Share

Bab 45

Penulis: Desti Angraeni
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-25 22:32:28

Saat ini perasaan Ansel terasa tersambar petir karena ternyata Dewa berada di dekat etalase milik Adhitia. Pria itu sedang membicarakan sesuatu dengan supervisor hanya saja Ansel tidak dapat mendengarnya, lagipula dia tidak memiliki minat bertemu dengan Dewa yang sama liciknya dengan Evan. "Aku rasa dugaan Aisha tidak meleset sama sekali karena pasti Dewa dan Evan memang dalang dari penjarahan berlian dan mungkin kasus hilangnya berlian milik papa adalah salah satu rencana licik mereka!" Tatapannya memicing tajam ke arah Dewa yang tertawa di atas penderitaan keluarganya.

Ansel membalik punggungnya, dia lebih memilih menatap lurus pada ruangan kosong yang terasa senyap dna terlihat damai dibandingkan harus memandangi Dewa yang hanya berisikan api kejahatan.

Namun, saat ini Dewa melirik ke arah Ansel. 'Lihatlah pewaris kurang beruntung itu, dia berakhir menjadi karyawan dibandingkan menjadi bos besar.' Perasaan puas mengudara hingga memenuhi atmosfer di sekitarnya.

Saat ini tatapan s
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 46

    Dewa meninggalkan gedung tempat berlian berkualitas tinggi berkumpul menuju ke kediaman milik Adhitia yang sudah dikusai putranya. Sepanjang perjalanan ekspresi wajahnya selalu sumringah, tetapi bukan karena pencapaiannya melainkan terlalu bahagia melihat penderitaan Ansel serta semua keluarganya. “Aku membesarkan anak yang lebih hebat dibandingkan dengan putranya Adhitia. Mugnkin Ansel juga memang pernah berhasil, tapi dia tidak dapat mempertahankan keberhasilannya, dia terlalu bodoh. Sangat berbeda dengan putraku yang bisa mempertahankan keberhasilan bahkan memperluasnya.” Sunggingan bibirnya dipenuhi dengan perasaan bangga sekalian menghina Ansel.Tidak sampai satu jam waktu yang diperlukan Dewa menuju kediaman Adhitia. Sambutan hangat Evan adalah hal pertama yang didapatkannya, “Selamat datang di rumah.” Senyuman sang putra senada dengan sikapnya.“Senang rasanya.” Senyuman bangga Dewa walaupun setengah aset milik keluarganya merupakan hasil dari menjarah milik Adhitia.“Jangan su

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-26
  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 47

    Ansel tidak lantas masuk, tetapi menanyakan keadaan Reza terlebih dahulu, “Apa yang sebenarnya terjadi?”Naima mendesah sendu, “Bukankah kamu sudah melihat hasil pemeriksaan Reza. Reza mengalami sakit jantung dan membutuhkan donor jantung segera!” Ulang Naima dengan menambahkan penekanan di akhir kalimatnya. “Tapi aku tidak punya yang Reza butuhkan,” ceplos Ansel saat berterus terang sekalian ingin menilai raut wajah Naima.Saat ini pandangan Naima turun karena terlalu sendu, kemudian kembali terangkat dengan lirih. “Lihatlah dulu keadaan Reza. Dia juga ingin bicara banyak denganmu.” Suaranya senada dengan raut wajah dan isi hatinya, semuanya diisi dengan lirih. Ansel terpaku sesaat setelah mendengar keterangan yang diberikan Naima, kemudian memberanikan diri melangkah masuk ke dalam ruang rawat hingga netranya dikejutkan oleh keadaan sahabatnya dan membuatnya seketika terpaku.Naima ikut memandangi Reza dengan sendu, kemudian mengalihkan tatapannya pada Ansel. “Sudah cukup lama Rez

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-27
  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 48

    Aisha dan Evan menyantap menu berbeda karena menu favorit Evan adalah menu yang dibenci Aisha. Di tengah-tengah makan, wanita ini mencoba menanyakan handphone miliknya, “Apa handphonenya masih belum selesai diservice?”Evan menjeda suapannya sejenak. “Belum.” Kalimat datarnya dengan tatapan serupa karena Evan tidak berniat memberikan alat komunikasi pada Aisha selain telepon yang sudah terpasang di apartemen ini.“Kenapa lama sekali?” pertanyaan tambahan Aisha hanya untuk berbasa-basi karena hati kecilnya mengatakan jika Evan tidak akan memberikan handphone miliknya, pun raut wajah datar Evan adalah bukti dari prasangkanya. “Karena kerusakannya banyak, jadi ada banyak hal yang harus diganti,” penjelasan Evan dengan wajah datar, pun pria ini hanya menatap Aisha seperlunya kemudian kembali menyuap sarapannya.Aisha mengeluh di dalam hatinya. ‘Mungkin kalau sekarang masih mending karena ada telepon jadi aku masih bisa menghubungi kakak, tapi nanti bagaimana di rumah? Aku takut Evan suda

