Bab 28. MEMBELI MOBIL OFFROAD Jaka tampak bersemangat setelah turun dari bis kota, perasaannya di penuhi dengan bayangan mobil SUV besar itu. Tak lama kemudian Jaka sudah sampai di toko mobil bekas yang memajang mobil SUV warna hitam yang sudah di modif dengan roda offroad. “Benar-benar keren mobil ini, berapa harganya ya?”Jaka tampak sangat bersemangat mengeliling mobil SUV warna hitam ini, tak lupa tangannya sibuk memegangi roda dan bodi mobil dengan penuh semangat. Saat sedang asik mengagumi mobil SUV ini, tiba-tiba Jaka dikejutkan oleh suara seorang wanita menyapanya. “Selamat sore kak, apakah kakak tertarik dengan mobil ini?” Jaka segera menoleh ke arah sumber suara, dengan ekspresi malu-malu Jaka tersenyum dan menganggukkan kepalanya. “Iya mbak, apakah saya boleh bertanya?” ucap Jaka dengan sedikit segan, bagaimanapun juga dia belum pernah membeli mobil, apalagi mobil sebagus yang ada di hadapannya meskipun hanya sebuah mobil bekas. “
Bab 29. TAWARAN DEWI Jaka duduk terdiam sambil memegangi kemudi dan sedang berpikir apa yang harus dilakukannya dengan mobil yang baru dibelinya. Sementara itu pemilik toko dan marketing yang sebelumnya melayani Jaka, masih berdiri di depan toko menunggu Jaka pergi membawa mobilnya. “Dewi, coba kamu lihat pelanggan kita. Coba tanya apakah ada yang perlu dibantu? Lihat sedari tadi mesin mobilnya belum juga dihidupkan?” “Baik pak.”Dewi segera berjalan ke arah pintu kemudi dimana Jaka berada, kemudian dia mengetuk jendela kaca ruang kemudi. Tok tok tok Jaka yang sedang kebingungan sangat terkejut ketika mendengar ketukan pada kaca jendela di sampingnya, dia segera menoleh ke arah sumber suara. Seketika ekspresi wajahnya yang buruk langsung berubah cerah ketika mengetahui siapa orang yang mengetuk kaca jendela mobilnya. Jaka segera membuka pintu, kemudian turun dari dalam mobil dan berdiri di depan Dewi sambil garuk-garuk kepalanya yang tidak gat
Bab 30. DIKIRA SELINGKUHAN DEWI Begitu mendapat persetujuan dari Jaka, ekspresi wajah Dewi langsung terlihat cerah, kemudian dia minta izin untuk mengambil tasnya dan berpamitan kepada pemilik toko untuk pulang bersama Jaka. Pemilik toko tidak tahu kalau Jaka sebenarnya tidak bisa mengemudi dan Dewi pulang bersamanya dikira Jaka mengajaknya makan malam. Mobil SUV hitam milik Jaka pergi meninggalkan toko mobil bekas ketika adzan maghrib terdengar dengan dikemudikan Dewi. “Kita langsung pulang atau mau pergi kemana terlebih dahulu?”Dewi membuka percakapan sambil menoleh sebentar kearah Jaka yang duduk di kursi yang ada di samping kursi pengemudi. “Langsung pulang saja, ini sudah malam nanti kamu pulangnya kemalaman,” sahut Jaka sambil menatap keramaian lalu lintas di depannya. “Saya biasa pulang malam, apalagi kalau toko sedang ramai.” “Kerja di toko mobil senang ya kak? Bisa mengemudikan mobil berbagai type.”Jaka melirik kearah Dewi sambil mencob
