Beranda / Urban / Pewaris Naga Majapahit / Bab 116. MENGHANCURKAN MOBIL PENCULIK

Share

Bab 116. MENGHANCURKAN MOBIL PENCULIK

Penulis: MN Rohmadi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-26 07:59:09

Bab 116. MENGHANCURKAN MOBIL PENCULIK

“Ada apa ini? Kalian menabrak kakak ini ya?”

Tiba-tiba terdengar suara orang menegur pria yang sedang memarahi Jaka, seketika pria yang sedang dirundung emosi segera tersadar dan menoleh ke arah sumber suara.

Seketika itu juga ekspresi wajah pria gerombolan penculik langsung berubah, di sekelilingnya ternyata sudah ada puluhan warga yang penasaran dengan apa yang terjadi.

“Eh… tidak apa-apa, hanya saja pria ini ingin bunuh diri dengan cara menabrakkan tubuhnya ke mobil kami,” dengan gagap pria kelompok penculik memberi alasan atas apa yang sedang terjadi.

Puluhan warga yang sudah mendekat ke keramaian ini, langsung saling pandang. Antara percaya dan tidak percaya, mereka segera mendekat kearah Jaka.

“Bang ada apa ini? Apa benar kamu ingin bunuh diri?”

“Siapa yang ingin bunuh diri? Mulut pria itu saja yang asal ngomong, bapak-bapak, kebetulan anda ada disini. Saya berusaha menghentikan mobil ini karena mereka ada
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 117. AKSI JAKA KELUD

    Bab 117. AKSI JAKA KELUD Tangan yang memegang pistol langsung diarahkan ke tubuh Jaka Kelud, meskipun dengan tangan gemetar. Dor! Dor! Dor! Dor! Suara tembakan mengagetkan warga yang sedang menonton keributan ini, wajah semua orang memucat karenanya. Sementara itu empat peluru mengenai tubuh Jaka dengan telak di bagian dadanya, pakaian yang dikenakannya langsung berlubang. Kedua penculik itu tersenyum gembira, ketika melihat tembakan mereka dengan tepat mengenai tubuh bagian depan Jaka yang berdiri di depan pintu belakang. “Ha ha ha ha…. rasain tuh makan pelor panas, makanya jadi orang jangan suka mencampuri urusan orang,” ejek salah satu penculik sambil memandang ke tubuh Jaka yang berdiri di depan pintu. Rasa takut mereka berdua langsung menghilang, setelah tembakan mereka mengenai tubuh Jaka Kelud. Akan tetapi kegembiraan mereka segera menghilang ketika sebuah senyuman muncul dari wajah pemuda yang memasukkan kepalanya kedalam mobil.

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-26
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 118. RERUNTUHAN KUNO

    Bab 118. RERUNTUHAN KUNO “Zaman sekarang pikiran para anak muda benar-benar aneh, mereka begitu suka dengan hidup bebas dari pengawasan orang tua. Semoga generasi muda yang akan datang tidak ada lagi yang seperti itu,” gumam Jaka dalam hatinya. Jaka yang terbiasa hidup dalam kemiskinan, tidak pernah sedikitpun mempunyai keinginan untuk hidup menggelandang dengan simbol kebebasan seperti anak-anak punk ini. Meskipun dia tidak melarang anak-anak remaja itu untuk hidup dijalanan dengan bekal uang yang minimal. Bagi Jaka saat remajanya lebih banyak digunakan untuk belajar dan bekerja mencari kayu bakar untuk membantu orang tuanya. Setengah jam kemudian, setelah nongkrong di taman kota, Jaka segera bangkit dari duduknya dan menghentikan taksi untuk pulang ke rumahnya. Sesampainya di rumah, Jaka yang tak tahu harus melakukan apa? Hanya bisa duduk bersantai sambil membaca buku dan pelajaran yang akan diujikan beberapa hari yang akan datang. Sambil membaca bu

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-27
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 119. PUSAKA KUJANG EMAS

    Bab 119. PUSAKA KUJANG EMAS Dung… dung… dung… Suara menggema terdengar dari balik dinding batu yang di ketuk Jaka, hal ini tentu saja membuatnya semakin penasaran. Kemudian sekali lagi Jaka memperhatikan batu aneh yang menyerupai sebuah tonjolan. Kembali Jaka mengutak-atik batu aneh itu, kali ini Jaka menyalurkan energi Prana ke batu itu. Tiba-tiba saja batu aneh yang di pegangnya masuk ke dalam dinding batu, dan tiba-tiba juga terdengar suara berderak seperti benda bergeser. Drrtt… drrtt… drrtt…Sebuah pintu terpampang di depan Jaka, ketika dinding batu di depannya bergeser dengan pelan saking beratnya dinding batu itu. Debu tebal beterbangan ketika pintu batu itu terbuka, Jaka mengebutkan tangannya untuk menepis debu yang beterbangan di depannya. Kemudian setelah pintu berhenti bergeser, di hadapan Jaka terlihat sebuah ruangan yang gelap gulita. Apalagi sekarang tengah malam, tentu saja suasana di dalam gua lebih gelap lagi.

