Share

33. Tak terduga

Penulis: Donat Mblondo
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Beberapa jam setelah Junaedi pergi meninggalkan rumah.

"Begonya kambuh! Haduh, Mas Juned ... Mas Juned! Bisa-bisanya nekat datang sendiri," ujar Sarah memijat-mijat kening. Gadis itu terus memantau keadaan Rumah Makan Ba-Kul dari laptopnya.

Jamelah pun ikut melihat di sisi Sarah. Matanya membulat saat melihat sosok pria yang tak asing terekam CCTV depan rumah makan.

"Pria itu ..." Jamelah mengamati sosok pria itu dengan teliti.

"Kamu kenal?" tanya Sarah.

"Dia ... salah satu kakak dari Ambar Wijaya."

Mata Sarah pun ikut membulat. "Apa! Ayo kita susul dia sekarang!" Gadis itu bergegas menutup laptop.

"Tunggu! Tenanglah! Kita nggak tau ada berapa orang yang akan kita hadapi. Pria itu juga bukan pria biasa meskipun dia datang seorang diri. Dan lagi, walaupun luka di kakiku masih tergolong ringan, ini sangat mengganggu pergerakanku. Ayo kita ke Dusun Buaran dulu, sebelum dia melakukan aksinya! Aku akan meminta bantuan Om Cecep dan gengnya," ujar Jamelah.

Mereka pun pergi ke dusun dengan m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   34. Meledak

    "Apa kau pikir, hanya kau saja yang memiliki pasukan?" ucap Febian masih dengan senyum seringai.Dor!Jamelah menembak, dan mengincar bagian jantung, tapi rupanya posisi Febian sedikit bergeser sehingga hanya mengenai bahu kirinya.Seketika itu, Febian mengalami sedikit guncangan di sebagian tubuhnya. Dia memegang bahu yang terkena tembakan, menggertakkan gigi sembari berteriak."Habisi mereka!"Kurang lebih, tiga puluh orang pasukan Febian menyerbu Geng Somelekete secara bersamaan. Pertempuran besar pun terjadi di tengah jalan raya.Geng Somelekete yang jumlahnya lebih sedikit tentu saja bisa memenangkan pertempuran itu. Dibandingkan dengan tiga puluh pasukan Febian yang hanya bisa mengandalakn senjata, Geng Somelekete sudah terbiasa terjun ke pertarungan dengan tangan kosong. Sehingga, sangat mudah untuk Cecep dan pasukannya bisa menang.Febian merasa sudah terpojok. Luka tembak di bahunya semakin terasa. "Tidak ada pilihan lain!" umpat pria itu mengeluarkan suatu benda tabung berwa

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   35. Tak ada celah

    Satu pekan kemudian, hari-hari yang damai setelah mengantar Marina pulang, dalam sepekan ini tidak ada gangguan teror apapun. Namun, Sarah masih menaruh kecurigaan bahwa di rumah Marina masih tersisa kamera pengawas yang tidak ia ketahui.Junaedi dan Jamelah pun sudah cukup pulih untuk malakukan aktivitas. Mereka kembali berlatih di pagi hari sembari merenggangkan otot. Sementara itu, Sarah telah mencatat daftar lima nama tempat yang akan mereka selidiki. Diantaranya:1. Depan Stasiun M2. Pertigaan jalan menuju pertamina3. Lapangan Sitimarini4. Pertigaan Jembatan Jengkol belakang tanggul5. Pasar PapalalaSetelah Junaedi dan Jamelah melihat sekilas nama-nama tempat tersebut. Mereka merasa nama-nama tersebut tidak asing.Dahi Junaedi berkerut. "Bukankah ini ...""Ini adalah nama-nama lokasi lima restoran yang diambil alih oleh mantan istri Anda, Mas Juned!" imbuh Jamelah."Benar!" timpal Junaedi.Adapun Sarah, baru menyadari bahwa kelima tempat tersebut memang seperti yang mereka seb

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   36. Bangunan Tua

    "Lihat di sana!" Jamelah menunjuk atas pagar. Tingginya sekitar 210 meter, dan di atas pagar tembok itu, tertancap banyak pecahan beling yang sudah berlumut. "Naiklah ke punggung saya, Anda bisa melihat apa yang terjadi di sana!""Apa kamu pikir aku akan menginjak-injak seorang gadis?" Junaedi berjongkok. "Kamu yang naik!" perintahnya."Baiklah!"Jamelah pun memanjat bahu Junaedi, dengan bantuan sisi pinggir tembok gadis itu bisa menjaga keseimbangannya dengan baik. Dia menjumpai di teras depan dalam bangunan itu, tergantung sekitar sepuluh ekor kucing telah bersih tanpa bulu. Tampak di bagian leher, terdapat bekas sembelihan.Gadis itu kemudian mengalihkan pandangannya pada suatu ruangan dengan pintu yang terbuat dari palstik, di sisi kucing-kucing yang tergantung itu. Matanya menyipit. Tiba-tiba, pria yang mereka ikuti tadi keluar dari balik pintu itu dengan menenteng lima ekor kucing yang telah di sembelih, tapi bulu-bulunya belum dibersihkan."Astaga! Pemandangan macam apa ini?" g