Bab 31. SALAH PAHAM PARAH “Ha ha ha ha…. seperti inikah kelakuanmu? Kita ini sebentar lagi akan tunangan, apa kamu begitu tega berkhianat di belakangku? Kalau begini kita putus saja, selamat tinggal tunangan!” “Kak Bagas, kejadiannya tidak seperti itu. Nanti pasti akan saya jelaskan, sebaiknya kak Bagas pulang terlebih dahulu atau mencari meja yang lain saja.”Dewi yang mendengar perkataan Bagas yang mengingatkannya akan pertunangan dan mendengar ancamannya yang menginginkan memutus hubungan mereka langsung mendinginkan hatinya yang memanas. “Kak Bagas, perkenalkan ini pak Jaka Customer toko saya.” Melihat situasi semakin tidak kondusif, Dewi yang awalnya merasa terganggu dan ikut marah dengan kedatangan Bagas, setelah melihat banyak puluhan pasang mata tertuju padanya, hatinya mulai melunak dan mulai memperkenalkan Jaka kepada Bagas. “Jadi begini kelakuanmu di belakangku dan suka bermain dengan Customer kamu?”Emosi Bagas sepertinya belum menurun, dia masih t
Bab 32. MENGUTUK BAGAS “Kak Bagas siapa wanita itu, kenapa dia menamparmu?”Wanita cantik yang datang bersama Bagas bertanya dengan penuh penasaran sambil menunjuk ke arah Dewi. “Jangan banyak tanya, dia hanya wanita gila yang kebetulan bertemu denganku.” Suara Bagas yang cukup keras saat menjawab perkataan wanita yang bersamanya terdengar dengan jelas, sehingga emosi yang masih mengendap di dada Dewi kembali meluap. Dengan langkah tegap dan emosi bergemuruh di dadanya, dia berbalik kembali menuju kearah Bagas. “Apa yang kamu katakan? Kamu bilang aku wanita gila? Dasar pria tidak berguna, kamu ini orang yang tidak berguna dan tidak punya pendirian! Kamu ini wanita bodoh, mau-maunya dipacari pria yang tidak bisa setia seperti dia.” Wanita yang bersama Bagas, seketika memerah wajahnya mendengar perkataan Dewi, kemudian dia membalas perkataan Dewi dengan tidak kalah pedasnya. “Kamu ini wanita gila yang sebenarnya, untuk apa kamu mengata-ngatai sa
Bab 33. UANG TIPS Tadi saat tangannya digenggam Jaka, Bagas merasa kalau tangannya sedang dijepit oleh tang besi yang sangat kuat. Kini tangannya terasa kebas, sehingga berulang kali memijatnya untuk menghilangkan rasa kakunya. Kemudian mata Bagas kembali melotot ketika Jaka dan Dewi menaiki mobil SUV hitam yang sudah di modifikasi offroad. Yang lebih membuatnya terkejut adalah ketika yang masuk ke kursi pengemudi adalah Dewi, bukannya Jaka yang seorang pria. “Aneh, kenapa Dewi yang mengemudi mobil itu? Apakah… mereka memang bukan pasangan selingkuh, tapi hanya rekan kerja saja?”Benak Bagas seketika dipenuhi dengan berbagai pikiran mengenai hubungan Dewi dan Jaka, tapi ibarat nasi sudah menjadi bubur, karena hubungan mereka sudah benar-benar putus. Apalagi Dewi juga sudah melihat sendiri dia jalan dengan wanita lain, alih-alih membuat janji dengannya atau menjemputnya sepulang kerja dan mengajaknya makan di Cafe. Nafas Bagas langsung berat menginga
Bab 34. DIHENTIKAN SATPAM KOMPLEK Keesokan paginya Jaka bangun ketika terdengar suara adzan subuh dari pengeras suara dari Masjid. Sudah menjadi kegiatan umum bagi Jaka, setelah bangun dan melaksanakan sholat subuh, dia segera memakai pakaian olahraga kemudian keluar dari rumah mewahnya. Penampilan Jaka yang memakai pakaian olahraga murah, menjadi perhatian warga komplek perumahan mewah yang juga sedang berolahraga di sekitar komplek perumahan mewah ini. “Lihat, siapakah dia? Apakah dia pemilik rumah baru ini?”Seorang pria paruh baya yang sedang berlari kecil bertanya kepada wanita yang juga ikut berlari disampingnya. “Kalau punya mata lihat yang betul, Mungkin dia satpam atau sopir pribadi pemilik rumah, lihat saja penampilan dan pakaian yang dikenakannya.” “Oh iya betul, sepertinya dugaanmu betul, pria itu mungkin hanya penjaga atau sopir pribadi pemilik rumah.” Jaka tiba-tiba menoleh ke arah dua orang paruh baya yang sedang berlari kecil sambi
