Home / Fantasi / Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa / 46. Ramuan Obat Herbal Untuk Kevin

Share

46. Ramuan Obat Herbal Untuk Kevin

Author: Zhu Phi
last update Last Updated: 2025-04-20 22:37:24
Dengan gerakan lambat, Kevin merogoh saku bajunya yang sobek di bagian samping. Jemarinya bersentuhan dengan serpihan plastik—ponsel yang diberikan Claudia. Harapan kecil sempat menyala di dadanya, tapi segera padam saat ia menariknya keluar. Layar ponsel itu retak seperti kaca beku yang dihantam batu, retakan menyebar seperti jaring laba-laba. Ia menatapnya sejenak, mendesah pelan.

“Sial… rusak total,” gumamnya pelan, matanya memicing melihat simbol baterai yang berkedip sesaat sebelum padam sepenuhnya.

Ia mengingat Claudia—wajahnya yang tegas dan tenang saat memberikan ponsel itu. Tapi saat mencoba memanggil kembali nomor gadis itu di ingatannya, pikirannya seperti kabut tebal. Tak ada satu angka pun yang muncul jelas.

Ia melirik ke arah Clara dari balik pintu yang terbuka ... terlihat Clara tengah jongkok di antara semak-semak herbal tak jauh dari pondok. Gadis itu tampak sibuk memilih daun-daun tertentu, tangannya cekatan memilah akar dan bunga yang tumbuh liar. Keringat membasahi
Zhu Phi

Bab Utama : 2/2 Selesai Bab Bonus : 2/2 Selesai Bab Extra : 0/1 Menyusul

| 2
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   47. Semalam Bersama Clara

    “Jangan bicara begitu… Kamu pasti akan melakukan hal yang sama kalau aku yang sakit. Iya, kan? Betul atau betul?” Clara mengerling ke arah Kevin, tawanya renyah memecah keheningan malam.Suara tawa gadis itu seperti melodi lembut yang menembus dada Kevin, menghangatkan hati yang sempat membeku oleh pertarungan dan rasa sakit. Tanpa berpikir panjang, ia menjawab cepat, “Betul!” dan seketika itu juga, kedua lengannya bergerak, menarik Clara dalam pelukannya.Tubuh mungil gadis itu terhentak ringan ke arahnya. Clara membeku sesaat dalam pelukan Kevin—hangat, kuat, dan terasa begitu nyata. Tapi reaksi berikutnya bukanlah kemarahan seperti yang Kevin khawatirkan, melainkan suara panik yang justru terdengar manis di telinganya.“Eh? Kamu sudah sembuh? Jangan banyak gerak! Luka kamu belum sepenuhnya pulih!” ucap Clara cemas, matanya melebar. Tapi bukannya mendorong Kevin menjauh, ia justru membiarkan dirinya tetap berada dalam pelukan itu, bahkan kini ia terbaring di atas dada pemuda itu.Kev

    Last Updated : 2025-04-20
  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   JURUS PEDANG DEWA ILAHI

    Halo Sobat Readers ...Jumpa lagi dengan Author di Catatan Penulis ...Kali ini Author akan membahas Jurus Pedang Dewa Ilahi dan Jurus Mahadewa Pedang Tak Terkalahkan yang dimiliki oleh Kevin Drakenis biar mudah mengikuti pertarungannya di setiap cerita ...JURUS PEDANG DEWA ILAHI :~Phantom Gods BlastSerangan Kevin yang mengandalkan kecepatannya bergerak bagaikan tanpa bayangan dan bagaikan hantu yang melewati lawan dengan kematian di pedangnya. Kemampuan gerakannya yang tidak menimbulkan aura yang bisa dideteksi lawan membuat Kevin dengan mudah melewati mereka dengan cepat sambil menebaskan Pedang Dewa Ilahi ke leher lawan tanpa sempat menghindar.Jurus ini ampuh untuk melawan musuh yang banyak dan dalam jarak dekat.~Flying Gods BlastSerangan yang lebih mirip Niat Pedang tapi hanya mengandalkan satu Pedang Dewa Ilahi yang bergerak menebas lawan dengan mengandalkan Roh Pedang yang bisa menggerakkan pedang ini atas perintah Kevin.Selain itu Kevin juga dapat menggunakan ratusan ped