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-28
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 120. MELATI SUGIRI

    Bab 120. MELATI SUGIRI Dengan perasaan takjub, Jaka melihat bahwa ruangan di dalam cincin spiritual ini, luasnya seukuran lapangan sepak bola. “Hebat, benar-benar hebat. Apakah ini yang dinamakan cincin spiritual atau cincin penyimpanan seperti yang saya baca pada novel online genre fantasi? Betul, ini adalah cincin penyimpanan yang sangat ajaib itu. Hari ini adalah hari keberuntunganku, baiklah sebaiknya saya segera pergi dari tempat ini sebelum ada orang yang melihatnya,” pikir Jaka yang segera memasukkan pusaka Kujang emas dan peti kayu hitam itu ke dalam cincin spiritual dengan kekuatan energi spiritualnya. Segera, Jaka keluar dari gua penyimpanan dan menutup kembali tempat itu. Setelah itu tubuh Jaka melesat ke langit, terbang dengan cepat meninggalkan situs reruntuhan kuno untuk kembali ke kamar penginapannya. Senyum puas menghiasi wajah Jaka ketika di sudah sampai di kamarnya, kali ini dia ingin memeriksa sekali lagi isi dari cincin spiritual yang ada di

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-29
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 121. ANAK YANG MENGAGUMKAN

    Bab 121. ANAK YANG MENGAGUMKAN “Tidak ada apa-apa, ayo kita ngobrol yang lainnya saja,” sanggah Melati Sugiri menghindari percakapan tentang pemuda yang membuatnya penasaran. “Ha ha ha ha… sepertinya Melati sedang puber kedua, lihatlah Brondong yang duduk sendirian di sana,” sahut Caroline sambil memberi tanda ke arah meja Jaka. Semua wanita seketika menoleh ke arah meja Jaka Kelud, hal ini tentu saja membuat wajah Melati langsung memerah menahan malu. “Ha ha ha ha… kamu memang mempunyai mata yang tajam, lihatlah wajah pemuda itu memang cukup ganteng,” canda salah satu teman Melati. “Kalian membuatku malu saja. Sepertinya kalian salah menerka apa yang bikin saya penasaran,” bela Melati mencoba meluruskan apa yang ada di dalam pikirannya. “Salah? Sepertinya kami tidak salah menebak isi hatimu. Sepertinya kamu memang sudah seperti yang lainnya, suka dengan pria muda, ha ha ha ha…” Bibir Melati cemberut mendengar ejekan teman-temannya, kemudian Melati

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-29
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 122. BERTEMU MUSUH LAMA

    Bab 122. BERTEMU MUSUH LAMA “Jaka, kamu dari mana saja? Kenapa kamu baru kelihatan?” kata salah satu teman kuliah Jaka yang melihat Jaka memasuki ruang kelas semester tiga. “Saya sedang cuti sebentar, jadi tidak bisa mengikuti pelajaran,” jawab Jaka berusaha memberi alasan yang logis. “Tapi, bagaimana kamu bisa gabung bersama kita di semester tiga? Bukankah kamu tidak mengikuti ujian kenaikan semester?” “Sudah, tentu saja saya sudah mengikuti ujian susulan untuk kenaikan semester. Karena itulah sekarang saya bisa berkumpul dengan kalian.” Teman-teman Jaka masih bingung dengan apa yang terjadi dengannya, bagaimanapun juga Jaka sudah tidak mengikuti kegiatan belajar selama enam bulan lamanya. Kebingungan mereka tidak bisa mendapatkan jawaban yang cukup memuaskan, mereka berpikir apakah bisa dengan mengikuti ujian susulan, mahasiswa yang lama cuti bisa naik semester. Hari-hari berlalu dengan tenang sejak Jaka mulai mengikuti jam kuliah di Universitas Matri

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-30
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 123. SIALAN

