BAB 107. AJIAN PENAKLUK JIWA Mahasiswa itu terus memperhatikan Jaka dan Intan yang menghiraukan mereka dan terus berjalan menuju kantor dosen. Tak lama kemudian Jaka dan Intan sampai juga di kantor dosen Saras. Begitu sampai di kantor dosen, orang yang mereka cari sepertinya belum berangkat, sehingga Intan mengajak Jaka menunggunya. “Jaka, sebaiknya kita menunggu bu Saras terlebih dahulu. Bagaimanapun juga kamu juga tidak tahu akan masuk kelas ke semester tiga atau mengikuti mata kuliah semester satu bersama mahasiswa baru,” ucap Intan yang mencari kursi untuk duduk menunggu kedatangan dosen Saras yang ada di luar kantor. Sambil menunggu kedatangan dosen Saras, Intan menanyakan apa sebenarnya yang terjadi dengan Jaka, hingga tiba-tiba saja menghilang tidak ada kabar berita selama tujuh bulan lamanya. Dengan terus terang, Jaka menceritakan apa yang terjadi. Meskipun berterus terang, Jaka tidak menceritakan pertemuannya dengan mbah Marijan di dimensi Le
Bab 108. MENGELUARKAN KEMAMPUAN TERSEMBUNYI Sebenarnya Jaka bisa langsung memerintahkan Rektor Agus untuk langsung menerimanya masuk kelas bersama teman-temannya. Akan tetapi Jaka tidak melakukan itu, karena dia ingin saat dia diterima masuk kelas, tidak ada pelanggaran hukum dan kedisiplinan. Karena itulah Jaka berusaha menaklukan jiwa dan pikiran Rektor Agus dengan lembut, sehingga dia bisa berpikir secara logis dan tidak langsung menerima begitu saja bisikan yang masuk ke otaknya. “Begini saja, terima Jaka masuk ke kelas yang sama dengan temannya, tapi beri dia ujian susulan kenaikan semester tiga. Dan satu lagi, cabut beasiswanya sebagai hukuman atas ketidak disiplinannya selama ini.” Bisikan itu kembali masuk ke otaknya bersamaan dengan rasa sakit yang menyerang kepalanya. “Siapa kamu? Kenapa kamu bisa masuk ke pikiranku,” kata Rektor Agus dalam benaknya. “Aku? Aku adalah jiwa bersih dan jiwa baik yang ada di dalam tubuhmu, atau yang lebih dikenal
Bab 109. AJIAN LAMPAH LANGIT Saking senangnya Jaka melompat begitu saja keatas, dan tanpa sadar lompatannya sangatlah tinggi hingga melewati genteng rumahnya yang berlantai tiga. Wuss… Tentu saja Jaka sangat panik ketika tubuhnya tiba-tiba saja melesat ke atas dengan sangat cepat melewati atap rumahnya dan terus naik hingga ketinggian seratus meter. Jaka segera mengatur nafas dan emosinya untuk mengontrol gerakan tubuhnya yang melayang di udara. Setelah nafasnya kembali normal dan menghilang rasa kagetnya, dengan perlahan Jaka berusaha mempraktekkan ilmu Ajian Lampah Langit yang membuatnya bisa melayang di udara hampa. Setelah menghentikan daya lontar tubuhnya, Jaka berusaha menapakkan kakinya di atas udara dan ajaibnya, seketika itu juga udara yang di injak kakinya langsung memadat. “Wah hebat, ternyata ilmu yang diberikan guru Naga sangat hebat,” ucap Jaka sambil berjalan-jalan di atas udara kosong sambil menari. Saking senangnya bisa berjal
