Share

Penagih Hutang

Penulis: alfatihsronan
last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-01 11:12:32

Awan mendung bergelayut menyelimuti kota Lubrica, pertanda sebentar lagi akan turun hujan, pantas saja udara malam tadi begitu panas.

Tiara bergegas mengambil beberapa potong pakaian yang sudah dijemurnya tapi hanya separuh kering saja, semua pakaian sudah dirapikan, saatnya Tiara untuk mengerjakan sebagian pekerjaan ibunya, berbelanja bahan kue.

Sebelum hujan turun ia pun bergegas ke warung Bukde Mayang, hanya warung itu saja yang terdekat yang menjual bahan kue lebih lengkap dibandingkan warung lain, karna jika harus membeli ke supermarket jaraknya lumayan jauh dan itu mengeluarkan ongkos yang lebih banyak.

"Bukde, ini bahan pesanan ibu," ucap Tiara sambil memberikan secarik kertas berisi daftar belanjaan bahan kue. 

"Tiara kamu dari mana saja kok Bukde baru liat kamu?"

"Saya baru dari puncak liburan sama teman-temanku."

"Bukan itu maksud Bukde, kamu berhenti nyanyi sudah lama?" tanya bukde Mayang penasaran.

"Oh ... Itu Bukde, 'gak juga sih baru aja," jawab Tiara datar, tidak membahas persoalan dirinya dengan Erwin.

"Kenapa Tiara, ada masalah?" Tiara terdiam sebentar lalu menjawab pertanyaan bukde Mayang.

"Tidak kok Bukde hanya saja saya kadang capek aja kalau harus nyanyi sampai larut malam," ungkap Tiara namun tetap menyembunyikan persoalan yang terjadi.

ia menjaga perasaan bukde Mayang bagaimanapun Erwin mantan bosnya adalah adiknya.

Bukde Mayang mengangguk, ia mengerti dengan apa yang Tiara sampaikan karna ia dulunya juga seorang biduan panggung, "Semoga kamu cepat mendapat pekerjaan lagi ya Tiara."

"Iya Bukde terima kasih."

Setelah semua barang belanjaan selesai dikemas Tiara pamit pulang.

Sampai di rumah ia kembali sibuk membuat adonan kue untuk ibunya.

"Tok ... tok ... tok," Suara ketukan pintu.

"Bu Ratri!, ... buka pintunya!" Teriak seseorang dari luar.

"Iya siapa ya!?, ... tunggu!" seru Tiara yang tengah mengaduk adonan di ruang tengah.

"Saya Rustam ibu kamu di mana saya mau menagih hutang!" 

Mendengar siapa yang datang Tiara segera ke depan membuka pintu untuknya.

Rustam adalah seorang rentenir, semua orang susah di kota itu mengenalnya dan tau kalau ia sangat kejam apalagi ketika menagih hutang.

"Silahkan masuk Bang!" kata Tiara menyambut Rustam.

"Tidak usah, saya hanya butuh dibayar!, mana ibu kamu!?"

"Maaf Bang Ibu saya belum pulang."

"Terus utangnya bagaimana?, hari ini sudah lewat sepuluh hari bunganya banyak loh," sambil melirik nakal ke arah Tiara.

"Gimana ya bang?" Tiara nampak kebingungan.

"Kalau begitu saya akan menunggu di sini."

"Kalau abang mau menunggu silahkan, saya mau kedalam dulu ada pekerjaan yang saya harus selesaikan," Tiara meninggalkan Rustam yang masih berdiri di depan pintu teras rumahnya.

Ada perasaan yang menggelitik Tiara ketika melihat lirikan mata pria seperti itu.

Ia sekarang sudah banyak tahu sifat laki-laki model seperti itu. Tiara gelisah menunggu Ibunya, inilah salah satu alasan mengapa ia begitu keras ingin bekerja hanya agar ia dapat membantu meringankan beban utang ibunya.

Sambil mengaduk adonan kue Tiara berpikir bagaimana cara agar penagih yang ganjen itu bisa secepatnya pergi.

Tiara keluar dan menemui kembali si Rustam, "Bang, mungkin Ibu saya masih lama bagaimana kalau saya membayar bunganya dulu?"