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   37. Terlambat

    "Bau asap!" ucap Junaedi dengan alis terangkat dan dahi berkerut sembari mengibas-kibaskan tangannya di depan wajahnya."Seseorang membakar ruangan ini!" sahut Jamelah.Braak! Braaak!Junaedi mencoba mendobrak pintu plastik ruangan tersebut agar mereka bisa keluar. Namun, Jamelah menyadari bahwa pintu tersebut akan segera meleleh dan menimpa Junaedi."Awas!" Jamelah sontak menarik mundur lengan Junaedi hingga beberapa langkah.Bruuk!Pintu plastik tersebut ambruk meleleh dengan api membumbung. Ruangan kedap suara yang terbuat dari lapisan greenwool, membuat api cepat menyebar karena greenwool mudah terbakar. Seketika, ruangan itu pun dipenuhi oleh api. Lelehan demi lelehan greenwool terjatuh menghujani mereka."Hati-hati!" ucap Junaedi menggenggam erat tangan Jamelah.Mereka melangkah melewati pintu yang sudah meleleh dan keluar dari ruangan tersebut. Saat mereka sudah keluar, mereka mendapati pria yang mereka ikat di sebuah tiang, telah gosong terbakar."Ckck. Cepat sekali mereka ber

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   38. Undangan

    "Nawang Wulan," kata Sarah."Oh, aku tak heran!" balas Junaedi santai. Dia adalah orang yang paling mengenal gadis ABG itu dari siapapun. Hal ini karena mereka sama-sama berasal dari dunia yang berbeda."Bagaimana dengan rumah makan itu? Apa kalian menemukan hal yang aneh?" tanya Sarah kepada dua insan yang baru kembali itu."Kami hampir mati terbakar di sebuah bagunan tua!" ujar Jamelah.Dahi Sarah mengernyit. Sejenak, dia menghentikan permainannya dengan si gadis pelayan. "Apa yang lalian temukan di sana?""Peternakan kucing," sahut Junaedi. "Mereka menggunakan daging kucing untuk dijual, dan mengatakannya kepada pembeli bahwa itu adalah sate kambing.""Dia ... apakah orang yang waktu itu menuduh Anda, Pak Bos?" tanya Nawang Wulan."Benar. Tapi masih ada orang lain di balik mereka. Mereka hanya orang-orang suruhan, sedangkan pelaku asli bersembunyi di balik orang-orang itu! Mereka langsung dibunuh habis setelah kami mengetahui semuanya. Tidak ada satu pun dari mereka yang hidup untu

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   39. Ponsel bergetar

    Tak lama kemudian, sepasang pengantin yang baru saja menikah datang menghampiri Junaedi dan Jamelah. Ambar Wijaya memeluk erat lengan Marsodi Sutejo dengan langkah beriringan. Mereka berdua, tampak mesra menunjukan sebuah keromantisan."Kau, cukup bernyali datang ke sini hanya berdua saja!" ucap Marsodi menunjukkan seringai di hadapan Junaedi."Apa yang harus ku takutkan? Aku bahkan masih bisa berdiri di sini setelah kau mencoba membunuhku beberapa kali," balas Junaedi menyunggingkan senyum.Sementara itu, mata Jamelah jelalatan dengan sedikit menyipit. Dia mengedarkan lirikan-lirikan bola matanya untuk mencari sosok pria bernama Guntur Wijaya. Beberapa detik kemudian, dia menangkap sosok pria itu. Seorang pria botak, bertopi bulat, dengan kaca mata hitam melekat di wajahnya. Wajah pria itu tampak berkerut menunjukan kebengisannya. Dia! Pria kejam yang senang mempermainkan nyawa manusia demi ambisinya.Makanan dan minuman, banyak terhidang di pesta itu. Namun, Junaedi dan Jamelah sama