    Last Updated : 2025-04-21
  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   48. Tamu Tak Terduga

    TOK... TOK... TOK...!Suara ketukan itu menggema pelan namun tegas, memecah keheningan pagi saat cahaya matahari mulai menyusup malu-malu di antara celah pepohonan. Udara pagi masih lembap, dan kabut tipis menggantung seperti selimut gaib yang menyelimuti seluruh kawasan. Di dalam pondok kayu sederhana, Kevin langsung membuka mata. Gerak tubuhnya kaku, seolah tubuhnya telah diprogram untuk waspada terhadap bahaya kapan saja.Jantungnya berdetak lebih cepat. Apakah mereka menemukan kami...? pikirnya penuh curiga. Bayangan musuh lama dari Paviliun Drakenis melintas dalam benaknya, menyulut kekhawatiran yang selama ini ia tekan dalam-dalam.Di sampingnya, Clara masih terlelap. Wajah gadis itu terlihat damai, nafasnya teratur seperti alunan musik lembut yang menenangkan. Kevin menoleh sebentar, lalu perlahan-lahan menggeser selimut tipis yang menutupi dirinya, berhati-hati agar tidak mengganggu tidurnya.Tangannya terulur ke sisi ranjang, meraih Pedang Dewa Ilahi yang bersandar di dinding.

    Last Updated : 2025-04-21
  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   49. Membangkitkan Paviliun Drakenis

    Saat mata Claudia secara tak sengaja melirik ke dalam pondok, ia melihat sosok perempuan yang tengah tertidur lelap di atas ranjang kecil. Rambutnya terurai, kulitnya terlihat pucat tertimpa cahaya pagi, dan ekspresinya damai seperti bunga yang belum mekar.Ia kenal dengan gadis ini ... Clara Vasper. Gadis dari Paviliun Vasper yang kurang terkenal. Apa hubungan gadis ini dengan Kevin?Claudia menarik napas, menahan kekagetan yang nyaris menyatu dengan rasa lega. Semua pertanyaan dalam kepalanya seolah terjawab dalam satu pandangan singkat ke dalam pondok.“Maaf, Chief…” ucapnya akhirnya, suaranya pelan namun terasa berat. “Seharusnya kami sudah mencari keberadaan Chief tadi malam, tapi…”Kata-katanya menggantung di udara, tak selesai. Mungkin karena rasa bersalah. Mungkin karena Kevin yang masih tersenyum.Kevin memicingkan mata, nada suaranya berubah lebih serius namun tak kembali menjadi sedingin biasanya. “Ada apa? Apa sesuatu terjadi di Paviliun Dracarys?” tanyanya cepat. “Bagaiman

    Last Updated : 2025-04-21
  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   50. Cemburu

    Kevin sempat tersenyum kecil, pikirannya melayang kembali pada kekayaan luar biasa yang tersegel di dalam Kuburan Kuno Iblis dan Dewa. Ia tak pernah benar-benar menghitungnya, tapi kekuatan dan harta karun yang ia warisi dari Roh Dewa di dalam sana memang... luar biasa.“Aku masih ada urusan yang harus kuselesaikan sebentar lagi,” ucap Kevin akhirnya, dengan nada mulai serius kembali. Ia melirik ke dalam pondok, ke arah Clara yang kini mulai bergerak dalam tidurnya, seperti sedang bermimpi.“Oh ya, satu hal lagi,” sambungnya. “Bisakah kau menjaga Clara untuk sementara? Bawalah dia ke Paviliun Dracarys. Pastikan dia aman… dan dirawat dengan baik.”Claudia terdiam sejenak, kemudian mengangguk mantap. Tatapannya kini penuh penghormatan dan rasa tanggung jawab.“Akan aku jaga sebaik mungkin, Chief. Seperti menjaga nyawaku sendiri.”Kevin menatapnya lama, lalu mengangguk. Tak perlu banyak kata. Kepercayaan sudah tertanam di antara mereka, dan pagi itu… terasa seperti babak baru telah dimula

