Beranda / Romansa / Pewaris CEO yang Terbuang / Rencana Berbahaya Denzel

Share

Rencana Berbahaya Denzel

Penulis: Risca Amelia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Denzel meraih ponselnya sambil mendengus kasar. Terpaksa ia meminta bantuan dari seseorang yang selama ini sangat dihindarinya.

"Selamat malam, Tuan Hendrick, ini aku Denzel."

Terdengar suara tawa pria itu dari seberang telpon.

"Akhirnya kamu membutuhkan bantuanku juga, Tuan Denzel. Pasti ini sesuatu yang sangat penting karena kamu menelponku malam-malam," ujar Hendrick merasa di atas angin.

"Aku tidak akan meminta bantuanmu secara gratis. Jika kamu berhasil aku akan memberikan apa yang kamu inginkan selama ini. Dua puluh persen saham di Brown Group," cetus Denzel mengungkapkan tawarannya.

Hendrick kembali terkekeh mendengar kata-kata Denzel.

"Dua puluh persen, sedikit sekali. Tuan Denzel, aku bukan anak remaja yang membutuhkan uang hanya untuk membeli rokok atau minuman keras. Aku memiliki istri yang harus aku penuhi kebutuhannya."

Denzel berdecih di dalam hati. Pria serakah ini masih meminta lebih di saat ia memberikan penawaran yang sangat menguntungkan.

"Hanya itu yang bisa
Risca Amelia

Jangan lupa vote dan komen ya

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Jadilah Model Lukisanku

    Sinar matahari yang menembus lewat celah tirai membangunkan Rose. Jajaran bulu mata lentiknya bergerak ke kiri dan ke kanan sebelum ia mengerjapkan mata. Rose menggeliat perlahan, merasakan pegal di seluruh tubuhnya. Ketika kesadarannya sudah terkumpul, Rose baru menyadari bahwa Luke tidak ada di sampingnya. Entah dimana keberadaan pria itu. Yang jelas Rose hanya berharap dia tidak ditinggalkan begitu saja di tempat asing ini. Rose pun membuka selimutnya lalu menjejakkan kaki satu per satu ke atas ubin yang dingin. Dengan perlahan, ia menuju ke kamar mandi. Memutar keran ke kanan lalu membiarkan dirinya menikmati kucuran air shower yang hangat. Dalam kesendiriannya, Rose mengamati jejak berwarna merah keunguan yang ditinggalkan Luke. Tanda bahwa dirinya telah dimiliki pria itu. Rose menggosoknya, berusaha menghilangkan semua jejak dengan usapan air sabun meskipun usahanya ini akan berakhir sia-sia. Haruskah dia menangis atau merasa bahagia dengan keadaannya sekarang? Dengan sadar

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Pengumuman Pernikahan

    "Tuan, Anda tidak ingin bertemu Tuan Muda?" tanya salah seorang pria yang berkaca mata.Pria paruh baya itu menghela napas dalam."Belum saatnya. Kalau aku memaksakan diri mengaku sebagai ayahnya, dia justru akan membenciku. Sepertinya dia sudah cukup bahagia menjadi seorang Brown.""Tapi Tuan, mungkin putra Anda ada dalam bahaya.""Aku tahu. Utus beberapa orang kita untuk melindunginya secara diam-diam.""Baik, Tuan," jawab pria itu patuh.Sementara Rose dan Luke sudah selesai berdoa di atas pusara Louis Brown. Kini mereka bersiap untuk pergi ke makam Karen Black."Luke, aku mau ke apotek sebentar sebelum ke makam Mommy," kata Rose saat mereka sudah ada di dalam mobil.Luke menoleh sebentar dari kursi kemudi untuk mengamati wajah Rose."Apotek? Apa kamu sakit?""Tidak, aku ingin membeli obat pencegah kehamilan."Alis Luke bertaut mendengar penuturan Rose yang terang-terangan. Ia tidak mengerti mengapa Rose begitu khawatir akan mengandung anaknya."Kenapa harus meminum obat? Tidak mas

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Firasat Buruk

    "Aku tidak ingin timbul gosip atau desas desus mengenai Rose. Dan satu lagi jangan sampai berita ini tersebar ke luar mansion. Kalian semua mengerti?" Suara Luke terdengar begitu tegas sehingga Rose yang berdiri di sampingnya ikut tertunduk. Seperti biasa, Benjamin sebagai kepala pelayan mansion menjawab titah yang diberikan oleh sang majikan. "Kami semua akan mematuhinya, Tuan Muda." "Sekarang kalian semua boleh beristirahat," ujar Luke seraya mengajak Rose menaiki tangga ke lantai dua. Rose masih setia dalam kebungkamannya. Di ujung tangga, mereka berpapasan dengan Esme. Ekspresi wanita itu nampak terkejut melihat kedatangan majikannya. "Kenapa kamu disini? Apa tugas yang kuberikan sudah selesai?" tanya Luke. Esme segera membungkukkan badannya penuh hormat. "Sudah, saya baru akan memberitahukannya kepada Tuan Muda." "Kalau begitu kembalilah ke paviliun."

