Beranda / Rumah Tangga / Pesona Wanita Terkutuk / 26. Kehadiran Marabahaya

Share

26. Kehadiran Marabahaya

Penulis: Isqa
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-31 18:43:50

Ah, sepertinya memang susah bersikap pura-pura. Jujur saja, Evelin sangat ingin mengatakan kebenaran pada pemuda di depannya. Meneriakkan fakta kalau dia bukanlah Lucia.

Tapi, akankah semua baik-baik saja?

Bisakah dia percaya nantinya?

Mengingat sudut hati Evelin juga membisikkan ketakutan sekarang. Ia tidak bodoh, dirinya sadar kalau Lucius ini mengerikan.

Walau sosok yang memiliki rupa Robert telah muncul, tapi tak terelakkan jika auranya juga dimiliki Lucius. Evelin memang takut padanya, sebab ia yakin kalau sosoknya bisa saja mati jika macam-macam dengan adik dunia baru di depan mata.

Lain pula dengan Kaizer. Tak tahu kenapa, semenjak melihat lebam aneh di bahu Atlea, pikirannya mendadak kacau. Cenderung merasa bersalah karena tidak serius melawan dua sosok asing yang sudah membunuh komandan ksatria.

Seharusnya hari itu ia ikut mengejar Lucius dan Lucia dengan melompat ke sungai. Tapi berandai-andai seperti apa pun semua sudah terlanjur terjadi.

Sampai akhirnya fokusnya teralihkan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pesona Wanita Terkutuk   27. Perburuan Fabina Orborox

    “Wah, wah! Kalian sigap juga ya,” laki-laki berambut panjang itu terkekeh. Pirang warnanya, dengan mata aquamarine sebagai hiasan. Ada tato aneh di wajah kanan, juga pakaian serba hitam melekat di badan.Tingginya setara Siez hanya saja sorot matanya menyiratkan kesinisan. Seolah-olah semua yang terlihat merupakan bahan ledekan.“Tuan, bagaimana?”“Sepertinya mereka kabur,” jelas Fabina pada sosok penanya.“Terus kita harus bagaimana?”“Tentu saja mengejarnya. Aku yakin Kaizer akan sangat berterima kasih nanti. Ayo,” ajaknya dan memacu kuda yang di duduki.Sedangkan Lucius dan Lucia, dia juga menaiki seekor kuda. Milik pangeran kerajaan Darkas tentunya, di mana Siez pun terpaksa berboncengan dengan sang paman.Semua terjadi begitu cepat, tak ada keraguan dalam meminjamkan atau dua bersaudara Tenebris menerima tawaran. Mereka sama-sama bergerak menuju utara.Pinggiran kota yang menjadi perbatasan Darkas dan Orion.“Apa tak bisa kita hadapi saja?” Lucia yang memeluk adiknya dari belakan

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-31
  • Pesona Wanita Terkutuk   28. Rayuan Menggoda

    Sekarang di sinilah Lucius dan Lucia. Di istana merah kerajaan Darkas. Disebut begitu karena seluruh taman yang ada di sana dihiasi bunga-bunga berwarna merah. Cukup aneh sebab tak ada kaitannya dengan arsitektur bangunan.Sementara dua bersaudara yang sudah selesai berganti pakaian dengan pelayanan terbaik saling berbagi pandangan.Lucius tersenyum saat menyaksikan pancaran keindahan sang kakak.“Kamu sangat cantik, Lucia,” pujinya tanpa basa-basi.“Dan kamu sangat tampan.”Pemuda itu mendekat lalu menarik hiasan emas yang mengikat rambut kakaknya. Membuatnya tergerai dan agak mengejutkan Evelin.“Jangan ikat rambutmu.”“Kenapa?” gadis itu memamerkan wajah bingung.“Tidak cocok untukmu,” sambil tersenyum meledek.Evelin pun mengedarkan pandangan malas. Dan ia biarkan Lucius mengurus dandanan rambutnya. Jujur saja, semenjak bangkit sebagai sosok Lucia, dirinya mulai nyaman dengan keadaan itu.Rasanya tak ada salahnya hidup memakai wujud baru. Terlebih dirinya tak sendirian lagi di dun