Bab 110. GENG BANG JAGO Kening Jaka berkerut ketika mendengar perkataan kedua preman di depannya, dalam hati dia berkata, “Sepertinya ada orang yang ingin mati, berani membuat masalah denganku.” Semangat Jaka kini sudah berubah setelah tahu, kalau dia memiliki kekuatan yang sangat hebat warisan dari Naga Majapahit yang sedang bertapa. “Terus apa mau kalian? Kalau kalian tidak menerima uang sepuluh ribu ini, maka uang ini akan saya masukkan ke dalam kantong lagi,” kata Jaka sambil mengambil uang yang tergeletak di atas meja. Brakk…. Melihat keberanian Jaka, seketika kedua preman ini langsung menggebrak meja dengan keras, membuat pemilik warung nasi goreng ketakutan. Jaka tampak tidak peduli dengan kemarahan kedua preman di depannya, dia menatap kedua preman itu dengan tatapan sinis. “Kamu melawan perintah kami? Apa kamu mau mati?” bentak salah satu preman yang berdiri di belakang temannya sambil menyodorkan tinjunya kearah Jaka. “Pergilah,
Bab 1. MAHASISWA MISKIN "Hai Kuli, cepat kemari!”Terdengar mahasiswa senior memanggil seorang pemuda yang sedang berjalan di selasar Universitas Matrix. Mahasiswa yang dipanggil kuli tentu saja tidak menoleh, dia tetap terus berjalan menelusuri Selasar menuju kantin. Kemudian empat orang mahasiswa Senior langsung menghadang langkah Jaka dengan senyum penuh dengan hinaan terlukis di wajah mereka. Jaka Kelud langsung berhenti dan menatap keempat mahasiswa senior yang menghadangnya dengan tatapan tidak suka. Meskipun Jaka merupakan orang miskin, dia tetap tidak suka jika ada orang yang bersikap kasar kepadanya. Jaka masih bisa mentoleransi orang yang menghina kemiskinannya, akan tetapi jika ada yang berniat mengganggunya maka rasa takut dan rendah dirinya akan menghilang seketika itu juga. Jaka Kelud sendiri merupakan mahasiswa semester dua, sedangkan mahasiswa senior dan teman-temannya yang menghadang Jaka merupakan mahasiswa semester enam dan
Bab 2. MUSIBAH YANG MENGEJUTKAN Hujan batu bata itu secara tidak sengaja tepat jatuh di atas kepala dan tubuh Jaka membuat debu berterbangan di sekitarnya yang membuat semua orang di lokasi konstruksi menjerit histeris sambil berteriak seakan tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. Sementara itu Jaka yang tertimpa hujan batu bata yang berjumlah ribuan seakan tidak merasakan apa yang menimpa kepala dan tubuhnya. Hingga debu yang sangat padat memenuhi sekelilingnya barulah Jaka menyadari apa yang terjadi di sekelilingnya. Pada saat ini Jaka hanya merasakan tubuh dan kepalanya seperti terkena butiran air hujan dari langit, dia sama sekali menghiraukan teriakan kepanikan semua rekan kerjanya di tempat konstruksi. Seperti tidak sadar dengan apa yang baru saja terjadi pada dirinya, Jaka malahan mengebutkan tangannya di pakaian yang berdebu setelah terkena ribuan batu bata yang jatuh dari lantai dua puluh. Jaka malahan masih asik merapikan batu bata yan
Bab 3. PENCULIKAN Keesokan harinya seperti biasa Jaka berangkat kuliah dengan penuh semangat, seakan musibah yang menimpanya kemarin saat di lokasi konstruksi bukanlah sesuatu yang perlu dianggap serius. Tubuh Jaka tampak bugar, tubuhnya tidak terlihat ada luka luar maupun luka dalam setelah tertimpa ribuan batu bata dari ketinggian gedung lantai dua puluh. Saat jam istirahat kuliah, Jaka pergi ke kantin untuk mengisi perutnya. Di kantin terlihat banyak mahasiswa yang sedang makan sambil berbincang dengan rekan-rekan mereka. Kehadiran Jaka tidaklah langsung menarik perhatian mahasiswa wanita yang sedang duduk bergerombol. Sedangkan mahasiswa pria tampak tidak terlalu memperdulikan Jaka yang baru saja datang memasuki kantin. “Bu Minten, minta bakso satu sama kupat.” “Baik mas, tunggu sebentar ya?”Bu Minten yang merupakan salah satu pedagang yang berjualan di kantin tersenyum dengan ramah kearah Jaka. Di Kantin kampus ada puluhan UMKM
