Share

7. Tantangan

Author: Donat Mblondo
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Junaedi mendaratkan tinju ke wajah si koki.

Bugh!

"Setiap datang satu pembeli kamu meremehkannya!" Junaedi mengucapkan kalimat itu berulang-ulang sembari menjambak rambut si kepala koki, hingga kepalanya menunduk. Kemudian, Junaedi menghempaskan dagu sang kepala koki dengan lututnya.

Buak!

Satu gigi seri bawah ikut terhempas melayang di udara.

"Aaaargh!" Si kepala koki merintih kesakitan.

"Sepertinya, satu jam latihan tadi pagi tidak sia-sia," gumam Junaedi tersenyum tipis.

Sang koki pembantu yang berada di sisinya menyaksikan dengan tubuh gemetar. Joko yang sudah lama memantau perkelahian mereka juga ikut bergidik. Sejak kapan si penakut itu bisa berkelahi? Pikir Joko.

Kemudian, datang lagi seorang pengunjung pria muda. "Eh, Bang! Bang!" teriak pria itu memanggil Junaedi.

Junaedi segera merapikan baju dan menghampirinya. "Iya, Mas. Silakan!"

"Cilok kuah iga seporsi, sambelnyo dikit ajo yo," ucap pria itu dengan logat bataknya.

"Siap, Mas!"

Junaedi kembali ke dapur dan melempar catatannya kepada sang koki pembantu. "Cepat buatkan sesuai pesanan!"

"Ba-baik!" Koki itu segera membuatkan pesanan dan menyerahkan semakuk cilok kuah iga kepada Junaedi.

Junaedi pun mengantarkan makanan itu kepada sang pembeli. Setelah si pembeli mencicipi satu suap, sebuah cilok tiba-tiba melayang dari mulut sang pembeli ke wajah Junaedi.

"Bah! Ini cilok apa karet? Keras kali!"

Junaedi segera menangkap cilok terbang yang mendarat di wajahnya sebelum meluncur ke lantai. Dia menatap benda kenyal itu dengan serius. Kemudian, dia menarik dengan kedua tangan dan sedikit menggigit untuk merasakan teksturnya.

"Ini memang benar-benar sangat lentur seperti karet!" gumam Junaedi kesulitan memisahkan bagian dengan menarik dan menggigit berkali-kali.

Lelaki yang memesan itu berdiri dan membanting sendok yang dipegangnya ke meja. "Haish! Kukira enak! Malah bikin sakit gigi kumakan di sini. Mana menejermu? Aku mau komplain!"

Junaedi mencari-cari Joko di kasir dan ruang manajer, tapi tidak menjumpainya. Terdengar suara gaduh dari dapur membuat Junaedi penasaran.

"Ssssst! Jangan brisik atau kupotong gajimu!" ujar Joko berbisik kepada kedua kokinya. Ternyata dia sedang bersembunyi karena takut berhadapan dengan pembeli itu.

"Ckck. Ngapain di sini, Pak Manajer? Sembunyi?" ucap Junaedi telah berdiri melipat tangan di hadapan Joko.

"A-anu ...." Joko tergagap tak bisa berkata-kata.

"Anu anu!" Junaedi menarik baju Joko dan menyeretnya ke hadapan pembeli. "Ini Manajernya, Mas!"

Baru ditatap sang pembeli, Joko beberapa kali menelan ludah. Tubuhnya gemetar keringat dingin. "A-ada apa ya, Mas?" ujarnya tanpa melihat wajah lawan bicara karena ketakutan.

"Intinya, aku nggak sudi bayar makanan ini! Kau bisa tanyakan sendiri ke pelayanmu alasannya!" Sang pembeli pun pergi meninggalkan tempat itu.

Setelah pembeli itu pergi, Joko tampak bernapas lega. Namun, tidak dengan Junaedi. Dia beranjak ke dapur dan melihat masakan-masakan yang ada di sana. Lelaki itu mencicipi satu persatu masakan itu. Mulai dari cilok sapi kukus, cilok tahu, kuah iga sapi, pangsit rebus, pangsit goreng, sambal kacang, sambal cabai, sambal kecap, lontong, dan juga kerupuk.

"Bleeh! Bagaimana kamu memasak cilok-cilok ini?" tanya Junaedi kepada si koki pembantu sembari sedikit meludah.

