Share

244. Sukma

Author: Wenchetri
last update Last Updated: 2025-03-17 22:58:03
"Astaghfirullah, Mbak Siti!"

Mata Ratih terbelalak melihat Siti terbujur kaku di lantai. Kulitnya gosong dan kering, matanya melotot ke atas seolah menyaksikan sesuatu yang mengerikan sebelum ajal menjemput.

"Mbak Siti, kenapa?" suara Ratih bergetar, dadanya sesak oleh ketakutan.

Dia berlutut di samping jasad Siti, tangannya gemetar saat mencoba meraba denyut nadinya. Tidak ada detak, tidak ada kehidupan. Siti telah tewas dengan cara yang mengenaskan.

Ratih menelan ludah, berusaha mengendalikan kepanikannya. "Kiai, bagaimana ini?" tanyanya dengan suara tercekat.

Kiai Ahmad memandang jasad Siti dengan dahi berkerut. "Kenapa bisa seperti ini?"

Ratih menghela napas berat. "Aku... aku meminta tolong padanya untuk menjaga Jagat dan Kala, Kiai," ucapnya, sedikit ragu.

Kiai Ahmad mundur selangkah. Wajahnya menegang, dia mulai menyadari sesuatu yang mengerikan. "Tapi, kamu kasih tahu, kan? Dia nggak boleh menatap Jagat dan Kala terlalu lama?"

Ratih terdiam sejenak, mencoba meng
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pesugihan Genderuwo   245. Pemakaman Siti

    "Wah, ini persis seperti kematian Bu Ajeng!" Bisik-bisik warga mulai terdengar, mereka saling berpandangan dengan wajah penuh kecemasan. Jasad Siti terbujur kaku dengan kondisi yang mengenaskan, sementara suaminya tersedu di depan tubuh tak bernyawa istrinya. "Maafkan saya, Pak..." ucap Ratih lirih. Suami Siti hanya menatapnya dengan mata sayu, penuh kesedihan dan kebingungan. Dia sendiri tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada istrinya. Kyai Ahmad maju ke tengah kerumunan, lalu mengarahkan warga untuk segera memandikan jenazah. "Semua perlengkapan sudah disiapkan?" "Sudah, Pak Kyai," jawab seorang lelaki paruh baya. Jasad Siti diangkat dengan hati-hati dan diletakkan di atas meja panjang. Para ibu-ibu mulai menyiram tubuhnya dengan air perlahan. Namun, saat air siraman pertama mengenai wajahnya, sesuatu yang tak terduga terjadi. Mata Siti terbuka lebar! Jeritan histeris langsung memenuhi ruangan. Beberapa orang berhamburan keluar, sementara yang lain hanya bisa berdiri ka

    Last Updated : 2025-03-18
  • Pesugihan Genderuwo   246. Korban selanjutnya

    "Jagat... Kala...."Ratih melihat kedua anaknya berjalan perlahan ke arah Hutan Terlarang—tempat yang seharusnya tak boleh dimasuki siapa pun. Panik, dia segera berlari mengejar mereka. Namun, semakin cepat dia berlari, semakin jauh jarak mereka."Jangan ke sana! Jangan!"Dia berteriak sekuat tenaga, tetapi kedua anaknya tidak menoleh. Seolah-olah mereka tidak mendengar suara ibunya sama sekali.Lalu, di dalam kegelapan hutan, sesosok makhluk besar bertanduk berdiri tegak di hadapan Jagat dan Kala. Makhluk itu berbicara kepada mereka dalam bahasa yang tak dimengerti Ratih. Suaranya bergemuruh seperti kilat yang menyambar."Jagat... Kala, jangan—"Ratih tersentak. Tatapan anak-anaknya kini berubah. Mata mereka bersinar merah menyala, seperti bara api yang menyala-nyala dalam kegelapan.Tiba-tiba saja, tubuh mereka melesat cepat—dalam sekejap, wajah mereka sudah tepat di depan wajah Ratih!Ratih gemetar. "Nak, kalian anakku! Mau seperti apa pun diri kalian... kalian tetap anakku!" ucapn

