Share

Bab 15

Penulis: Desti Angraeni
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-05 16:35:46

Ansel mengerjap kecil saat seseorang mengenalinya. Seharusnya ini bukanlah hal aneh, tetapi setelah sekian lama dirinya tidak berada dalam lingkungan kehidupan elit membuatnya seakan terisolasi dari kepopulerannya sebagai penakluk akal sehat wanita sekaligus seorang CEO handal, maka saat ini dirinya merasa janggal pada wanita di hadapannya. “Bukan,” dustanya untuk mengetahui sejauh apa wanita ini mengetahuinya.

“Apa saya salah ya ....” Rima menggaruk kecil sisi kepalanya. “Maaf Mas, Mas mirip sekali dengan suami saudara saya, Alea. Dulu kami tumbuh bersama di panti asuhan, di saat terakhir Mas Ansel ikut mengantar Alea saat berpamitan. Maaf, Mas sangat mirip,” kekeh renyah Rima, tetapi terdengar manis.

Pun, saat ini Ansel ikut terkekeh kecil, “Ada banyak manusia yang mirip. Tapi itu bukan saya. Permisi, Mbak.” Segera, Ansel meninggalkan tempat itu, pun dengan sengaja juga pria ini tidak mengakui jati dirinya karena mungkin kehidupannya yang sekarang akan terbongkar. Bukan karena min
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 16

    Langkah Ansel terhenti dan membiarkan mobil melaju melewatinya. “Sial, kenapa aku harus melamun. Hampir saja aku membuat hidup kami semakin rumit. Ck!” omelan mengarah pada dirinya sendiri. Sesampainya di gedung, orderan segera diserahkan. “Promonya satu minggu ini. Jadi jangan sampai kehabisan,” kekeh hangatnya saat mempromosikan bisnis sang istri pada kawan-kawannya. Hari ini tidak ada pesta, tetapi nama Ansel menjadi perbincangan pada semua kawannya. “Semua kawan kita sudah tahu kalau kamu Tuan muda Ansel,” ucap salah satu rekannya. Ansel tersenyum kecil dan hambar. “Bagaimanapun statusku jangan dianggap ada toh yang kalian lihat aku di sini sebagai penjaga keamanan.” “Tapi kenyatan tentangmu mendarah daging pada kita bahwa kamu adalah pewaris pemilik berlian. Itu hebat kawan!” Bukan hanya satu orang saja yang memuji garis keturunan Ansel, tepi semua kawannya yang kebetulan satu sift dengannya. Senyuman Ansel semakin hambar. “Lupakan saja. Aku di sini membaur dengan kalian.” A

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-06
  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 17

    Alea memberikan jawaban dengan bijak dan tetap santun, “Kami mendapatkan rezeki tidak terduga, maka dari itu sebagai salah satu cara mensyukuri rezeki dari Tuhan, kami memanfaatkannya sebaik mungkin.” Kekeh sejuk nan manis adalah pelengkapnya begitupun dengan sikap ramah yang tidak pernah mengalami penurunan.Wanita tua ini berkerling, sedangkan yang lainnya ikut senang dan mensyukuri rezeki tidak terduga dari Tuhan yang didapatkan keluarga Ansel.Namun, saat wanita itu berlalu, dia menyebarkan rumor. “Mungkin neng Alea maling makannya sebulan bekerja langsung mengundurkan diri!”“Hus, tidak mungkin!” Pemilik warung segera membantah. Tempatnya ini memang sering menjadi sarang perkumpulan ibu-ibu.“Lalu rezeki dari mana? Suaminya barusaja bekerja sekitar dua bulan menjadi satpam, sedangkan neng Alea baru satu bulan bekerja di pabrik sudah bisa membuka toko, sampai-sampai mengundurkan diri.”“Mungkin bos suaminya sangat baik.”“Walaupun baik tidak mungkin tiba-tiba memberi uang sampai k

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-06
  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 18