"Emm, itu ... kami menguleni 1 kg tepung terigu dan 1 kg tepung tapioka dengan air panas yang telah tercampur bumbu halus, bawang putih, lada, dan kemiri. Setelah kalis, kami membentuknya bulat-bulat dengan isi gilingan daging sapi. Kemudian, kemudian kami merebusnya setengah matang dan mengukusnya. Kami tidak tau, mengapa bisa digigit sampai sekeras itu," jelas si koki.

"Apakah kalian menambahkan telur? Takaran satu telur digunakan untuk 500 g tepung terigu. Jadi, jika kalian ingin membuat 1 kg, kalian harus memberinya dua telur," timpal Junaedi. Sebenarnya Junaedi memiliki cara tersendiri untuk memasak cilok yang tentunya sangat berbeda dengan racikan para koki itu. Namun, dia tidak bisa memberitahukannya sekaligus. Dia harus mengarahkannya secara bertahap saat sedang meracik.

"Oh, kamu benar. Kami lupa menambahkan telur!" ungkap si koki merasa tercerahkan.

Sang kepala koki memandang sinis Junaedi. Tampaknya dia belum kapok usai dihajar. "Heh! Tau apa kau soal memasak? Apa kau tak ingat seminggu yang lalu, kau mengacau di dapur kami dengan masakan sampahmu?!"

Seminggu yang lalu?

Haha!

Junaedi tertawa geli dalam hatinya. Sang pemilik tubuh memang benar-benar sangat bodoh. Dia membuat adonan dengan air dingin tanpa telur dan tanpa bumbu. Tepung-tepung berserakan dimana-mana. Dan lebih parah lagi, dia merebus cilok sampai gosong.

Punggung Junaedi bergetar menahan tawa. Di mana letak otak sang pemilik tubuh? Apakah dia menaruh otaknya di lutut? Pikirnya.

"Aku telah banyak belajar beberapa hal. Dan aku bukanlah Junaedi yang tidak berguna seperti dulu! Jika kamu tidak percaya, ayo kita adu skill memasak!" tantang Junaedi mengembangkan kedua ujung bibirnya.

"Adu skill memasak? Ha ha ha ha! Lelucon apa lagi yang akan kau tunjukan? Cilok gosong? Iga gosong? Bihun gosong atau mungkin kerupuk gosong? Ha ha ha!" Mulut sang kepala koki terbuka lebar tertawa terbahak-bahak.

"Jika aku kalah, aku akan angkat kaki dari sini, dan hari ini adalah hari pertama dan terakhirku bekerja! Tapi, jika aku menang, kamu harus menyerahkan posisimu! Aku menjadi kepala koki, dan kau, menjadi pelayan! Bagaimana?" ucap Junaedi mengajukan tawaran.

"Heh, oke! Bersiaplah untuk pergi meninggalkan tempat ini!"

Tanpa mereka sadari, datang dua orang pengunjung keluar dari sebuah mobil mewah dengan dua bodyguard di belakang mereka. Kedua orang itu tampak seperti sepasang suami istri. Mereka berpegangan tangan dengan mesra layaknya pengantin baru.

Dua bodyguard berhenti dan berdiri di luar, sedangkan pasutri itu masuk, lalu mendapati seorang pelayan sedang mengajukan sebuah tantangan kepada seorang kepala koki.

"Tapi, bukankah kita membutuhkan seorang juri?" ujar si koki pembantu berpendapat.

"Aku yang akan menjadi jurinya," sahut Joko ikut nimbrung mengajukan diri.

"Tidak. Saya tidak setuju Anda menjadi jurinya, Pak Manajer. Jangan berpikir untuk menjebak saya! Saya tau bahwa Anda sangat tidak menyukai saya. Jadi, seperti apapun hasilnya, pasti Anda akan tetap membuat saya kalah!" tolak Junaedi membantah.

Joko pun tak bisa membalas. Junaedi sangat pandai bersilat lidah. Dia benar-benar tahu apa yang ada dalam pikiran joko hanya dengan melihat sikap dan perilakunya.

"Kalau begitu, izinkan saya yang menjadi jurinya. Apakah Anda keberatan, Tuan Pelayan?" ucap seorang pria yang berada di belakang mereka.

Related chapters

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   8. Penilaian ....