"Aduh Tiara yang manis, bagaimana bisa kamu hanya membayar bunganya saja!, ... Hahh!" Rustam membentak.

"Tidak bisa!, utang Ibu kamu sudah terlalu lama bayarnya pun sering menunggak," seru Rustam dengan nada yang lagi-lagi membentak.

"Setelah saya membayar bunga, saya berjanji akan melunasi secepatnya," ucap Tiara sedikit memohon pada Rustam.

"Hahh! ... uang dari mana?, kamu mau membayarnya dengan apa?" Jawaban Rustam menohok.

Kata Rustam ada betulnya juga, kalaupun ia akan membayarnya, uang dari mana sedangkan Tiara saat ini sudah tidak bekerja.

Tiara yang sedang berbincang dengan Rustam tanpa tahu kalau para ibu tetangganya silih berganti memandangi mereka berdua dengan pandangan sinis seraya berbisik ada juga yang tersenyum-senyum seperti mengejek, mereka tahu bahwa Rustam datang untuk menagih utang ibunya yang sudah lama.

Di tengah negosiasi tingkat tinggi antara Tiara dan Rustam, Bu Ratri muncul, ia baru saja pulang sambil membawa bungkusan kecil dari kertas yang di pegangnya dikedua tangan.

Rustam tersenyum-senyum melihat orang yang ditunggunya tiba, "Ahay akhirnya, ... orang yang ditunggu sudah muncul, 'halo Ibu apa kabar?' saya sungguh senang melihat ibu sudah datang,"  sambut Rustam dengan senyum terselubung seperti ingin mencari muka di depan Bu Ratri.

"Langsung saja ke intinya, saya datang untuk menagih hutang ibu yang sudah lama tidak dibayarkan dan saya sudah menunggu di sini begitu lama."

"Saya akan membayar separuh dulu, dan sisanya lagi saya minta waktumu satu minggu lagi," ucap ibu Tiara yang membuat Rustam mengerutkan kening.

"Hahh Separuhnya!?, dengan waktu yang sudah begitu lama anda hanya membayar separuhnya saja?, ... tidak bisa! sungguh tidak bisa!" jawab Rustam sambil memainkan gantungan kunci di tangannya.

"Begini, ... saya mau membantu ibu melunasi utang dengan cepat," ujar Rustam sambil melirik nakal ke arah Tiara yang masih berdiri dibalik pintu.

"Utang ibu saya akan anggap lunas, dengan kesepakatan kalau ...."

"Kalau apa ... ?" Sela Bu Ratri seraya menatap tajam ke arah Rustam.

"Bu Ratri dengar dulu saya bicara." 

"Kalau Ibu mau menyetujui, saya ingin menjadikan Tiara sebagai Istri, bagaimana Bu?"

Tiara dan Ibunya tersentak kaget muka mereka menjadi geram tanda penolakan atas apa yang baru saja diucapkan Rustam. 

"Sekarang juga kamu pergi dari sini!, atau saya akan memanggil warga untuk mengusir kamu," ujar Bu Ratri dengan suara tinggi karena marahnya.

"Utang Ibu bagaiamana?" kata Rustam yang sudah terlihat pucat mendengar ancaman Bu Ratri.

"Seminggu lagi kamu ke sini, saya akan melunasi semua sisanya cepat pergi sebelum kesabaran saya hilang, cepaaatt ... !"

Sepertinya Bu Ratri tidak main-main Rustam tanpa banyak bicara lagi langsung tancap gas meninggalkan Tiara dan ibunya yang sudah dalam keadaan emosi tingkat tinggi.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Agungs Yud
rustam dasar otak mesum tengkulak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pesona sang Biduan   Pekerjaan Baru