Bab 4. MENYELAMATKAN INTAN Jaka berteriak dengan lantang setelah menampar kelima pria yang akan memasukkan Intan kedalam mobil SUV. Tubuh kelima pria itu langsung jatuh menghantam tanah dengan cepat, untungnya Jaka menampar tidak terlalu keras sehingga keempat pria ini tidak sampai mati. Meskipun tidak sampai mati, tapi dari keempat panca indera mereka berempat mengeluarkan darah yang membuat keempat pria ini langsung tak sadarkan diri tanpa tahu siapa orang yang memukul mereka. “Kamu tidak apa-apa?”Jaka segera menanyai Intan yang sedang shock melihat keempat pria yang akan menculiknya tiba-tiba jatuh terkapar begitu saja dan tiba-tiba juga di sampingnya sudah berdiri pria miskin yang dikenalnya. “Jaka….”Sepasang mata indah Intan tiba-tiba berkabut setelah mengamati dengan jelas sosok pria yang menolongnya. Jaka hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya dengan pelan sebagai tanda mengiyakan pertanyaan Intan. “Jaka…. saya benar-benar tidak tahu a
Bab 110. GENG BANG JAGO Kening Jaka berkerut ketika mendengar perkataan kedua preman di depannya, dalam hati dia berkata, “Sepertinya ada orang yang ingin mati, berani membuat masalah denganku.” Semangat Jaka kini sudah berubah setelah tahu, kalau dia memiliki kekuatan yang sangat hebat warisan dari Naga Majapahit yang sedang bertapa. “Terus apa mau kalian? Kalau kalian tidak menerima uang sepuluh ribu ini, maka uang ini akan saya masukkan ke dalam kantong lagi,” kata Jaka sambil mengambil uang yang tergeletak di atas meja. Brakk…. Melihat keberanian Jaka, seketika kedua preman ini langsung menggebrak meja dengan keras, membuat pemilik warung nasi goreng ketakutan. Jaka tampak tidak peduli dengan kemarahan kedua preman di depannya, dia menatap kedua preman itu dengan tatapan sinis. “Kamu melawan perintah kami? Apa kamu mau mati?” bentak salah satu preman yang berdiri di belakang temannya sambil menyodorkan tinjunya kearah Jaka. “Pergilah,
Bab 109. AJIAN LAMPAH LANGIT Saking senangnya Jaka melompat begitu saja keatas, dan tanpa sadar lompatannya sangatlah tinggi hingga melewati genteng rumahnya yang berlantai tiga. Wuss… Tentu saja Jaka sangat panik ketika tubuhnya tiba-tiba saja melesat ke atas dengan sangat cepat melewati atap rumahnya dan terus naik hingga ketinggian seratus meter. Jaka segera mengatur nafas dan emosinya untuk mengontrol gerakan tubuhnya yang melayang di udara. Setelah nafasnya kembali normal dan menghilang rasa kagetnya, dengan perlahan Jaka berusaha mempraktekkan ilmu Ajian Lampah Langit yang membuatnya bisa melayang di udara hampa. Setelah menghentikan daya lontar tubuhnya, Jaka berusaha menapakkan kakinya di atas udara dan ajaibnya, seketika itu juga udara yang di injak kakinya langsung memadat. “Wah hebat, ternyata ilmu yang diberikan guru Naga sangat hebat,” ucap Jaka sambil berjalan-jalan di atas udara kosong sambil menari. Saking senangnya bisa berjal