    Last Updated : 2025-04-21
  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   51. Krisis di Paviliun Vasper

    Kevin menuruni lereng bukit dengan langkah mantap. Angin pagi yang membawa aroma dedaunan basah menyapu rambutnya, mengingatkannya pada masa-masa di mana dunia belum segelap sekarang. Di kejauhan, bayangan bangunan tua mulai terlihat di balik kabut tipis yang belum sepenuhnya terangkat. Itulah Paviliun Vasper.Ia masih ingat jelas tempat ini. Letaknya di pinggiran Kota Nagapolis, jauh dari keramaian, tersembunyi di antara rimbunnya pohon tua dan jalan setapak yang hampir tak terurus. Paviliun ini tak pernah dikenal, bahkan nyaris dilupakan. Dalam kalangan para cultivator tingkat tinggi, Paviliun Vasper tak lebih dari sekumpulan semut di tengah para naga. Sebuah paviliun ‘sampah’—begitulah banyak orang menyebutnya.Namun bagi Kevin, tempat ini punya arti berbeda.Paviliun Drakenis—yang saat itu berada di puncak kejayaannya sebagai paviliun nomor satu di Nagapolis—tak pernah mengajarkannya untuk memandang rendah siapa pun. Kedua orang tuanya, dengan segala wibawa dan pengaruhnya, justru

    Last Updated : 2025-04-21
  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   52. Lima Detik

    TRAAANG!Dentuman logam melengking membelah udara, nyaring seperti petir yang meledak di tengah keheningan. Pedang panjang itu terlepas dari genggaman, terpental beberapa meter ke belakang dan menancap miring di tanah, bergetar seperti masih menyimpan sisa energi hantaman yang tak terlihat. Si pria berjubah hitam terdorong mundur dua langkah, wajahnya memucat. Matanya membelalak, bingung, seolah akalnya berusaha mengejar kenyataan yang baru saja terjadi.Tatapannya menukik ke arah pedangnya, lalu turun ke tanah. Di sana, sebuah kerikil kecil tergeletak tenang—terlalu biasa untuk jadi sumber dari kekuatan sebesar itu. Tapi justru kerikil itulah yang menyelamatkan lawannya dari tebasannya yang mematikan.“T-tidak mungkin…” gumamnya, lebih kepada dirinya sendiri. Tangannya bergetar hebat, seperti baru saja mencelupkan jari-jarinya ke dalam aliran petir. Kesemutan menyebar hingga ke siku, membuatnya mengerang pelan sambil mencengkeram pergelangan tangannya yang kesakitan.“Kurang ajar…” de

    Last Updated : 2025-04-22
  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   53. Melawan Sekte Jubah Hitam

    Suara teriakan perintah yang baru saja menggema dari mulut pria berjubah hitam itu tiba-tiba terputus… menguap begitu saja di udara. Matanya terbelalak, menyapu sekeliling dengan panik.“Di… di mana dia?!” serunya panik, tenggorokannya tercekat. Tak ada jejak Kevin—seolah sosok itu menghilang ditelan kabut.Namun, rasa bingung itu hanya bertahan sekejap.DUAAARRR!!!Sebuah ledakan menghantam bumi dengan kekuatan mengejutkan, mengguncang tanah seperti hentakan dewa murka. Tubuh salah satu dari mereka—pria berambut cepak dan jubah terburai—terlempar ke udara seperti boneka tanpa jiwa. Sebuah lubang besar menganga di perutnya, tak berdarah, tak teriris… hanya kehancuran dari dalam, seakan seluruh isi tubuhnya diremukkan oleh tinju tak kasat mata.Tak sempat menjerit. Tak sempat paham.Tubuhnya jatuh menghantam tanah, bergetar sebentar… lalu membisu, selamanya.“SATU.” Suara Kevin terdengar dari atas—dalam, dingin, seperti bisikan maut dari langit yang tak terlihat.Seketika, salah satu