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-28
  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 49

    Pukul satu siang alarm berdering, segera Ansel membuka matanya dan bersiap-siap. “Aku akan ke rumah pak Rt,” ucapnya saat berpakaian. “Ya sudah ....” Kali ini Alea tidak akan melarang toh pasti pak rt memberikan pekerjaan yang baik untuk Ansel dan mengerti tentang propesi utama suaminya. “Aku pergi dulu, Sayang.” Kecupan hangat mendarat di dahi Alea hingga akhirnya Ansel berlalu. Saat ini Alea hanya dapat menyaksikan punggung suaminya yang semakin menjauh. “Setelah kita tinggal di sini, kita tidak memiliki banyak waktu bersama,” desahnya. Kehidupan mereka setelah pindah ke tempat ini memang sangat berkebalikan. Dulu Ansel adalah seorang pengusaha, tepatnya seorang CEO, tetapi sekarang Ansel disibukan dengan jam kerja yang mengekang ditambah pekerjaan tambahan yang sudah dijalaninya selama beberapa hari ini. Bukan hanya Alea yang merasa dunia ini terlalu banyak menyita waktunya bersama Ansel. Pun, Ansel merasakan hal yang sama. Pria ini mengasihani istrinya, tetapi dunia memaksanya

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-29
  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 50

    “Ansel!” panggilan lantang Deon dengan berlari cepat. “Di mana orang itu?” Pria ini celingak-celinguk ke persekiran dengan panik.“Sudah pergi.” Datar Ansel. “Astaga, kenapa kau membiarkannya pergi? Mereka sangat berbahaya! Jika kita bisa menangkap salah satunya bisa jadi itu sangat baik untuk kita.”“Dia seorang mafia, mana bisa aku menghentikannya seorang diri. Di mana kalian, kenapa tidak mengejar hingga kemari?” Saat ini Ansel mulai berdalih dengan alasan yang dia pikir dapat diterima akal sehat karena kawan-kawannya tidak boleh mengetahui kenyataan jika dia telah sengaja meloloskan seorang mafia. “Kami mengejar yang lain,” jawaban Deon dengan perasaan sedikit tidak tenang karena tadi dia berkelompok dengan kawan-kawannya karena tidak memiliki keberanian seperti Ansel yang mengejar salah satu mafia seorang diri. “Ya sudah, lupakan saja. Memang benar, tidak mungkin kau dapat membekuk orang itu seorang diri.” Deon memilih menyudahi topik sebelum Ansel membaca sikap pengecutnya sep

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-30
  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 51

    Pagi ini Evan mengunjungi apartemen tanpa sepengetahuan Aisha, maka wanita ini sedikit gelagapan kala menyambut suaminya, "Kenapa tidak memberi kabar?""Untuk apa memberi kabar, toh aku menemui istriku yang akan selalu menungguku," kekeh teduh Evan, tetapi senyuman Aisha selalu palsu. 'Seorang istri memang akan selalu menunggu suaminya, tetapi tentunya bukan suami seperti kamu!'Dagu Aisha diangkat mesra oleh Evan untuk merasakan manisnya permukaan bibir sang istri. "Hari ini kita akan pergi ke pesta." Lembut pria ini bersama tatapan senada. "Pesta di mana? Tapi ... bagaimana dengan papa." Segera, Aisha dilanda kebingungan. "Papa akan baik-baik saja di sini. Papa akan aman." Senyuman lembut masih dilukis Evan, kemudian mengecup dagu indah itu. "Masuklah," ajak Aisha segera saat seorang tetangga melewati pintu rumahnya saat Evan mengecup dagunya. Maka kini suami dan istri melanjutkan obrolan di ruang makan. "Semalam departemen store diserang kompotan mafia, tapi syukurnya semua be

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-01
  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 52