    Junaedi berbalik melihat seorang pria berjas merah marun, sangat rapi dan berwibawa, menggandeng seorang wanita bergaun putih cantik nan anggun. Dalam hati, Junaedi bertanya-tanya, siapakah mereka?"Astaga, mohon maaf karena saya tidak menyambut Anda, Tuan dan Nyonya! Saya benar-benar kurang memperhatikan pintu masuk, sehingga saya melewatkan kesempatan itu," ucap Junaedi menunduk sopan sembari menarik dua kursi dan mempersilakan mereka untuk duduk. "Silakan, apakah Tuan dan Nyonya ingin memesan sesuatu?""Ya, awalnya kami hanya ingin singgah dan mencicipi makanan di sini. Tapi, setelah mendengar pedebatan kalian soal memasak, sepertinya suami saya sangat tertarik menjadi juri kalian," ujar si wanita pengunjung melirik ke arah suaminya."Perkenalkan, nama saya Tukijo dan ini adalah istri saya, Markonah. Saya akan mengundang beberapa orang untuk makan di sini, setelah saya menyaksikan skill memasak kalian. Dan saya akan membayar seharga tiga kali lipat untuk makanan terbaik dari yang k

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   9. Tikaman berbahaya

    Meskipun masakan sang kepala koki tidaklah buruk, tapi milik Junaedi adalah yang terbaik. Jiwa Master Chef Nusantara abad ke-18 dalam tubuh Junaedi ini, tidak mengenal bumbu penyedap atau yang disebut dengan micin pada zaman ini. Sehingga, cita rasa masakannya yang khas, adalah rasa alami dari bumbu-bumbu dapur yang ia racik.Sang kepala koki pun ikut mencicipi masakan Junaedi. Dia hanya terdiam. Ekspresi tak percaya bahwa dia benar-benar telah dikalahkan oleh seorang Junaedi. Pria yang seminggu lalu sangat memalukan dengan cilok gosongnya. Orang itu berpikir, Junaedi baru belajar memasak satu minggu, tapi dia sudah bisa meracik masakan sesempurna itu."Mulai besok, saya tidak akan bekerja di sini lagi, selamat untukmu kepala koki Junaedi!" ujarnya tertunduk mengaku kalah. Dia menyerahkan seragam kokinya kepada Junaedi, lalu pergi meninggalkan tempat itu.Sebagai hadiah kepada sang pemenang, Tukijo mengabarkan bahwa dia akan mempromosikan rumah makan itu sebagai rekomendasi terfavorit

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   10. Kuah Asin

    Jamelah mengantar Sutejo ke kamar tamu dan membantunya berbaring ke ranjang. Saat Jamelah hendak pamit undur diri, tangan pak tua itu dengan lemah menarik baju Jamelah."Nak, bolehkah aku minta tolong?" ujar Sutejo."Kakek mau minta tolong apa?""Sebelum Junaedi pulang, aku melihat Ambar menyimpan gunting di sakunya. Tolong, kamu lihat kamarnya dan bangunkan dia! Aku sangat khawatir."Jamelah pun segera berlari menuju kamar Junaedi. Pintunya terkunci. Dia mengambil ponselnya dan menelpon Junaedi.Sementara itu, di dalam kamar, aksi Ambar terhenti karena suara getaran di ponsel suaminya. Sayangnya suara getaran itu terdengar sangat lirih sehingga tidak mampu membangunkan Junaedi. Ambar pun melihat layar ponsel itu."Jamelah?" Dia mengangkatnya, karena ingin tahu apa yang akan pembantu itu katakan."Halo, Pak Juned." Jamelah terhenti. Sebenarnya, dia hanya ingin mengetes, siapa yang mengangkat ponsel milik Junaedi."Dasar pembantu tak punya sopan santun! Beraninya kau mengganggu malamku