Bab 35. DOSEN KILLER YANG CANTIK Satpam yang berjaga di pos keamanan menyapa Jaka yang sedang melintas. “Saya mau berangkat kuliah, mari pak satpam.” Jono dan Nuriman, kedua satpam ini tampak kebingungan mendengar jawaban Jaka, bagaimana mereka tidak kebingungan, pria yang mereka pikir adalah seorang sopir atau pelayan di rumah mewah yang ada di blok C no 50, ternyata adalah seorang mahasiswa. Kenyataan ini tentu saja membuat Jono dan Nuriman tampak shock dibuatnya, mereka berdua memandangi punggung Jaka hingga sosok Jaka menghilang di balik halte bus yang ada di pinggir jalan raya. Sementara itu Jaka yang sudah sampai di jalan raya, tidak langsung menaiki bus kota, akan tetapi malah berjalan mendekati gerobak bubur ayam yang terlihat tak jauh dari halte bus. “Bang minta bubur ayamnya satu,” ucap Jaka sesampainya di depan gerobak bubur ayam. “Baik Om, tunggu sebentar, silahkan duduk dulu.” Jaka segera duduk menunggu bubur ayam pesanannya datang
Bab 165. DATANG KE PERUSAHAAN “Boss….” dengan suara gemetar sekretaris Sulistina memanggil Jaka kelud. Akan tetapi sebelum sekretaris Sulistina melanjutkan perkataannya, Jaka Kelud sudah memotongnya. “Ada masalah apa sekretaris Sulis? Kenapa kamu menulis pesan seperti itu? Ada masalah apa sebenarnya? Apakah dana operasional perusahaan kurang? Kalau kurang nanti saya kirim lagi?” “Bu… bu… bukan seperti itu Boss. Kita sedang menghadapi masalah besar, di perusahaan kita kedatangan Raden Tukimin dan anak buahnya yang akan memaksa kita untuk menyerahkan perusahaan kita kepada mereka.” “Apa? Kurang ajar, bagaimana mungkin ada orang yang bisa begitu kurang ajar dan tidak punya malu seperti itu. Apakah kamu tidak bisa mengusir mereka?” “Tidak bisa Boss, mana mungkin saya berani mengusir Raden Tukimin dan anak buahnya. Mereka adalah konglomerat besar di kota Jakarta ini, sebelumnya perusahaan memang sudah di serang mereka, sebelum Denmas Jaka mengakuisisi PT
Bab 164. MASALAH PADA PERUSAHAAN JAKA KELUD Batin Mayang berkecamuk di penuhi dengan kekaguman terhadap Jaka Kelud yang begitu mudahnya memberi uang kepadanya untuk membayar sewa kost rumah kontrakannya. Mata Mayang tidak lepas mengikuti kepergian Jaka kelud, hingga mobil mewah Jaka menghilang di jalan kampung. Mata indah Mayang mulai berkabut ketika mobil Jaka kelud menghilang dari pandangannya, dia masih tetap berdiri di tempatnya semula. Nafas Mayang sedikit tersendat menahan isak yang tidak bisa ditahan, sebelum isak tangisnya mulai terdengar orang lain, dia segera berlari memasuki kamar kostnya. Sementara itu Jaka Kelud yang sudah meninggalkan tempat kost Mayang, di dalam mobilnya tersenyum kecut mengingat pertemuannya dengan mahasiswa yang begitu berani menawarkan tubuhnya, demi untuk bisa membayar sewa kamar kostnya. Tadi Jaka sengaja tidak bertanya asal kampung Mayang, karena dia hanya mampir saja di kota Semarang ini. “Ternyata r