    Tiara resah dengan sisa utang yang harus mereka bayarkan, "Ibu, dari mana ibu mendapatkan uang untuk membayar utang itu?""Sabar nak, ibu akan berusaha mencari pinjaman dulu.""Apa!, ... ibu mau mencari pinjaman lagi untuk membayar utang itu?, bagaimana kita bisa terbebas dari utang bu kalau seperti itu terus.""Jadi, Ibu harus bagaimana Tiara?, sedangkan kamu belum bekerja."Tiara hanya terdiam, hari perjanjian pembayarannya dengan Rustam tersisa tiga hari lagi sedangkan mereka belum mendapatkan uang sedikitpun."Ya tuhan, aku memang tidak berguna, hal seperti ini saja aku tidak bisa membantu ibu," gumam Tiara dalam hati.Ditengah kegalauannya Tiara berniat untuk meminjam uang kepada Erwin mantan bosnya, tapi sebelum ia melaksanakan niatnya Tiara ingin meminta pendapat ibunya terlebih dulu. "Bu, bagaiamana kalau aku minta pinjaman ke Bang Erwin saja?""Jangan Tiara, kamu gak usah berhubungan dengan dia lagi, Ibu tidak mau terjadi hal-hal yang seperti kemarin.""Sudahlah, Ibu yang aka

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-11
  • Pesona sang Biduan   Bosku yang Tampan

    Malam itu Tiara menyampaikan kepada ibunya bahwa pertemuan tadi sore di cafe adalah pertemuannya dengan pemilik cafe dan mulai besok ia sudah bisa bekerja.Yang membuatnya dirinya sekarang risau adalah bagaimana dengan pinjaman yang harus dibayarkan besok, "Bu bagaimana dengan pinjaman kita sama si Rustam yang harus dibayar besok?""Sudah, kamu tidak perlu risau masalah itu, ibu sudah siapkan uangnya.""Ibu sudah siapkan?, Ibu dapat pinjaman dari mana?" tanya Tiara."Ibu dapat pinjaman dari Bos Ibu di tempat Laundry.""Syukurlah kalau begitu, nanti kalau aku udah gajian, biar aku yang bayar.""Ya sudah kamu kerja aja yang baik, tabung uangmu Ibu masih bisa membayarnya sedikit-sedikit hasil dari ibu jualan kue."Seorang Ibu walaupun itu berat baginya, ia akan selalu berusaha kuat di depan anaknya seakan semua bisa diatasinya dan semua baik-baik saja.Masih pagi buta, Tiara terlihat sudah beres-beres rumah setelah itu membantu membuat adonan kue untuk ibunya. "Tiara sudah, biar ibu yan

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-15
  • Pesona sang Biduan   Kekhawatiran Ibu Ratri

    Dengan wajah yang tampak tidak bersemangat Tiara duduk di teras rumahnya, ia sedang menunggu ibunya pulang dari pekerjaannya seperti biasa menjajakan kuenya. Tiara kesal dihari pertama bekerja yang ia seharusnya bersemangat namun malah harus mengalami situasi yang kurang mengenakkan. Lagi-lagi semua tidak berjalan mulus seperti apa yang ia harapkan, dalam keadaan hatinya yang berbalut jengkel, di tengah perasaan dongkolnya ponselnya berdering, ada panggilan masuk dari Frida sahabatnya,."Halo cantik kamu lagi dimana sekarang?" "Aku di rumah aja nih, kenapa Frid?" jawab Tiara. "Loh kok di rumah? Kamu sudah mulai kerja di cafe kan hari ini?" ujar Frida merasa heran dengan keberadaan Tiara. "Iya seharusnya begitu tapi aku kesal sama bos pemilik cafe itu aku disuruh pulang katanya, nanti jam tujuh malam baru job aku mulai." Tiara mendengus. "Oh hampir lupa. Iya, Tiara kamu disana 'kan nyanyi mana ada live musik di cafe siang-siang begini."

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-10
  • Pesona sang Biduan   Frida yang Pemberani

    Di cafe, Tiara tampil dan bernyanyi layaknya sang primadona yang telah ditunggu-tunggu penggemar beratnya. Raut berseri-seri tampak puas terlihat di wajah para tamu cafe yang datang Bukan hanya karna kepiawaiannya dalam bernyanyi, tapi wajah cantik, bentuk tubuh yang indah, serta balutan gaun ketat yang dipakai membuatnya lebih memikat di mata pemandangnya, termasuk Erick si pemilik cafe. Namun, ketertarikannya sepertinya masih disembunyikan. Dia berusaha mengalihkan rasa tertariknya pada gadis itu dan berpura-pura tidak peduli ketika Tiara diberikan pujian oleh beberapa tamu cafe. "Keren 'deh pokoknya kamu malam ini tampil luar biasa sayang," ucap Frida begitu mereka bersiap-siap untuk pulang bersama setelah selesai bernyanyi. "Terima kasih, ya. Kalian semua sudah datang. Semuanya, terima kasih! Sahabat-sahabatku, kalau bukan karena kalian, aku tidak akan tampil dengan baik dan sesemangat ini." Mereka berjalan menuju parkiran cafe tempat mobil Frida berada. "Hebat ... hebat! K