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   11. Teror

    Junaedi segera membuang separuh air dari kuah tersebut dengan menyaringnya."Loh, kenapa dibuang, Mas Juned?" tanya Aris yang entah itu hanya pura-pura, atau benar-benar tidak tahu."Nggak tau, Ris. Garam tiba-tiba abis separo dan kuahnya jadi asin banget!"Wajah Aris berkerut melihat setoples garam yang tinggal separuh. "Loh! Kok bisa sih, perasaan saya nggak kasih garam lagi, karena rasanya memang sudah pas. Saya bener-bener nggak tau, Mas."Jika bukan Aris, lalu siapa? Pikiran Junaedi berkelut. Kemudian dia memfokuskan diri untuk menumis bumbu yang baru dan menuangkan air lagi ke dalam setengah kuah yang tersisa.Lima menit kemudian, beberapa mobil datang, parkir di depan restoran. Namun tampaknya mereka tidak langsung masuk dan sibuk dengan sesuatu."Mana tanggganya?" tanya Tukijo kepada salah satu teman-temannya yang sedang berkerumun mengelilinginya.Cecep bergegas pergi ke bagasi untuk mengambil tangga lipat.Tukijo meminta bantuan Sugeng, untuk memegang ujung spanduk yang ia b

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   12. Bangkai kepala kucing

    "Maaf, Pak Juned. Saya hanya sedikit terkejut. Saya akan segera membersihkannya," ujar Jamelah segera bergegas melakukan pekerjaan."Aku akan membantumu!" Junaedi mengambil sebuah lap dan ikut membersihkan noda merah yang tercecer di dinding kamar mandi.Sesekali, Junaedi melirik ke arah Jamelah. Khawatir dia akan terganggu kehidupannya karena dihantui dengan teror. Namun setelah melihatnya, tak tampak sedikitpun wajah panik atau takut. Malah, dia terlihat begitu serius dan tenang menghadapi teror ini. Tanpa sadar, Junaedi menatap Jamelah terlalu lama karena melamun."Pak? Pak Juned?" Jamelah melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Junaedi, hingga lelaki berjakun itu akhirnya tersadar."Oh, maaf," sahutnya."Bapak melamun apa sih? Kok ngeliatin saya sampe segitunya.""Apa kamu tidak khawatir?""Pak Juned tidak perlu mengkhawatirkan saya. Saya bisa melindungi diri sendiri. Justru yang harus Anda khawatirkan adalah Kakek Sutejo," ujar Jamelah mengalihkan pandangannya sembari menggos

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   13. Pria berhoodie hitam

    "Akhir-akhir ini, warga sekitar sini katanya banyak yang kehilangan kucing peliharaan mereka. Terus, Pak RT nemuin karung berisi bangkai beberapa kepala kucing dan bulu-bulunya di sebelah pot samping depan," jelas Aris.Karung? Junaedi tidak terlalu memperhatikan ada karung di sana saat dia datang ke Rumah Makan Wah Pi-Lok."Iya, Ris. Aku otw. Tunggu ya." Kemudian Junaedi mematikan telepon dan berpamitan kepada Marina. "Mar, aku balik ke Pi-Lok ya. Ada urusan mendadak," ujarnya.Saat dalam perjalanan menuju Rumah Makan Wah Pi-Lok, Junaedi teringat dengan video rekaman CCTV yang Sarah kirimkan tadi pagi. Tentang seorang yang meneror membawa sesuatu dikarungnya. Jangan-jangan ...Lelaki itu pun segera menghentikan laju mobilnya dan mengecek kembali video tersebut. Kemudian, dia kembali berkendara hingga sampai ke lokasi tujuan. Setibanya ia di sana, begitu banyak orang yang berkerumun di pintu masuk.Ketika Junaedi baru keluar dari mobil untuk mengecek apa yang telah terjadi, seseorang

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   14. Sosok asli Ambar Wijaya

    Pukul 20.55Seperti biasa, Jamelah menemani Kakek Sutejo hingga orang tua itu tertidur. Setelah sang kakek tertidur, ia keluar dari kamar menuju ruang tamu. Gadis itu merasa ada seseorang mengikutinya dari belakang. Dia segera menoleh. Dan tiba-tiba ...Bugh!Seseorang memukul keras punggungnya dari belakang. Jamelah pun terjatuh sekali pukul. Samar-samar dia melihat kaki seseorang melangkah di hadapannya. Tak jelas, pandangannya mulai kabur, gelap, dan ia pun tak sadarkan diri.Jamelah terbangun oleh suara nyamuk yang terus beterbangan ke sana ke mari di sekitar telinganya. Sebuah ruangan berlantai tanah, gelap, dingin, dan sedikit berangin. Bau aroma asap rokok, menggempul memenuhi ruangan. Dia terbangun dalam keadaan tangannya terikat melingkar ke belakang kursi dan kakinya terikat lurus di bagian bawah betis."Uhuk ... uhuk! Di mana ini? Aku benci asap rokok!" gumamnya terbatuk-batuk.Tiba-tiba, mucul tepat di hadapan wajah Jamelah, sosok wajah wanita sedang mengapit suatu benda k