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   40. Kompetisi

    Prank!Kaca mobil belakang pun pecah.Jamelah menurunkan jendela kaca di sisinya. Kemudian ia membalas tembakan tersebut dengan beberapa tembakan.Dor! Dor! Dor!Gadis itu sengaja mengarahkan peluru pada ban mobil mereka, hingga peluru-peluru tersebut berhasil menembus dan mobil yang mereka kendarai tampak tak seimbang.Dor! Dor!Lagi-lagi, Jamelah meluncurkan pelurunya mengenai kaca depan. Kondisi ini membuat mereka tersentak segera menghentikan mobil.Beberapa saat kemudian, tanpa diketahui, Junaedi menyetir mobil menuju jalan buntu ke arah lautan Samudera Hindia. Lelaki itu sangat membelalakan mata melihat genangan air yang begitu luas jauh di hadapannya.Namun, karena kecepatan mobil maksimal, Junaedi tidak bisa mengontrol dengan baik. Jamelah dengan gesit, menendang tubuh lelaki itu hingga ia terpental membentur sebuah karang di pesisir pantai. Belum sempat Jamelah ikut keluar bersamanya, mobil sudah terjun terjebur ke lautan. Gadis itu pun menghilang ditelan ombak.Sarah yang men

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   41. Puteri adik direktur

    Junaedi segera mendaftarkan diri memalui link yang telah diinformasikan. Kemudian mereka harus menunggu harus menunggu panggilan dari kota, selama sebulan untuk pembagian asrama yang telah di sediankan.Selama kompetisi, tinggal di sebuah asrama bernama Kura (Kuliner Nusantara). Awalnya, asrama ini adalah sebuah vila yang dibangun sebagai hadiah pernikahan adik dari sang diriktur yang bernama Tukijo dan kekasihnya Markonah. Namun, karena tempat tersebut jarang digunakan, Tukijo menjadikan tempat itu menjadi sebuah asrama. Kemudian, tercetuslah sebuah ide untuk mengadakan sebuah kompetisi.Yang menyediakan seluruh keperluan kompetensi adalah perusahaan Gaje. Sang direktur Sri Ningsih Madmirdja mensponsori acara ini, semata-mata hanya untuk menyenangkan adiknya yang sangat menyukai berbagai masakan nusantara.Sejak acara itu diselenggarakan, generasi pertama yang memenangkan kompetisi tersebut tidak lain adalah Bambang Sutejo selama tiga kali berturut-turut. Hal ini karena, peraturan ko

Bab terbaru

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   50. Kemenangan

    "Ikut dengan kami, atau kami akan membunuh wanita ini!" ucap salah satu dari mereka yang membius Jamelah.Junaedi menggertak. "Sedikit saja kalian berani melukainya, aku akan membunuh kalian!""Hahaha!" Dua pria berpakaian serba hitam itu tertawa. "Pahami situasimu!" ujar salah satu dari mereka sembari mendorong kasar Junaedi. Mereka menuntunnya ke sebuah mobil Jeep hijau tua dengan tangan terikat. Mobil itu melaju cepat menuju ke sebuah tempat asing yang jarang sekali dijarah oleh orang-orang. Yaitu hutan kapuk. Tempat yang terkenal sangat angker, sehingga tidak ada seorang pun yang berani memasukinya di malam hari.Ternyata di dalam hutan tersebut terdapat rumah tua yang cukup megah. Pria berpakaian hitam itu menyeret Junaedi dari mobil memasuki rumah tua tersebut."Rumah ini ..." sekilas, Junaedi mengingat, bahwa rumah itu adalah tempat di mana ia pertama kali terbangun dari kematian, di sebuah peti kayu yang gelap dan pengap.Nyut ...Tiba-tiba timbul rasa nyeri di dada mengingat

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   49. Menjelang pagi

    Babak keempat pun usai dan lima peserta tereliminasi. Sisa lima peserta, yaitu Junaedi, Marsodi, Ade Wijaya, dan dua peserta lainnya. Setelah penyelidiakn, dua orang peserta yang lainnya itu terbukti melakukan kecurangan sehingga harus diiskualifikasi.Kecurangan mereka salah satunya adalah menuangkan tepung kanji pada adonan Marina saat babak kedua berlalngsung. Dan pada babak ketiga, menyembunyikan bahan utama kompetisi yaitu jengkol, dan hanya menyisakan jengkol-jengkol yang berlubang dan terdapat banyak ulat.Kini, pertandingan dengan sisa tiga peserta akan menjadi pertandingan terakhir di babak kelima sekaligus menentukan juara di antara mereka. Hal ini dikarenakan untuk menyingkat waktu. Sang direktur telah memahami situasi sekitar, dia menduga bahwa pertandingan kali ini akan terjadi kekacauan besar.Setelah sarapan, Junaedi dan Jamelah berniat pergi ke taman asrama untuk menikmati suasana udara yang sejuk. Namun, secara kebetulan, mereka menjumpai Marsodi dan istrinya yang tam