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-31
  • Pesona Wanita Terkutuk   29. Pelecehan

    Sosok tak asing di mata. Mengenakan pakaian terlalu santai di badan. Namun kemeja putih dengan dua kancing tak terpasang sungguh memamerkan keseksian di raga. Seolah ingin menggoda setiap kaum hawa yang memuja fisiknya.Lucius yang menyaksikan kehadiran itu malah mendecih tiba-tiba. Mendadak suasana hatinya semakin memburuk sekarang.“Mau apa kau ke sini? Kami ingin istirahat,” ucapnya tanpa sopan santun.Sang pangeran yang mengganggu justru tertawa. Sungguh ia merasa terhibur setiap berurusan dengan pemuda di depannya. Sebuah buku dalam kondisi terbuka di tangan kanan perlahan tertutup sempurna. Ia pun mendekat dan memegang bahu Lucius, “Behella dan ayahku ingin bertemu kalian. Kamu tidak keberatan bukan?”Lucius pun menghela napas jengah. Jujur saja ini sangat menyebalkan, entah apa yang diinginkan dua rakun tua itu sehingga mengganggu istirahatnya.“Lucia, raja dan adiknya ingin bertemu dengan kita. Kamu tidur saja biar aku yang mengurusnya,” ujarnya sambil menatap lekat sang kakak

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-31
  • Pesona Wanita Terkutuk   30. Pertemuan Lucius dan Olea

    Di saat bersamaan namun lokasi yang berbeda, tampak seorang laki-laki sedang menggendong sesosok gadis muda. Entah akan dibawa ke mana namun jalan ini jelas tak menuju tempat peristirahatan Lucia.Untung saja tak ada pelayan atau penjaga di sekitar, jika tidak tak bisa dibayangkan bisikan serta lirikan mata mereka.Sebuah pintu terbuka, dengan hati-hati sang penolong pun menurunkan gadis itu di ranjang yang ada. Menatap lekat dan melantunkan kata-kata lemah lembutnya.“Apa ada yang sakit?”Lucia menggeleng. Tapi jelas di mata orang itu kalau perempuan di pandangan tidak baik-baik saja. Tubuh gemetar serta kedua tangan yang memegang erat pakaian koyaknya sedang berusaha menutupi area dada.Helaan napas pelan pun terlontar dari sang penanya. “Jujur saja, aku tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada Sid jika adikmu mengetahui ini.”Evelin tersentak. Di sela-sela air mata yang berjatuhan tatapannya pun memperlihatkan keterkejutan. Ia langsung mendongak dan mencengkeram lengan laki

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-16
  • Pesona Wanita Terkutuk   31. Kemesraan Lucius dan Olea

    Di kamar Olea, sebuah pemandangan yang tak disangka-sangka menari di sana. Adegan mesra di mana Lucius mencium lembut sang pemilik ruangan di pangkuannya.Padahal tadi ia berniat memberikan buku bawaan sang tuan putri, tapi entah kenapa semua malah jadi begini. Terlihat keduanya begitu menikmati aktivitas panas mereka sampai-sampai desahan sesekali terlontar saat tangan Lucius bergerilya di raga gadis di depannya.Kecupan-kecupan menggoda ia hiasi di area dada, sosoknya tak bodoh untuk tidak meninggalkan jejak percintaan di leher tuan putri kerajaan Darkas. Bisa-bisa dirinya dihukum mati kalau sampai ketahuan.“L-Lucius,” lirih Olea dengan wajah memerah. “A-aku—”Namun ucapannya terpotong saat bibir sang pemuda membungkam mulutnya. Bahkan lumatan yang kian menuntut melumpuhkan fungsi otak Olea, sampai-sampai dirinya tak sadar kalau tubuhnya sudah hampir telanjang di depan laki-laki yang lebih cocok menjadi adiknya.“Jangan menahannya, Putri. Mendesahlah, karena aku menyukainya,” bisik

