Share

Bab 3

Author: Fraurora
last update Last Updated: 2024-12-06 10:24:37
Aku ingin menolak. Namun, ketika kata-kata sudah sampai di ujung lidah, aku menyerah dan kembali melemaskan tubuhku, membiarkan dia melakukan apa pun pada tubuhku.

Dia seakan berbicara kepada pinggulku, "Tenang saja, Bu. Ini murni obat herbal tradisional. Nggak hanya meningkatkan gairah, tapi juga baik untuk tubuh, membantu detoksifikasi, dan mempercantik kulit."

Aku hanya menanggapi dengan singkat, lalu sedikit mengangkat pinggulku sesuai instruksinya. Rasanya agak hangat di belakang dan ada sensasi benda asing yang cukup kuat. Sensasi itu begitu aneh sehingga aku tidak bisa menahan diri untuk mengerang pelan.

Setelah itu, dia mulai memijat lagi sambil memuji setiap bagian tubuhku. Dada yang penuh, pinggang yang ramping, kaki yang panjang, hingga pinggul yang menonjol. Aku tidak menanggapinya, hanya menutup mata dan menikmati pelayanannya. Perasaan jengkel dalam hatiku perlahan menghilang tanpa kusadari.

Saat itu, sensasi dari supositoria mulai terasa semakin jelas. Awalnya, benda asing itu terasa menghilang, digantikan oleh sensasi hangat yang semakin dalam. Bahkan rasanya benda itu sedikit membesar di dalamku.

Perlahan, kehangatan itu menyebar bukan hanya di belakang, tetapi juga ke bagian depan. Sensasi itu menjalar hingga seluruh perut bagian bawahku terasa panas seperti terbakar. Tubuhku mulai berkeringat deras.

Efek dari supositoria yang luar biasa, ditambah dengan pijatan yang membuat rileks, menimbulkan rasa gatal yang sulit diabaikan di dalam diriku.

Tanpa memedulikan rasa malu lagi, aku pun sedikit memiringkan tubuhku dan menyilangkan kedua kakiku dengan lembut sambil memberikan tekanan ringan. Pinggulku seakan memiliki kesadaran, sehingga bergerak pelan dengan sendirinya.

Aku mencoba menggunakan cara lama untuk sedikit mengurangi rasa itu dan berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Namun, jelas upayaku itu gagal total.

Aku baru saja menjepit sedikit, tiba-tiba pria itu langsung memegang pinggangku dengan kedua tangan. Dia mengangkatku dan menghentikan gerakannya, sehingga membuat seluruh tubuhku terasa seperti tercerai berai.

Aku tak bisa lagi berpura-pura tenang. Aku mengeluarkan suara desahan panjang dan mencoba menyampaikan rasa ketidakpuasanku.

Hembusan napas pria itu tiba-tiba terasa di bawah punggungku, dia menggigit ringan sambil berkata pelan, "Jangan terburu-buru, Bu."

Gigitan itu membuat pikiranku kacau. Tangan dan kakiku terasa lemas, tulang ekor dan tulang belakangku terasa sangat pegal hingga hampir tidak bisa menopang tubuhku di atas ranjang.

Aku memutuskan untuk tidak memikirkannya lebih jauh. Tubuhku yang lemas hanya bisa terkulai, dengan kepala tertunduk di antara lenganku.

Saat itu, efek anggur yang diminum tadi sore sepertinya mulai terasa. Berbaring di ranjang membuatku merasa seperti terombang-ambing di atas kapal. Seiring dengan akumulasi sensasi aneh yang terus bertambah di belakangku, tubuhku menjadi semakin sensitif dan hasrat itu semakin memuncak tanpa kendali.

Namun, di tengah rasa tertekan dan gelisah, aku merasakan sesuatu di dalam perut bagian bawahku yang semakin hangat dan penuh. Tanpa sadar, aku menegakkan leherku, lalu memohon dengan kaki yang gemetaran, "Jangan permainkan aku lagi, lakukanlah."

Namun, dia tidak melakukannya, melainkan tetap menggoda dengan perlahan, "Bu, bagaimana kalau kita bertaruh?"