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Ajakan Makan Malam

    Setibanya di kamar mereka, Luke langsung menaikkan dagu Rose dan melumat bibirnya. Rose tidak melawan karena ia pun menantikan sentuhan pria ini. Terkadang Rose merasa dirinya tidak waras karena menghamba pada lelaki yang jelas tidak mencintainya. Namun ciuman Luke kali ini terasa berbeda. Bukan hanya didominasi oleh hasrat tapi ada kelembutan dan kasih sayang di dalamnya. "Jujurlah, apa sampai detik ini kamu masih terpaksa menikah denganku?" tanya Luke melepaskan tautan bibir mereka. Rose tidak menjawab tapi ia malah balik bertanya. Ia yakin pria ini sedang berusaha mengorek isi hatinya untuk memastikan seberapa kuat pengaruhnya. "Bagaimana denganmu?" Luke mengelus pipi Rose dengan lembut. Sesaat pandangan mata mereka saling mengunci satu sama lain. "Jika aku mengatakan bahwa aku mencintaimu apa kamu akan percaya?" Rose menunduk untuk memutus tatapan mata mereka. Ia menghembuskan napas pelan. "Kalau kamu menyatakan cinta pada Anneth, pasti dia akan meleleh dan menyerahkan diri p

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Masuk Perangkap

    Rose sedang berkonsentrasi penuh untuk menyelesaikan bagian sayap dari patung dewi Eos yang dibuatnya. Ia tinggal punya sisa waktu satu jam lagi sebelum acara gladi bersih dimulai. "Menurutmu apa sayap kanan dan kiri sudah seimbang, Gwen?" tanya Rose kepada sahabatnya itu. "Sudah, Rose. Kamu tinggal menambahkan aksen garis di dalamnya. Kerjamu cepat sekali. Lihat patungku baru sampai di bagian kaki," puji Gwen. "Aku harus buru-buru, Gwen. Aku tidak mau Mr. Robert menungguku terlalu lama. Oh ya, besok kamu datang ke konserku, kan? Acaranya dimulai jam tujuh malam." "Pasti, Baby. Aku juga akan mengajak Sean," jawab Gwen bersemangat. "Aku berharap dia akan semakin mencintaimu setelah menonton konser Valentine." Rose tersenyum seraya melepaskan apron yang dipakainya. Sementara Gwen memperhatikan raut muka sahabatnya itu. "Rose, kalau kuperhatikan wajahmu lebih berseri dari biasanya. Jangan-jangan kamu sudah punya kekasih," tebak Gwen penasaran. Rose hanya tersenyum simpul tanpa mem

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Di mana Kamu

    "Siapapun yang menyuruh kalian, katakan padanya aku tidak takut mati. Paling tidak aku bukan seorang pengecut seperti dia. Ingin melenyapkan aku, tapi tidak berani menghadapi aku secara langsung! Satu lawan satu!" ancam Luke tanpa rasa takut. Ia yakin bahwa pelakunya adalah orang yang sama dengan pembunuh ayahnya.Kedua lelaki itu terbahak mendengar ucapan Luke."Nyalimu besar juga. Tapi gertakanmu itu tidak berpengaruh apa-apa untuk kami. Terima saja kematianmu sekarang!"Pria yang bertubuh paling besar mengarahkan ujung pistolnya kepada Luke. Dalam hitungan detik, ia menarik pelatuk pistol itu dan terdengarlah suara tembakan yang mengudara.Bersamaan dengan itu, Rose memecahkan piring yang dipegangnya. Entah mengapa dadanya mendadak terasa nyeri seolah terkena bidikan benda tajam."Nyonya, Anda kenapa?" tanya Esme khawatir."Aku tidak tahu, Esme. Tiba-tiba saja dadaku sakit.""Nyonya, istirahat saja di kamar. Saya akan membereskan pecahan piring ini," ucap Benjamin segera mengambil

