Beranda / Urban / Pewaris Naga Majapahit / Bab 36. PERMINTAAN MAAF

Share

Bab 36. PERMINTAAN MAAF

Penulis: MN Rohmadi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-01 20:09:59

Bab 36. PERMINTAAN MAAF

Bisik-bisik teman Jaka terdengar bagaikan suara lebah di ruangan ini, sementara Jaka yang sedang menjadi bahan pergunjingan sama sekali tidak peduli.

Sepertinya Jaka belum menyadari kalau dia sekarang sudah menjadi orang kaya dan tidak terlalu membutuhkan uang sebanyak dua puluh lima juta itu.

Akan tetapi mental miskin yang selama ini dialaminya, membuat otak Jaka seakan terhipnotis dan langsung tertarik begitu saja, ketika ada sebuah pengumuman untuk mendapatkan hadiah uang sebanyak dua puluh lima juta.

Jaka sama sekali tidak menyadari kalau dia belum pernah sekalipun mengikuti pelatihan Silat ataupun beladiri lainnya.

Dosen Saras tersenyum ketika mendengar pertanyaan Jaka, dia segera menganggukkan kepalanya kemudian berkata,“Tentu saja, siapa saja boleh mendaftarkan diri mengikuti pertandingan persahabatan itu. Jaka kamu mau ikut mendaftar? Kalau kamu mau ikut pertandingan itu, ibu bisa mendaftarkannya.”

“Terimakasih bu,
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 37. HILANGNYA KESADARAN

    Bab 37. HILANGNYA KESADARAN Meskipun mengemudi dengan pelan, akhirnya sampai juga Jaka ke kampusnya. Para mahasiswa belum ada yang menyadari kalau yang membawa mobil SUV hitam ini adalah Jaka, setelah memarkirkan mobilnya di halaman, Jaka segera turun dari mobil dan berjalan santai menuju kelasnya. Beberapa teman sekelas bertemu dengan Jaka saat berjalan di lobi, seperti biasa mereka saling sapa, akan tetapi ekspresi wajah mereka tampak penuh hinaan kepada Jaka. “Wah, sepertinya hari ini Jaka baru mendapatkan rezeki nomplok, lihat aura wajahnya terlihat berbeda dengan hari-hari kemarin.” “Iya tuh lihat, dia senyum-senyum sendiri seperti orang gila baru, ha ha ha ha….” Jaka yang mendengar obrolan di belakangnya tampak cuek dan santai, bagi Jaka semua omongan itu di anggap sebagai angin yang sedang melewati telinganya saja yang masuk dari telinga kanan keluar dari telinga kiri. “Hai Jaka, kebetulan bertemu disini. Kamu bisa datang ke kantor saya?

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 38. TEMBUS PANDANG

    Bab 38. TEMBUS PANDANG Jaka terdiam berdiri di luar kampus, tatapannya memandang jauh kedepan hingga menembus pagar halaman Universitas dan terus menembus ke kendaraan yang sedang berlalu di jalan raya. Dalam pandangan Jaka bodi kendaraan yang lewat seperti sebuah kaca transparan, Jaka bisa melihat siapa yang sedang naik di dalam mobil yang sedang lewat. “Aneh, kenapa saya bisa melihat orang yang sedang duduk di dalam mobil? Ada apa dengan mataku? Apakah aku sedang berhalusinasi?” gumam Jaka di dalam benaknya. Jaka segera mengerjap-ngerjapkan sepasang matanya, kemudian dia mengucek kedua matanya untuk menghilangkan apa yang baru saja melihatnya. Setelah dia menggosok kedua matanya dengan tangannya, akhirnya Jaka kembali kepada Jaka seperti sebelumnya. Setelah menggosok matanya beberapa kali dan mengerjap-ngerjapkan beberapa kali, Jaka kembali memandang ke arah jalan raya untuk memastikan kalau apa yang dipandangnya adalah salah. “Betulkan? Tadi

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 39. BERLATIH SILAT

    Bab 39. BERLATIH SILAT Waktu berlalu dengan cepat, Jaka tampak masih asyik menonton berbagai adegan silat yang ada di ponselnya, hingga tanpa terasa waktu sudah menjadi gelap. “Eh, ternyata sudah malam,” gumam Jaka sambil bangun dari duduknya kemudian pergi ke kamarnya untuk membersihkan diri. Selesai mandi, Jaka segera pergi ke dapur dan membuka barang belanjaan yang masih di dalam kantong plastik. Setelah merapikan barang belanjaannya dengan memasukan kedalam lemari pendingin, serta memasukkan beberapa mie instan dan yang lainnya ke lemari dapur, barulah Jaka membuat mie instan untuk mengisi perutnya. “Perut sudah kenyang, mari melihat video jurus-jurus silat yang ada di aplikasi sambil menunggu makanannya yang ada ada di perut larut,” gumam Jaka sambil membuka video mengenai silat lagi. Setelah dirasa cukup mengistirahatkan perutnya, Jaka berjalan ke tengah ruangan yang kosong tanpa ada furniture satupun. Hal ini sangatlah maklum, karena meskipun rumah y