"Bertaruh apa?" tanyaku dengan napas tersengal-sengal.

Pria itu menggigit telingaku dengan lembut, "Kalau aku berhasil membuatmu merasa nyaman, tubuhmu ini, hari ini, akan sepenuhnya menjadi milikku ...."

Tanpa kusadari, seluruh ruangan menjadi hening. Yang terdengar hanya napasku sendiri dan detak jantungku yang berdebar-debar.

Aku ingin menolak, tetapi api di perut bagian bawahku semakin berkobar. Sensasi terbakar itu menjalar hingga ke kepalaku dan merampas kemampuanku untuk berpikir.

Panas itu membakar hingga kulit kepalaku terasa meremang, membuat semua kata penolakan yang hendak keluar berubah menjadi suara yang gemetaran. Aku berkata, "Semua terserah kamu, cepatlah, kumohon ...."
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Ibue Devan
ga bisa buka kunci
goodnovel comment avatar
Menil Aja
GK bisa di
goodnovel comment avatar
Da Aida
kenapa tdk bisa membuka bab 4 padahal SDH beli koin
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Petaka Di Balik Gairah   Bab 4

    Saat itu, suara dering ponselku tiba-tiba bergema keras. Mendengar nada dering itu, jantungku berdegup kencang. Itu adalah nada khusus yang kupasang untuk orang tuaku.Kenapa mereka menelepon di saat seperti ini? Apa ada sesuatu yang terjadi?Pembuluh darah di pelipisku berdenyut-denyut. Kutahan kegelisahanku sambil mendorong pria itu menjauh, lalu meraih ponselku dengan tangan gemetaran. Dengan segera, kutekan tombol jawab dan menempelkannya di telinga.Sebuah suara perempuan yang dingin terdengar di seberang. "Halo, apakah ini Bu Amy? Orang tua Anda mengalami kecelakaan lalu lintas. Segera datang ke Rumah Sakit Rakyat."Kata-kata itu menghantamku bagaikan petir. Ponselku terjatuh dari tangan yang mendadak kehilangan tenaga. Pikiranku pun menjadi kosong seketika. Rasa panik dan takut yang tak berujung melanda. Segala keinginan sebelumnya lenyap seketika. Aku segera bangkit dan mengenakan pakaian dengan tergesa-gesa."Bu, kamu mau ke mana?" ucap pria itu sembari memegang lenganku.Aku

    Last Updated : 2024-12-06
  • Petaka Di Balik Gairah   Bab 5

    Saat tersadar kembali, aku mendapati diriku sudah berbaring di ranjang rumah sakit. Aroma tajam disinfektan menguar di udara hingga menyengat hidungku. Di samping tempat tidur, Ibu duduk sambil mengupas apel dengan hati-hati. Ayah tampak duduk di sofa di sisi lain ruangan, wajahnya dipenuhi kekhawatiran yang sulit disembunyikan.Aku mencoba menggerakkan bibir untuk berbicara. Namun, mulutku terasa kering seperti terbakar dan tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Saat itu, seorang pria berseragam polisi muncul di pintu dan mengetuknya pelan sebelum melangkah masuk.Aku memperhatikannya berjalan mendekat. Tatapannya tajam seperti sedang menilai sesuatu. "Halo, apakah Anda Bu Risa?"Ayah berdiri dan menoleh ke arahku yang sudah membuka mata tanpa sadar. Dia mengangguk dengan sedikit ragu.Polisi itu mengangguk kecil. "Saya hanya ingin bertanya dua hal. Jangan terlalu tegang."Ibu yang menyadari aku sudah sadar, segera membantu menopang tubuhku agar duduk dengan menyelipkan bantal di pu