    Siang ini pesta besar-besaran diadakan di gedung departemen store berlian dalam rangka merayakan keselamatan berlian dari para mafia yang semalam berusaha menjarah benda berkilauan itu. Namun, tentu saja tidak satupun penjaga keamanan yang telah berjasa mendapatkan undangan kecuali Ansel, itupun karena statusnya yang seorang keturunan bangsawan-seorang putra dari Adhitia-salah satu suplier di departemen store. Evan menghadiri acara ini dengan alasan mewakilkan Adhitia, selalu begitu. Maka hingga detik ini para pebisnis masih mengenalnya sebagai orang kepercayaan Adhitia. Namun, pria ini hanya ditemani sekretarisnya maka beberapa orang menanyakan Aisha. "Istriku sedang kurang enak badan," jwaban yang selalu dilontarkannya pada setiap orang yang penasaran pada sosok istrinya yang cantik dan anggun. Bukan hanya Evan, tetapi sang ayah-Dewa ikut serta menjadi bagian dari pesta walaupun dirinya bukan salah satu pemasok berlian di gedung ini. Namun, tentu saja kehadirannya tetap disambut b

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-02
  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 53

    Pria bertopeng yang sejak tadi bersikap santai mulai menyalakan sebuah rokok, menyesapnya bersama perasaan damai. "Ada satu hal yang akan membuatmu terkejut." "Apa itu?" Sejak tadi Ansel sudah cukup bersabar maka sekarang dia mulai mendesak lawan bicaranya untuk membuka mulut walaupun sikapnya masih setenang air danau. "Evan memberi tahu kami tentang departemen store maka kami bisa menjarah tempat itu dengan mudah!" Seringainya dipenuhi kemenangan serta perasaan puas. Seketika, Ansel mendengus berang. "Sudahku duga Evan terlibat!" "Tapi tidak ada ruginya untukmu. Sudahlah, tidak perlu kesal pada iparmu. Tujuanku mengatakannya hanya untuk memperingatkanmu jika dia bisa membunuhmu perlahan. Evan tidak puas jika hanya menghancurkan keluarga kalian." Sebatang rokok kembali dihisap hingga pria ini menyemburkan asapnya ke udara. Sikapnya masih sangat santai walaupun di dalam situasi seperti ini. Sudah sewajarnya jika sekarang Ansel menyerangnya karena telah membicarakan kejelekan iparny

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-03

Bab terbaru

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 96. End

    Hari berganti, Ansel masih belum kembali dan saat ini Alea mulai menangis tersedu, tetapi untungnya Rina tetap di sisinya dan wanita ini juga yang membantu menenangkan ibu satu anak ini. Namun, kebaikan Rina tidak membuat Ansel kembali. Lelaki itu menghilang hingga satu minggu lamanya. Setiap hari Alea dan Aisha mencoba mencari tanpa melibatkan polisi karena mereka yakin hilangnya Ansel karena perbuatan Evan. Namun, hingga saat ini Aisha tidak menemukan bukti kecurigaannya. Tidak mudah untuk Alea menjalani kehidupannya selama satu minggu ini, Ocean sering menangis dan Alea tidak bisa fokus pada apapun. Jika saya Rina tidak di sisinya mungkin saat ini Alea sudah mendekati kehancurannya. Hari ini, Rina tidak tahan melihat Alea menderita. Maka, dia menghubungi Reza untuk mencari tahu keberadaan Ansel. Wanita ini yakin Reza bisa membantu karena Alea sudah melarangnya melaporkan hilangnya Ansel pada polisi. Sementara, saat ini Ansel disekap oleh Evan. Ya, pelakunya memang Evan. Sudah s

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 95

    Ansel menemui hari sialnya lagi karena akibat tindakannya dia disandera oleh Evan tanpa sepengetahuan Alea maupun Aisha. Jadi seakan-seakan Ansel menghilang tanpa jejak. Pada pagi ini Alea menunggu suaminya pulang, tapi hingga pukul sembilan dia tidak mendapatkan kabar apa pun. Alea menemui Rina untuk meminta bantuan menghubungi Ansel, tetapi nomor suaminya tidak aktif. "Ansel kemana dan kenapa nomornya tidak aktif, apa menemui Aisha?" Alea khawatir, hanya saja dia tidak ingin memikirkan hal aneh.Alea kembali ke rumahnya, di pangkuannya Ocean merengek padahal anaknya sudah diberikan susu. "Kenapa sayang ...." Lembutnya saat membelai pipi Ocean.Alea tetap melakukan kegiatan seperti biasanya, tetapi Ansel masih belum kembali bahkan ketika matahari sudah berada di puncak langit. Rengekan Ocean hanya berhenti sesaat, sejak pagi-pagi bayi itu terus merengek dan tidak pernah tidur nyenyak. "Nak, kenapa ..., jangan seperti ini ..., papa belum pulang dan tidak bisa dihubungi, mama khawatir