Bab 163. MALAIKAT TAK BERSAYAP Jaka menatap wajah Mayang dengan perasaan dongkol, bagaimana dia tidak dongkol kalau kebaikannya dimanfaatkan wanita yang tidak dikenalnya ini. “Baiklah, saya akan menemani menemui ibu kost,” kata Jaka Kelud pada akhirnya. Kemudian mereka berdua keluar dari mobil, ibu kost dan para penghuni rumah kontrakan juga memandang ke arah mereka penuh dengan penasaran. “Hei Mayang, kamu datang dengan siapa? Apa kamu sudah punya uang untuk membayar sewa kontrakan?” Terdengar suara seorang wanita menyebut nama Mayang yang merupakan penghuni rumah kontrakannya. Mayang segera mendatangi ibu kost sambil menggandeng tangan Jaka Kelud, setelah berada didepan ibu kost, Mayang segera berkata, “Bu Siti, maaf saya terlambat membayar kost. Perkenalkan ini mas Jaka yang akan membayar tunggakan sewa kontrakan saya.” Ekspresi wajah Jaka Kelud langsung menjadi buruk, begitu mendengar perkataan Mayang. “Apa maksudmu ini?” kata J
Bab 162. RAYUAN MAYANG Jaka langsung terdiam mendengar perkataan Mayang, wanita cantik yang datang entah dari mana ke mejanya. Melihat Jaka Kelud terdiam dan tidak jadi pergi, Mayang segera melanjutkan perkataannya, “sebenarnya saya sedang kesusahan untuk membayar sewa kontrakan, karena itulah saya berani mendekati anda.” Jaka tetap diam, tidak ada keinginan untuk bertanya maupun simpati atas perkataan Mayang. Melihat sikap Jaka yang pasif, sekali lagi Mayang mulai berkata, “Sebenarnya saya masih kuliah semester tiga, tapi… karena saya berasal dari keluarga miskin akhirnya saya menjajakan tubuh saya agar bisa membiayai kuliah dan hidup saya di kota Semarang ini.” Jaka masih tetap diam, hanya saja dahinya tampak berkerut begitu mendengar pengakuan Mayang, kalau dia adalah seorang penjaja cinta atau pelacur. Rasa sesak mulai menyesakkan dada Jaka Kelud mendengar pengakuan ini, ternyata bagi wanita yang berasal dari keluarga miskin dan mempunyai iman y
Bab 161. PELACUR KESEPIAN “Sialan aku telah dikadali kedua gadis sialan ini, baiklah mungkin memang tidak seharusnya aku berebut dengan kedua gadis ini,” gumam Jaka Kelud sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Kemudian Jaka Kelud meninggalkan kedua gadis belia itu dan menuju ke saung utama yang merupakan bangunan joglo yang cukup besar, yang bisa menampung dua puluh meja. “Sepertinya saya harus duduk beramai-ramai dengan banyak orang di joglo ini,” gumam Jaka Kelud yang segera duduk di salah satu meja yang kosong. Setelah duduk di meja yang kosong, Jaka meletakkan nomor meja yang dibawanya. Memang di Cafe ini nomor meja tidak berurut, karena setiap pelanggan bebas memilih meja dimanapun mereka akan makan dengan meletakkan nomor meja yang dipasang pada sebuah tongkat kecil yang bisa di letakkan di atas meja yang mereka pilih. Tak lama kemudian pesanan Jaka kelud datang diantar pelayan, saat sedang menikmati makan malamnya. Tiba-tiba
Bab 160. REBUTAN TEMPAT “Eh nak Jaka, kenalkan ini pak Ir Hendra, arsitek yang akan membantu mengawasi pembangunan rumah nak Jaka,” kata lurah Bambang memperkenalkan pria yang terlihat berpendidikan disampingnya. “Saya Jaka, tolong dibantu ya pak,” kata Jaka sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Ir Hendra. “Baik mas, anda tenang saja, saya pasti akan memberikan hasil yang memuaskan anda. Saya juga tidak ingin mengecewakan kepercayaan pak Lurah,” kata Ir Hendra sambil menyambut uluran tangan Jaka Kelud. Setelah itu mereka bertiga berbincang cukup serius membahas pembangunan rumah Jaka Kelud. Ternyata Ir Hendra lebih lengkapnya Ir Hendra Putra cukup berpengalaman dalam proyek pembangunan rumah. Bahkan dia memberi ide yang sangat bagus mengenai konstruksi dan dekorasi rumah yang akan dibangun. Sementara itu Suminten yang melihat begitu banyak orang bekerja di rumahnya tampak bersemangat. Bahkan banyak warga kampung y