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   48. Babak keempat

    Salah satu pekerja di asrama yang bertanggung jawab dalam urusan alat-alat perdapuran, termasuk kompor dan gas. Baru saja membeli beberapa gas elpiji 3 kg untuk stok darurat di kantin.Namun tanpa disadari, ternyata gas-gas tersebut bocor. Bau asap gas menggempul menusuk hidung. Beberapa orang, segera mengecek gas gas tersebut dan membawanya ke tempat terbuka.Di tengah gemuruh kesibukan itu, Junaedi tanpa sengajaelihat ekspresi Ade Wijaya menampakkan senyum seringai seolah-olah, dia mengetahui sesuatu. Tiba-tiba ...Booom!Seseorang sengaja menggunakan percikan api untuk memicu ledakan gas, sehingga terjadilah ledakan demi ledakan. Tiga gas bocor yang masih tersisa dalam aula, meledak seketika membuat lima orang pekerja tewas, tiga orang luka parah, dan tujuh orang luka ringan.Tukijo selaku pemilik asrama telah mendapat informasi dari orang yang selalu mengawasi di balik layar CCTV, Teguh. Bahwasanya pelaku yang menimbulkan percikan api ikut tewas terkena ledakan tabung gas."Jelas-j

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   47. tabung gas

    "Jamelah!" Mata Junaedi membulat menatap gadis itu. Seketika suasana menjadi hening.Kemudian, Junaedi tersenyum simpul. "Saya dengan senang hati menikah dengan puteri Anda, Pak Tukijo! Anda bisa langsung merundingkan tanggal pernikahan kami, mumpung di sini ada tante saya sebagai wali.""Ehem. Apa kamu sudah benar-benar yakin? Saya pikir, kamu sempat ragu beberapa hari lalu," kata Tukijo."Tentu saja, saya sangat yakin.""Sekarang, dia bukan lagi gadis normal. Melainkan gadis cacat yang akan terus berada di atas kursi roda. Dan juga, dia sangat manja. Itu mungkin akan membebanimu!" ujar istri Tukijo ikut bersuara."Tidak masalah. Saya memiliki keahlian. Saya akan menyembuhkan kakinya. Dan dalam waktu tiga hari, saya menjamin putri Anda akan berjalan normal kembali," jawab Junaedi santai, tapi meyakinkan."Pffft!" Gadis yang berada di kursi roda itu tertawa.Tukijo berdiri dan menepuk pundak lelaki di hadapannya. "Haha. Kita akan mengadakan pesta usai kompetisi babak ketiga! Jadi, mul

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   46. Terungkap

    Pada malam hari ketika Junaedi tertidur pulas, dia bermimpi bertemu dengan roh si pemilik tubuh. Seolah-olah, roh itu tahu segala hal yang terjadi pada dirinya."Kau pasti tahu apa yang sedang kualami, kan?" ujar Junaedi padanya."Tentu saja! Itu sebabnya aku datang menemuimu.""Huh! Jadi, apa pendapatmu?""Menjauh dari keluarga direktur!""Apa! Itu ide yang bodoh!" Junaedi sedikit melangkah lebih dekat dengan roh pemilik tubuh. Ia menepuk-nepuk dadanya seraya berkata, "kau tau? Mereka adalah aset penting yang saat ini tersedia membantu dengan sukarela untuk bisa memecahkan masalah tentang ayahmu! Kau menyuruhku untuk menjauh? Itu ide yang sangat-sangat bodoh!""Keluarga direktur memiliki banyak sekali musuh. Aku mempertimbangkan itu. Aku khawatir, itu malah akan menjadikanmu mendapat banyak masalah jika kau bergabung dengan mereka.""Ckck. Itu bukan masalah besar, selama mereka bisa melatihku. Aku lihat, mereka adalah orang-orang yang sangat bisa diandalkan!" kata Junaedi.Sang pemili