    Last Updated : 2025-04-22

Latest chapter

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   66. Para Penjilat Gubernur - II

    Tiba-tiba, suara derap langkah bergema keras, teratur seperti genderang perang yang dipukul serempak. Dari kedua sisi aula, pasukan pengawal Gubernur Adam Smith memasuki ruangan dengan formasi militer yang disiplin. Lantainya bergetar pelan setiap kali kaki mereka menghantam marmer, seakan kekuatan kolektif mereka mampu mengguncang fondasi gedung tua itu.Ratusan pria dan wanita berseragam hitam berlapis emas muncul dari balik pintu besar. Seragam mereka berkilat di bawah cahaya kristal gantung, dengan hiasan logam berbentuk naga membungkus helm mereka seperti penjaga legenda kuno. Di dada masing-masing, terpatri lambang mata merah menyala—simbol ketaatan mutlak dan ambisi yang membara. Sorot mata mereka tajam, tidak hanya menyoroti kesiapan bertempur, tapi juga hasrat untuk diakui. Mereka bukan hanya datang untuk bertarung... mereka datang untuk terlihat bertarung.Seorang kapten, dengan jubah sedikit lebih panjang dan emblem perak di bahunya, melangkah ke depan dan mengacungkan peda

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   65. Para Penjilat Gubernur - I

    Udara di dalam aula megah itu mendadak berubah—seakan suhu turun beberapa derajat dalam sekejap. Aroma rempah dari alat aroma terapi yang sebelumnya mendominasi ruangan kini tercampur dengan jejak tipis asap rokok yang menggantung di langit-langit, membentuk sulur-sulur samar yang belum sempat lenyap. Di tengah keremangan cahaya kristal gantung, Kevin berdiri tenang, sebatang rokok terselip di jarinya, abu di ujungnya bergetar ringan—seperti merespon ketegangan yang menggumpal di udara.Lalu... BRAAAK! Sebuah tekanan spiritual menghantam ruangan seperti gelombang tak terlihat, membuat udara seolah-olah membeku. Para tamu tersentak. Sebagian kehilangan keseimbangan, dan yang lain meremas dada, berusaha bernapas. Seolah-olah langit menggantung tepat di atas kepala mereka—berat, gelap, dan penuh ancaman.Tiba-tiba, dari balik pilar-pilar marmer putih, kilatan cahaya menusuk udara. Secepat kilat, tujuh sosok muncul dalam lompatan nyaris tak terlihat mata biasa. Jubah panjang mereka berkib

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   64. Pemuda Tak Tahu Diri

    Di dalam aula mewah yang dikelilingi lampu kristal berkilauan dan aroma wine mahal yang menguar lembut di udara, Gubernur Adam Smith duduk dengan santai di singgasananya yang megah. Matanya yang tajam menyapu seluruh ruangan, namun sedikit pun tak menunjukkan keterkejutannya saat Kevin Drakenis masuk ke dalam aula pesta dan menghinanya.Asistennya, seorang wanita berjas putih dengan tablet di tangan, telah menunjukkan video viral yang menampilkan pria itu—Kevin Drakenis, sosok misterius yang mengendarai peti mati spiritual di tengah Kota Godam. Adam mengangguk pelan kala itu, sambil menyesap anggur merahnya.Kini, ia memandangi Kevin dari singgasananya, menilai dengan penuh minat, lalu berdiri. Dengan suara berat yang bergema ke seluruh ruangan, ia berkata sambil membuka kedua tangannya lebar, "Kau datang juga akhirnya. Keberanianmu patut dipuji! Aku memang selalu menyukai anak muda yang tangguh dan punya nyali besar!"Ia melangkah turun, mendekati Kevin. Para tamu menahan napas."Apa

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   63. Selamat Ulang Tahun, Gubernur!