Bab 108. MENGELUARKAN KEMAMPUAN TERSEMBUNYI Sebenarnya Jaka bisa langsung memerintahkan Rektor Agus untuk langsung menerimanya masuk kelas bersama teman-temannya. Akan tetapi Jaka tidak melakukan itu, karena dia ingin saat dia diterima masuk kelas, tidak ada pelanggaran hukum dan kedisiplinan. Karena itulah Jaka berusaha menaklukan jiwa dan pikiran Rektor Agus dengan lembut, sehingga dia bisa berpikir secara logis dan tidak langsung menerima begitu saja bisikan yang masuk ke otaknya. “Begini saja, terima Jaka masuk ke kelas yang sama dengan temannya, tapi beri dia ujian susulan kenaikan semester tiga. Dan satu lagi, cabut beasiswanya sebagai hukuman atas ketidak disiplinannya selama ini.” Bisikan itu kembali masuk ke otaknya bersamaan dengan rasa sakit yang menyerang kepalanya. “Siapa kamu? Kenapa kamu bisa masuk ke pikiranku,” kata Rektor Agus dalam benaknya. “Aku? Aku adalah jiwa bersih dan jiwa baik yang ada di dalam tubuhmu, atau yang lebih dikenal
BAB 107. AJIAN PENAKLUK JIWA Mahasiswa itu terus memperhatikan Jaka dan Intan yang menghiraukan mereka dan terus berjalan menuju kantor dosen. Tak lama kemudian Jaka dan Intan sampai juga di kantor dosen Saras. Begitu sampai di kantor dosen, orang yang mereka cari sepertinya belum berangkat, sehingga Intan mengajak Jaka menunggunya. “Jaka, sebaiknya kita menunggu bu Saras terlebih dahulu. Bagaimanapun juga kamu juga tidak tahu akan masuk kelas ke semester tiga atau mengikuti mata kuliah semester satu bersama mahasiswa baru,” ucap Intan yang mencari kursi untuk duduk menunggu kedatangan dosen Saras yang ada di luar kantor. Sambil menunggu kedatangan dosen Saras, Intan menanyakan apa sebenarnya yang terjadi dengan Jaka, hingga tiba-tiba saja menghilang tidak ada kabar berita selama tujuh bulan lamanya. Dengan terus terang, Jaka menceritakan apa yang terjadi. Meskipun berterus terang, Jaka tidak menceritakan pertemuannya dengan mbah Marijan di dimensi Le
Bab 106. KEMBALI KE KAMPUS “Betul, ini adalah ide yang bagus untuk mendapatkan saran dari Intan tentang apa yang terjadi dalam tujuh bulan ini.” Kemudian menekan tombol panggil pada ponselnya, segera saja panggilannya sudah ada yang menerimanya. “Hallo… ini siapa?” terdengar suara lembut dari seorang wanita yang menjawab panggilan telepon Jaka. “Hallo, ini Jaka,” sahut Jaka dengan penuh semangat, dia sangat mengenali suara Intan meskipun dia sudah tidak bertemu selama tujuh bulan, menurut tanggalan di dunia fana. “Jaka?... Apa?... kamu Jaka… Jaka Kelud?” teriak Intan dari seberang ponselnya. Pagi ini Intan sedang mengemudikan mobil kesayangannya menuju kampus Universitas Matrix, ketika tiba-tiba saja ada panggilan masuk kedalam ponselnya. Awalnya Intan merasa terkejut melihat nama orang yang meneleponnya, dengan rasa penasaran dia menerima panggilan telepon Jaka. Begitu dia mendengar suara Jaka yang sudah lama tidak terdengar seketika memb
Bab 105. MENYADARI APA YANG TERJADI Sambil mengemudi, Jaka mulai membaca pesan-pesan yang masuk ke ponselnya. Seketika matanya membelalak lebar seakan tidak percaya dengan apa yang dibacanya. Karena dalam catatan pesan yang masuk, ada pesan yang masuk ke ponselnya sejak satu bulan, dua bulan, tiga bulan hingga banyak yang tujuh bulan yang lalu, sesuai dengan dokumen pengiriman pesan serta panggilan telepon yang masuk ke ponselnya. “Gila, ini benar-benar gila. Sebenarnya ponselku yang salah dan error atau memang saya yang lupa tidak pernah membuka pesan yang masuk? Tapi tidak mungkin, bukankah kemarin saya berkunjung ke desa wisata Suramadu baru semalaman saja? Dan ponselku kebetulan lowbat, tapi kenapa catatan waktu di ponsel tertulis kalau pesan yang masuk memang itu adanya?” Ciiit…. Dalam bingungnya, Jaka segera melihat waktu serta tanggal dan bulan yang muncul secara otomatis di ponselnya. Seketika mata Jaka membelalak sangat lebar dan tan