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 40. BERANGKAT MENUJU UNIVERSITAS PALAPA

    Bab 40. BERANGKAT MENUJU UNIVERSITAS PALAPA Akhirnya Jaka sampai juga di Universitas Matrix, kali ini kehadiran Jaka di kampus di lihat oleh para mahasiswa yang sedang berada di halaman. “Lihat, bukankah itu Jaka di Kuli konstruksi?” “Betul, kenapa dia membawa mobil sebagus itu? Apakah dia sekarang jadi sopir pribadi dan diizinkan Bossnya untuk membawa mobilnya?” “Bisa juga, mungkin dia sekarang sudah naik jabatan sebagai sopir pribadi, tidak lagi bekerja sebagai kuli Konstruksi.” Semua mata memandang kearah Jaka yang sedang berjalan menjauh dari mobilnya yang sangat jantan bagi seorang pria. “Hai Jaka, kamu beneran ikut pertandingan silat?” tiba-tiba seorang mahasiswa menyapa Jaka sambil menepuk bahunya. Ternyata yang menyapa dan menepuk bahu Jaka adalah Radith teman sekelasnya yang cukup baik terhadap dirinya. Maklumlah Radith adalah seorang mahasiswa dari keluarga sederhana yang berkesempatan kuliah di Universitas Matrix yang sangat terkenal ini

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 41. MEMBUAT PANIK

    Bab 41. MEMBUAT PANIK Tak lama kemudian bus yang dinaiki Jaka dan yang lainnya sampai juga di Universitas Palapa. Ternyata sudah banyak peserta pertandingan dari Universitas lain yang lebih dulu datang ke tempat ini, terbukti dengan banyaknya kendaraan bus mahasiswa yang terparkir rapi di halaman Universitas. Tanpa sepengetahuan Jaka, ternyata hari ini Universitas Matrix membebaskan jam pelajaran dan menyarankan para mahasiswa untuk memberi suport kepada tim silat mereka yang sedang mengikuti pertandingan silat persahabatan. Sementara itu Jaka dan yang lainnya sudah mengganti pakaian mereka dengan pakaian silat yang serba hitam, sedangkan dosen Saras sudah mendaftarkan peserta pertandingan dari Universitas Matrix ke panitia pertandingan. Secara kebetulan Jaka mendapatkan nomor urut terakhir dalam babak penyisihan ini. Tak lama kemudian pertandingan pun dimulai, Jaka tampak seperti orang bodoh memandangi gedung auditorium Universitas Palapa yang sangat besar.

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 42. TENDANGAN MAUT

    Bab 42. TENDANGAN MAUT Bugh… “Argh…”Sesaat sebelum kaki lawannya sampai ke dadanya, kaki Jaka bergerak dengan sangat cepat menendang dada lawannya hingga tubuhnya terpental melayang sangat jauh hingga ke kursi penonton. Suara teriakan kesakitan dari lawannya yang terkena tendangan maut Jaka, seperti suara hewan yang sedang di potong begitu mengerikan suaranya. Brak… Dan setelah melakukan tendangan, kaki Jaka masih tetap diam dalam posisi menendang seperti film action silat yang dia tonton. Pemandangan ini tentu saja menggemparkan semua orang yang sedang menonton pertandingan Jaka. “Gila, siapa dia yang begitu kuat tendangannya?” “Bukankah itu peserta yang sebelumnya tertidur saat menunggu panggilannya tampil?” “Betul, dia pesilat dari Universitas Matrix yang tadi di cemooh semua orang.” “Siapa namanya tadi?” “Sepertinya nama pesilat itu adalah Jaka, iya betul namanya Jaka Kelud kalau tidak salah. Ternyata orang itu benar-benar

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 43, TENDANGAN TANPA BAYANGAN