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Berubah Menjadi Iblis

    Rose sudah bersiap di samping mobilnya dengan ditemani Noah. Begitu melihat Denzel datang, Rose berlari menghampirinya. Ia tidak ingin membuang waktu barang sedetik pun untuk mencari Luke."Daddy, maaf aku merepotkanmu. Aku bingung harus meminta bantuan kepada siapa," ucap Rose panik.Dengan tatapan redup, Denzel meraih tangan Rose yang gemetaran."Saya tidak pernah keberatan menolong Nona. Coba ceritakan pelan-pelan bagaimana Luke bisa hilang.""Luke mengatakan akan makan malam bersama Uncle Hendrick tapi sampai sekarang dia tidak kembali. Ponselnya juga tidak bisa dihubungi. Aku yakin terjadi sesuatu padanya."Rose tiba-tiba teringat sesuatu."Apa Daddy punya nomer ponsel Uncle Hendrick? Siapa tahu dia masih bersama Luke.""Saya tidak punya nomernya maupun alamat rumahnya, Nona.""Daddy, kalau begitu kita berangkat sekarang ke kafe dan restoran di sekitar kawasan kantor Brown Group."Denzel melirik kepada Noah yang menunggu Rose di dalam mobil. Baru pertama kali ia melihat lelaki be

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Kabar Duka

    Setelah Sonya pergi, Denzel mendapat panggilan video dari anak buahnya. Mereka memperlihatkan bagaimana mobil milik Luke terbakar karena dilalap kobaran api. Denzel merasa puas. Sejauh ini semua usahanya melenyapkan Luke berjalan dengan lancar. Hanya saja ia belum tenang sebelum melihat mayat Luke dengan mata kepalanya sendiri. "Apa kalian sudah memeriksa isi mobil itu sebelum membakarnya?" "Sudah Tuan. Kami berhasil menemukan dompet dan identitas Luke Brown. Seperti perintah Anda, kami meletakkan mayat orang lain dan sengaja meninggalkan dompet Luke Brown di dekat lokasi. Mereka pasti mengira dia meninggal dalam peristiwa kebakaran itu." "Kerja kalian sangat bagus. Lalu apa kalian sudah menemukan mayat Luke Brown yang asli?" "Maaf, Tuan, kami sudah menyusuri sekitar lokasi tapi tidak berhasil menemukannya. Kemungkinan besar mayat Luke telah dibawa oleh orang lain." Denzel menghembuskan napas kasar sebelum mengakhiri percakapan itu. "Sekarang cepat tinggalkan lokasi sebelum ada

Bab terbaru

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Kekuatan Cinta

    Sebastian membisikkan sesuatu ke telinga Luke. Kemudian ia memberi isyarat pada asistennya untuk melepaskan ikatan Denzel. "Baiklah, Peter, kita akan barter. Bebaskan Rose, Tuan Josh, dan Franky. Aku akan membebaskan Denzel." "Tidak bisa, aku akan menukar Rose dengan Denzel. Sedangkan kedua pria ini akan kulepaskan setelah kalian membiarkan aku dan putraku pergi." "Luke, turuti saja kemauannya. Yang terpenting Rose selamat," bisik Sebastian. Luke pun mengangguk. Ia berjalan dan menghampiri Denzel lalu menahan tubuh pria itu. "Aku hitung sampai lima. Kita sama-sama melepaskan mereka!" tegas Luke. Rose yang berada dalam genggaman Peter hanya bisa pasrah. Ia berharap dapat kembali secepatnya ke sisi Luke. Namun ketika bersitatap dengan Denzel, Rose menundukkan kepala. Ia merasa sangat bersalah melihat kondisi Denzel yang memprihatinkan. Apalagi sebagian wajahnya memar karena terkena bekas pukulan. Sebaliknya Denzel menatap nanar kepada Rose dan ayahnya. Hatinya sudah membeku sampa

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Lepaskan Istriku

    Saat Rose turun ke bawah, ia melihat kondisi kediaman Gonzalez yang sangat lengang. Entah kemana semua orang saat ini. Sang suami dan mertuanya juga tidak ada, hanya ada empat orang pengawal yang berjaga-jaga di depan pintu."Nyonya, Anda mau kemana?" tanya salah seorang pengawal di kediaman Gonzalez. Rose tidak tahu nama-nama para pengawal itu sehingga ia bingung harus memberi jawaban apa."Maaf, Tuan, kemana Luke?" tanya Rose mencoba mencari tahu."Nama saya Franky, Nyonya. Tuan Muda dan Tuan Besar keluar rumah karena ada urusan penting. Sebaiknya Anda kembali ke kamar," jawabnya. Ia tidak mengatakan kemana Luke pergi sesuai dengan perintah dari Tuan Besarnya.Rose yakin ada sesuatu yang disembunyikan oleh mereka. Terlebih Luke sengaja meninggalkan ponselnya di kamar sehingga ia tidak bisa dihubungi. Padahal Rose tidak bisa menunda lagi untuk segera membebaskan sang paman. Rose pun memberanikan diri untuk meminta tolong pada pria kekar bernama Franky itu."Franky, bisa aku minta tol

