Beranda / Urban / Pesona Sang CEO / Bab 49. Hubungan Sejauh Ranjang

Share

Bab 49. Hubungan Sejauh Ranjang

Penulis: Zedanzee
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-18 03:48:20

Sebuah pagi yang suram kala itu. Entah bagi Devi, Rangga atau Devan sendiri. Yang merasa sedikit bahagia hanya Dewi.

Awalnya Devan marah besar, dia tak mengira jika mantan istrinya menjalin hubungan dengan adik kandungnya. Adik yang selama ini ia gadang-gadang, bahkan bukan hanya Devan tapi seluruh wanita muda se-Indonesia yang mengidolakan sosok Rangga, kini membuat Devan hancur.

“Dia itu jalang! Kamu bisa cari wanita mana pun yang kamu mau tapi mengapa harus dia?”

Rangga membuang muka lalu tertunduk. Wajahnya merah padam berkali-kali wanita yang ia cintai disebut-sebut hina. “Memang ini salah saya Mas. Awalnya tidak ada niatan apa pun tapi takdir yang mempersatukan kita. Sebenarnya saya ingin jujur pada Mas Devan, tapi Devi selalu menolak.”

“Takdir? Astaga?”

“Iya Mas, awalnya hanya betah bermain dengan Jessy. Toh dia juga keponakanku juga. Tapi ternyata kami tak bisa

Zedanzee

Jangan lupa rate bintang lima dan gem untuk mendukung karya ini.

| Sukai
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
koq kabur kau njing. malu ya krn udah bilang si dewi jalang ternyata kamu lebih jalang lagi.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pesona Sang CEO   Bab 50. Misteri Ayah Jessy!

    “Jadi kamu sudah…” Devan mencoba menyakitkan diri bahwa dugaanya keliru.Dengan percaya diri Rangga mengangguk dua kali. “Iya Mas, kami saling cinta. Maafkan saya Mas.”Devan berdiri menatap wajah Rangga dengan sangat jelas. Tampak wajah kejujuran dan ketulusan itu terpancar jelas di wajah adiknya. “Bahkan Jessy bukan anakku. Aku ke sini untuk berobat karena aku mandul.”Devan sekilas menatap Dewi, kedua matanya memberi isyarat untuk meninggalkan ruangan itu. Dengan cepat Dewi berdiri mengandeng Devan. Meninggalkan Rangga yang mematung bak tugu.Kali ini Rangga yang dibuat pusing kepayang. Badannya yang masih letih karena pergulatan semalam, ditambah kenyataan pait yang harus ia terima benar-benar membuatnya stress. Sejak kepergian Devan dari apartementnya ia mencoba menelfon Devi namun tak ada satu pun panggilanya ia terima. Bahkan nomor whatsapp telah di b

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-18
  • Pesona Sang CEO   Bab 50. Kedatangan Rangga

    Sekilas Devi menatap mobil warna putih melintas tepat disampingnya yang melaju dengan kecepatan penuh. Hanya seperkian detik saja Devi melihat mobil putih itu menyalip dan hampir menyenggol bis dihadapnya. Nyaris kecelakaan. Entah apa yang terjadi jika dua kendaraan itu saling bersentuan.Bukan hal itu yang mengusik Devi tapi mobil itu mirip milik Rangga. Meskipun di jalan mobil warna putih tidak terhitung namun melihat mobil warna putih yang baru sja melintas benar-benar mengusiknya.Taksi online itu benar-benar melaju ke Malang melalui jalan tol lalu menuju ke kota Batu. Sampailah di alun-alun Batu, sopir itu menunggu di parkiran dan Devi sebentar saja keliling taman. Bukan mendapatkan fikiran fres justru semakin stress, kala melihat sepasang kekasih saling bercengkrama. Devi yang malas lantas meminta balik ke Surabaya.Namun baru saja membuka pintu gerbang ia telah mendapatkan pemandangan yang ingin membuat lari

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-19
  • Pesona Sang CEO   Bab 51. Sebuah Kejujuran

