Share

Salah Paham

Penulis: FitriElmu
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-04 21:31:36
Jernihnya air kolam renang memantulkan langit yang mulai senja. Angin yang semula menyegarkan kini berubah terasa dingin.

Sudah satu setengah jam Kiara melamun di pinggir kolam. Dulu dia sering menghabiskan waktu disini bersama Devan. Tapi kini, jangankan menghabiskan waktu berdua, bertemu saja rasanya canggung.

Jangan dikata dia tidak rindu, dia sangat merindukan momen-momen kebersamaannya dengan Devan. Pria yang menaklukannya dengan cara yang aneh, membuatnya jatuh cinta dengan caranya yang berbeda.

Bibirnya mengulum senyum saat teringat saat pertama kali bertemu Devan. Dirinya yang sering terlambat. Sering mendapat omelan dari Devan yang super dingin yang pada akhirnya gantian dia yang mengomel di belakang pria itu.

Pernikahan awal mereka yang sebatas kontrak, namun berakhir dengan saling jatuh cinta.

Ah, jalan cinta memang tak dapat di duga. Dan ternyata tali penghubung itu adalah Rara, yang dia pikir putri Devan dengan istrinya terdahulu, ternyata putrinya sendiri. Jadi, sebenarny
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Hotniida Sibarani
ceritanya tanggung tak ada kesimpulannya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Petaka Satu Malam   Sakit

    Devan menggotong Nina. Meletakkannya di lantai dengan hati-hati. Wajahnya terlihat sangat khawatir. Dia menekan perut Nina berkali-kali, mencoba mengeluarkan air yang sempat terminum. Entah beneran atau pura-pura, yang jelas saat ini Nina tergeletak pingsan.Devan membungkuk, memberinya napas buatan. Lalu menekan perut Nina lagi. Sampai beberapa kali, barulah Nina terbatuk-batuk. Dia akhirnya sadar."De-Devan ...." ucapnya lirih. Devan menghela napas lega. Dia terduduk di samping Nina. Menatap kecewa pada Kiara yang tetap mematung di posisinya. Meski dia tahu, Kiara benci Nina, tapi tidak seharusnya dengan bermain nyawa. Itu keterlaluan."Apa kau berniat membunuhnya?" ucapnya dingin namun tajam."Bu-bukan aku, Van. Aku gak tahu, dia jatuh sendiri," elak Kiara"Jatuh sendiri? Lalu yang aku lihat tadi apa? Aku melihatnya, Ra. Please, tolong ... Berfikirlah tenang. Jangan gegabah."Kiara menunduk, menahan tangisnya. Sungguh, meski Devan tidak membentaknya, tapi dari nada bicara dan auran

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-07
  • Petaka Satu Malam   Pergi

    Mata Kiara membengkak. Dia sedari tadi tak henti menangis. Sakit hatinya mendengar bentakan Devan, lebih sakit dari perkataan kasar Nina kepadanya selama ini. Ditambah kondisinya yang sedang berbadan dua membuat moodnya semakin mudah jatuh."Percuma aku mempertahankanmu kalau kamu lebih memilih dia. Aku tak tahan lagi. Terserah. Aku tidak akan peduli denganmu lagi," ucapnya di sela isak tangisnya. Hatinya terlanjur sakit dan kecewa. Padahal saat ini dia sedang hamil juga. Tapi bisa-bisanya Devan membandingkan dirinya dengan wanita munafik itu.Kiara memasukkan baju-baju pentingnya di koper. Juga potonya pernikahannya. Memejamkan mata tak berani memandangnya. Dia sudah memutuskan akan pergi dari rumah ini. Untuk apa bertahan saat orang yang diandalkan saja sudah tak percaya padanya.Dengan gerakan pelan, dia mengambil kado yang dulunya akan dia berikan pada Devan. Air matanya kembali menderas. Memeluk erat benda tersebut."Sia sia. Aku kira kebahagiaan akan mengalir setelah aku mengaba

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-07
  • Petaka Satu Malam   Baru Terasa