    Aisha segera menangkup mulutnya hingga selama beberapa saat dirinya tidak mampu berkata-kata. “A-apa kondisi papa semakin parah?”“Iya, Nyonya. Saya tidak dapat melakukan penanganan di sini karena saya membutuhkan bantuan peralatan medis,” tutur jelas dokter.Segera, Aisha mengangguk menyetujui saran dari dokter. “Kami akan membawa papa!”Saat ini Evan menggambar wajah datar karena tidak menyukai keputusan yang diambil Aisha karena tentu saja pria ini inginkan kondisi Adhitia yang memburuk akan membawanya pada ajal. Namun, saat ini Aisha tidak membutuhkan izin dari Evan, lagipula kali ini terdapat dokter di sisinya yang membuatnya merasa memliki kekuatan lebih untuk memperjuangkan kesembuhan Adhitia.Maka, dengan berat hati Evan membawa mertua serta istrinya masuk ke dalam mobil, mengantar mereka ke rumah sakit. Sementara, dokter sudah melaju lebih dulu, pria itu memimpin maka saat ini Evan semakin membatu, tidak dapat melakukan apapun selain membawa Adhitia ke rumah sakit. ‘Ck. Mati

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-07
  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 19

    Sebenarnya Aisha masih bisa mencoba menghubungi Ansel, hanya saja wanita ini pikir mungkin besok lebih baik jika Ansel memilih mengabaikan panggilan Evan mungkin kakaknya sedang benar-benar sibuk.Hati Ansel semakin tidak karuan walaupun sudah mendengar kabar tentang anak dan istrinya. “Ada apa ya, kenapa rasanya berbeda?” Dadanya dipegangi hingga salah satu kawannya mengajukan pertanyaan sebagai tanda pedulinya pada sesama. “Ada apa kawan, kau tidak fit hari ini?” kekeh santainya. “Aku sangat fit.” Ansel menepuk bahu kawannya dengan sikap santai serupa hanya saja senyumannya terlukis tipis dan singkat. “Kau seorang putra dari salah satu pemasok berlian di sini. Jika aku jadi dirimu, aku akan meminta pada ayahku untuk mendapatkan pekerjaan lebih baik.” Ini adalah yang dipikirkan semua satpam tentang Ansel.“Pekerjaan ini juga sudah baik.” Senyuman samar Ansel. Selama ini dirinya hanya buruh serabutan, tentu saja menjadi satpam dengan gaji lebih tinggi dibandingkan penjaga keamanan

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-07
  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 20

    “Kamu di mana, kenapa belum pulang?” Nada suara Alea dipenuhi cemas. Ansel terkekeh kecil dan singkat, “Maaf ya Sayang, aku lupa memberi kabar karena aku pergi terburu-buru meninggalkan gedung.” Terdapat perasaan bahagia saat Alea mencarinya, hanya saja yang akan disampaikannya hanya kabar buruk.“Memangnya kamu pergi kemana?” heran Alea. “Eu-ini Sayang. Aku ... di rumah sakit karena kesehatan papa menurun,” desahnya cukup panjang. “Hah, papa?” Khawatir Alea segera berpindah pada mertuanya yang sudah dianggapnya sebagaimana orangtuanya sendiri, “lalu sekarang bagaimana?”“Sekarang keadaan papa mulai stabil, tapi mungkin papa butuh dirawat selama beberapa hari.”“Ya Tuhan ....” Alea mengusap dadanya, wajah Adhitia mengisi setiap ruangan ingatannya. “Apa yang terjadi, bukankah selama ini keadaan papa selalu stabil? Aisha selalu mengurus papa dengan sangat baik.” Kini, wajah Aisha ikut mengisi ruang ingatannya. “Ya, Aisha berjasa besar, Aisha sudah menjaga papa dengan sangat baik, ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-08
  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 21

    Hari ini produksi berlian meningkat, maka Evan harus mengunjungi pabrik serta pertambangan berlian milik Adhitia yang sudah jatuh ke tangannya. Selembar kertas laporan membuatnya tersenyum puas. “Seharusnya kalian melihat ini karena semenjak perusahaan jatuh ke tanganku, perkembangannya sangat pesat. Berbeda dengan cara kerja kalian yang lamaban.” Senyuman puas dipasang untuk memuji prestasinya sekalian mengejek Adhitia dan Ansel. Pun, saat ini Dewa-ayahnya Evan masuk dalam daftar pertemuan kolega. Dewa dan Adhitia sudah menjadi rekan bisnis sejak lama, bahkan alasan persahabatan inilah yang membuat keduanya menikahkan keturunan mereka. Namun, Dewa yang semula adalah teman baik Adhitia sudah berubah serakah, tidak berbeda dengan Evan, dia menjadi pisau bermata dua yang juga mematikan setelah putranya. “Nak,” sapa Dewa saat memasuki ruangan rapat yang sudah berisi Evan. “Selamat datang, Pa,” sambutan hangat Evan bersama senyuman mengembang. Pukul sepuluh tiba, Ansel meninggalkan ad

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-08
  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 22