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Barter Keselamatan (Part 2)

    "Siapa kalian?" tanya Denzel bersiap merogoh pistol yang terselip di pinggangnya. Ia memang selalu membawa senjata untuk berjaga-jaga. Sialnya salah satu orang yang mengepungnya ternyata lebih waspada. Ia segera mengacungkan pistol ke arah Denzel."Buang senjatamu dan angkat tangan sekarang!!! Jika tidak, aku akan langsung menembakkan peluru ini ke kepalamu!" serunya dengan suara menggelegar.Karena tidak punya pilihan, Denzel terpaksa menurut. Ia membuang pistol miliknya ke tanah lalu menatap sengit orang-orang yang mengepungnya."Coba saja tangkap aku jika kalian berani! Tapi jangan menyesal bila setelahnya kalian semua akan mati secara mengenaskan. Kalian pasti sudah tahu siapa aku," tantang Denzel. Dilihat dari gerak-geriknya, jelas sudah bahwa orang-orang ini adalah bagian dari kelompok mafia. Hanya saja Denzel belum mengetahui secara pasti nama organisasi mereka.Beberapa dari mereka tertawa terbahak mendengar ancaman Denzel. "Kamu yang belum tahu siapa kami. Bahkan ayahmu pas

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Barter Keselamatan (Part 1)

    Rose berusaha menyembunyikan ketegangannya. Dia tidak boleh menunjukkan sikap yang bisa memancing kecurigaan Denzel. Sambil menunggu kedatangan pria itu, ia memilih untuk menemani anak-anak panti mengerjakan tugas matematika."Rose, siap-siap saja di depan. Tuan Denzel akan datang sebentar lagi," ucap Suster Mary.Rose memegang tangan Suster Mary untuk berpamitan kepadanya."Suster, malam ini dan beberapa hari ke depan mungkin aku tidak kembali ke panti.""Kamu akan kembali ke mansion Brown?" tanya Suster Mary mengerutkan dahi dalam-dalam."Tidak, Suster, aku akan menginap sementara di rumah orang yang aku cintai."Suster Mary terhenyak mendengar perkataan Rose yang mengandung teka-teki. Ia bingung siapa yang dimaksudkan Rose, apakah itu Luke atau Denzel. Namun lebih masuk akal rasanya bila Rose menginap di rumah Denzel mengingat Luke telah tiada."Apapun keputusanmu aku selalu mendoakan yang terbaik. Semoga kamu dan bayimu selalu dalam perlindungan Tuhan," ucap Suster Mary memberikan

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Pembalasan untuk Kejahatan

    Rose berusaha menyembunyikan ketegangannya. Dia tidak boleh menunjukkan sikap yang bisa memancing kecurigaan Denzel. Sambil menunggu kedatangan pria itu, ia memilih untuk menemani anak-anak panti mengerjakan tugas matematika."Rose, siap-siap saja di depan. Tuan Denzel akan datang sebentar lagi," ucap Suster Mary.Rose memegang tangan Suster Mary untuk berpamitan kepadanya."Suster, malam ini dan beberapa hari ke depan mungkin aku tidak kembali ke panti.""Kamu akan kembali ke mansion Brown?" tanya Suster Mary mengerutkan dahi dalam-dalam."Tidak, Suster, aku akan menginap sementara di rumah orang yang aku cintai."Suster Mary terhenyak mendengar perkataan Rose yang mengandung teka-teki. Ia bingung siapa yang dimaksudkan Rose, apakah itu Luke atau Denzel. Namun lebih masuk akal rasanya bila Rose menginap di rumah Denzel mengingat Luke telah tiada."Apapun keputusanmu aku selalu mendoakan yang terbaik. Semoga kamu dan bayimu selalu dalam perlindungan Tuhan," ucap Suster Mary memberikan

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Terpaksa Bertunangan Dengannya