    Last Updated : 2025-03-19
  • Pesugihan Genderuwo   247. Teror di Desa Sumberarum

    "Bu, kenapa mereka takut?"Suara kecil itu membuat Ratih tersentak. Dia menoleh, melihat Jagat dan Kala duduk di ambang pintu, mata merah mereka berkilat dalam gelap."Kenapa mereka ketakutan, Bu?" ulang Jagat, kepalanya sedikit miring, seperti tidak mengerti.Ratih menggigit bibirnya. Tangannya mengepal di sisi tubuhnya, berusaha menahan gemetar yang perlahan merayapi dirinya.Mereka tidak tahu? Atau mereka hanya berpura-pura?Malam semakin larut. Di ujung desa, Pak Tarjo duduk di depan kandangnya, menggenggam obor yang menyala redup.Sejak kematian tragis istri Pakde Karto, warga Sumberarum mulai ketakutan. Kini, kejadian aneh terus berulang—ternak mati kehabisan darah, dan mayat ditemukan dengan luka mengerikan.Pak Tarjo menguap kecil, namun matanya tetap awas. Sudah tiga ekor kambingnya mati dalam dua malam terakhir.“Aku tidak akan membiarkan kejadian itu terulang lagi,” gumamnya, mempererat genggaman pada

    Last Updated : 2025-03-20
  • Pesugihan Genderuwo   248. Hutan Terlarang

    "Ibu... kita di sini!"Suara itu kembali terdengar, menggetarkan udara malam yang dingin. Ratih menoleh ke kanan dan kiri, matanya liar mencari sumber suara. Namun, yang dia temukan hanyalah pepohonan tinggi yang menjulang, menciptakan bayangan gelap yang bergerak seiring tiupan angin."Di sini, Bu... di sini!"Ratih menelan ludah. Suaranya semakin dekat, tapi bayangan kedua anaknya tak juga terlihat.Bagaimana mereka bisa keluar rumah?Jantungnya berdebar kencang. Rasa takut menyusup ke setiap sudut pikirannya."Jagat... Kala!" teriaknya, suaranya bergetar.Namun, hanya sunyi yang menjawabnya.Argh!Sebuah erangan tajam menggema di kegelapan.Ratih terperanjat, tangannya mencengkeram bajunya sendiri. Dia melangkah mundur, matanya liar mencari sumber suara.Tapi tidak ada siapa-siapa.Srek!Sesuatu bergerak di antara dedaunan kering. Ratih menahan napas. Dia tahu dia tidak sendirian di sini."Ibu... kami di sini!"Suara itu kembali terdengar, kali ini dari arah yang berbeda. Ratih mel

    Last Updated : 2025-03-21
  • Pesugihan Genderuwo   249. Cakaran Anaknya

    "Siapa yang telah terbunuh?"Jantung Ratih berdegup kencang. Keringat dingin mengalir di pelipisnya.Tidak... ini tidak mungkin terjadi lagi.Ratih menggigit bibir, mencoba menenangkan napasnya yang tersengal. Dadanya naik turun dengan cepat, pikirannya berkecamuk."Mayat siapa itu? Ke—kenapa...?"Tangannya mencengkeram gagang pintu dengan erat. Tubuhnya terasa kaku, namun ketakutan yang mencekam membuatnya tidak bisa berdiam diri.Dia harus melihatnya.Ratih melangkah maju, lalu berhenti. Ragu.Tangannya gemetar saat dia meraih sebilah pisau di atas meja. Genggamannya erat, seakan itu satu-satunya hal yang bisa melindunginya dari kengerian di balik pintu.Duka dan ketakutan menyelimuti hatinya.Lalu, dengan gerakan perlahan, dia mendorong pintu kamar itu.Kreek...Suara engsel berderit, membuka pemandangan yang membuat Ratih membeku.Darah.Darah ada di mana