    Last Updated : 2024-12-06
  • Petaka Di Balik Gairah   Bab 6

    Kepalaku berdengung. Kepanikan menyelimuti hatiku. Dadaku terasa sesak. Aku tidak menyangka mereka mempunyai fotoku.Menurut apa yang dikatakannya, berarti mereka juga memiliki informasi pribadiku. Mereka tentu bisa mengawasiku. Sepertinya ini bukan waktu yang tepat untuk lapor polisi.Kini, aku hanya bisa terus maju sendiri. Paling-paling, aku menyelesaikan masalah ini dengan uang. Setelah itu, aku akan lapor polisi.Aku tiba setengah jam lebih awal dan menunggu di ruang privat yang ditentukan. Segera, pintu ruang privat dibuka dari luar.Begitu melihat orang itu, jantungku seolah-olah berhenti berdetak. Itu adalah terapis pria yang memijatku hari itu.Hanya saja, auranya terlihat jauh berbeda sekarang. Wajah yang sangat kusukai dulu menjadi ganas sekarang.Dia duduk di seberangku dengan tenang. Setelah mengamatiku, dia terlihat agak kaget. "Sepertinya kehidupanmu sangat baik belakangan ini."Aku mengepalkan tanganku sambil tersenyum tipis. "Berkat kamu, aku hampir dikirim ke pusat re

    Last Updated : 2024-12-06
  • Petaka Di Balik Gairah   Bab 7

    Aku berpikir dengan cepat, lalu berkata, "Jujur saja, aku nggak bisa kasih uang sebanyak itu untuk sekarang. Aku baru cerai. Uangku di tangan mantan suamiku."Begitu mendengarnya, pria itu murka. Dia memelototiku dan menegur, "Kamu sengaja, 'kan? Kalau nggak punya uang, ngapain basa-basi denganku?"Aku merentangkan kedua tanganku dan berujar, "Pokoknya aku nggak punya uang. Aku cuma punya nyawaku untuk sekarang."Usai berbicara, aku mengamati ekspresinya untuk mencari tahu batas kesabarannya. Pria itu sedang mengamatiku dengan tatapan suram.Setelah merenung sesaat, dia tersenyum mesum dan mendengus. "Sebenarnya masih ada cara lain. Kalau kamu setuju, aku kasih kamu videonya."Aku menelan ludahku dan merasa senang. Ternyata caraku berhasil?"Kamu bisa terima seks berkelompok?"Jantungku sontak berdetak kencang, tetapi ekspresiku tetap terlihat tenang. Setelah berpikir sesaat, aku berpura-pura memasang ekspresi penuh minat. "Boleh dicoba."Pria itu menunjukkan senyuman bangga. Matanya t

    Last Updated : 2024-12-06
  • Petaka Di Balik Gairah   Bab 8

    Aku merasa senang mendengarnya. Ketika aku hendak pergi ke kamar mandi untuk mengulur waktu, tiba-tiba pria yang satu lagi meraih pergelangan tanganku dan menghalangiku. "Nggak seru kalau mandi sendiri. Kita mandi bareng saja."Pria bertubuh pendek itu terkekeh-kekeh genit padaku sambil menyentuh pinggangku dengan nakal. Ketika merasakan sentuhan itu, hatiku langsung menolak dan meronta-ronta. Namun, aku tidak bisa menunjukkan keenggananku sedikitpun.Dengan mata berbinar-binar, aku melirik pria paruh baya yang sebelumnya dan bertanya, "Gimana kalau kita berdua saja?"Ketiga pria itu pun bertatapan. Suasana seketika menjadi canggung.Saat ini, tiba-tiba ada yang menekan bel. Terapis pria itu menuju ke pintu dan mengintip lewat lubang intip."Siapa?""Permisi, Pak. Aku datang untung mengantar anggur. Hari ini ada kegiatan spesial di hotel kami." Terdengar suara seorang pria dari luar. Beberapa orang di dalam ruangan sontak merasa gugup.Terapis pria itu segera mengusir dengan tidak saba