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   15. Di tengah sawah yang kering

    Di saat hati Junaedi dipenuhi kecurigaan dan kebimbangan. Seketika itu juga, dia mendapat telepon dari Sarah."Susah banget sih dihubungin!" ketus Sarah merasa kesal karena saat gadis itu beberapa kali menghubunginya, ponsel Junaedi sibuk terus."Kenapa?""Istrimu dan beberapa orang membawa Kakek dan pembantumu pergi! Aku melihat dari CCTV depan, mereka menggunakan mobil off road berwarna hijau tua sekitar lima menit yang lalu!" jelas Sarah."Apa!"Kemudian Junaedi mematikan telepon dan segera memutar balik mobilnya mengejar mobil itu. Dia sempat kehilangan jejak, hingga berjalan terus tanpa arah.Namun, keberuntungan masih berpihak padanya. Junaedi menjumpai mobil itu masuk ke sebuah pekarangan. Karena jalan di pekarangan tidak rata, mobil berjalan sangat lambat. Dia memutuskan untuk keluar dan berjalan kaki mengikuti mobil itu.Mobil tersebut tampak berhenti di depan sebuah gubuk kayu. Gubuk tersebut tanpa dinding dan di dalamnya terdapat banyak tumpukan bata.Di samping gubuk itu,

Latest chapter

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   50. Kemenangan

    "Ikut dengan kami, atau kami akan membunuh wanita ini!" ucap salah satu dari mereka yang membius Jamelah.Junaedi menggertak. "Sedikit saja kalian berani melukainya, aku akan membunuh kalian!""Hahaha!" Dua pria berpakaian serba hitam itu tertawa. "Pahami situasimu!" ujar salah satu dari mereka sembari mendorong kasar Junaedi. Mereka menuntunnya ke sebuah mobil Jeep hijau tua dengan tangan terikat. Mobil itu melaju cepat menuju ke sebuah tempat asing yang jarang sekali dijarah oleh orang-orang. Yaitu hutan kapuk. Tempat yang terkenal sangat angker, sehingga tidak ada seorang pun yang berani memasukinya di malam hari.Ternyata di dalam hutan tersebut terdapat rumah tua yang cukup megah. Pria berpakaian hitam itu menyeret Junaedi dari mobil memasuki rumah tua tersebut."Rumah ini ..." sekilas, Junaedi mengingat, bahwa rumah itu adalah tempat di mana ia pertama kali terbangun dari kematian, di sebuah peti kayu yang gelap dan pengap.Nyut ...Tiba-tiba timbul rasa nyeri di dada mengingat

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   49. Menjelang pagi

    Babak keempat pun usai dan lima peserta tereliminasi. Sisa lima peserta, yaitu Junaedi, Marsodi, Ade Wijaya, dan dua peserta lainnya. Setelah penyelidiakn, dua orang peserta yang lainnya itu terbukti melakukan kecurangan sehingga harus diiskualifikasi.Kecurangan mereka salah satunya adalah menuangkan tepung kanji pada adonan Marina saat babak kedua berlalngsung. Dan pada babak ketiga, menyembunyikan bahan utama kompetisi yaitu jengkol, dan hanya menyisakan jengkol-jengkol yang berlubang dan terdapat banyak ulat.Kini, pertandingan dengan sisa tiga peserta akan menjadi pertandingan terakhir di babak kelima sekaligus menentukan juara di antara mereka. Hal ini dikarenakan untuk menyingkat waktu. Sang direktur telah memahami situasi sekitar, dia menduga bahwa pertandingan kali ini akan terjadi kekacauan besar.Setelah sarapan, Junaedi dan Jamelah berniat pergi ke taman asrama untuk menikmati suasana udara yang sejuk. Namun, secara kebetulan, mereka menjumpai Marsodi dan istrinya yang tam