    Evan membawakan oleh-oleh makanan untuk Aisha dan juga buah-buahan untuk Adhitia. “Evan tidak tahu apa papa boleh memakannya atau tidak, tapi sepertinya dokter tidak akan melarang papa memakan buah jeruk,” kekeh hangatnya di hadapan mertuanya yang terbaring. Ini bukanlah perhatian Evan pada sang mertua, melainkan pormalitas di hadapan dokter pribadi yang merawat Adhitia. Seorang Evan yang dikenal kalangan pebisnis sebagai orang kepercayaan mertuanya sendiri harus bisa menjaga namanya dengan akting sempurna.Aisha segera memerotes perhatian palsu Evan karena tidak ada yang lebih mengetahui Evan selain istrinya, “Jangan memberi sembarangan makanan pada papa. Papa hanya diperbolehkan memakan menu dari rumah sakit!”Evan menoleh kecil pada Aisha yang tidak pernah menyukainya, dia selalu bisa membacanya, tetapi hal itu bukan masalah toh Aisha adalah asisten pribadi sekalian pemuas nafsunya. “Aku minta maaf.” Pria ini tidak banyak bicara bahkan dia memberikan sahutan bijak.Aisha selalu tah

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-09
  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 23

    Rima menyampaikan penglihatannya pada pengurus panti asuhan yang sekarang masih sama, tetapi tanggapan wanita tua itu di luar pemikirannya, “Mungkin kamu salah lihat.”“Tapi Rima yakin, tidak mungkin ada orang yang begitu mirip.” Rima mencoba menyamakan orang yang dilihatnya dengan orang yang berada di dalam foto pernikahan karena foto pernikahan Alea dan Ansel menjadi salah satu hiasan dinding di salah satu ruangan. “Rima yakin tidak salah lihat.”Wanita tua ini menggelengkan kepalanya. “Di dunia ini ada juga yang sangat mirip,” kekehnya karena dia yakin penglihatan Rima salah, tidak mungkin orang yang dilihatnya adalah Ansel-seorang pewaris bisnis milik orang dengan nama besar yaitu Adhitia. Di sisi lain, Alea masih menerima pembeli. Custamernya memang tidak banyak, tetapi mereka selalu datang silih berganti hingga setiap jamnya pasti Alea melayani pembeli. “Terimakasih ...,” tutupnya pada seorang wanita yang barusaja membeli paket pakaian bayi.Rina menyapa saat kresek hitam diten

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-09

Bab terbaru

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 96. End

    Hari berganti, Ansel masih belum kembali dan saat ini Alea mulai menangis tersedu, tetapi untungnya Rina tetap di sisinya dan wanita ini juga yang membantu menenangkan ibu satu anak ini. Namun, kebaikan Rina tidak membuat Ansel kembali. Lelaki itu menghilang hingga satu minggu lamanya. Setiap hari Alea dan Aisha mencoba mencari tanpa melibatkan polisi karena mereka yakin hilangnya Ansel karena perbuatan Evan. Namun, hingga saat ini Aisha tidak menemukan bukti kecurigaannya. Tidak mudah untuk Alea menjalani kehidupannya selama satu minggu ini, Ocean sering menangis dan Alea tidak bisa fokus pada apapun. Jika saya Rina tidak di sisinya mungkin saat ini Alea sudah mendekati kehancurannya. Hari ini, Rina tidak tahan melihat Alea menderita. Maka, dia menghubungi Reza untuk mencari tahu keberadaan Ansel. Wanita ini yakin Reza bisa membantu karena Alea sudah melarangnya melaporkan hilangnya Ansel pada polisi. Sementara, saat ini Ansel disekap oleh Evan. Ya, pelakunya memang Evan. Sudah s

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 95

    Ansel menemui hari sialnya lagi karena akibat tindakannya dia disandera oleh Evan tanpa sepengetahuan Alea maupun Aisha. Jadi seakan-seakan Ansel menghilang tanpa jejak. Pada pagi ini Alea menunggu suaminya pulang, tapi hingga pukul sembilan dia tidak mendapatkan kabar apa pun. Alea menemui Rina untuk meminta bantuan menghubungi Ansel, tetapi nomor suaminya tidak aktif. "Ansel kemana dan kenapa nomornya tidak aktif, apa menemui Aisha?" Alea khawatir, hanya saja dia tidak ingin memikirkan hal aneh.Alea kembali ke rumahnya, di pangkuannya Ocean merengek padahal anaknya sudah diberikan susu. "Kenapa sayang ...." Lembutnya saat membelai pipi Ocean.Alea tetap melakukan kegiatan seperti biasanya, tetapi Ansel masih belum kembali bahkan ketika matahari sudah berada di puncak langit. Rengekan Ocean hanya berhenti sesaat, sejak pagi-pagi bayi itu terus merengek dan tidak pernah tidur nyenyak. "Nak, kenapa ..., jangan seperti ini ..., papa belum pulang dan tidak bisa dihubungi, mama khawatir