    Last Updated : 2024-12-06
  • Petaka Di Balik Gairah   Bab 1

    Kamar redup itu membuat suasana semakin mencekam. Aku terbaring di atas ranjang pijat, tubuhku lemas dan tak berdaya. Tubuhku yang tanpa sehelai benang pun terasa sepenuhnya dalam kendali terapis pria yang berotot di sampingku.Dia membungkuk dan mendekatkan bibirnya ke telingaku, lalu berbisik dengan suara rendah yang membuatku bergetar, "Bu, mau cari teman untuk main bersama?"Rasa malu dan gelisah memenuhi diriku, tetapi bersamaan dengan itu muncul juga rasa antisipasi yang sulit dijelaskan. Tubuhku mulai gemetaran. Dengan suara yang hampir tidak terdengar, aku menjawab, "Kalau begitu ... ayo kita coba."Namaku adalah Risa, seorang wanita yang baru saja bercerai. Alasan perceraianku cukup unik. Aku memiliki kadar estrogen yang sangat tinggi sejak kecil, sehingga aku harus mengonsumsi pil KB untuk menekan gejalanya.Beberapa waktu lalu, ibu mertuaku mendesak kami untuk segera memiliki anak. Aku memutuskan untuk memeriksakan diri ke dokter. Hasilnya, aku disarankan berhenti mengonsums

    Last Updated : 2024-12-06
  • Petaka Di Balik Gairah   Bab 2

    Setelah memasuki toko itu, staf resepsionis membawaku ke sebuah ruangan. Dia memanggil 7 sampai 8 pria kekar yang hanya mengenakan celana pendek. Aku memilih salah satu dari mereka. Pria itu mengenakan celana dalam segitiga berwarna cokelat. Dia paling cocok dengan seleraku.Sebenarnya, aku merasa kewalahan menghadapi apa yang akan terjadi selanjutnya. Ini adalah pertama kalinya aku berhubungan dengan pria asing. Seolah-olah bisa menebak kegelisahanku, pria itu mulai mencari topik, "Bu, mau bagaimana Anda melakukannya?"Mendengar dia memanggilku "Bu", entah mengapa aku tiba-tiba teringat dengan postingan yang diunggah mantan suamiku. Aku menjawab dengan galak, "Terserah kamu saja!""Tenang saja, aku ini profesional. Dijamin Anda puas!" Dia berjalan ke belakangku, lalu melepaskan pakaiannya. "Bu, tubuhmu bagus sekali. Kulitmu juga putih ...."Kemudian, dia membuka pakaian dalamku dengan perlahan sambil berkata, "Bra ini ukurannya agak kecil, sampai bagian belakangnya berbekas. Bikin sed

    Last Updated : 2024-12-06

Latest chapter

  • Petaka Di Balik Gairah   Bab 8

    Aku merasa senang mendengarnya. Ketika aku hendak pergi ke kamar mandi untuk mengulur waktu, tiba-tiba pria yang satu lagi meraih pergelangan tanganku dan menghalangiku. "Nggak seru kalau mandi sendiri. Kita mandi bareng saja."Pria bertubuh pendek itu terkekeh-kekeh genit padaku sambil menyentuh pinggangku dengan nakal. Ketika merasakan sentuhan itu, hatiku langsung menolak dan meronta-ronta. Namun, aku tidak bisa menunjukkan keenggananku sedikitpun.Dengan mata berbinar-binar, aku melirik pria paruh baya yang sebelumnya dan bertanya, "Gimana kalau kita berdua saja?"Ketiga pria itu pun bertatapan. Suasana seketika menjadi canggung.Saat ini, tiba-tiba ada yang menekan bel. Terapis pria itu menuju ke pintu dan mengintip lewat lubang intip."Siapa?""Permisi, Pak. Aku datang untung mengantar anggur. Hari ini ada kegiatan spesial di hotel kami." Terdengar suara seorang pria dari luar. Beberapa orang di dalam ruangan sontak merasa gugup.Terapis pria itu segera mengusir dengan tidak saba

  • Petaka Di Balik Gairah   Bab 7

    Aku berpikir dengan cepat, lalu berkata, "Jujur saja, aku nggak bisa kasih uang sebanyak itu untuk sekarang. Aku baru cerai. Uangku di tangan mantan suamiku."Begitu mendengarnya, pria itu murka. Dia memelototiku dan menegur, "Kamu sengaja, 'kan? Kalau nggak punya uang, ngapain basa-basi denganku?"Aku merentangkan kedua tanganku dan berujar, "Pokoknya aku nggak punya uang. Aku cuma punya nyawaku untuk sekarang."Usai berbicara, aku mengamati ekspresinya untuk mencari tahu batas kesabarannya. Pria itu sedang mengamatiku dengan tatapan suram.Setelah merenung sesaat, dia tersenyum mesum dan mendengus. "Sebenarnya masih ada cara lain. Kalau kamu setuju, aku kasih kamu videonya."Aku menelan ludahku dan merasa senang. Ternyata caraku berhasil?"Kamu bisa terima seks berkelompok?"Jantungku sontak berdetak kencang, tetapi ekspresiku tetap terlihat tenang. Setelah berpikir sesaat, aku berpura-pura memasang ekspresi penuh minat. "Boleh dicoba."Pria itu menunjukkan senyuman bangga. Matanya t