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-16
  • Pesona Wanita Terkutuk   32. Bar informasi

    “Lucius. Kamu kenapa?” bingung Evelin melihatnya. Terlebih pemuda itu menjatuhkan kasar badan ke ranjang kakaknya.“Aku lelah.”“Memangnya kamu habis melakukan apa?” Pemuda yang menatap langit-langit kamar itu pun melirik sekilas. Mulutnya sedikit terbuka namun tak terdengar suara. Membuat sang penonton bingung dengan tingkahnya. “Hei, aku bertanya padamu.”Lucius hanya terkekeh pelan, memaksa Evelin yang rebahan di sofa membenarkan posisi duduknya.“Apa yang lucu?” bingung gadis itu.“Tidak ada.”Decihan pun terlontar. Jelas kakaknya merasa kesal, terlebih respons aneh yang diberikan adiknya tidak menyamankan hati. Sosoknya pun langsung menghampiri Lucius dan duduk di tepi ranjang.“Lehermu kenapa?” tunjuknya pada area bawah telinga sang pemuda. Terlihat jejak kemerahan seperti digigit serangga.“Ah,” pemuda itu terdiam sejenak. Perlahan guratan di bibir terkesan meremehkan, dan semakin mengundang rasa heran juga penasaran Lucia. Kakaknya benar-benar tampak polos di mata.“Kamu seben

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-16
  • Pesona Wanita Terkutuk   33. Ribuan gagak

    Evelin tertegun. Jujur ia tak menyangka kalau orang ini mengetahui tentang dirinya dan Lucius. Tapi sosoknya juga penasaran dari mana sang adik mendapatkan berita tentang laki-laki ini sebagai ladang informasi liar di Darkas.Terlebih perawakan yang mirip bangsawan gelap benar-benar mengusik perasaan gadis itu saat bertatapan dengannya.“Tentang kerajaan ini, apa pun itu aku butuh semua informasinya.”Permintaan Lucius pun membuat sang kakak mengernyitkan dahi. Tapi ekspresi berbeda dipamerkan orang di hadapan mereka. Dia tersenyum lalu mengulurkan tangannya.“Kalau begitu bagaimana jika kita berkenalan dulu? Namaku Drain.”Dua bersaudara itu terdiam sejenak. Beberapa saat kemudian barulah Lucius membalas perkenalannya.“Lucius, dan ini kakakku Lucia.”Walau hanya sang pemuda yang membalas jabat tangan Drain, tapi sosok itu menatap lekat telapak tangannya. Menimbulkan lirikan aneh dari kakak beradik di depannya.“Ada apa?” bingung Lucia.Masih tak ada tanggapan. Walau pandangan si ram

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-16
  • Pesona Wanita Terkutuk   34. Sang Atasan VS Sang Pujaan

    “Kau!” pekik Evelin.Tapi terlambat. Pedang sudah diayunkan Fabina ke arah keduanya. Dengan cepat Lucius menarik kakaknya agar mereka menunduk menghindar.“Lihai juga,” seringai pengendali hewan itu. Bersamaan dengan gumamannya, berisik dari gagak di sekitar terasa kian menakutkan.Tanpa aba-aba hewan itu mulai berterbangan ke arah dua bersaudara Tenebris. Lucia dan Lucius pun terperangah sehingga tanpa pikir panjang mereka langsung lari dari sana.Berusaha keras menghindari amukan para pemakan daging yang menggila.“Sial! Kita harus melawannya!”Lucius yang mendengar ucapan itu menggeram. Memang benar perkataan Lucia, sampai kapan mereka bisa lari? Posisi yang memasuki hutan di belakang menara jam jelas tidak aman.Tanpa basa-basi ia tarik pedangnya. Senjata terselubung yang membuat Evelin berhenti di sampingnya.“Lucius!”“Larilah!”“Apa!”“Kembalilah ke istana dan katakan kalau Orion menyerang!”“Jangan gila! Aku tak mungkin meninggalkanmu!” hardik Evelin tak terima.Tapi sekejap m