Bab 159. MENGHIBUR SUMINTEN Melihat ibunya tampak gemetar memegang uang pemberiannya, Jaka Kelud segera berpindah tempat duduknya dan duduk di samping Suminten. “Mak, itu uang hasil kerja Jaka di Jakarta. Mulai sekarang emak tidak perlu bekerja menjual sayur lagi. Emak itu sudah tua, jadi Jaka ingin emak bersantai saja di rumah dan tidak perlu bekerja menjual sayur di pasar. Kalau emak memang ingin tetap jualan sayur, sebaiknya emak memanggil orang untuk menjualnya ke pasar,” kata Jaka Kelud sambil memeluk bahu Suminten dengan penuh kasih sayang. Sepasang mata tua Suminten tiba-tiba berkabut begitu mendengar perkataan Jaka Kelud. Dalam hati, Suminten tidak menyangka kalau anak yang dipungutnya di sungai melakukan dirinya dengan begitu baik setelah dia dewasa. Perasaan haru inilah yang membuat sepasang mata Suminten berkaca-kaca dan dengan sembunyi-sembunyi berusaha mengusap matanya yang akan menjatuhkan bulir air mata. “Mak, nanti mungkin pak Lur
Bab 158. KETERKEJUTAN SUMINTEN “Tapi kalau kamu memang punya uangnya, maka tidak masalah jika kamu ingin merenovasi rumah orang tuamu,” kata lurah Bambang melanjutkan perkataannya setelah menjeda perkataannya. Kemudian mereka mulai melakukan pembicaraan serius untuk merenovasi rumah orang tua Jaka Kelud. Dan sebagai bukti kalau Jaka Kelud serius dengan rencananya, dia mentransfer uang sebanyak lima ratus juta sebagai modal awal renovasi rumah orang tuanya. “Pak Lurah, uangnya sudah saya transfer. Nanti akan saya kirim lagi jika uang ini sudah habis. Saya mempercayakan pembangunan rumah ini kepada anda,” kata Jaka Kelud dengan nada penuh dengan pengharapan. Maklumlah, Jaka sebagai anak dari keluarga miskin, sama sekali tidak punya orang yang bisa dipercaya selain lurah Bambang yang terkenal bijaksana dan amanah. “Baiklah, saya akan segera mencari pekerja untuk merenovasi rumah orang tuamu dan melakukan pemesanan materialnya ke toko bangunan.”
Bab 157. LURAH BAMBANG Setelah menentukan pilihan, Jaka segera masuk ke rumahnya. Apalagi udara semakin dingin ketika malam semakin larut, meskipun bagi Jaka yang menguasai ilmu Prana, dinginnya suhu udara gunung Kelud, bukanlah apa-apa. Keesokan paginya, Jaka menikmati suasana pagi hari bersama Suminten dengan duduk di depan perapian. Di dekatnya ada satu gelas kopi hitam yang menebarkan aroma harum dari kopi asli Indonesia yang sangat harum dan nikmat. Saat pagi berganti siang, Jaka berpamitan kepada ibunya untuk jalan-jalan ke kampung yang ada di bawah. Meskipun rumah orang tuanya masih satu kampung dengan pusat perkampungan di bawahnya, akan tetapi jarak terdekat dari tetangganya sekitar seribu meter. Maklumlah, keluarganya Jaka Kelud merupakan keluarga paling miskin di desa lereng gunung Kelud ini. Sehingga almarhum Sarno atau ayahnya hanya bisa membangun rumah di tempat terjauh dari perkampungan. Sesampainya di pusat perka