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 94

    Ansel tertangkap sebelum pria ini menemukan hal penting, maka bawahan yang ditugaskan Evan membawanya secara halus ke hadapan Evan supaya kedok tuannya tidak terbongkar di hadapan para karyawan.Saat ini Evan bertepuk tangan di hadapan Ansel yang berdiri geram. "Kakak ipar, kau memang hebat, kau bisa menebak keberadaan surat-surat penting milikku. Tapi ... aku yakin kau belum menemukan apapun karena tidak semudah itu. Aku sudah menyimpannya sangat rapat dan sulit dijangkau." Sunggingan bibir Evan mengudara sangat menyebalkan di dalam indera penglihatan Ansel. Saat ini Ansel tidak berkata apapun, arah matanya hanya selalu mengikuti gerakan Evan tanpa pernah berkedip sama sekali, bahkan bola matanya hanya berisi api yang siap membakar Evav."Jangan marah. Santai saja. Kakak ipar tidak boleh terlalu tegang karena memiliki anak dan istri yang harus dicukupi. Hm ... apakah rumah sekecil itu tidak membuat kalian pengap heuh? Rasanya untuk bernapas saja terlalu sulit," hina Evan bersama sun

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 93

    Jumlah kunci yang dimiliki satpam tidak sama dengan sebelum Ansel meninggalkan gedung ini, maka pria ini semakin yakin jika surat-surat penting milik Adithia disimpan di dalam salah satu ruangan di gedung ini. Setelah mencari tahu akhirnya Ansel menemukan satu ruangan yang tidak memiliki kunci. Dia berdiri tepat di depan pintu, ruangan ini memang terisolasi karena pernah terjadi hal tidak diinginkan. Ruangan ini tidak pernah disukai para karyawan karen lokasinya terlalu tinggi hingga mereka mengeluhkan jarak dengan lobby utama. "Ck, apa dugaanku benar. Kau menyimpan semua surat penting milik papa di tempat ini, tempat yang dibenci semua orang? Ya, memang masuk akal jika kau menyimpannya di sini karena tidak ada yang berniat memasuki ruangan ini!" Ansel selalu berhasil membaca isi kepala Evan yang dipenuhi dengan hal-hal licik. Begitupun dengan yang ini, ini mudah untuknya. Namun, apakah dugaannya benar?Ansel tidak memiliki kunci untuk ruangan ini karena salah satu kunci yang berkura

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 92

    Alea berwajah sendu ketika kembali masuk ke dalam rumah hingga menimbulkan pertanyaan besar dari Ansel sekalian merangkul istrinya, "Sayang, ada apa hm ...." Usapan lembutnya segera membelai punggung Alea.Alea tersedu di dalam pelukan Ansel, tetapi segera mengadukan isi hatinya, "Aku mengingat cerita ibu panti tentang asal-usulku karena tadi bu Rina bercerita tentang anaknya yang hilang."Rangkulan Ansel semakin dalam setelah mendengar kalimat sendu istrinya. "Tidak apa, itu hanya kebetulan ...." Usapan lembut di punggung Alea tidak berhenti bahkan semakin sering membelai penuh kasih sayang, tidak lupa mengecup puncak kepala sang istri. Setelah berhasil menenangkan diri, Alea melepaskan diri dari pelukan Ansel, kemudian segera membahas Deon. "Bukan teman kamu yang akan menyewa rumah, tapi saudaranya." Tatapannya masih berkaca, tetapi Alea berusaha menyampaikannya dengan benar hingga membuat Ansel mengusap salah satu pipi istrinya bersama senyuman hangat penuh cinta."Aku sudah mende