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   48. Babak keempat

    Salah satu pekerja di asrama yang bertanggung jawab dalam urusan alat-alat perdapuran, termasuk kompor dan gas. Baru saja membeli beberapa gas elpiji 3 kg untuk stok darurat di kantin.Namun tanpa disadari, ternyata gas-gas tersebut bocor. Bau asap gas menggempul menusuk hidung. Beberapa orang, segera mengecek gas gas tersebut dan membawanya ke tempat terbuka.Di tengah gemuruh kesibukan itu, Junaedi tanpa sengajaelihat ekspresi Ade Wijaya menampakkan senyum seringai seolah-olah, dia mengetahui sesuatu. Tiba-tiba ...Booom!Seseorang sengaja menggunakan percikan api untuk memicu ledakan gas, sehingga terjadilah ledakan demi ledakan. Tiga gas bocor yang masih tersisa dalam aula, meledak seketika membuat lima orang pekerja tewas, tiga orang luka parah, dan tujuh orang luka ringan.Tukijo selaku pemilik asrama telah mendapat informasi dari orang yang selalu mengawasi di balik layar CCTV, Teguh. Bahwasanya pelaku yang menimbulkan percikan api ikut tewas terkena ledakan tabung gas."Jelas-j

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   47. tabung gas

    "Jamelah!" Mata Junaedi membulat menatap gadis itu. Seketika suasana menjadi hening.Kemudian, Junaedi tersenyum simpul. "Saya dengan senang hati menikah dengan puteri Anda, Pak Tukijo! Anda bisa langsung merundingkan tanggal pernikahan kami, mumpung di sini ada tante saya sebagai wali.""Ehem. Apa kamu sudah benar-benar yakin? Saya pikir, kamu sempat ragu beberapa hari lalu," kata Tukijo."Tentu saja, saya sangat yakin.""Sekarang, dia bukan lagi gadis normal. Melainkan gadis cacat yang akan terus berada di atas kursi roda. Dan juga, dia sangat manja. Itu mungkin akan membebanimu!" ujar istri Tukijo ikut bersuara."Tidak masalah. Saya memiliki keahlian. Saya akan menyembuhkan kakinya. Dan dalam waktu tiga hari, saya menjamin putri Anda akan berjalan normal kembali," jawab Junaedi santai, tapi meyakinkan."Pffft!" Gadis yang berada di kursi roda itu tertawa.Tukijo berdiri dan menepuk pundak lelaki di hadapannya. "Haha. Kita akan mengadakan pesta usai kompetisi babak ketiga! Jadi, mul

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   46. Terungkap

    Pada malam hari ketika Junaedi tertidur pulas, dia bermimpi bertemu dengan roh si pemilik tubuh. Seolah-olah, roh itu tahu segala hal yang terjadi pada dirinya."Kau pasti tahu apa yang sedang kualami, kan?" ujar Junaedi padanya."Tentu saja! Itu sebabnya aku datang menemuimu.""Huh! Jadi, apa pendapatmu?""Menjauh dari keluarga direktur!""Apa! Itu ide yang bodoh!" Junaedi sedikit melangkah lebih dekat dengan roh pemilik tubuh. Ia menepuk-nepuk dadanya seraya berkata, "kau tau? Mereka adalah aset penting yang saat ini tersedia membantu dengan sukarela untuk bisa memecahkan masalah tentang ayahmu! Kau menyuruhku untuk menjauh? Itu ide yang sangat-sangat bodoh!""Keluarga direktur memiliki banyak sekali musuh. Aku mempertimbangkan itu. Aku khawatir, itu malah akan menjadikanmu mendapat banyak masalah jika kau bergabung dengan mereka.""Ckck. Itu bukan masalah besar, selama mereka bisa melatihku. Aku lihat, mereka adalah orang-orang yang sangat bisa diandalkan!" kata Junaedi.Sang pemili

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   45. Penyajian

    Waktu 50 menit pun berlalu. Penyajian dilakukan dengan cepat dan semua peserta benar-benar siap dengan hasil masakannya. Satu per satu, mereka dipanggil oleh juri, hingga datanglah giliran Ade Wijaya.Lelaki itu maju ke depan dengan percaya diri akan kemampuannya. Dia menyediakan sepiring urap teri kerupuk udang dengan bumbu urap tampak merah menggiurkan.Beberapa saat kemudian, kini gilirang Junaedi. Dia datang dengan membawa sepiring urap, tiga buah tempe bacem dan sepotong ikan asin. Selain tampilannya yang sangat menarik dan menggugah selera, tentu saja salah satu keunggulan dari masakan Junaedi yaitu tanpa bumbu penyedap instan apapun."Liar biasa! Ini adalah perpaduan rasa yang sempurna," ujar sang juri."Aku sudah mencoba beberapa masakannya. Daya pikat asli dari bumbu-bumbu yang ia racik adalah yang terbaik," kata Tukijo yang juga merupakan sebagai juri.Setelah usai mencicip masakan mereka, para juri kembali mengumpulkan mereka untuk berbaris di aula. Jumlah peserta yang tadi