    Bab 123. SIALAN “Hallo Boss muda, ada apa nih Boss muda menghubungi saya?” Terdengar suara seorang pria dengan suara serak dari seberang panggilan. “Gini Bang, saya sedang ada masalah sedikit. Karena itulah saya menghubungi abang,” jawab Ridwan dengan nada serius. “Ha ha ha ha… Boss muda ternyata masih mengenalku. Saya merasa tersanjung Boss muda sudi menghubungi saya. Oh iya, ada pekerjaan apa nih? Apakah saya perlu menghabisi seseorang tanpa jejak, atau cukup memberi pelajaran saja?” Suara telepon langsung hening ketika bang Sapto menebak apa yang diinginkan Ridwan dengan menghubunginya. Setelah menghela nafas berat, Ridwan melanjutkan percakapannya dengan sambil tetap fokus mengemudi. “Saya ingin abang menghabisi seseorang, kalau bisa abang mencari orang yang bisa membunuh seseorang yang mempunyai ilmu kebal.” “Apa? Ilmu kebal?” Terdengar suara bang Sapto sangat terkejut ketika mendengar perkataan Ridwan. “Maksud Boss Ridwan, sasaran kali i

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-31
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 124. SAINGAN CINTA

    Bab 124. SAINGAN CINTA Ekspresi wajah sopir bajaj langsung buruk ketika mendengar alasan Jaka menemuinya. harapan yang sebelumnya muncul di binar matanya, seketika menghilang setelah mendengar perkataan pemuda di depannya. Jaka tersenyum malu mendengar perkataan sopir bajaj, kemudian Jaka berkata lagi, “Saya mau minta tolong kepada abang untuk mengganti roda mobil ku yang kempes. Abang jangan khawatir, saya akan memberi anda uang jasa atas pertolongan abang.” Begitu mendengar perkataan Jaka, sopir bajaj menatapnya dengan tatapan aneh. Siapa juga yang tidak merasa aneh, melihat ada seorang pemuda yang terlihat begitu bugar tidak bisa mengganti roda mobilnya yang kempes. Setelah menghela nafas sebentar, sopir bajaj kembali berkata sambil tersenyum penuh arti, “Apa? Mengganti roda mobil yang kempes? Memangnya anda tidak bisa mengganti sendiri?” “Maaf, saya memang tidak bisa mengganti rodanya.” “Baiklah, mari kita lihat apa yang bisa saya bantu,” ucap

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-01

Bab terbaru

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 168. DITEMBAK PENGAWAL RADEN TUKIMIN

    Bab 168. DITEMBAK PENGAWAL RADEN TUKIMIN “Apa yang kamu lakukan?” bentak Raden Tukimin sambil menunjuk ke arah Jaka Kelud dengan wajah memerah saking emosinya. “Bukankah matamu masih normal, masa tidak tahu dengan apa yang saya lakukan. Sepertinya kamu perlu memeriksakan kedua matamu ke Rumah Sakit, ha ha ha ha…” Jaka tertawa terbahak-bahak setelah mengata-ngatai Raden Tukimin. “Kurang ajar, dasar bocah sableng. Kalian, cepat beri pelajaran pada orang gila ini,” perintah Raden Tukimin kepada pengawalnya yang berdiri paling dekat dengan Jaka Kelud. Sementara itu Aki Dawir yang berdiri di belakang Raden Tukimin, menatap sosok pemuda kurus di depannya sambil mengedarkan indra spiritualnya. Tiba-tiba saja pandangan indra spiritual yang dipancarkan Aki Dawir seperti terhalangi dinding transparan yang tidak bisa di tembusnya. “Ada apa ini? Kenapa saya tidak bisa memindai tubuh pemuda gila ini? Jangan-jangan….?” Perasaan Aki Dawir seketika itu menjadi b

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 167. SIKAP JAKA KELUD

    Bab 167. SIKAP JAKA KELUD “Siapa yang berani membuat onar di hadapanku?” Terdengar teriakan Raden Tukimin cukup keras, yang merasa terganggu oleh gangguan anak buahnya. Pengawal yang menabrak pintu ruang meeting perlahan berusaha bangkit, ekspresi wajahnya tidak bisa menyembunyikan rasa takutnya. Mana mungkin pengawal itu tidak takut, dia sangat mengenal kekejaman Raden Tukimin terhadap siapapun yang berani mengganggunya. “Ma… ma… maaf Raden…” dengan tergagap pengawal itu meminta maaf setelah berhasil berdiri. “Kurang ajar! Kenapa kamu masuk dengan tidak sopan ke dalam ruangan ini? Bukankah kamu saya perintahkan untuk menjaga diluar!” “Maaf Raden, tapi… diluar…” “Kenapa kalian ribut sendiri,” terdengar suara orang yang menghentikan perkataan pengawal itu, diiringi masuknya seorang muda berbadan kurus memasuki ruang rapat. Sekretaris Sulistina dan para petinggi PT Nusa Bangsa yang sebelumnya menggigil ketakutan di hadapan Raden Tukimin da