    Hening berubah menjadi gelombang riuh."Apa?! Peti mati?"“Gila! Itu penghinaan! Apa Paviliun Drakenis sudah bosan hidup?”“Bukankah mereka sudah musnah lima tahun lalu?”Kerumunan mulai berdesis dan mengerutkan kening, mencari siapa yang berani menyebut nama itu—nama yang seharusnya sudah terkubur dalam sejarah berdarah.Lalu, perlahan, sebuah bayangan muncul dari balik gerbang utama. Peti mati hitam berukir pola naga terkutuk melayang anggun di udara, mengeluarkan aura dingin yang membuat suhu ruangan turun beberapa derajat. Di atasnya berdiri seorang pemuda berjubah putih, tubuhnya tegak, langkahnya tenang bagai tak tersentuh tekanan ratusan pasang mata yang menatap tajam.Wajah-wajah para tamu berubah pucat, sebagian bahkan mundur setapak, seolah keberadaan pemuda itu adalah racun yang bisa meledak kapan saja. Namun pemuda itu tidak menunjukkan ketegangan sedikit pun. Dengan santai, ia mengambil sebungkus rokok dari dalam jubahnya, menyalakan sebatang, lalu menghembuskan asap ke la

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   62. Hadiah Untuk Gubernur

    Halaman depan kediaman Gubernur Adam Smith malam itu bagaikan lautan manusia. Lentera kristal tergantung di sepanjang jalan masuk, memancarkan cahaya keemasan yang menari-nari di permukaan marmer putih, memantulkan siluet para tamu berpakaian mewah. Aroma dupa kayu cendana dan bunga kastuba bercampur dalam udara malam, menambah suasana sakral dan megah.Di tengah keramaian, para petinggi kota dan pemimpin paviliun berdiri berbaris dengan wajah penuh senyum dan tangan memegang kotak persembahan. Mereka tidak hanya datang untuk merayakan ulang tahun Gubernur yang ke-55, tetapi juga berlomba-lomba menunjukkan loyalitas dan mencari restu dari orang paling berpengaruh di Provinsi Xandaria.Desiran bisik-bisik terdengar dari paviliun-paviliun kecil yang berdiri di bawah tenda-tenda bermotif naga dan burung phoenix. Meskipun mereka tahu posisi mereka jauh di bawah nama-nama besar seperti Paviliun Caraxis—yang reputasinya musnah hanya dalam satu hari oleh tangan dingin Kevin Drakenis—namun mer

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   61. Menebarkan Ancaman

    Langit Kota Godam siang itu tampak cerah, nyaris tanpa awan. Udara dipenuhi aroma manisan dan daging panggang dari festival ulang tahun Gubernur yang ke-55. Namun, keceriaan itu mendadak membeku ketika sebuah bayangan besar melintas di atas alun-alun.Sebuah peti mati berwarna hitam legam—melayang perlahan, sekitar tiga meter dari tanah. Di atasnya berdiri seorang pria muda berjubah putih panjang, dengan rambut hitam tergerai tertiup angin. Matanya yang tajam memandang ke bawah, diam namun penuh arti, seperti membawa beban ratusan rahasia yang tak diucapkan.Kerumunan yang awalnya tertawa dan menari kini terdiam. Langkah mereka tertahan, kepala menengadah. Bisikan-bisikan mulai menggema di antara orang-orang yang berdiri di alun-alun, menciptakan gelombang kegelisahan.“Apa yang sedang terjadi?” gumam seorang ibu yang memeluk anaknya erat.“Siapa dia? Kenapa muncul hari ini? Apa dia sudah gila, membuat keributan di hari sebesar ini?” seorang lelaki paruh baya mengomel dengan nada tak p