    Last Updated : 2025-03-22
  • Pesugihan Genderuwo   250. Pendopo

    "Astagfirullah, Kiai!"Ratih mundur beberapa langkah, tubuhnya bergetar hebat.Darah.Darah mengalir di lantai kayu, merembes ke sela-sela papan yang mulai lapuk. Tubuh Kiai Ahmad terkulai di atas tikar dengan napas yang tersengal-sengal.Matanya setengah terbuka, tapi pandangannya kosong."Ya Allah, Kiai! Apa yang telah terjadi!" Seluruh tubuhnya dipenuhi luka. Sayatan panjang di dadanya menganga, dan bekas cakaran mencabik kulit di lengannya.Ada sesuatu yang telah menyerangnya.Ratih menutup mulutnya, rasa mual merayap di tenggorokannya.Ini ulah mereka.Jagat dan Kala."Na—Nak Ratih..."Suara Kiai Ahmad bergetar, nyaris tak terdengar.Ratih buru-buru berlutut di sampingnya, berusaha mencari cara untuk menghentikan pendarahan. Namun, darah terus mengalir, membasahi jubah putihnya."Kiai, bertahanlah!" Ratih menahan air matanya. "Saya akan minta bantuan!""A—anak ... anak mu! ha—harus segera—"Dengan tangan gemetar, Ratih berlari ke luar rumah."Tolong! Ada yang bisa membantu?!"Be

    Last Updated : 2025-03-23
  • Pesugihan Genderuwo   251. Cerita Bagas Kembali mencuat

    "Aku sudah bilang, suami Ratih itu bukan manusia biasa!""Benar! Aku juga pernah melihat sesuatu yang aneh di rumah mereka dulu.""Apa mungkin dia yang membunuh Feri?"Bisikan demi bisikan memenuhi udara malam yang dingin. Warga Desa Karangjati berkumpul di depan pendopo, membicarakan hal yang selama ini tak pernah mereka ungkapkan dengan lantang. Sosok Bagas, yang dulunya hanyalah seorang lelaki pendiam, kini kembali menjadi pusat ketakutan mereka."Genderuwo!" "Wah, itu makhluk terbesar yang pernah aku lihat di ladang Bagas!" Ratih berdiri tak jauh dari kerumunan, tubuhnya lelah dan wajahnya penuh luka cakaran. Darah yang mengering di pipinya terasa perih, namun lebih perih lagi mendengar namanya dan Bagas disebut-sebut sebagai sumber malapetaka."Aku dengar, Bagas dan Ratih dulu sering bertengkar di rumah mereka.""Dia, katanya Ratih ingin pergi, tapi Bagas tak pernah membiarkannya!""Apa jangan-ja

    Last Updated : 2025-03-24
  • Pesugihan Genderuwo   252. Hal Yang Aneh

    "Ada apa itu?""Sepertinya dari rumah Pak Windra!"Suara teriakan dari arah ladang membuat Ratih tersentak. Warga desa yang masih berkumpul di pendopo pun langsung menoleh.Beberapa warga segera berlari ke arah sumber suara. Ratih berdiri mematung, tubuhnya seakan tidak bisa digerakkan. Jagat dan Kala masih berdiri di tempat yang sama, menatapnya dengan senyum aneh itu."Ayo-ayo kita kesana!""Iya, ada apa di sana?"Ratih tidak mau tahu. Dia harus pergi ke rumah Pak Windra! Dia harus memastikan.Dengan cepat, Ratih berlari menyusul warga yang sudah lebih dulu sampai. Ketika dia tiba di sana, teriakan histeris memenuhi udara."Ya Allah, Pak Windra!"Ratih menyibak kerumunan dan langsung terkejut.Pak Windra tergeletak di tanah dengan mata membelalak ketakutan. Tubuhnya penuh luka, robek di sana-sini, dan yang paling mengerikan—darah menggenang di sekitar lehernya yang hampir putus.