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 166. KIBASAN TANGAN JAKA KELUD

    Bab 166. KIBASAN TANGAN JAKA KELUD Mendengar perkataan karyawan wanita itu, segera saja Jaka Kelud tahu, kalau semua orang sedang melakukan pertemuan dengan Raden Tukimin. Setelah mengucapkan terimakasih kepada karyawan pria itu, Jaka bergegas menuju ruang meeting. Saat ini suasana ruang meeting sedang panas, setelah kedatangan Raden Tukimin bersama anak buahnya. “Bu Sulistina, kamu sebagai pimpinan perusahaan cepat tanda tangani pemindahtanganan PT Nusa Bangsa ke PT Marcopolo. Uang pemindahtanganan akan saya transfer ke rekening anda saat ini juga.” Raden Tukimin yang sudah menyuruh pengacara kepercayaannya, Razman SH untuk menyiapkan kontrak, segera memerintahkan sekretaris sulistina untuk menandatangani proses pemindahtanganan PT Nusa Bangsa. Sementara itu sekretaris Sulistina yang di perintah Raden Tukimin untuk menandatangani kontrak di depannya menghiraukan dan tetap diam, meskipun keringat dingin mulai membasahi tubuhnya. Melihat perinta

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 165. DATANG KE PERUSAHAAN

    Bab 165. DATANG KE PERUSAHAAN “Boss….” dengan suara gemetar sekretaris Sulistina memanggil Jaka kelud. Akan tetapi sebelum sekretaris Sulistina melanjutkan perkataannya, Jaka Kelud sudah memotongnya. “Ada masalah apa sekretaris Sulis? Kenapa kamu menulis pesan seperti itu? Ada masalah apa sebenarnya? Apakah dana operasional perusahaan kurang? Kalau kurang nanti saya kirim lagi?” “Bu… bu… bukan seperti itu Boss. Kita sedang menghadapi masalah besar, di perusahaan kita kedatangan Raden Tukimin dan anak buahnya yang akan memaksa kita untuk menyerahkan perusahaan kita kepada mereka.” “Apa? Kurang ajar, bagaimana mungkin ada orang yang bisa begitu kurang ajar dan tidak punya malu seperti itu. Apakah kamu tidak bisa mengusir mereka?” “Tidak bisa Boss, mana mungkin saya berani mengusir Raden Tukimin dan anak buahnya. Mereka adalah konglomerat besar di kota Jakarta ini, sebelumnya perusahaan memang sudah di serang mereka, sebelum Denmas Jaka mengakuisisi PT

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 164. MASALAH PADA PERUSAHAAN JAKA KELUD

    Bab 164. MASALAH PADA PERUSAHAAN JAKA KELUD Batin Mayang berkecamuk di penuhi dengan kekaguman terhadap Jaka Kelud yang begitu mudahnya memberi uang kepadanya untuk membayar sewa kost rumah kontrakannya. Mata Mayang tidak lepas mengikuti kepergian Jaka kelud, hingga mobil mewah Jaka menghilang di jalan kampung. Mata indah Mayang mulai berkabut ketika mobil Jaka kelud menghilang dari pandangannya, dia masih tetap berdiri di tempatnya semula. Nafas Mayang sedikit tersendat menahan isak yang tidak bisa ditahan, sebelum isak tangisnya mulai terdengar orang lain, dia segera berlari memasuki kamar kostnya. Sementara itu Jaka Kelud yang sudah meninggalkan tempat kost Mayang, di dalam mobilnya tersenyum kecut mengingat pertemuannya dengan mahasiswa yang begitu berani menawarkan tubuhnya, demi untuk bisa membayar sewa kamar kostnya. Tadi Jaka sengaja tidak bertanya asal kampung Mayang, karena dia hanya mampir saja di kota Semarang ini. “Ternyata r