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 91

    Rina merasa harus menjelaskan tentang keluarga Ansel karena di matanya keluarga Ansel adalah contoh baik dan patut mendapatkan pujian juga patut menjadi gambaran positif untuk calon penyewanya. Ibu jarinya mengarah pada kediaman Ansel. "Ini rumah keluarga nak Ansel dan nak Alea, mereka sudah memiliki seorang bayi. Kalau ada perlu apa-apa jika memang malas ke rumah ibu, nak Deon biasa mengunjungi nak Ansel dan nak Alea, keduanya sangat ramah," tutur Rina dengan sikap ramah serta raut wajah memuji-muji kedua orang yang berada dalam ceritanya. "Iya. Eu ..., tapi sebenarnya saya sedang mencarikan kontrakan untuk saudara saya karena kebetulan dia mendapatkan pekerjaan di dekat daerah sini," kekeh kecil Deon. "Kalau begitu, Nak Deon jelaskan saja yang baru saja ibu jelaskan pada saudaranya Nak Deon. Intinya lingkungan di sini sangat nyaman karena salah satu alasannya para tetangganya yang baik hati," kekeh merdu Rina kala sedikit berdusta karena hanya beberapa saja dari banyaknya warga ya

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 90

    “Sayang, makanlah.” Untuk ke sekian kalinya Evan menawarkan bubur hasil buatannya sendiri.Aisha terpaku sesaat mentap semangkuk bubur yang berhasil menggugah seleranya, tetapi dia masih menolak, “Aku belum lapar. Aku akan makan buah-buahan.” Buah apel utuh segera diraih padahal di atas meja makan sudah tersedia buah apel yang sudah dikupas.Evan tidak menunjukan emosi, tetapi hanya senyuman hangat. “Makanlah buahnya.” Kini, Evan berhenti menawarkan bubur pada Aisha, tetapi berpesan pada bibi untuk mengganti bubur yang baru saat Aisha menginginkannya karena dia membuat satu panci bubur.‘Tenanglah, jangan mengacau!’ omelan Aisha pada bayinya yang masih menginginkan bubur yang berada di hadapannya. Buah apel utuh mulai digigit dengan gigitan kecil, tetapi Evan segera meraih buah yang baru lalu mengirisnya di hadapan Aisha.“Jangan memakan buah apel dengan cara seperti itu, makan yang ini saja.” Senyuman teduh Evan tampak sangat ramah dan dipenuhi kasih sayang, tetapi tidak mungkin Aish

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 89

    Pada pagi hari, Evan menyiapkan sebuah bubur yang sengaja dibawanya pada Aisha. "Selamat pagi, Sayang." Senyuman lembut diumbar saat istrinya baru saja membuka mata. Tentu saja dahi wanita ini berkerut saat menyaksikan pemandangan asing di hadapannya karena tidak biasanya Evan mengucapkan sapaan. "Ada apa. Apa kamu sudah di sana sejak tadi?" tanya Aisha alih-alih membalas sapaan hangat Evan."Lumayan. Aku menunggu kamu, kamu tidur sangat lelap." Senyuman lembut kembali diumbar."Oh ...." Datar Aisha yang segera mendudukan dirinya. Setelah ini tidak sedikit pun dia memandang Evan. Namun, Evan berkata sangat lembut, "Aku baru saja membuatkan bubur untukmu dan bayi kita." Aisha segera melirik pada bubur yang dimaksud Evan, kemudian mengajukan pertanyaan dengan raut wajah heran, "Kamu yang membuat ini?" Evan mengangguk kecil, kemudian menurunkan tatapannya sesaat lalu berkata seiring memasang tatapan sendu. "Aku belum pernah membuatkan apapun untukmu, terutama untuk anak kita. Walaupu

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 88

    Evan baru saja menyadari jika Aisha membiarkan menunya. "Sayang. kenapa belum makan. Ingin aku suapi?" tawaran lembut dan penuh perhatian ini sudah sewajarnya dilakukan oleh seorang suami, tetapi tentu saja yang dilakukannya hanya berbasa-basi."Aku belum lapar." Dingin dan datar Aisha. Dahi Evan segera berkerut heran, "Tidak mungkin belum lapar. Ada bayi di perutmu, yang aku tahu seorang wanita hamil akan mudah merasa lapar." Pun, sikapnya yang ini adalah sikap wajar seorang suami, tetapi maksud kalimatnya hanya ingin memastikan jika Aisha memberikan makan bayi dalam kandungannya supaya tumbuh dan berkembang normal. Evan tidak ingin mengambil resiko bayinya keguguran apalagi terlahir cacat, itu memalukan."Aku sudah banyak memakan camilan. Aku akan makan makanan berat setelah merasa lapar." Lagi, sikap Aisha sangat dingin dan datar maka wanita ini tidak mencitrakan seorang istri sama sekali yang mungkin akan menimbulkan kesalahpahaman pada orang yang tidak mengetahui kisah keduanya.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status