Brandi lalu ceritakan tentang dua preman di Kampung Taruing, yang berniat akan habisi Aldot, pemuda ini malah tidak kaget. “AKP Aldot, siapa kira-kira musuh kamu kali ini?” tanya Brandi penasaran, sebab dia tak tak tahu apa-apa malah kini hampir jadi korban ke ganasan orang-orang yang tak di kenal tersebut.“Aku curiga, mereka ini anak buahnya kepala Kampung Taruing, yang bernama Burak. Aku pernah nolak uang sogokan dari mereka, sehingga mereka marah, ada lagi orang kuat di belakangnya, seorang Dirut di perusahaa
Setelah bertelponan dengan Marcia, Brandi yang ingin berganti pakaian sengaja buka-buka lemari pakaian lama di kamarnya ini.Brandi memang tak bawa pakaian banyak kalau pulkam, sebab pakaiannya masih banyak di rumah ibunya ini dan rak satupun dia bawa ke rumahnya Jakarta.Selama ini pakaiannya tersebut tak pernah di buka siapapun, termasuk ibunya, tetap tersimpan rapi, bahkan agak bau apak, karena lama tak di bongkar.Saat menarik celana pendeknya yang berada di lipatan paling bawah, Brandi heran melihat ada sebuah amplop surat yang sudah berubah warnanya saking lamanya.“Surat apa ini?” batin Brandi heran sendiri, sambil menarik amplop coklat itu.Setelah memasang celananya yang masih pas di pinggang, Brandi lalu bolak-balik surat ini, kemudian ia buka perlahan.Sebuah surat lumayan panjang yang di tulis Bibi Maya dengan rapi dalam Bahasa Inggris…!“Dari Maya, buat Ela dan Alfonso…Surat ini sengaja aku buat, sesuai pesan dari ibunda Brandi, Putri Zeremiah, yang ajaib sekali bisa sada