    Last Updated : 2025-03-25

Latest chapter

  • Pesugihan Genderuwo   255. Gila?

    "Jangan...!"Napas Ratih memburu, memenuhi ruangan yang kini terasa semakin sempit. Tubuhnya gemetar hebat, peluh membasahi pelipisnya."Tidak mungkin... Ini tidak akan terjadi!"Ratih berdiri dari duduknya dengan tergesa, tangannya meraih teko air di atas meja dan meneguk beberapa gelas sekaligus. Namun, rasa sesak di dadanya tak kunjung mereda."Mimpi itu datang lagi!"Tangan Ratih semakin gemetar. Keringat dingin mengalir deras di punggungnya. Kenapa dia selalu bermimpi buruk tentang masa depan? Mengapa bayangan Jagat dan Kala yang berubah menjadi sosok mengerikan selalu menghantuinya?Dia menarik napas panjang, berusaha menenangkan diri. Namun, pikirannya terus berkecamuk."Tidak mungkin ini akan terjadi, kan? Apa yang harus aku lakukan jika semua itu benar-benar terjadi?"Krek!Ratih terperanjat.Suara itu datang dari belakangnya—suara seperti kuku yang mencakar kayu.Krek!Kali ini suara itu semakin jelas. Seolah-olah sesuatu sedang merayap mendekat.Ratih membeku. Tangannya men

  • Pesugihan Genderuwo   254. Amukan massa

    “Bakar rumahnya!”Teriakan itu menggema di sepanjang gang sempit menuju rumah kontrakan Ratih. Puluhan warga dari Desa Sumberarum dan Karangjati berkumpul dengan wajah penuh amarah. Beberapa membawa obor, yang lainnya menggenggam golok, kayu, atau batu. Mereka datang bukan untuk berdialog, melainkan untuk menghakimi."Keluar, Ratih! Jangan sembunyikan lagi anak-anak setanmu itu!"Suara-suara itu semakin mendekat. Ratih yang berada di dalam rumah segera meraih kedua anak balitanya, Jagat dan Kala, lalu berlari ke dalam kamar.“Diam ya, Nak… jangan bersuara,” bisiknya dengan napas memburu.Tangannya gemetar saat membuka lemari pakaian kayu yang mulai lapuk. Dia memasukkan kedua anaknya ke dalam, lalu menutup pintunya pelan."Jangan keluar sampai Ibu bilang, ya?" suaranya nyaris berbisik.Jagat dan Kala menatapnya dengan mata bulat mereka yang hitam pekat. Mereka tidak menangis, tidak bersuara.Ratih menarik napas dalam, lalu berbalik. Di luar, suara warga semakin memanas.Braak! Braak!

  • Pesugihan Genderuwo   253. Rahasia

    Ratih melangkah perlahan memasuki kediaman Kiai Ahmad. Hatinya diliputi kegelisahan, tetapi dia berusaha menenangkan diri. Dua hari telah berlalu sejak Kiai Ahmad dilarikan ke rumah sakit setelah kejadian mengerikan di pendopo. Ratih masih belum bisa melupakan peristiwa itu, terutama sosok dua anaknya yang dia lihat di sana.Namun, kali ini dia memilih diam.Di dalam rumah, dia melihat Kiai Ahmad sedang beristirahat di dipan, tubuhnya dipenuhi perban. Luka-luka yang tampak di lengan dan wajahnya membuat dada Ratih semakin sesak."Kiai, bagaimana keadaannya?" tanyanya dengan suara pelan.Seorang perempuan muda yang duduk di dekat Kiai Ahmad menoleh. Dia adalah anak perempuan Kiai Ahmad, seorang wanita yang terlihat kuat namun tetap lembut dalam sikapnya."Ini sudah lebih baik, Mbak Ratih," jawabnya dengan senyum tipis.Ratih mengangguk. "Syukur alhamdulillah," ucapnya lega, meskipun di dalam hati, dia masih menyimpan banyak pertanyaan.Dia duduk di kursi kayu yang berada di samping tem