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 94

    Ansel tertangkap sebelum pria ini menemukan hal penting, maka bawahan yang ditugaskan Evan membawanya secara halus ke hadapan Evan supaya kedok tuannya tidak terbongkar di hadapan para karyawan.Saat ini Evan bertepuk tangan di hadapan Ansel yang berdiri geram. "Kakak ipar, kau memang hebat, kau bisa menebak keberadaan surat-surat penting milikku. Tapi ... aku yakin kau belum menemukan apapun karena tidak semudah itu. Aku sudah menyimpannya sangat rapat dan sulit dijangkau." Sunggingan bibir Evan mengudara sangat menyebalkan di dalam indera penglihatan Ansel. Saat ini Ansel tidak berkata apapun, arah matanya hanya selalu mengikuti gerakan Evan tanpa pernah berkedip sama sekali, bahkan bola matanya hanya berisi api yang siap membakar Evav."Jangan marah. Santai saja. Kakak ipar tidak boleh terlalu tegang karena memiliki anak dan istri yang harus dicukupi. Hm ... apakah rumah sekecil itu tidak membuat kalian pengap heuh? Rasanya untuk bernapas saja terlalu sulit," hina Evan bersama sun

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 93

    Jumlah kunci yang dimiliki satpam tidak sama dengan sebelum Ansel meninggalkan gedung ini, maka pria ini semakin yakin jika surat-surat penting milik Adithia disimpan di dalam salah satu ruangan di gedung ini. Setelah mencari tahu akhirnya Ansel menemukan satu ruangan yang tidak memiliki kunci. Dia berdiri tepat di depan pintu, ruangan ini memang terisolasi karena pernah terjadi hal tidak diinginkan. Ruangan ini tidak pernah disukai para karyawan karen lokasinya terlalu tinggi hingga mereka mengeluhkan jarak dengan lobby utama. "Ck, apa dugaanku benar. Kau menyimpan semua surat penting milik papa di tempat ini, tempat yang dibenci semua orang? Ya, memang masuk akal jika kau menyimpannya di sini karena tidak ada yang berniat memasuki ruangan ini!" Ansel selalu berhasil membaca isi kepala Evan yang dipenuhi dengan hal-hal licik. Begitupun dengan yang ini, ini mudah untuknya. Namun, apakah dugaannya benar?Ansel tidak memiliki kunci untuk ruangan ini karena salah satu kunci yang berkura

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 92

    Alea berwajah sendu ketika kembali masuk ke dalam rumah hingga menimbulkan pertanyaan besar dari Ansel sekalian merangkul istrinya, "Sayang, ada apa hm ...." Usapan lembutnya segera membelai punggung Alea.Alea tersedu di dalam pelukan Ansel, tetapi segera mengadukan isi hatinya, "Aku mengingat cerita ibu panti tentang asal-usulku karena tadi bu Rina bercerita tentang anaknya yang hilang."Rangkulan Ansel semakin dalam setelah mendengar kalimat sendu istrinya. "Tidak apa, itu hanya kebetulan ...." Usapan lembut di punggung Alea tidak berhenti bahkan semakin sering membelai penuh kasih sayang, tidak lupa mengecup puncak kepala sang istri. Setelah berhasil menenangkan diri, Alea melepaskan diri dari pelukan Ansel, kemudian segera membahas Deon. "Bukan teman kamu yang akan menyewa rumah, tapi saudaranya." Tatapannya masih berkaca, tetapi Alea berusaha menyampaikannya dengan benar hingga membuat Ansel mengusap salah satu pipi istrinya bersama senyuman hangat penuh cinta."Aku sudah mende