    Satrio mengambilkan handuk kering untuk Kiara."Gantilah dulu bajumu. Nanti sakit," ucap Satrio. Kiara menerimanya dengan lemah. Membuka kopernya dan mengambil pakaiannya lalu beranjak ke kamar mandi.Tidak sampai sepuluh menit, Kiara keluar lagi. Menyerahkan handuk itu pada Satrio."Sudah. Pakai saja," ucapnya. Wanita itu mengangguk. Menundukkan kepala."Istirahatlah dulu. Besok baru katakan, apa yang terjadi."Wanita itu mengangguk lagi. Satrio tersenyum, dia lalu beranjak hendak keluar."Sat," panggilnya lirih.Satrio menghentikan langkahnya. Menoleh."Ada apa?""Bolehkah sementara aku tinggal disini?"Satrio terdiam. Dia bimbang."Devan?"Kiara menggeleng lemah."Jangan pikirkan dia. Dia tidak akan peduli. Dia tidak akan mencariku lagi," ucapnya getir.Satrio menghela napas. Benar dugaannya. Ini pasti kelakuan Nina. Sungguh keparat wanita itu. Satrio menatap tak tega pada Kiara. Perasaannya berubah menjadi rasa sayang yang layak."Aa... ka-kalau tak boleh juga gak papa. Biar besok

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-07
  • Petaka Satu Malam   Pencarian Devan

    "Kamu gak ke kantor, Van?"Devan menoleh malas. Dia sebenarnya tahu siapa yang bertanya. Hanya reflektifitasnya saja membuat lehernya bergerak tipis. Pria itu menggeleng pelan."Kenapa?""Gak papa."Indira manggut-manggut. Dia memang bangun kesiangan tadi. Dan saat dia bangun, rumah sudah sepi. Devan beranjak."Mau kemana?""Ke atas."Dan setelah itu Devan menaiki tangga, lesu. Indira mengernyitkan dahi. Aneh sekali tingkah Devan pagi ini. Tak biasanya dia selemas ini.  Seakan tak bertenaga.Dia mengangkat bahunya. Bergegas ke dapur. Perutnya keroncongan sejak tadi. Tapi alangkah terkejutnya saat mendapati tak ada makanan di meja. Dapur pun masih sama seperti kemarin."Ck. Kemana dia, tumben sekali gak masak. Apa jangan-jangan Devan bete karena gak dimasakin wanita sialan itu? Cih! Dasar pemalas," decaknya.Dia membuka kulkas, hanya ada telur. "Ya ampun. Bahkan isi kulka saja kos

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-08
  • Petaka Satu Malam   Dilema Rasa

    Di rumah Satrio, Kiara sedang memijit lengan papa Satrio. Bercerita apa saja pada pria renta tersebut. Dia merasa senang, karena mendapat teman mengobrol, artinya dia tidak akan mati karena bosan.Papa Satrio terlihat bahagia. Dari sorot matanya dia menatap Kiara dengan perasaan senang, tapi juga sedih. Dia mendengar semua rencana buruk Satrio dan Nina saat itu. Dia khawatir keberadaan wanita ini di rumahnya sebab paksaan Satrio. Tapi saat melihat senyum ceria Kiara, papa Satrio merasa lega.Beliau tentu saja mengenal Kiara. Meski Satrio sering menutupi hubungannya dengan wanita ini dulu, tapi papanya pernah melihat foto Kiara. Dan kini dia melihanya di depan mata. Tak ada yang berubah dari beberapa tahun yang lalu. Tetap cantik."Aish! Bagaimana sih Satrio. Sudah tahu papanya sakit bukannya menyewa suster kek, buat jagain papanya, malah dibiarin sendirian di rumah," omelnya.Pak Andra menggeleng samar."Aah, tapi gak papa. Sekarang kan ada Ki

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-08
  • Petaka Satu Malam   Perasaan Terpendam

    Pagi ini Satrio izin untuk tidak masuk. Dan beruntung, meski Devan dalam mood yang buruk tapi dia memberi izin juga.Dan sudah setengah jam lebih Satrio menunggui Kiara yang sedang berdandan di atas. Sembari menunggu dia rebahan di sofa ruang tengah dengan memainkan game di ponselnya. Padahal niatnya siap-siap dari pagi supaya tidak terlalu antri di rumah sakit sana. Juga, biar lebih cepat di urusnya. Tapi ternyata espektasi tak sesuai dengan realiti. Sampai capek dia main game tetap saja Kiara belum selesai. Sampai akhirnya lama-lama dia tertidur.Memang itulah bedanya pria dan wanita ketika bersiap-siap. Pria cenderung simpel dan apa adanya. Sedangkan wanita, dia akan lebih teliti pada penampilannya. Bahkan hal-hal kecil dan cenderung sepele pun tak luput dari perhatiannya.Setelah melewati setengah jam pertama, sekitar lima belas menitan lebih kemudian akhirnya Kiara selesai juga. Dia keluar dari kamarnya dan menuruni tangga.Netranya menangkap Satr

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-08
  • Petaka Satu Malam   Dokter Sarah