  • Pesugihan Genderuwo   252. Hal Yang Aneh

    "Ada apa itu?""Sepertinya dari rumah Pak Windra!"Suara teriakan dari arah ladang membuat Ratih tersentak. Warga desa yang masih berkumpul di pendopo pun langsung menoleh.Beberapa warga segera berlari ke arah sumber suara. Ratih berdiri mematung, tubuhnya seakan tidak bisa digerakkan. Jagat dan Kala masih berdiri di tempat yang sama, menatapnya dengan senyum aneh itu."Ayo-ayo kita kesana!""Iya, ada apa di sana?"Ratih tidak mau tahu. Dia harus pergi ke rumah Pak Windra! Dia harus memastikan.Dengan cepat, Ratih berlari menyusul warga yang sudah lebih dulu sampai. Ketika dia tiba di sana, teriakan histeris memenuhi udara."Ya Allah, Pak Windra!"Ratih menyibak kerumunan dan langsung terkejut.Pak Windra tergeletak di tanah dengan mata membelalak ketakutan. Tubuhnya penuh luka, robek di sana-sini, dan yang paling mengerikan—darah menggenang di sekitar lehernya yang hampir putus.

  • Pesugihan Genderuwo   251. Cerita Bagas Kembali mencuat

    "Aku sudah bilang, suami Ratih itu bukan manusia biasa!""Benar! Aku juga pernah melihat sesuatu yang aneh di rumah mereka dulu.""Apa mungkin dia yang membunuh Feri?"Bisikan demi bisikan memenuhi udara malam yang dingin. Warga Desa Karangjati berkumpul di depan pendopo, membicarakan hal yang selama ini tak pernah mereka ungkapkan dengan lantang. Sosok Bagas, yang dulunya hanyalah seorang lelaki pendiam, kini kembali menjadi pusat ketakutan mereka."Genderuwo!" "Wah, itu makhluk terbesar yang pernah aku lihat di ladang Bagas!" Ratih berdiri tak jauh dari kerumunan, tubuhnya lelah dan wajahnya penuh luka cakaran. Darah yang mengering di pipinya terasa perih, namun lebih perih lagi mendengar namanya dan Bagas disebut-sebut sebagai sumber malapetaka."Aku dengar, Bagas dan Ratih dulu sering bertengkar di rumah mereka.""Dia, katanya Ratih ingin pergi, tapi Bagas tak pernah membiarkannya!""Apa jangan-ja

  • Pesugihan Genderuwo   250. Pendopo

    "Astagfirullah, Kiai!"Ratih mundur beberapa langkah, tubuhnya bergetar hebat.Darah.Darah mengalir di lantai kayu, merembes ke sela-sela papan yang mulai lapuk. Tubuh Kiai Ahmad terkulai di atas tikar dengan napas yang tersengal-sengal.Matanya setengah terbuka, tapi pandangannya kosong."Ya Allah, Kiai! Apa yang telah terjadi!" Seluruh tubuhnya dipenuhi luka. Sayatan panjang di dadanya menganga, dan bekas cakaran mencabik kulit di lengannya.Ada sesuatu yang telah menyerangnya.Ratih menutup mulutnya, rasa mual merayap di tenggorokannya.Ini ulah mereka.Jagat dan Kala."Na—Nak Ratih..."Suara Kiai Ahmad bergetar, nyaris tak terdengar.Ratih buru-buru berlutut di sampingnya, berusaha mencari cara untuk menghentikan pendarahan. Namun, darah terus mengalir, membasahi jubah putihnya."Kiai, bertahanlah!" Ratih menahan air matanya. "Saya akan minta bantuan!""A—anak ... anak mu! ha—harus segera—"Dengan tangan gemetar, Ratih berlari ke luar rumah."Tolong! Ada yang bisa membantu?!"Be