  • Petaka Di Balik Gairah   Bab 6

    Kepalaku berdengung. Kepanikan menyelimuti hatiku. Dadaku terasa sesak. Aku tidak menyangka mereka mempunyai fotoku.Menurut apa yang dikatakannya, berarti mereka juga memiliki informasi pribadiku. Mereka tentu bisa mengawasiku. Sepertinya ini bukan waktu yang tepat untuk lapor polisi.Kini, aku hanya bisa terus maju sendiri. Paling-paling, aku menyelesaikan masalah ini dengan uang. Setelah itu, aku akan lapor polisi.Aku tiba setengah jam lebih awal dan menunggu di ruang privat yang ditentukan. Segera, pintu ruang privat dibuka dari luar.Begitu melihat orang itu, jantungku seolah-olah berhenti berdetak. Itu adalah terapis pria yang memijatku hari itu.Hanya saja, auranya terlihat jauh berbeda sekarang. Wajah yang sangat kusukai dulu menjadi ganas sekarang.Dia duduk di seberangku dengan tenang. Setelah mengamatiku, dia terlihat agak kaget. "Sepertinya kehidupanmu sangat baik belakangan ini."Aku mengepalkan tanganku sambil tersenyum tipis. "Berkat kamu, aku hampir dikirim ke pusat re

  • Petaka Di Balik Gairah   Bab 5

    Saat tersadar kembali, aku mendapati diriku sudah berbaring di ranjang rumah sakit. Aroma tajam disinfektan menguar di udara hingga menyengat hidungku. Di samping tempat tidur, Ibu duduk sambil mengupas apel dengan hati-hati. Ayah tampak duduk di sofa di sisi lain ruangan, wajahnya dipenuhi kekhawatiran yang sulit disembunyikan.Aku mencoba menggerakkan bibir untuk berbicara. Namun, mulutku terasa kering seperti terbakar dan tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Saat itu, seorang pria berseragam polisi muncul di pintu dan mengetuknya pelan sebelum melangkah masuk.Aku memperhatikannya berjalan mendekat. Tatapannya tajam seperti sedang menilai sesuatu. "Halo, apakah Anda Bu Risa?"Ayah berdiri dan menoleh ke arahku yang sudah membuka mata tanpa sadar. Dia mengangguk dengan sedikit ragu.Polisi itu mengangguk kecil. "Saya hanya ingin bertanya dua hal. Jangan terlalu tegang."Ibu yang menyadari aku sudah sadar, segera membantu menopang tubuhku agar duduk dengan menyelipkan bantal di pu

  • Petaka Di Balik Gairah   Bab 4

    Saat itu, suara dering ponselku tiba-tiba bergema keras. Mendengar nada dering itu, jantungku berdegup kencang. Itu adalah nada khusus yang kupasang untuk orang tuaku.Kenapa mereka menelepon di saat seperti ini? Apa ada sesuatu yang terjadi?Pembuluh darah di pelipisku berdenyut-denyut. Kutahan kegelisahanku sambil mendorong pria itu menjauh, lalu meraih ponselku dengan tangan gemetaran. Dengan segera, kutekan tombol jawab dan menempelkannya di telinga.Sebuah suara perempuan yang dingin terdengar di seberang. "Halo, apakah ini Bu Amy? Orang tua Anda mengalami kecelakaan lalu lintas. Segera datang ke Rumah Sakit Rakyat."Kata-kata itu menghantamku bagaikan petir. Ponselku terjatuh dari tangan yang mendadak kehilangan tenaga. Pikiranku pun menjadi kosong seketika. Rasa panik dan takut yang tak berujung melanda. Segala keinginan sebelumnya lenyap seketika. Aku segera bangkit dan mengenakan pakaian dengan tergesa-gesa."Bu, kamu mau ke mana?" ucap pria itu sembari memegang lenganku.Aku