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   60. Memanggul Peti Mati Hitam

    Fajar baru saja menyingsing di langit Kota Nagapolis. Kabut tipis menyelimuti halaman Paviliun Dracarys, menciptakan bayangan samar yang menari di antara pepohonan. Kevin Drakenis berdiri tegak di ambang pintu, tubuhnya dibalut jubah putih yang berkibar tertiup angin pagi. Di bahunya, sebuah peti mati berwarna hitam legam terpanggul dengan mantap, menciptakan kontras mencolok dengan cahaya lembut matahari pagi.​Claudia, pemimpin Pavilun Dracarys cabang Nagapolis, melangkah cepat mendekatinya. Alisnya berkerut menunjukkan kebingungan."Chief, kenapa tidak naik mobil saja? Perjalanan ke Kota Godam cukup jauh, dan membawa peti mati seperti itu... agak mencolok," katanya dengan nada khawatir.Kevin menoleh sekilas, matanya tajam. "Peti mati ini lebih cepat dari mobil," jawabnya singkat.Claudia terdiam, mencoba mencerna jawaban yang tidak masuk akal itu. Ia menatap peti mati besar yang tampak berat dan tidak mungkin digunakan sebagai kendaraan."Bukankah lebih nyaman naik mobil, Chief? Na

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   59. Sang Pembantai

    KRAAAAK!Lantai di bawah kaki Vandar retak, pecah seperti kaca diinjak. Sang master buru-buru membentuk perisai energi berwarna ungu pekat. Aura spiritualnya melonjak, membungkus tubuhnya seperti kepompong sihir kuno. Tapi sorot matanya berubah—tak lagi percaya diri.“Ini... bukan aura manusia,” gumamnya, nyaris tak terdengar. “Ini… ini seperti... seperti aura iblis yang bangkit dari kematian.”WUUUSH!Angin berdesir kencang. Dalam kedipan mata, Kevin sudah berdiri di hadapannya. Kepalan tangannya menyala dengan cahaya biru keemasan, menyalakan dunia yang muram dengan percik kekuatan murni.BOOOM!!!Pukulan itu menghantam perisai Vandar. Dalam sepersekian detik, tameng spiritualnya pecah bagai kaca dilempar batu. Tubuh sang master terhempas, melesat seperti boneka tanpa jiwa, menghantam tanah dan menggores parit dalam sejauh lima puluh meter.Jeritan panik meledak dari sisa-sisa pengikut sekte. Sebagian membuang senjatanya, yang lain langsung berlutut sambil menangis ketakutan.Aura sp

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   58. Keangkuhan Pemimpin Sekte

    Kabut merah pekat, seolah darah yang menguap dari bumi, masih menggantung berat di atas medan pertarungan yang porak-poranda. Bau logam, darah, dan abu bercampur di udara, menusuk hidung dan membuat paru-paru terasa sesak. Bangunan utama Sekte Jubah Hitam—yang dulunya berdiri megah dengan arsitektur kuno penuh simbol kutukan—kini telah menjadi reruntuhan. Pilar-pilarnya tumbang, simbol-simbol iblis yang tertanam di dinding meleleh seperti lilin terbakar sebelum akhirnya padam, menghilang ke kekosongan selamanya.Tubuh-tubuh terkapar di tanah, sebagian hangus, sebagian terkoyak. Tak ada yang bergerak. Dunia seakan diam—sunyi dalam trauma kekalahan yang mutlak.Namun di tengah pusaran kehancuran itu… sesuatu bergerak.Langkah kaki terdengar, berat namun mantap. Setiap hentakannya memunculkan retakan halus di tanah yang telah terluka. Aura hitam keunguan menyelubungi sosok itu, bergulung-gulung di udara seperti tentakel iblis yang lapar.Lalu muncullah dia—seorang pria tua berjubah hitam

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status