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-16

Bab terbaru

  • Pesona Wanita Terkutuk   48. Pedang Sova

    “Sova, seandainya kita mati, bagaimana?” pertanyaan sosok bersurai merah itu membuat laki-laki berambut coklat terang di depannya mengernyitkan dahi. “Kau takut?” Bharicgos terkekeh pelan. Perlahan pandangan diedarkan ke sekitar, sayup-sayup suara gagak menyusup masuk ke telinga. Semakin lama semakin terdengar keras mengiringi langkah keduanya. “Aku hanya bertanya, kenapa jawabanmu malah seperti itu?” “Kita takkan mati dengan mudah. Apa lagi kau Bharicgos, mereka hanya membuang nyawa ke hadapan kita.” Dan ringkik kuda yang terasa jelas mulai menghampiri keberadaan mereka. Tampak di halaman istana Tenebris, kehadiran beberapa prajurit berzirah merah. Semangat yang tercetak di wajah mereka, senjata beserta bendera yang dikibarkan di tangan pun menjadi tanda dimulainya pertarungan keduanya. “Begitu ya, kau benar juga. Terima kasih sudah menghiburku, Sova Aviel Ignatius.” “Sova, padahal kau bilang kita tidak akan mati. Lalu kenapa pedang iblismu ada di bocah ini?” bersamaan dengan o

  • Pesona Wanita Terkutuk   47. Hion & Bharicgos

    Hempasan angin kasar menghantam mereka. Semua disebabkan oleh senjata Haina dan juga Lucius yang beradu. Rantai berduri ataupun pedang terselubung itu tampak seimbang. "Kau Tenebris. Kenapa menyerang?" Mendengar itu Haina menyentak rantainya. Memaksa Lucius mundur beberapa langkah. Walau sosoknya terluka namun tak meruntuhkan kekuatan Haina. Selain tampang angkuh yang sekarang melekat di muka. "Bukankah sudah jelas? Tentu saja untuk membasmi kalian." Seketika mata Lucius menyipit tajam. Jawaban konyol barusan jelas bukanlah yang ia harapkan. Sementara di satu sisi, Hion sekarang sedang berhadapan dengan dua Darkas. "Hati-hati. Dia sepertinya menguasai beberapa aliran pedang." Tentu saja penjelasan Bharicgos menyentak pendengaran rekan-rekannya. "Sepertinya Ignatius memang terlahir luar biasa ya," Siez menggeleng pelan. Teringat kembali dengan sosok Lucius di seberang. Pemuda delapan belas tahun itu pun juga serupa. Dilihat dari keahlian berpedangnya bisa dipastikan ia memaka

  • Pesona Wanita Terkutuk   46. Pertemuan para Ignatius

    Sorot mata tenang sosok berambut perak itu, terus saja memandangi pemuda bersurai coklat. Bahkan setelah pertemuan para utusan delapan kerajaan berakhir dengan ketegangan, Lucius tak terlihat menyesal. Ia bahkan sempat menatap remeh pada laki-laki di depan mata. Siez Nel Armarkaz. Penolongnya yang sudah membuat mereka bisa pergi dari sana. Andai Lucius tetap gigih memprovokasi Orion, mungkin saja beberapa orang yang menganggapnya ancaman akan segera membantainya. Terlihat dari tatapan tajam ratu Virgo kepadanya. "Darkas, apa kalian berkhianat?" pertanyaan Raja Aquarius saat Siez dan pamannya maju untuk menengahi keadaan memantik sebuah kenyataan. "Berkhianat?" Siez tersenyum hangat. "Dia rekan kami. Tak peduli siapa sosoknya, sudah tugas Darkas untuk melindungi orang-orang yang bekerja sama dengannya. Bukankah begitu? Pangeran Kaizer." Tapi tak ada tanggapan dari laki-laki yang diajak bicara. Selain tatapan tajam memenuhi suasana. Tanpa kata Lucius berlalu dari sana dan diiri