    Kiara mengangguk. Di depannya seorang dokter yang sepertinya sebaya dengan dirinya menyambut ramah. Namun ada yang mengusiknya. Otak kecilnya megatakan sosok dokter ini gak asing. Dia seperti pernah melihatnya tapi entah kapan."Emm, baru pertama kali cek ya, Mom?""Iya dok. Dulu ngecek sendiri pakai testpack," jelas Kiaraa sembari tetap memandangi wajah dokter tersebut. Sumpahlah, dia sungguh merasa pernah melihat wajah dokter ini. Dokter itu manggut-manggut."Seharusnya meski sudah cek pakai testpack, tetap harus periksa ke dokter bu. Supaya lebih jelas. Lain kali begitu ya, Mom?"Kiara mengangguk tersenyum. "Maaf pak. Diantar istrinya ke sana," tunjuk dokter itu ke sebuah ranjang.Satrio mengangguk kikuk. Apalagi Kiara. Jadi dokter itu menganggap Satrio itu suaminya."Ini kehamilan yang keberapa, mom?""Sudah ke dua dokter.""Wah. Sudah pengalaman kalau begitu ya. Hehe," tukas Dokter itu sembari memeriksa Kiara. Kiara terse

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-09
  • Petaka Satu Malam   Sakit Aneh Devan

    "Hoek! Hoek!"Devan menutupi mulutnya. Padahal dia sedang rapat dengan para petinggi pegawainya."Kalian apa gak mandi atau gimana sih!" ujarnya kesal. Sedari tadi dia mual-mual. Rasanya aroma ruangan ini membuat isi perutnya seperti di aduk.Para karyawan diam, saling pandang, menggendikkan bahu. Perasaan baunya baik-baik saja. Wangi malah. Tapi bisa-bisanya Devan menuduh mereka belum mandi. Devan menyandarkan tubuhnya di kursinya. Memijit pelipisnya. Hari ini tak terhitung dia mual-mual. Dan penyebabnya sama. Aroma di rumah dan di kantor sama saja. Membuatnya mual. Apa semua orang tidak mandi hari ini? Kenapa bau sekali."Sudah, lanjutkan," ucapnya kesal, tapi juga lemas.Kepala bagian eksekutif yang sedang presentasi tapi di hentikan tadi  melanjutkan penjelasannya.Namun baru juga beberapa patah kata, Devan kembali mual-mual. Persis seperti ibu-ibu hamil. Atau jangan-jangan Presdir mereka sedang hamil? Eh. Alhasil dia me

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-09

Bab terbaru

  • Petaka Satu Malam   Ending Scene

    Delapan bulan berlalu. Setelah kejadian tersebut, keluarga kecil Devan kembali seperti semula. Ditambah satu anggota keluarga, bayi laki-laki yang tampan dan menggemaskan. Reyvaldo Erlangga, namanya.Tingkah menggemaskan bocah tersebut membuat suasana rumah semakin berwarna. Rara apalagi, dia bahkan selalu bersemangat untuk bermain-main dengan adiknya. Sepulang sekolah, dia langsung mencari adiknya,mencium gemas pipi Er yang sama-sama gembul seperti dirinya.Tak ada lagi pengganggu bernama Indira. Dia telah lama pergi akibat dari kelakuannya sendiri. Dendamnya berakhir menjadi bumerang untuk dirinya. Bayi Indira sendiri kini di rawat oleh Tasya yang memang menginginkan seorang adik untuk Dino. Siapa tahu bisa menjadi pancingan pada Yudi.Untung saja, bayi Indira yang dinamakan Keyra Vanesha normal, meskipun dimasa kehamilan dirinya ibunya tak pernah merawat dirinya. Organ tubuhya lengkap dan sehat. Usia Keyra dan Erlangga sama, hanya berjarak satu hari saj

  • Petaka Satu Malam   Kesabaran Satrio

    Berhubung usia kandungan Kiara masih tujuh bulan, maka bayinya mengalami lahir prematur  dan harus di rawat dalam ruang khusus, bersama dengan bayi Indira yang juga mengalami hal yang sama. Untung saja ada Sarah, dokter yang mereka kenal dan bisa di percayai merawatnya.Kiara masih lemas. Luka di kepalanya masih terasa nyeri, begitu pula dengan di perutnya, karena terpaksa harus melakukan operasi cesar. "Kemana Dodi?" tanyanya lemas. "Dia di ruang sebelah sayang," jawab Devan. Dia bahagia karena akhirnya istrinya melewati masa kritisnya meski wajahnya masih sangat pucat dan lemas."Bawa aku kesana, Van. Aku ingin melihatnya," ujarnya."Tidak. Jangan sekarang. Kamu masih lemah sayang. Nanti saja ya, kalau sudah mendingan.""Tapi aku ...""Stt...""Tak ada tapi-tapian. Ya, istirahat dulu. Nanti kalau sudah mendingan, aku anterin ke ruangan Dodi ya?"Kiara akhirnya mengangguk, tersenyum lemah."Tapi kamu sudah memaafkannya kan?"