Bab 104. KEMBALI KE RUMAH Sambil mengemudi pikiran Jaka kembali ke tempat aneh yang bernama desa Suramadu dan bertemu dengan mbah Marijan. Jaka sangat tahu kalau tempat yang baru saja dia datangi bukanlah mimpi, tapi sebuah tempat yang merupakan desa wisata, itu yang ada dalam pikiran Jaka. Jaka tidak menyadari kalau dia sudah berada di dimensi lelembut itu selama tujuh hari lamanya, Jaka menganggap baru sebentar saja, padahal tujuh hari di dimensi lelembut sama dengan tujuh bulan di dimensi manusia fana. Jaka tentu saja belum menyadari hal ini, dia mengemudikan mobilnya untuk pulang. Tak lama kemudian sampailah Jaka di depan pintu gerbang rumahnya, sepasang mata Jaka membelalak tidak percaya melihat apa yang ada di depannya. “Aneh, kenapa rumahku ditumbuhi banyak sekali rumput liar? Apakah saya salah mendatangi rumahku?” gumam Jaka saat akan membuka pintu gerbang rumahnya. Jaka tidak jadi membuka pintu gerbang rumahnya, dia mengedarkan pandangannya ke se
Bab 103. KEMBALI KE DIMENSI MANUSIA FANA Jaka yang mendengar penuturan mbah Marijan tampak termangu dan terdiam, otaknya segera mengingat apa yang terjadi pada dirinya beberapa waktu yang lalu. Akhirnya dia menyadari kalau di dalam tubuhnya ada sesuatu yang membuatnya sangat memahami dan sangat cepat menguasai ilmu beladiri silat, meskipun hanya sekedar menonton dari video aplikasi online. “Iya mbah, kalau di pikir-pikir saya juga heran, bagaimana mungkin saya bisa menguasai ilmu silat dengan sangat mudah, meskipun hanya melihat setiap jurus dan cara bertanding para jago silat melalui video online.” “Nah itu maksud mbah, Karena kamu sudah datang sendiri ke tempat mbah, maka mbah akan mengajari cara agar kamu bisa membangkitkan kekuatan yang ada di dalam tubuhmu. Apakah kamu mengikuti saran dan petunjuk dari mbah?” ucap mbah Marijan dengan tatapan serius ke arah Jaka Kelud. “Mau mbah, tentu saja saya mau diberi petunjuk oleh mbah Marijan, kalau tidak merep
Bab 102. PENCERAHAN “Mbah Marijan, ternyata anda tinggal di sini. Jadi anda ketua kampung di desa ini?” tanya Jaka dengan wajah berbinar. Tentu saja Jaka sangat senang disaat dia sedang kesulitan untuk mencari pertolongan, pada saat ini juga dia bertemu dengan seseorang yang dikenalnya. “Jaka Kelud, tidak saya sangka ternyata kamu datang mengunjungi gubug reotku ini,” kata Mbah Marijan dengan senyuman menghiasi wajahnya. Sementara itu jawara penjaga rumah Mbah Marijan tampak terdiam dan keheranan menyaksikan interaksi tuannya dengan anak muda yang baru datang ini. Kemudian Mbah Marijan mengajak Jaka memasuki pendopo rumahnya yang ternyata sangat megah seperti pendopo kerajaan. Padahal Mbah Marijan hanya seorang kepala kampung atau lurah di desa Suramadu. Seperti apa kemegahan dan keindahan istana kadipaten maupun istana kerajaan, jika pendopo rumah seorang kepala kampung saja sudah begini mewah dan indahnya. Jaka memandangi ukiran antik di setia