  • Pesona Wanita Terkutuk   45. Tantangan Ratu Virgo

    Pertarungan antara Kaizer atau pun Eran Lybria dengan para pengganggu memang telah selesai. Tapi tidak dengan Fabina, pedang di tangan pun diarahkan pada leher Lucius yang sudah tak lagi menyerangnya. "Hei! Apa yang kau lakukan?" Dusk Teriel masih bingung dengan mereka. "Musuh memang sudah tak ada. Tapi kita tak bisa menutup kemungkinan akan Tenebris yang tersisa." Orang-orang di sana pun kembali terhenyak. Dan menatap tak percaya pada sosok yang berbicara. "Ada bukti?" Lucius menyeringai. "Tutup mulutmu, hanya karena matamu sekarang tidak merah lagi bukan berarti kau bisa menipuku. Kau sendiri bukan yang mengatakan akan perperangan itu." Dan tak disangka, sebuah hempasan kasar pun menghantam Fabina. Tubuhnya langsung menghantam tanah akibat ulah perempuan yang menatap murka. "Yang Mulia!" Agrios syok melihatnya. Karena bagaimanapun juga dirinya jelas tak mengira kalau sang ratu akan menyerang kerajaan rekan mereka. "Fabina!" Kaizer pun menghampirinya. "Kau baik-baik saja?!"

  • Pesona Wanita Terkutuk   44. Dua iblis Tenebris

    Kehadiran pria itu sontak membuat para utusan Libra murka. Tanpa ragu Tarbias dan juga Eran menarik pedang mereka. Berbeda dengan seseorang yang hanya bersikap waspada pada pembantai kerajaannya. Prizia D'Librias. Sosoknya justru tak terlihat marah. "Siapa kau?!" Dusk Teriel jelas terkejut melihat respons para utusan Libra. "Tel Avir Ignatius. Jadi, apa kalian juga ingin bertarung denganku?" Ignatius.Nama belakang itu menyentak Lucius. Ia menatap tak percaya pada laki-laki yang bisa dipastikan berasal dari kerajaannya. Namun rupa asing Tel Avir membuatnya waspada. Karena bagaimana pun tak semua Ignatius sejalan dengan prinsip Tenebris. Apa lagi orang asing di depan mata tak pernah tampak di kerajaan semasa hidupnya. "Berani-beraninya keparat sepertimu muncul di sini!" suara senjata yang beradu pun melukiskan suasana. Pedang sang komandan Eran Lybria, dan juga pisau panjang tamu tak diundang itu saling bertemu dengan percikan di mata bilah keduanya. Seolah tak peduli lagi pada

  • Pesona Wanita Terkutuk   43. Tenebris Pengganggu

    Kalimat laki-laki itu pun memaksa beberapa orang memasang muka masam. Hanya seseorang yang menyeringai, siapa lagi kalau bukan Siez Nel Armarkaz. Sosoknya yang berpakaian serba hitam itu memang mampu membuat Orion menatap murka. Dan akhirnya Kaizer hanya bisa mengepal erat kedua tangannya. Sorot mata yang tak lepas dari dua utusan Darkas menandakan kalau dirinya masih tak terima. Tapi senggolan pelan yang dilayangkan Fabina menyadarkan sang pangeran. "Tenanglah, kita akan berurusan dengan mereka nanti." Kaizer terpaksa membuang muka. Pertanda kalau dirinya setuju akhirnya. "Jadi, apa yang ingin di bahas pada pertemuan ini?" Aqua D'Rius Argova bersuara. Raja kerajaan Aquarius itu menatap lekat utusan salah satu kerajaan yang memicu kehadirannya di sana. Dan orang-orang yang duduk di meja itu ikut menatap sumber pandangan. Tiga utusan dari kerajaan Libra pun dilirik bergantian. Sampai akhirnya salah seorang yang memiliki surai pirang dan bermata hazel menghela napas pelan. "Juj