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-16
  • Pesona sang Biduan   Dua pemilik cafe

    Perlahan, Bu Ratri berjalan menuju kamar Tiara dan membuka pintu kamar anaknya itu. Dia tau kalau Tiara sangat lelah, namun ia harus membangunkannya agar ia bisa menjajakan kuenya. Meskipun hanya berjualan kue, namun itulah pekerjaan yang ia lakukan beberapa tahun terakhir untuk bisa bertahan hidup bersama Tiara. "Tiara bangun, Nak. Ibu mau berangkat. Hei ... ayo bangun," bisik bu Ratri membangunkan Tiara yang masih tengah tertidur pulas. "Hmmm ... Ibu. Aku masih ngantuk karena semalam pulang larut." "Iya. Ibu tau, tapi kamu harus bangun dulu. Ibu mau berjualan." "Sekarang jam berapa Bu?" tanya Tiara sambil mengusap matanya yang sulit untuk terbuka. "Jam delapan. Ayo bangun dan cuci muka kamu dulu. Ibu sudah siapkan sarapan untuk kamu di atas meja." "Hahh ... Oh, Tuhan! Tiara liat muka kamu ... kamu belum membersihkan wajahmu dari semalam. Lihat sisa dandananmu sudah menor seperti itu!" seru Bu Ratri sambil mengusap wajah Tiara

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-17
  • Pesona sang Biduan   Kamar hotel Merkuri

    Tiara baru saja menanggalkan baju saat ponselnyatiba-tibaberdering. "Halo, Tiara!" sapa Pak Erick, bosnya segera setelah perempuan itu mengangkat teleponnya. "Iya Pak! Maaf, Pak soal kemarin saya ... " Belum selesai Tiara bicara, Erik menyela, "Besok sore, saya tunggu kamu di lobi hotel merkuri. Kemarin, saya ada urusan yang lain. Jangan lupa dan jangan sampai telat lagi!" imbuhnya singkat lalu menutup panggilan. "Tidak sopan! Haruskah seperti itu jika menjadi orang kaya? Hanya ia yang ingin didengarkan!" Tiara mendengus karena kesal. "Bang, cepat sedikit, dong! Saya buru-buru, 'nih! Abang sekarang kok lelet banget? Biasanya cepat." Tiara terus menyerocos. "Ke hotel Merkuri 'kan mba Tiara?" tanya abang ojek tersebut."Iya, ba

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-18
  • Pesona sang Biduan   Siasat Gilbert

    Erick berdiri memandangi beberapa karyawan yang sedang membersihkan kaca ruangannya. Sesekali, ia terlihat mengerutkan dahinya, seperti sedang memikirkan sesuatu. "Sampai sekarang, ia belum menghubungiku lagi. Sejauh apa ya perkembangannya sekarang?" Erick berkata dalam hati, seperti ada sebuah rencana yang sedang dibuatnya. Matanya kemudian tertuju pada dua karyawan wanita yang sedang beradu mulut. Pria itu ingin tahu apa yang terjadi. Dia kemudian mendatanginya. Akan tetapi, baru saja ia menginjakkan kaki di anak tangga pertama, ia melihat Gilbert sudah ada di sana di tengah-tengah kerumunan karyawan. Segera, Erick memutar badan kembali ke ruangannya. Gilbert datang pagi itu, tidak seperti biasanya yang selalu datang saat malam hari. "Selamat pagi, Pak!" sambut beberapa karyawan sambil membungkuk badan. "Ini ada apa? Masih pagi kok sudah ribut, kenapa?" tanya Gilbert kepada salah seorang supervisor di cafe d'Arts. "Salah satu k

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-20
  • Pesona sang Biduan   Gairah Gadis Pub