    Bab 43. TENDANGAN TANPA BAYANGAN Seperti biasanya, Jaka tetap bersikap santai seakan kemenangannya merupakan hal yang biasa dan wajar, sehingga tidak perlu di banggakan. Sementara itu dosen Saras yang sedang duduk di meja panitia tampak memandangi Jaka dengan sebuah senyuman tipis tersungging di sudut bibirnya. “Tidak disangka, ternyata anak yang cerdas itu juga bisa membanggakan Universitas Matrix. Saya benar-benar beruntung mengikutkan Jaka ke pertandingan ini, semoga Jala bisa lolos sampai final dan membawa medali serta penghargaan.” Tentu saja dosen Saras tahu kalau Jaka masuk kuliah di universitas Matrix ini dari jalur beasiswa, sedangkan jalur beasiswa ini berdasarkan atas dua penilaian, yang pertama karena kecerdasannya dan yang kedua dengan melihat keadaan ekonomi keluarganya. Dan Jaka sesuai dengan kriteria jalur beasiswa yang diterapkan pihak universitas Matrix. Sebelumnya dosen Saras sudah memeriksa latar belakang Jaka, setelah dia mendaftarka

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 43. IDOLA SEMUA ORANG

    Bab 44. IDOLA SEMUA ORANG Semua mata seketika tertuju ke arah arena nomor satu dimana akan di jadikan tempat bertanding Jaka melawan Ridwan. Dihadapan Jaka terlihat lawannya sedang menatapnya dengan tatapan menyeringai dan penuh dengan intimidasi. Ekspresi Jaka tetap datar, di wajahnya sama sekali tidak terlihat ekspresi emosi maupun ketakutan melihat tatapan Ridwan yang menatapnya dengan senyuman ejekan terlihat di sudut bibirnya, sambil mengarahkan ibu jarinya ke lantai sebagai tanda akan membantai Jaka di arena ini. “Kalian berdua bersiap, mulai!” wasit memberi aba-aba sebagai tanda kalau pertandingan di mulai. Baru juga wasit memberi tanda pertandingan dimulai, Ridwan ternyata langsung menyerang Jaka dengan sebuah pukulan dan tendangan beruntun kearahnya. “Syiat….” Serangan mendadak Ridwan membuat para penonton terkejut, karena serangan Ridwan bagi mata para penonton sangatlah cepat. Akan tetapi kecepatan serangan mendadak Ridwan dimata Jaka masihlah sangat lambat seper

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08

Bab terbaru

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 169. BUKAN PRIA BIASA

    Bab 169. BUKAN PRIA BIASA “Apa? Mana mungkin saya salah tembak?” pikit pengawal yang menembak Jaka Kelud. Padahal Jarak antara dirinya dan Jaka Kelud hanya empat meter, jadi tidak mungkin tembakannya meleset, apalagi malah mengenai rekannya sendiri. Sementara itu Jaka Kelud tampak sangat santai, meskipun baru saja disasar peluru tajam oleh pengawal Raden Tukimin. Yang paling kesal dengan apa yang terjadi tentu saja Raden Tukimin, emosinya langsung meluap melihat kegagalan anak buahnya meringkus dan menghukum Jaka Kelud. “Goblok, dasar orang-orang yang bisanya hanya memakan gaji buta saja! Cepat habisi pemuda itu, jangan bikin malu!” Suara Raden Tukimin menggelegar memberi perintah semua anak buahnya untuk menghabisi Jaka Kelud. Seketika puluhan moncong pistol mengarah kepada Jaka Kelud, akan tetapi bukannya ketakutan, pemuda yang ditodong puluhan pistol tampak santai. Expresi Jaka kelud masih tetap datar, seakan dirinya sedang tidak dalam

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 168. DITEMBAK PENGAWAL RADEN TUKIMIN

    Bab 168. DITEMBAK PENGAWAL RADEN TUKIMIN “Apa yang kamu lakukan?” bentak Raden Tukimin sambil menunjuk ke arah Jaka Kelud dengan wajah memerah saking emosinya. “Bukankah matamu masih normal, masa tidak tahu dengan apa yang saya lakukan. Sepertinya kamu perlu memeriksakan kedua matamu ke Rumah Sakit, ha ha ha ha…” Jaka tertawa terbahak-bahak setelah mengata-ngatai Raden Tukimin. “Kurang ajar, dasar bocah sableng. Kalian, cepat beri pelajaran pada orang gila ini,” perintah Raden Tukimin kepada pengawalnya yang berdiri paling dekat dengan Jaka Kelud. Sementara itu Aki Dawir yang berdiri di belakang Raden Tukimin, menatap sosok pemuda kurus di depannya sambil mengedarkan indra spiritualnya. Tiba-tiba saja pandangan indra spiritual yang dipancarkan Aki Dawir seperti terhalangi dinding transparan yang tidak bisa di tembusnya. “Ada apa ini? Kenapa saya tidak bisa memindai tubuh pemuda gila ini? Jangan-jangan….?” Perasaan Aki Dawir seketika itu menjadi b