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 163. MALAIKAT TAK BERSAYAP

    Bab 163. MALAIKAT TAK BERSAYAP Jaka menatap wajah Mayang dengan perasaan dongkol, bagaimana dia tidak dongkol kalau kebaikannya dimanfaatkan wanita yang tidak dikenalnya ini. “Baiklah, saya akan menemani menemui ibu kost,” kata Jaka Kelud pada akhirnya. Kemudian mereka berdua keluar dari mobil, ibu kost dan para penghuni rumah kontrakan juga memandang ke arah mereka penuh dengan penasaran. “Hei Mayang, kamu datang dengan siapa? Apa kamu sudah punya uang untuk membayar sewa kontrakan?” Terdengar suara seorang wanita menyebut nama Mayang yang merupakan penghuni rumah kontrakannya. Mayang segera mendatangi ibu kost sambil menggandeng tangan Jaka Kelud, setelah berada didepan ibu kost, Mayang segera berkata, “Bu Siti, maaf saya terlambat membayar kost. Perkenalkan ini mas Jaka yang akan membayar tunggakan sewa kontrakan saya.” Ekspresi wajah Jaka Kelud langsung menjadi buruk, begitu mendengar perkataan Mayang. “Apa maksudmu ini?” kata J

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 162. RAYUAN MAYANG

    Bab 162. RAYUAN MAYANG Jaka langsung terdiam mendengar perkataan Mayang, wanita cantik yang datang entah dari mana ke mejanya. Melihat Jaka Kelud terdiam dan tidak jadi pergi, Mayang segera melanjutkan perkataannya, “sebenarnya saya sedang kesusahan untuk membayar sewa kontrakan, karena itulah saya berani mendekati anda.” Jaka tetap diam, tidak ada keinginan untuk bertanya maupun simpati atas perkataan Mayang. Melihat sikap Jaka yang pasif, sekali lagi Mayang mulai berkata, “Sebenarnya saya masih kuliah semester tiga, tapi… karena saya berasal dari keluarga miskin akhirnya saya menjajakan tubuh saya agar bisa membiayai kuliah dan hidup saya di kota Semarang ini.” Jaka masih tetap diam, hanya saja dahinya tampak berkerut begitu mendengar pengakuan Mayang, kalau dia adalah seorang penjaja cinta atau pelacur. Rasa sesak mulai menyesakkan dada Jaka Kelud mendengar pengakuan ini, ternyata bagi wanita yang berasal dari keluarga miskin dan mempunyai iman y

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 161. PELACUR KESEPIAN

    Bab 161. PELACUR KESEPIAN “Sialan aku telah dikadali kedua gadis sialan ini, baiklah mungkin memang tidak seharusnya aku berebut dengan kedua gadis ini,” gumam Jaka Kelud sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Kemudian Jaka Kelud meninggalkan kedua gadis belia itu dan menuju ke saung utama yang merupakan bangunan joglo yang cukup besar, yang bisa menampung dua puluh meja. “Sepertinya saya harus duduk beramai-ramai dengan banyak orang di joglo ini,” gumam Jaka Kelud yang segera duduk di salah satu meja yang kosong. Setelah duduk di meja yang kosong, Jaka meletakkan nomor meja yang dibawanya. Memang di Cafe ini nomor meja tidak berurut, karena setiap pelanggan bebas memilih meja dimanapun mereka akan makan dengan meletakkan nomor meja yang dipasang pada sebuah tongkat kecil yang bisa di letakkan di atas meja yang mereka pilih. Tak lama kemudian pesanan Jaka kelud datang diantar pelayan, saat sedang menikmati makan malamnya. Tiba-tiba

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 160. REBUTAN TEMPAT

    Bab 160. REBUTAN TEMPAT “Eh nak Jaka, kenalkan ini pak Ir Hendra, arsitek yang akan membantu mengawasi pembangunan rumah nak Jaka,” kata lurah Bambang memperkenalkan pria yang terlihat berpendidikan disampingnya. “Saya Jaka, tolong dibantu ya pak,” kata Jaka sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Ir Hendra. “Baik mas, anda tenang saja, saya pasti akan memberikan hasil yang memuaskan anda. Saya juga tidak ingin mengecewakan kepercayaan pak Lurah,” kata Ir Hendra sambil menyambut uluran tangan Jaka Kelud. Setelah itu mereka bertiga berbincang cukup serius membahas pembangunan rumah Jaka Kelud. Ternyata Ir Hendra lebih lengkapnya Ir Hendra Putra cukup berpengalaman dalam proyek pembangunan rumah. Bahkan dia memberi ide yang sangat bagus mengenai konstruksi dan dekorasi rumah yang akan dibangun. Sementara itu Suminten yang melihat begitu banyak orang bekerja di rumahnya tampak bersemangat. Bahkan banyak warga kampung y

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status