    [Mba Tiara, saya mengingatkan mba jangan sampai telat dan datang tepat waktu ke cafe.] Sebuah pesan singkat masuk ke ponselnya. Tiara mencoba menelpon, tapi nomor si pengirim pesan sudah tidak aktif.Tiara semakin penasaran hal apa sebenarnya yang terjadi di cafe. Mengapa seseorang mengirimkan pesan seperti itu padanya?Sebelumnya, Erick mengatakan kalau dirinya saat ini berada di antara dua pemilik cafe itu, tapi ia belum memahami maksudnya.Yang ia tahu, dirinya hanyalah seorang karyawan biasa, bekerja sebagai penyanyi dan mendapat gaji itu saja, Tiara meletakkan ponselnya dan melanjutkan berdandan, Frida sudah menunggunya di depan. Sebentar lagi, mereka akan pergi bersama ke pesta ulang tahun salah satu teman semasa sekolah."Tiara, yuk! Kita harus segera berangkat sekarang. Katanya, kamu mau mampir ke kios dulu?""Tunggu sebentar lagi!" sahut Tiara dari dalam kamar.

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-21

Bab terbaru

  • Pesona sang Biduan   Bujuk rayu tuan Gilbert

    Sebuah hubungan cinta harus berjalan bersama, jika di dalamnya ada tujuan yang berbeda maka ia harus saling memahami dan tebuka, bukan saling menutupi dan saling menyalahkan. Begitu pula yang harus dlakukan oleh Tiara dan Erick, ada sesuatu hal yang tidak berjalan semestinya diantara mereka, membuat hubungannya yang baru saja seumur jagung seakan terombang ambing tak tentu arah. "Memiliki hubungan itu ribet ya," ucap Tiara. "Ribet seperti apa maksud kamu, gak juga kok kalau kamu dan Erick saling memahami, dan mau saling terbuka," sahut Frida. "Aku?, ... Apa yang aku tutupi darinya Frid?, apa aku saja yang harus memahaminya sementara dia?" sahut Tiara. Frida terdiam mendengar Tiara mulai tersulut emosi, ia biasanya akan menenangkan jika sahabatnya itu mulai meninggikan nada suaranya. Mobil mereka melaju membelah jalan kota, suasana sudah mulai tampak lengang, tak banyak lagi kendaraan yang berseliweran seperti biasanya di jam-jam itu. Sementara Erick dan Maria serta teman-temann

  • Pesona sang Biduan   Apakah ini cinta yang salah?

    Tiara dan Frida urung menjalankan rencananya melihat Erick yang tengah duduk bersantai dengan Maria di sebuah meja tepat di depan panggung. "Jadi mau gimana lagi, kita harus menjalankan rencana lainnya, ayo silahkan mba Tiara," kata Frida seraya menunjuk ke arah panggung. Tanpa melihat sedikitpun ke arah mereka Tiara langsung menggebrak panggung. Erick terhenyak menyaksikan Tiara, ia tak menyangka sedikitpun jika kekasihnya itu yang menjadi biduan di live musik cafe malam itu. "Pantas saja Tiara gak mau aku ajak, dia ternyata nyanyi di sini." Erick bergumam. Ia tak dapat menyembunyikan rasa heran di depan Maria, "Erick kamu kok terlihat heran seperti itu, kamu kaget kalau Tiara itu nyanyi di sini?" "Gak, ... Aku cuma kaget saja tiba-tiba bertemu dia di sini," sanggah Erick sedikit ingin menutupi dari Maria, tak terjadi apa-apa di antara Tiara dan dirinya. "Daripada harus membicarakan dia, kita bernostalgia saja dengan kenangan kita, bagaimana?" Rayu Maria. "Nostalgia yang sep