  • Petaka Di Balik Gairah   Bab 3

    Aku ingin menolak. Namun, ketika kata-kata sudah sampai di ujung lidah, aku menyerah dan kembali melemaskan tubuhku, membiarkan dia melakukan apa pun pada tubuhku.Dia seakan berbicara kepada pinggulku, "Tenang saja, Bu. Ini murni obat herbal tradisional. Nggak hanya meningkatkan gairah, tapi juga baik untuk tubuh, membantu detoksifikasi, dan mempercantik kulit."Aku hanya menanggapi dengan singkat, lalu sedikit mengangkat pinggulku sesuai instruksinya. Rasanya agak hangat di belakang dan ada sensasi benda asing yang cukup kuat. Sensasi itu begitu aneh sehingga aku tidak bisa menahan diri untuk mengerang pelan.Setelah itu, dia mulai memijat lagi sambil memuji setiap bagian tubuhku. Dada yang penuh, pinggang yang ramping, kaki yang panjang, hingga pinggul yang menonjol. Aku tidak menanggapinya, hanya menutup mata dan menikmati pelayanannya. Perasaan jengkel dalam hatiku perlahan menghilang tanpa kusadari.Saat itu, sensasi dari supositoria mulai terasa semakin jelas. Awalnya, benda asi

  • Petaka Di Balik Gairah   Bab 2

    Setelah memasuki toko itu, staf resepsionis membawaku ke sebuah ruangan. Dia memanggil 7 sampai 8 pria kekar yang hanya mengenakan celana pendek. Aku memilih salah satu dari mereka. Pria itu mengenakan celana dalam segitiga berwarna cokelat. Dia paling cocok dengan seleraku.Sebenarnya, aku merasa kewalahan menghadapi apa yang akan terjadi selanjutnya. Ini adalah pertama kalinya aku berhubungan dengan pria asing. Seolah-olah bisa menebak kegelisahanku, pria itu mulai mencari topik, "Bu, mau bagaimana Anda melakukannya?"Mendengar dia memanggilku "Bu", entah mengapa aku tiba-tiba teringat dengan postingan yang diunggah mantan suamiku. Aku menjawab dengan galak, "Terserah kamu saja!""Tenang saja, aku ini profesional. Dijamin Anda puas!" Dia berjalan ke belakangku, lalu melepaskan pakaiannya. "Bu, tubuhmu bagus sekali. Kulitmu juga putih ...."Kemudian, dia membuka pakaian dalamku dengan perlahan sambil berkata, "Bra ini ukurannya agak kecil, sampai bagian belakangnya berbekas. Bikin sed

  • Petaka Di Balik Gairah   Bab 1

    Kamar redup itu membuat suasana semakin mencekam. Aku terbaring di atas ranjang pijat, tubuhku lemas dan tak berdaya. Tubuhku yang tanpa sehelai benang pun terasa sepenuhnya dalam kendali terapis pria yang berotot di sampingku.Dia membungkuk dan mendekatkan bibirnya ke telingaku, lalu berbisik dengan suara rendah yang membuatku bergetar, "Bu, mau cari teman untuk main bersama?"Rasa malu dan gelisah memenuhi diriku, tetapi bersamaan dengan itu muncul juga rasa antisipasi yang sulit dijelaskan. Tubuhku mulai gemetaran. Dengan suara yang hampir tidak terdengar, aku menjawab, "Kalau begitu ... ayo kita coba."Namaku adalah Risa, seorang wanita yang baru saja bercerai. Alasan perceraianku cukup unik. Aku memiliki kadar estrogen yang sangat tinggi sejak kecil, sehingga aku harus mengonsumsi pil KB untuk menekan gejalanya.Beberapa waktu lalu, ibu mertuaku mendesak kami untuk segera memiliki anak. Aku memutuskan untuk memeriksakan diri ke dokter. Hasilnya, aku disarankan berhenti mengonsums

DMCA.com Protection Status