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 167. SIKAP JAKA KELUD

    Bab 167. SIKAP JAKA KELUD “Siapa yang berani membuat onar di hadapanku?” Terdengar teriakan Raden Tukimin cukup keras, yang merasa terganggu oleh gangguan anak buahnya. Pengawal yang menabrak pintu ruang meeting perlahan berusaha bangkit, ekspresi wajahnya tidak bisa menyembunyikan rasa takutnya. Mana mungkin pengawal itu tidak takut, dia sangat mengenal kekejaman Raden Tukimin terhadap siapapun yang berani mengganggunya. “Ma… ma… maaf Raden…” dengan tergagap pengawal itu meminta maaf setelah berhasil berdiri. “Kurang ajar! Kenapa kamu masuk dengan tidak sopan ke dalam ruangan ini? Bukankah kamu saya perintahkan untuk menjaga diluar!” “Maaf Raden, tapi… diluar…” “Kenapa kalian ribut sendiri,” terdengar suara orang yang menghentikan perkataan pengawal itu, diiringi masuknya seorang muda berbadan kurus memasuki ruang rapat. Sekretaris Sulistina dan para petinggi PT Nusa Bangsa yang sebelumnya menggigil ketakutan di hadapan Raden Tukimin da

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 166. KIBASAN TANGAN JAKA KELUD

    Bab 166. KIBASAN TANGAN JAKA KELUD Mendengar perkataan karyawan wanita itu, segera saja Jaka Kelud tahu, kalau semua orang sedang melakukan pertemuan dengan Raden Tukimin. Setelah mengucapkan terimakasih kepada karyawan pria itu, Jaka bergegas menuju ruang meeting. Saat ini suasana ruang meeting sedang panas, setelah kedatangan Raden Tukimin bersama anak buahnya. “Bu Sulistina, kamu sebagai pimpinan perusahaan cepat tanda tangani pemindahtanganan PT Nusa Bangsa ke PT Marcopolo. Uang pemindahtanganan akan saya transfer ke rekening anda saat ini juga.” Raden Tukimin yang sudah menyuruh pengacara kepercayaannya, Razman SH untuk menyiapkan kontrak, segera memerintahkan sekretaris sulistina untuk menandatangani proses pemindahtanganan PT Nusa Bangsa. Sementara itu sekretaris Sulistina yang di perintah Raden Tukimin untuk menandatangani kontrak di depannya menghiraukan dan tetap diam, meskipun keringat dingin mulai membasahi tubuhnya. Melihat perinta

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 165. DATANG KE PERUSAHAAN

    Bab 165. DATANG KE PERUSAHAAN “Boss….” dengan suara gemetar sekretaris Sulistina memanggil Jaka kelud. Akan tetapi sebelum sekretaris Sulistina melanjutkan perkataannya, Jaka Kelud sudah memotongnya. “Ada masalah apa sekretaris Sulis? Kenapa kamu menulis pesan seperti itu? Ada masalah apa sebenarnya? Apakah dana operasional perusahaan kurang? Kalau kurang nanti saya kirim lagi?” “Bu… bu… bukan seperti itu Boss. Kita sedang menghadapi masalah besar, di perusahaan kita kedatangan Raden Tukimin dan anak buahnya yang akan memaksa kita untuk menyerahkan perusahaan kita kepada mereka.” “Apa? Kurang ajar, bagaimana mungkin ada orang yang bisa begitu kurang ajar dan tidak punya malu seperti itu. Apakah kamu tidak bisa mengusir mereka?” “Tidak bisa Boss, mana mungkin saya berani mengusir Raden Tukimin dan anak buahnya. Mereka adalah konglomerat besar di kota Jakarta ini, sebelumnya perusahaan memang sudah di serang mereka, sebelum Denmas Jaka mengakuisisi PT

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 164. MASALAH PADA PERUSAHAAN JAKA KELUD