  • Pesona sang Biduan   Tiara panik mengetahui Erick akan datang

    Malam hari tiba, terlihat cerah secerah hati Tiara yang sudah kasak kusuk mempersiapkan diri sembari menunggu dijemput Frida. Bu Ratri hanya nampak tersenyum melihat anak gadisnya terlihat sibuk di depan cermin tak hentinya menatap wajahnya melihat riasan yang dipakainya. Tak lama kemudian Frida datang menemui Tiara di kamarnya yang tengah sibuk itu. "Udah beres kan dandannya?" tanya Frida. "Gimana menurut kamu udah bagus kan?" "Iya gitu aja gak usah lama, ingat tempatnya di puncak loh!" kata Frida. "Yuk kita berangkat sekaramg!" Tiara dan Frida berangkat bersama menuju cafe M&M tempat Tiara akan menyanyi dan untuk pertama kalinya di cafe ini. "Kamu santai aja dong, kok seperti pertama nyanyi saja kamu," kata Frida melihat Tiara terlihat sedikit gugup. "Iya nih, gak tahu aku kok sedikit gugup ya, apa karna lama gak nyanyi ya?" "Kamu sih, aku ajak nyanyi ke acara kampusku kamu tolak, makanya sekarang jadi grogi kelamaan gak manggung." Mobil yang dikendarai Frida sudah melam

  • Pesona sang Biduan   Maria yang menyimpan cinta masa lalu

    "Tiara bagaimana jika pamanmu tidak terima dengan pengakuan kita padanya tentan rumah ini yang sudah dijual," "Terserah dia saja bu, kali ini aku tidak akan takut dengan ancamannya, kita sudah lama diperlakukan semena-mena olehnya, dia harus berpikir bahwa Tiara sudah berubah sekarang," jawab Tiara dengan semangat."Dan aku rasa mba Maria akan sepenuhnya membantu dalam masalah ini, ibu jangan khawatir," kata Tiara kembali membuang segala ketakutan ibunya."Kamu angkat dulu telpon kamu," ucap Bu Ratri mendengar ponsel yang berdering.[Halo Tiara, maaf ya kalo aku ganggu kamu malam-malam takutnya kalau nunggu besok aku bisa lupa] kata Maria.[Ada apa ya mba?][Besok kamu bisa mulai nyanyi di cafe hari ini semua persiapan panggung sudah siap][Ok mba aku akan mulai besok] kata Tiara begitu senang mendengar kabar dari Maria."Ibu mulai besok aku bisa kerja di cafe mba Maria, aku senang banget loh bu," "Ibu juga senang mendengarnya nak, semoga saja kamu betah di sana, apa Frida sudah tah

  • Pesona sang Biduan   Pesan singkat dari Erick

    Tiara masih menatap tajam pria paruh baya yang ada di hadapannya, seorang kakak dari ayahnya, satu-satunya keluarga yang ia miliki tapi memiliki hati begitu tega perlakuannya terhadap Tiara dan ibunya."Ayo duduk jangan berdiri seperti itu di hadapanku, semakin memperjelas bahwa kau tak pernah di ajari sopan santun dari orang tuamu," kata Novo yang begitu menyakitkan.Tiara masih saja terdiam, tak ada sepatah kata yang keluar dari mulutnya, hanya tatapannya yang semakin tajam ke arah Novo, sorot matanya berapi-api.Tidak seperti Bu Ratri yang masih terlihat tenang menghadapi keadaan ini, ia memberi isyarat agar Tiara menurutinya untuk duduk di sampingnya.Dengan wajah kaku Tiara menurutinya dan mulai angkat bicara, "Paman Novo, aku menganggap paman sebagai seorang pengganti dari ayahku namun aku ternyata salah," kata Tiara."Seorang ayah tidak pernah membuat anaknya jatuh ke dalam kondisi yang begitu sulit seperti ini, paman sungguh tega mengusir kami dari rumah yang ayah bangun dari

  • Pesona sang Biduan   Mulut manis paman Novo

    Setelah melakukan rembuk bersama, Tiara dan Frida beranjak meninggalkan cafe menuju kantor polisi untuk menemui Maria yang sedang menjadi saksi sebuah kasus. Sampai di sana Tiara dan Frida oleh petugas tidak di perbolehkan menemui Maria, karna sesuatu hal. "Mba Maria sedang jadi saksi atas kasus apa pak!?" tanya Frida kepada salah seorang petugas. "Maria menjadi saksi atas kepemilikan barang terlarang, jadi untuk sementara beliau belum bisa menemui siapapun." Tiara dan Frida tersentak mendengar apa yang diucapkan petugas itu, terlebih Tiara yang sepertinya harus mengurungkan niatnya untuk minta tolong padanya. "Kamu kan lebih mengenal dekat mba Maria bahkan pernah di ajak ke apartemennya, dia itu orangnya seperti apa sih, kok bisa jadi saksi segala?" tanya Frida pada Tiara. "Waktu di ajak kemarin sih hanya pesta kecil saja, dan ada beberapa teman bisnisnya di sana yang pesta mabuk malam itu," jelas Tiara. "Tuh kan, mungkin teman-teman bisnisnya itu yang jadi pemilik barang terl