  • Petaka Satu Malam   Tentang Dodi

    Wajah itu, wajah yang sempat dia cintai. Si pemilik hati nya yang sempat membuatnya berbunga-bunga. Sungguh, tubuhnya lemas. Dalam hati terdalamnya, jujur, Nadia masih ada rasa pada Dodi. Dan melihatnya kini berbaring lemah di hadapannya, membuatnya sakit.Taki belum menyadari perubahan wajah Nadia. Setelah Dodi di bawa ke rungan yang berbeda dengan Kiara, dia yang menjagai sahabat eratnya tersebut dengan di temani Nadia."Huft, baru saja lo sembuh Di ... baru saja lo bilang bakal membuka lembaran baru, dan ternyata ada kejadian ini," desah Taki."Tapi gue bangga sama lo, meski kesal juga sama lo. Lo lebih mentingin nyawa istri sahabat lo sendiri di bandingkan dengan nyawa lo sendiri. Semoga setelah ini, perasaan bersalah lo sama Devan bisa berkurang," tambahnya lagi.Taki tersenyum kecut. Setelah mendengar kabar mengenai kekisruhan yang di sebabkan oleh Indira, diam-diam Dodi selalu mengawasi Kiara. Demi menebus kesalahannya pada Devan beberapa tahun silam

  • Petaka Satu Malam   Rencana Nina

    Untuk ke dua kalinya, berita buruk. "Ya ampun nak. Apalagi yang terjadi?" paniknya.Dia berdiri di pinggir jalan, tak lama, dia menyeberang tergesa. Namun sebuah mobil melaju kencang ke arahnya. Cepat dan tanpa sempat dia sadari.Kakinya seakan menancap di tanah tak bisa dia gerakkan sama sekali."Awas!" pekik seseorang dan mendorong Kiara ke pinggir jalan, membuat mereka jatuh terjerembab. Rupanya mobil tadi sengaja menabrak Kiara, melihat rencananya gagal, dia berbalik tanpa sempat mereka sadari."Kamu, tak apa kan?" ucap seseorang itu. Kiara meringis, perutnya sakit, pinggangnya juga. Rasa nyeri yang menjalar."Awass!" pekik orang itu begitu melihat mobil itu sudah dekat dengan mereka.Dan brak!Rasanya sakit, gelap ... gelap ... dan gelap..Rumah sakit lagi-lagi menjadi tempat kunjungan mereka. Dalam situasi yang lebih menegangkan dari yang pertama. Usai kejadian tersebut, Kiara dan seseorang itu di lar

  • Petaka Satu Malam   Kabar

    "Ma, Rara berangkat dulu," pamit Rara.Devamn juga mendekat dan mencium keningnya. Tak lupa berpamitan dengan baby di perut sang istri."Papa berangkat sayang. Jangan nakalin mama yah," ucapnya. Kiara tersenyum. Melambaikan tangannya, dan memandang mereka hingga menghilang dari pandangan.Setelah itu dia masuk ke dalam. Masih ada waktu beberapa jam sampai menunggu waktu istirahat mereka. Ya, mereka tak bisa izin begitu saja. Jadi harus memanfaatkan waktu yang sedikit itu. Kalau malam hari, pastilah Devan tidak mengizinkannya. Karena itulah mereka pilih siang saja. Meski sebenarnya waktu sempit itu mana cukup untuk obat kangen, tapi tak apalah. Daripada tidak sama sekali.Tapi dia tadi meminta kelonggaran pada suaminya untuk memberi jam tambahan istirahat pada kedua sahabatnya tersebut.Sekarang dia beres-beres rumah dulu.-------Alarm berbunyi mengganggu indera pendengaran. Membangunkan Kiara dari tidur sejenaknya. Dia bergegas beranj