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   45. Penyajian

    Waktu 50 menit pun berlalu. Penyajian dilakukan dengan cepat dan semua peserta benar-benar siap dengan hasil masakannya. Satu per satu, mereka dipanggil oleh juri, hingga datanglah giliran Ade Wijaya.Lelaki itu maju ke depan dengan percaya diri akan kemampuannya. Dia menyediakan sepiring urap teri kerupuk udang dengan bumbu urap tampak merah menggiurkan.Beberapa saat kemudian, kini gilirang Junaedi. Dia datang dengan membawa sepiring urap, tiga buah tempe bacem dan sepotong ikan asin. Selain tampilannya yang sangat menarik dan menggugah selera, tentu saja salah satu keunggulan dari masakan Junaedi yaitu tanpa bumbu penyedap instan apapun."Liar biasa! Ini adalah perpaduan rasa yang sempurna," ujar sang juri."Aku sudah mencoba beberapa masakannya. Daya pikat asli dari bumbu-bumbu yang ia racik adalah yang terbaik," kata Tukijo yang juga merupakan sebagai juri.Setelah usai mencicip masakan mereka, para juri kembali mengumpulkan mereka untuk berbaris di aula. Jumlah peserta yang tadi

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   44. Kompetisi dimulai

    Satu jam sebelum kompetisi. Para peserta berbaris tertib saling berhadapan. Kebetulan, Marina berhadapan dengan Marsodi, sedangkan Junaedi berhadapan dengan Ade Wijaya. Mata mereka saling menatap sengit memancarkan kebencian.Babak pertama dimulai. Tantangan pertama yaitu membuat kreasi urap. Para peserta harus mengambil bahan-bahan terlebih dahulu di Market Aula dengan kurun waktu 15 menit.Market Aula adalah pasar khusus dalam asrama, yang disediakan oleh direktur untuk kepentingan suatu acara. Baik acara kompetisi, maupun acara lainnya.Junaedi memilih sayuran tauge, kangkung, kacang panjang, bunga combrang, dan pepaya muda untuk urap. Dia juga mengambil tempe dan ikan asin, serta kelapa parut dan berbagai macam bumbu-bumbu yang diperlukan.Waktu pengambilan bahan pun selesai. Langkah selanjutnya adalah meracik dan memasak. Para juri memberi waktu 50 menit. Kemudian, untuk penyajian 10 menit.Acara ini, disiarkan secara langsung pada saluran televisi bernama TVGaje, jam tujuh pagi.

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   43. Rencana perjodohan

    Gadis itu menoleh. Wajahnya tidak terlihat jelas karena tertutup kain tebal yang melingkar di lehernya."Malam," sahutnya dengan suara sedikit serak."Hari sudah larut malam. Apakah ada sesuatu yang Anda butuhkan?" tanya Junaedi mencoba mendekatkan diri."Tidak ada. Hanya saja, aku terbangun kerena mendengar suara gaduh di sekitar sini!""Beberapa orang telah membereskannya. Saya pikir, keamanan di sini memang benar-benar terjamin.""Tidak perlu terlalu formal denganku. Aku bukan orang terhormat." Gadis itu mendorong kursi rodanya membelakangi Junaedi dan beranjak pergi.Junaedi mendekati gadis itu dan menawarkan diri untuk membantunya. "Ke mana kamu akan pergi?" tanya lelaki itu sembari memegang belakang kursi roda."Ruang isolasi lantai dua!" jawabnya singkat."Baiklah, Nona!" Junaedi pun mengantarkan gadis itu ke sana.Sepanjang kaki melangkah, mereka hanya terdiam tanpa sepatah kata pun. Suasana sangat canggung membuat Junaedi bingung, bagaimana ia harus memulai percakapan.Sesamp

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   42. Mimpi

    "Maafkan saya, Pak. Saya sendiri, merasa ada sesuatu ingatan yang hilang. Saya pernah dibunuh seseorang dan mengalami mati suri," ujar Junaedi memelankan suara, karena di sampingnya ada Marina."Oh! Astaga." Tukijo tampak terkejut. Matanya membulat dengan ekspresi bengong sesaat. Dia mulai mengerti, bahwa pemuda di hadapannya ini mungkin akan mengalami hal yang sama dengan ayahnya. "Huh!" Pria itu mendesah. Mengingat bahwa ia pernah menjalin hubungan baik dengan Bambang Sutejo, ia tidak bisa mengabaikan hal ini."Saya telah menyiapkan kamar asrama yang strategis untuk Anda. Beristirahatlah dengan tenang! Saya akan menjamin keamanan kalian berdua. Anda bisa menghubungi saya, jika ada keperluan," kata Tukijo. "Terima kasih, Pak! Tapi, saya rasa, tidakkah ini terlalu berlebihan, sampai Anda sendiri yang turun tangan hingga menjamin keamanan kami? Ah, maaf, bukanya saya menolak, tapi, perlakuan Anda terhadap saya, akan menimbulkan kesalahpahaman terhadap peserta lain," balas Junaedi."In

DMCA.com Protection Status