    "Ini kamu, Rose?" tanya Gwen menggoyangkan lengan Rose. Ia bahkan menyuruh Rose berputar untuk meyakinkan bahwa yang di hadapannya ini adalah sahabatnya, bukan makhluk jadi-jadian."Tentu saja ini aku, Gwen," jawab Rose tenang."Tapi aku baru saja ke kamarmu dan kamu tidak ada.""Benar, Rose. Kami baru akan ke danau Blue Stone untuk mencarimu," timpal Suster Mary.Karena telah membuat semua orang panik, Rose pun memberikan penjelasan."Maafkan saya, Suster. Tadi pagi-pagi sekali saya pergi ke salon untuk mempersiapkan diri."Gwen memanyunkan bibirnya karena kecewa dengan pengakuan Rose."Padahal aku susah payah bangun pagi untuk meriasmu, ternyata kamu malah ke salon. Dan gaun cantik ini, dari mana kamu mendapatkannya?""Maafkan aku, Gwen. Aku berpikir lebih baik ke salon supaya tidak merepotkanmu. Gaun ini juga pihak salon yang menyediakan.""Kalau begitu kita masuk ke aula saja. Tuan Denzel pasti datang sebentar lagi," ucap Suster Mary menggandeng tangan Rose.Sepanjang jalan menuju

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Maafkan Aku, Luke

    Masih berpelukan satu sama lain, Rose membelai lembut wajah Luke. Banyak hal yang ingin dia tanyakan kepada suaminya ini, namun tiba-tiba Rose teringat sesuatu. Rasa bersalah pun memenuhi hatinya. Dengan mata berair, Rose menatap Luke."Maaf Luke, aku sudah bersalah padamu. Aku....," ucap Rose tidak dapat melanjutkan kalimatnya.Luke menarik napas kasar kemudian melerai pelukannya. Ia mengubah posisi dari berbaring menjadi duduk. Rose terkejut karena Luke seperti sedang menahan kegusaran terhadap sesuatu. Terlihat wajah tampannya mengetat dengan tangan yang mengepal erat."Aku tahu apa yang mau kamu katakan, Rose. Jangan menyampaikannya di depanku karena mungkin aku tidak bisa menahan diri," tukas Luke. Suaranya berubah dingin sedingin aura yang terpancar dari tubuhnya.Rose terhenyak. Jantungnya berpacu dengan kencang mendengar ucapan Luke. Mungkinkah Luke semarah ini karena sudah mengetahui rencana pertunangannya dengan Denzel? Jika itu benar, lalu bagaimana caranya menjelaskan kepa

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Cintaku Telah Kembali

    Entah berapa lama Rose tidak sadarkan diri. Tatkala membuka mata, ia terkejut karena berada di ruangan yang asing. Rose mengerjap beberapa kali untuk memastikan dia tidak berhalusinasi. Ruangan tempatnya berada kini hanya diterangi cahaya samar dari lampu tidur di atas nakas. Dalam suasana temaram, Rose melihat bahwa ia berbaring di atas ranjang besar. Selimut berbahan tebal menutupi setengah tubuhnya. Dari semua petunjuk ini, Rose menyimpulkan bahwa ia berada di sebuah kamar. Tapi kamar milik siapa? Berusaha untuk memulihkan nyawa seutuhnya, Rose duduk bersandar pada kepala ranjang. Masih sedikit pening, Rose coba mengingat apa yang terjadi. Sebelum pingsan, ia berada di Danau Blue Stone untuk menggambar. Namun mendadak datang seseorang yang membekapnya dari belakang. Sesudah peristiwa itu, ia tidak ingat apa yang terjadi. Rose menyibak selimutnya dan memandangi dirinya sendiri. Untunglah dia masih berpakaian lengkap. Dia juga tidak merasakan sakit sama sekali. Artinya orang yang m

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Keputusan yang Keliru

    Ada yang berani mengancammu? Siapa dia?" tanya Peter geram. Ia tidak akan terima bila putra kebanggaannya sampai diusik oleh orang lain. Apalagi ia adalah salah satu tokoh yang cukup disegani di kalangan mafia."Justru itu aku belum tahu. Dia ingin main-main denganku dan aku akan meladeninya," geram Denzel. Matanya berapi-api menggambarkan kemurkaan yang tengah memuncak di kepalanya."Kirimkan saja nomer ponselnya. Papa akan menyuruh anak buah kita untuk melacak lokasinya.""Tidak perlu, aku bisa mengurusnya sendiri, Pa. Lagipula dia pasti memakai nomer samaran untuk menghubungiku.""Denzel jangan sekali-kali meremehkan orang itu. Kita harus waspada terhadap berbagai kemungkinan. Apalagi mayat Luke Brown belum kita temukan sampai sekarang."Denzel menghembuskan napas kasar untuk mengekspresikan kekesalannya."Aku tidak akan membiarkan siapapun mengganggu sampai aku berhasil menikahi Rose."Peter Adams maju lalu menepuk bahu putranya."Bagus, Denzel. Beginilah seharusnya seorang Adams

DMCA.com Protection Status