  • Petaka Satu Malam   Dendam Nina

    Riris hanya menjagai mereka sampai Devan pulang. Devan juga sekarang pulangnya lebih awal. Kerinduan akan istri dan putri serta calon anaknya lah yang membuatnya selalu kangen rumah.Seperti biasa, setelah Devan datang, Riris langsung berpamitan pulang. Dia wanita yang tangguh. Meski begitu, Devan tak bisa membiarkannya pulang sendiri. Jadi dia menyuruh Satrio untuk mampir menjemput Riris."Gagal," ujar Devan pada Kiara."Maksudnya?" tanya Kiara. Dia menyantolkan jas suaminya ke hanger, lalu duduk di samping Devan dengan mengelus perut buncitnya. Kebiasaan yang akhir-akhir ini kerap tanpa dia sadari. Kebiasaan ibu hamil tua."Iya. Satrio ternyata sudah menyukai wanita lain," tukasnya."Oh, begiut. Ya gimana. Mungkin belum jodohnya kali.""Iya juga sih. Tapi takutnya dokter Sarah sudah terlanjur berharap bagaimana?"Kiara tersenyum. Memijit bahu Devan."Dia akan baik-baik saja. Aku kenal Sarah dengan baik," ujarnya."Semoga saja

  • Petaka Satu Malam   Kehidupan Setelahnya

    Sepeninggal Nina, kehidupan rumah tangga Devan dan Kiara kembali harmonis. Apalagi Rara juga kini sudah sembuh dan kembali bersekolah seperti biasa. Ada Riris yang selalu mengawasi mereka. Dan selama ini Nina tak pernah menampakkan dirinya. Entah masih hidup atau sudah mati wanita itu. Tak ada yang peduli, dan tak ada yang berniat untuk mencari. Yang penting mereka berjaga-jaga saja dari segala kemungkinan, dengan cara mengawasi sekitar. Takutnya tiba-tiba wanita itu muncul untuk membalas dendam.Kandungan Kiara juga sudah semakin besar. Sekarang menginjak usia tujuh bulan. Saat-saat paling riskan, karena banyak juga ibu hamil yang melahirkan di usia segitu.Kehidupan normal berjalan lancar. Senyum Kiara kini tak henti terukir setiap waktu. Impiannya untuk menjalani kehidupan wanita hamil pada umumnya, kini dia rasakan. Limpahan kasih sayang dari suaminya, anaknya, sahabatnya, dan pokoknya kini semua terasa membahagiakan.Devan pun kini lebih sering berjal

  • Petaka Satu Malam   Penjagaan

    Keesokan harinya, benar yang dikatakan Satrio. Dia mengantar seorang wanita muda yang kira-kira berusia dua puluh delapan tahunan."Namanya Riris. Meski perawakannya kecil, jangan salah. Dia ini jago taekwondo loh," ujar Satrio. Riris menundukkan kepala, tersenyum menyapa pada tuan rumah."Justru, kecil-kecil cabe rawit. Hehe," ujar Devan. Kiara langsung menyenggolnya."Hehe.. iya sayang. Kan cuma bercanda. Sayangku, cintaku tetep kamu kok," ucapnya mengedipkan sebelah matanya. Satrio merotasikan bola matanya malas."Jangan heran ya Ris. Jangan mual juga. Mereka emang kadang bucinnya kelewatan," tukas Satrio."Gak papa. Itu kan memang wajar bagi pasangan suami istri.""Nah loh. Makanya jangan jomblo mulu. Sana, nikah!""Kampret. Mentang-mentang ya. Kalau saja kemarin Kiara aku culik paling juga udah nangis-nangis," tutur Satrio."Heh! Cari mati?" desahnya kesal.Satrio malah tertawa."Sudah. Katanya mau cek up. Biar aku temani R

  • Petaka Satu Malam   Pengusiran

    Pantat Devan sangat sakit. Tentu saja. Dia menghantam lantai dengan keras. Meski begitu, marahnya mengalahkan segalanya. Dia menatap tajam Indira yang gemetar ketakutan."Siapa yang menumpahkan minyak disini?" tatapnya tajam. Rahang Devan sampai mengeras saking emosinya dia.Indira menunduk. Takut."Jawab! Siapa!" bentaknya. Kalau tidak ingat wanita ini sedang hamil, ingin rasanya dia menghajar wanita iblis ini."De-Devan ... aku tidak bermaksud ....""Oo... jadi kamu. Apa maksudmu? Kau ingin mencelakai Kiara, hah!""Bu-bukan begitu. Aku hanya ....""Lalu ini apa? Kau berniat bukan? Untung saja aku yang terkena. Kalau Kiara ... ah, sungguh aku tidak bisa membayangkan. Kamu keterlaluan ya Ra. Apa sih yang membuat kamu setega ini melakukannya pada Kiara? Aku tak habis pikir dengan jalan pikirmu?" Indira mengangkat wajahnya. Balik menatap tajam Devan."Kau pikir kenapa? Itu karena aku benci wanita itu! Dia yang merebut kamu

DMCA.com Protection Status