  • Pesugihan Genderuwo   249. Cakaran Anaknya

    "Siapa yang telah terbunuh?"Jantung Ratih berdegup kencang. Keringat dingin mengalir di pelipisnya.Tidak... ini tidak mungkin terjadi lagi.Ratih menggigit bibir, mencoba menenangkan napasnya yang tersengal. Dadanya naik turun dengan cepat, pikirannya berkecamuk."Mayat siapa itu? Ke—kenapa...?"Tangannya mencengkeram gagang pintu dengan erat. Tubuhnya terasa kaku, namun ketakutan yang mencekam membuatnya tidak bisa berdiam diri.Dia harus melihatnya.Ratih melangkah maju, lalu berhenti. Ragu.Tangannya gemetar saat dia meraih sebilah pisau di atas meja. Genggamannya erat, seakan itu satu-satunya hal yang bisa melindunginya dari kengerian di balik pintu.Duka dan ketakutan menyelimuti hatinya.Lalu, dengan gerakan perlahan, dia mendorong pintu kamar itu.Kreek...Suara engsel berderit, membuka pemandangan yang membuat Ratih membeku.Darah.Darah ada di mana

  • Pesugihan Genderuwo   248. Hutan Terlarang

    "Ibu... kita di sini!"Suara itu kembali terdengar, menggetarkan udara malam yang dingin. Ratih menoleh ke kanan dan kiri, matanya liar mencari sumber suara. Namun, yang dia temukan hanyalah pepohonan tinggi yang menjulang, menciptakan bayangan gelap yang bergerak seiring tiupan angin."Di sini, Bu... di sini!"Ratih menelan ludah. Suaranya semakin dekat, tapi bayangan kedua anaknya tak juga terlihat.Bagaimana mereka bisa keluar rumah?Jantungnya berdebar kencang. Rasa takut menyusup ke setiap sudut pikirannya."Jagat... Kala!" teriaknya, suaranya bergetar.Namun, hanya sunyi yang menjawabnya.Argh!Sebuah erangan tajam menggema di kegelapan.Ratih terperanjat, tangannya mencengkeram bajunya sendiri. Dia melangkah mundur, matanya liar mencari sumber suara.Tapi tidak ada siapa-siapa.Srek!Sesuatu bergerak di antara dedaunan kering. Ratih menahan napas. Dia tahu dia tidak sendirian di sini."Ibu... kami di sini!"Suara itu kembali terdengar, kali ini dari arah yang berbeda. Ratih mel

  • Pesugihan Genderuwo   247. Teror di Desa Sumberarum

    "Bu, kenapa mereka takut?"Suara kecil itu membuat Ratih tersentak. Dia menoleh, melihat Jagat dan Kala duduk di ambang pintu, mata merah mereka berkilat dalam gelap."Kenapa mereka ketakutan, Bu?" ulang Jagat, kepalanya sedikit miring, seperti tidak mengerti.Ratih menggigit bibirnya. Tangannya mengepal di sisi tubuhnya, berusaha menahan gemetar yang perlahan merayapi dirinya.Mereka tidak tahu? Atau mereka hanya berpura-pura?Malam semakin larut. Di ujung desa, Pak Tarjo duduk di depan kandangnya, menggenggam obor yang menyala redup.Sejak kematian tragis istri Pakde Karto, warga Sumberarum mulai ketakutan. Kini, kejadian aneh terus berulang—ternak mati kehabisan darah, dan mayat ditemukan dengan luka mengerikan.Pak Tarjo menguap kecil, namun matanya tetap awas. Sudah tiga ekor kambingnya mati dalam dua malam terakhir.“Aku tidak akan membiarkan kejadian itu terulang lagi,” gumamnya, mempererat genggaman pada

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status