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 91

    Rina merasa harus menjelaskan tentang keluarga Ansel karena di matanya keluarga Ansel adalah contoh baik dan patut mendapatkan pujian juga patut menjadi gambaran positif untuk calon penyewanya. Ibu jarinya mengarah pada kediaman Ansel. "Ini rumah keluarga nak Ansel dan nak Alea, mereka sudah memiliki seorang bayi. Kalau ada perlu apa-apa jika memang malas ke rumah ibu, nak Deon biasa mengunjungi nak Ansel dan nak Alea, keduanya sangat ramah," tutur Rina dengan sikap ramah serta raut wajah memuji-muji kedua orang yang berada dalam ceritanya. "Iya. Eu ..., tapi sebenarnya saya sedang mencarikan kontrakan untuk saudara saya karena kebetulan dia mendapatkan pekerjaan di dekat daerah sini," kekeh kecil Deon. "Kalau begitu, Nak Deon jelaskan saja yang baru saja ibu jelaskan pada saudaranya Nak Deon. Intinya lingkungan di sini sangat nyaman karena salah satu alasannya para tetangganya yang baik hati," kekeh merdu Rina kala sedikit berdusta karena hanya beberapa saja dari banyaknya warga ya

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 90

    “Sayang, makanlah.” Untuk ke sekian kalinya Evan menawarkan bubur hasil buatannya sendiri.Aisha terpaku sesaat mentap semangkuk bubur yang berhasil menggugah seleranya, tetapi dia masih menolak, “Aku belum lapar. Aku akan makan buah-buahan.” Buah apel utuh segera diraih padahal di atas meja makan sudah tersedia buah apel yang sudah dikupas.Evan tidak menunjukan emosi, tetapi hanya senyuman hangat. “Makanlah buahnya.” Kini, Evan berhenti menawarkan bubur pada Aisha, tetapi berpesan pada bibi untuk mengganti bubur yang baru saat Aisha menginginkannya karena dia membuat satu panci bubur.‘Tenanglah, jangan mengacau!’ omelan Aisha pada bayinya yang masih menginginkan bubur yang berada di hadapannya. Buah apel utuh mulai digigit dengan gigitan kecil, tetapi Evan segera meraih buah yang baru lalu mengirisnya di hadapan Aisha.“Jangan memakan buah apel dengan cara seperti itu, makan yang ini saja.” Senyuman teduh Evan tampak sangat ramah dan dipenuhi kasih sayang, tetapi tidak mungkin Aish

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 89

    Pada pagi hari, Evan menyiapkan sebuah bubur yang sengaja dibawanya pada Aisha. "Selamat pagi, Sayang." Senyuman lembut diumbar saat istrinya baru saja membuka mata. Tentu saja dahi wanita ini berkerut saat menyaksikan pemandangan asing di hadapannya karena tidak biasanya Evan mengucapkan sapaan. "Ada apa. Apa kamu sudah di sana sejak tadi?" tanya Aisha alih-alih membalas sapaan hangat Evan."Lumayan. Aku menunggu kamu, kamu tidur sangat lelap." Senyuman lembut kembali diumbar."Oh ...." Datar Aisha yang segera mendudukan dirinya. Setelah ini tidak sedikit pun dia memandang Evan. Namun, Evan berkata sangat lembut, "Aku baru saja membuatkan bubur untukmu dan bayi kita." Aisha segera melirik pada bubur yang dimaksud Evan, kemudian mengajukan pertanyaan dengan raut wajah heran, "Kamu yang membuat ini?" Evan mengangguk kecil, kemudian menurunkan tatapannya sesaat lalu berkata seiring memasang tatapan sendu. "Aku belum pernah membuatkan apapun untukmu, terutama untuk anak kita. Walaupu

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 88

    Evan baru saja menyadari jika Aisha membiarkan menunya. "Sayang. kenapa belum makan. Ingin aku suapi?" tawaran lembut dan penuh perhatian ini sudah sewajarnya dilakukan oleh seorang suami, tetapi tentu saja yang dilakukannya hanya berbasa-basi."Aku belum lapar." Dingin dan datar Aisha. Dahi Evan segera berkerut heran, "Tidak mungkin belum lapar. Ada bayi di perutmu, yang aku tahu seorang wanita hamil akan mudah merasa lapar." Pun, sikapnya yang ini adalah sikap wajar seorang suami, tetapi maksud kalimatnya hanya ingin memastikan jika Aisha memberikan makan bayi dalam kandungannya supaya tumbuh dan berkembang normal. Evan tidak ingin mengambil resiko bayinya keguguran apalagi terlahir cacat, itu memalukan."Aku sudah banyak memakan camilan. Aku akan makan makanan berat setelah merasa lapar." Lagi, sikap Aisha sangat dingin dan datar maka wanita ini tidak mencitrakan seorang istri sama sekali yang mungkin akan menimbulkan kesalahpahaman pada orang yang tidak mengetahui kisah keduanya.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status