  • Pesona Wanita Terkutuk   42. Delapan kerajaan

    Rambut pirang sepinggang itu bergerak indah saat disapu angin. Mata ambernya, sosok tenang nan berwibawa, dialah Ratu Ariena Vergiva yang baru saja turun dari kereta kuda. Kerajaan Aries. Dialah pemimpinnya sekaligus utusan yang hadir di sana. Di sisi wanita itu turut hadir seorang pemuda yang tampak pemalu. Surai blonde dengan mata emerald nan sesekali melirik sekitarnya. Walau dirinya lebih banyak menunduk di samping sang ratu. Dusk Teriel. Komandan utama kerajaan Aries itu sesekali melempar senyum pada sosok yang ditemuinya. Pria 40 tahun dengan rambut, netra, dan juga kulit serba coklat. Walau begitu ia cukup menawan, apa lagi fisik kokoh miliknya, akan sangat menyenangkan bagi para pemuja untuk bersandar di dadanya. "Selamat datang di tanah Hades, Yang Mulia Ratu, suatu kehormatan bagi keluarga kami bisa menyambut anda di sini," begitulah sambutan dari kepala keluarga Hadesia. "Terima kasih, Tuan. Seharusnya aku yang berterima kasih karena kalian sudah memberikan izin bagi

  • Pesona Wanita Terkutuk   41. Wanita Penggoda

    Haina Ver Ignatius. 23 tahun, sosok yang memiliki tato di bahu kanan dan juga paha itu menggerutu pelan. Memakai pakaiannya yang cukup menggoda. Belahan dada yang terpamer nyata, atau keindahan pahanya menjadi sensasi tersendiri untuk cuci mata. Hanya saja ada satu orang yang selalu mengganggap badannya tak lebih dari sekadar buah busuk di dekatnya. Siapa lagi kalau bukan sang kembaran, Hion Ver Ignatius. Entah kenapa dia selalu menatap dingin pada wanita. Terkadang tatapan muak seakan ingin mengenyahkan mereka dari pandangan juga ikut tampil di mukanya. Satu hal yang menjadi keuntungan bagi Haina agar tak ditendang dari sisinya, cuma ikatan darah sebagai saudara kembar. "Hion, aku masih belum mandi," lirihnya manja. Tapi sosok itu mengabaikan, langkahnya terus menapaki jalanan ke arah hutan. Membuat sang kembaran menyorot sinis dirinya. "Lihat saja, suatu saat aku pasti akan membunuhmu." "Jika kau benar-benar leluhur pertama, kenapa kau tidak mati?" pertanyaan yang dilontark

  • Pesona Wanita Terkutuk   40. Logos

    "Kau-" ucap Lucia akhirnya. Bahkan pelukan dilepas secara tergesa-gesa. "Siapa kau?! Berani-beraninya kau bersikap kurang ajar padaku!" Sosok itu tertawa remeh. Pandangannya menyapu Lucia, seakan ada yang salah dengan penampilannya. "Bukankah kita sudah bertemu? Di istana agung Tenebris." Gadis itu terkesiap. Pikirannya melalang buana pada ingatan sebelumnya. Anehnya ia mendadak lupa. Dan begitu tangan kokoh sang lelaki menyentuh pipinya, dirinya tersadar seketika. Akan pertemuan yang dimaksudkan. "K-kau-" "Bharicgos Vez Ignatius. Leluhurmu, sayang." Lucia pun memandang jijik padanya. Tak habis pikir dengan sifat orang di depan mata. "Kenapa kau bisa ada di sini?" "Memangnya kenapa?" "Bukankah kau-" kalimat tak lagi dilanjutkan. Ia menengadah karena gemuruh di atas sana kembali berteriak. Menyampaikan insting yang berbahaya akan suasana sekitarnya. Tiba-tiba Bharicgos menunjuk keningnya. "Trucar en absència (memanggil dalam ketiadaan)" selesai mengatakan itu, penutup mata Lu

DMCA.com Protection Status