  • Pesona sang Biduan   Meminta pertolongan kepada Maria

    Malam itu hanya ada wajah-wajah murung yang nampak di raut muka Tiara dan ibunya, kedatangan Novo semalam hanya membuat keadaan semakin buruk bagi mereka. Bagaimana mungkin bu Ratri merelakan rumah, satu-satunya harta peninggalan almarhum suaminya yang mereka miliki harus mereka tinggalkan. Pikiran Tiara berkecamuk, entah dengan siapa kali ini ia harus meminta tolong dengan masalah yang seperti ini. Malam sudah larut Bu Ratri masih bersandar lemas di sebuah kursi di depan teras rumahnya. Ia sudah terkantuk-kantuk namun masih saja di tahannya untuk menemani Tiara yang juga tengah nestapa sama sepertinya. "Bu sebaiknya ibu ke dalam, istirahat dulu masalah ini biar aku yang memikirkan," ucap Tiara melihat ibunya sudah menguap menahan rasa kantuknya. "Kenapa ya Bu, paman Novo sampai setega itu pada kita?" tanya Tiara dengan suara yang berat. Bu Ratri belum menjawab apapun, ia selama ini berbaik hati pada Novo karna menganggap ia adalah kakaknya sendiri, namun sepertinya ia salah.

  • Pesona sang Biduan   Amarah seorang biduan

    Tiara masih saja berdiri dari balik tirai jendela ia belum membuka pintu sebelum melihat siapa pria yang ada di depan. "Tiara siapa yang datang!?" Sahut Bu Ratri dari dalam. Bahkan pertanyaan ibunya 'tak dijawabnya agar ia tidak ketahuan sedang mengintip dari balik tirai. Siapa sih orang ini kok 'gak berbalik gumamnya, pikiran yang muncul pun bermacam-macam memenuhi isi kepalanya, jangan-jangan ibu punya utang lagi dan orang ini datang menagih. Beberapa menit Tiara menunggu pria itu berbalik untuk melihat wajahnya, namun ia hanya asyik menghisap rokoknya. Apa sebaiknya aku tinggalkan saja orang ini, menyebalkan membuang waktu saja, pikir Tiara. Namun baru aja ia berniat kembali ke dapur sosok pria itu kembali mengeruk pintu, lalu Tiara kembali membuka sedikit tirai jendela untuk melihat siapa orang itu. Alangkah terkejutnya ia melihat paman yang sangat di benci olehnya yang datang berkunjung. Tanpa membuka pintu ia kembali ke dalam dapur dengan kesal, wajahnya memerah menahan

  • Pesona sang Biduan   Akibat pesanan kue

    Frida yang sejak tadi menelpon Maria tak juga menerima panggilan darinya, seperti biasa di waktu-waktu seperti itu ia banyak menghabiskan waktunya bekerja atau mungkin malah sedang mengadakan pesta. "Ponselnya aktif tapi 'gak di angkat, kali aja dia sedang sibuk?" "Mungkin saja, mba Maria 'kan banyak kerjaan sebagai bos di beberapa bisnisnya." Kata Tiara mengamini ucapan Frida. Jika ada kabar dari mba Maria, aku akan kesini besok, kita datang saja ke cafenya bagaimana Tiara?" "Ok!, besok aku tunggu ya!" Jawab Tiara dan mengantarkan Frida hingga ke pintu depan, lalu kembali ke aktifitasnya seperti biasa duduk untuk menulis di buku diary miliknya. Tiara menuliskan kata demi kata dalam buku diary itu, apa yang di alami kemarin bersama Erick tak lupa ia tuangkan di dalamnya. Namun kata-kata indah yang mengalir harus terhenti mendengar teriakan ibunya yang memanggil dari dalam dapur. "Tiara tolong belanjakan ibu bahan kue, untuk pesanan, hari ini ibu terlalu sibuk jadi tidak sempat

DMCA.com Protection Status