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   44. Kompetisi dimulai

    Satu jam sebelum kompetisi. Para peserta berbaris tertib saling berhadapan. Kebetulan, Marina berhadapan dengan Marsodi, sedangkan Junaedi berhadapan dengan Ade Wijaya. Mata mereka saling menatap sengit memancarkan kebencian.Babak pertama dimulai. Tantangan pertama yaitu membuat kreasi urap. Para peserta harus mengambil bahan-bahan terlebih dahulu di Market Aula dengan kurun waktu 15 menit.Market Aula adalah pasar khusus dalam asrama, yang disediakan oleh direktur untuk kepentingan suatu acara. Baik acara kompetisi, maupun acara lainnya.Junaedi memilih sayuran tauge, kangkung, kacang panjang, bunga combrang, dan pepaya muda untuk urap. Dia juga mengambil tempe dan ikan asin, serta kelapa parut dan berbagai macam bumbu-bumbu yang diperlukan.Waktu pengambilan bahan pun selesai. Langkah selanjutnya adalah meracik dan memasak. Para juri memberi waktu 50 menit. Kemudian, untuk penyajian 10 menit.Acara ini, disiarkan secara langsung pada saluran televisi bernama TVGaje, jam tujuh pagi.

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   43. Rencana perjodohan

    Gadis itu menoleh. Wajahnya tidak terlihat jelas karena tertutup kain tebal yang melingkar di lehernya."Malam," sahutnya dengan suara sedikit serak."Hari sudah larut malam. Apakah ada sesuatu yang Anda butuhkan?" tanya Junaedi mencoba mendekatkan diri."Tidak ada. Hanya saja, aku terbangun kerena mendengar suara gaduh di sekitar sini!""Beberapa orang telah membereskannya. Saya pikir, keamanan di sini memang benar-benar terjamin.""Tidak perlu terlalu formal denganku. Aku bukan orang terhormat." Gadis itu mendorong kursi rodanya membelakangi Junaedi dan beranjak pergi.Junaedi mendekati gadis itu dan menawarkan diri untuk membantunya. "Ke mana kamu akan pergi?" tanya lelaki itu sembari memegang belakang kursi roda."Ruang isolasi lantai dua!" jawabnya singkat."Baiklah, Nona!" Junaedi pun mengantarkan gadis itu ke sana.Sepanjang kaki melangkah, mereka hanya terdiam tanpa sepatah kata pun. Suasana sangat canggung membuat Junaedi bingung, bagaimana ia harus memulai percakapan.Sesamp

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   42. Mimpi

    "Maafkan saya, Pak. Saya sendiri, merasa ada sesuatu ingatan yang hilang. Saya pernah dibunuh seseorang dan mengalami mati suri," ujar Junaedi memelankan suara, karena di sampingnya ada Marina."Oh! Astaga." Tukijo tampak terkejut. Matanya membulat dengan ekspresi bengong sesaat. Dia mulai mengerti, bahwa pemuda di hadapannya ini mungkin akan mengalami hal yang sama dengan ayahnya. "Huh!" Pria itu mendesah. Mengingat bahwa ia pernah menjalin hubungan baik dengan Bambang Sutejo, ia tidak bisa mengabaikan hal ini."Saya telah menyiapkan kamar asrama yang strategis untuk Anda. Beristirahatlah dengan tenang! Saya akan menjamin keamanan kalian berdua. Anda bisa menghubungi saya, jika ada keperluan," kata Tukijo. "Terima kasih, Pak! Tapi, saya rasa, tidakkah ini terlalu berlebihan, sampai Anda sendiri yang turun tangan hingga menjamin keamanan kami? Ah, maaf, bukanya saya menolak, tapi, perlakuan Anda terhadap saya, akan menimbulkan kesalahpahaman terhadap peserta lain," balas Junaedi."In

DMCA.com Protection Status