    Bab 164. MASALAH PADA PERUSAHAAN JAKA KELUD Batin Mayang berkecamuk di penuhi dengan kekaguman terhadap Jaka Kelud yang begitu mudahnya memberi uang kepadanya untuk membayar sewa kost rumah kontrakannya. Mata Mayang tidak lepas mengikuti kepergian Jaka kelud, hingga mobil mewah Jaka menghilang di jalan kampung. Mata indah Mayang mulai berkabut ketika mobil Jaka kelud menghilang dari pandangannya, dia masih tetap berdiri di tempatnya semula. Nafas Mayang sedikit tersendat menahan isak yang tidak bisa ditahan, sebelum isak tangisnya mulai terdengar orang lain, dia segera berlari memasuki kamar kostnya. Sementara itu Jaka Kelud yang sudah meninggalkan tempat kost Mayang, di dalam mobilnya tersenyum kecut mengingat pertemuannya dengan mahasiswa yang begitu berani menawarkan tubuhnya, demi untuk bisa membayar sewa kamar kostnya. Tadi Jaka sengaja tidak bertanya asal kampung Mayang, karena dia hanya mampir saja di kota Semarang ini. “Ternyata r

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 163. MALAIKAT TAK BERSAYAP

    Bab 163. MALAIKAT TAK BERSAYAP Jaka menatap wajah Mayang dengan perasaan dongkol, bagaimana dia tidak dongkol kalau kebaikannya dimanfaatkan wanita yang tidak dikenalnya ini. “Baiklah, saya akan menemani menemui ibu kost,” kata Jaka Kelud pada akhirnya. Kemudian mereka berdua keluar dari mobil, ibu kost dan para penghuni rumah kontrakan juga memandang ke arah mereka penuh dengan penasaran. “Hei Mayang, kamu datang dengan siapa? Apa kamu sudah punya uang untuk membayar sewa kontrakan?” Terdengar suara seorang wanita menyebut nama Mayang yang merupakan penghuni rumah kontrakannya. Mayang segera mendatangi ibu kost sambil menggandeng tangan Jaka Kelud, setelah berada didepan ibu kost, Mayang segera berkata, “Bu Siti, maaf saya terlambat membayar kost. Perkenalkan ini mas Jaka yang akan membayar tunggakan sewa kontrakan saya.” Ekspresi wajah Jaka Kelud langsung menjadi buruk, begitu mendengar perkataan Mayang. “Apa maksudmu ini?” kata J

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 162. RAYUAN MAYANG

    Bab 162. RAYUAN MAYANG Jaka langsung terdiam mendengar perkataan Mayang, wanita cantik yang datang entah dari mana ke mejanya. Melihat Jaka Kelud terdiam dan tidak jadi pergi, Mayang segera melanjutkan perkataannya, “sebenarnya saya sedang kesusahan untuk membayar sewa kontrakan, karena itulah saya berani mendekati anda.” Jaka tetap diam, tidak ada keinginan untuk bertanya maupun simpati atas perkataan Mayang. Melihat sikap Jaka yang pasif, sekali lagi Mayang mulai berkata, “Sebenarnya saya masih kuliah semester tiga, tapi… karena saya berasal dari keluarga miskin akhirnya saya menjajakan tubuh saya agar bisa membiayai kuliah dan hidup saya di kota Semarang ini.” Jaka masih tetap diam, hanya saja dahinya tampak berkerut begitu mendengar pengakuan Mayang, kalau dia adalah seorang penjaja cinta atau pelacur. Rasa sesak mulai menyesakkan dada Jaka Kelud mendengar pengakuan ini, ternyata bagi wanita yang berasal dari keluarga miskin dan mempunyai iman y

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 161. PELACUR KESEPIAN

    Bab 161. PELACUR KESEPIAN “Sialan aku telah dikadali kedua gadis sialan ini, baiklah mungkin memang tidak seharusnya aku berebut dengan kedua gadis ini,” gumam Jaka Kelud sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Kemudian Jaka Kelud meninggalkan kedua gadis belia itu dan menuju ke saung utama yang merupakan bangunan joglo yang cukup besar, yang bisa menampung dua puluh meja. “Sepertinya saya harus duduk beramai-ramai dengan banyak orang di joglo ini,” gumam Jaka Kelud yang segera duduk di salah satu meja yang kosong. Setelah duduk di meja yang kosong, Jaka meletakkan nomor meja yang dibawanya. Memang di Cafe ini nomor meja tidak berurut, karena setiap pelanggan bebas memilih meja dimanapun mereka akan makan dengan meletakkan nomor meja yang dipasang pada sebuah tongkat kecil yang bisa di letakkan di atas meja yang mereka pilih. Tak lama kemudian pesanan Jaka kelud datang diantar pelayan, saat sedang menikmati makan malamnya. Tiba-tiba

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status