    Devi tak menjawab, hatinya begitu bergemuruh. Hatinya terasa diremas hingga hancur. Pria kesayanganya ternyata benar-benar menunggu di ruang tamu. Termenung sendiri dengan makanan dan minuman yang disediakan asisten rumah tangga Devi. Biasanya dari tangan Devi sendirilah segelas air putih untuk Rangga disediakan. Tepat pukul delapan malam ketika Jessy telah terlelap. Saat Devi selesai membacakan sebuah buku dongeng si kacil di halaman nomer tiga, dengan perasaan penuh harap Devi turun ke ruang tamu. Berkali-kali dirinya berdoa semoga Rangga sudah pulang. Jika menurut jadwal hari ini yang Devi ketahui malam ini kekasihnya harus ke luar kota. Dengan langkah yakin Devi berjalan menyusuri tangga. Matanya tertuju pada rambut yang sedikit ikal masih di tempat yang sama. Bahkan Rangga menyadari kehadiran Devi. Dua hati berdetak kencang dengan emosi yang belum tersalurkan.

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-19
  • Pesona Sang CEO   Bab 52. Bersama Goman

    Rona wajah Devi memerah, ia berkali-kali mencoba napas panjang. Melongarkan dada yang terasa sesak. Berusaha merangkai kata yang paling tepat untuk pria dihadapnya sekarang. Untuk Rangga yang begitu penasaran dengan sebenarnya apa yang terjadi di masa lalu Devi. Dan malam ini Devi bagai binatang setelah hibernasi panjang, ia harus keluar dari tempat persembunyian. “Kamu pernah bilang jika kamu akan hidup di masa depan bersamaku, bukan masalaluku.” Butiran air menetes di sudut mata Devi, entah mengapa malam ini ia merasa sangat takut. Takut dengan banyak kemungkinan dan kehilangan. “Bukan itu yang jadi masalah tapi aku ingin sebuah keterbukaan.” Dengan napas panjang Devi menceritakan sebuah hal yang tak seorang pun tahu. Sebuah rahasia besar yang ia sembunyikan selama bertahun-tahun. Sebuah rahasia yang ia sendiri tidak yakin apakah benar hal itu terjadi. *** Sebuah ambisi seorang perempuan untuk hidup mandiri, secara finansial dan kuat secara mental. Tidak bergantung kepada orang

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-30
  • Pesona Sang CEO   Bab 53. Pudarnya Pesona Sang CEO

    ”Aku hidup denganmu bersama masa depan bukan masalalumu!” Itulah kata yang pernah terlontar dari bibir pria yang kini melangkah ke arah keluar, dengan segudang kecewa tentang masa kelam Devi. Ia pergi tanpa sepatah kata pun. Sedangkan Devi menatap dengan air mata yang tak terbendung. “Tunggu Rangga!” Devi melangkah mendekati Rangga, namun pria itu terus melangkah tanpa peduli jeritan Devi. “Apakah kamu akan meninggalkan aku setelah aku berkata jujur?” Devi kembali melontarkan pertanyaan konyol. Persis seorang remaja, dengan wajah memalas berharap Rangga membalikan badan lalu kembali menatap dirinya. Rangga tak menjawab, ia buka pintu mobil tak perlu butuh semenit derung suara ,mobil Rangga pergi meninggalkan pekarangan rumah Devi. Bibir Devi masih bisa tersenyum dengan senyuman getir, diikuti air mata berlinang ia melangkah dengan malas. Masuk rumah lalu menuju kamar Jessy. Dengan tatapan tanpa arah ia memandang putri kecilnya. Wajah ayu nan polos itu terlelap seolah tak terganggu

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-25
  • Pesona Sang CEO   Bab 54. Wanita Tanpa Arah

    Di hari ke tujuh setelah tragedy malam itu, Rangga benar-benar menghilang dari hidup Devi. Seluruh kontak telah Rangga blokir, hingga Devi benar-benar kesulitan untuk menghubungi Rangga.Di tengah-tengah urusan yang begitu pelik, Devi dalam diam terus berusaha untuk bisa bicara dan bertemu dengan Rangga. Ia sisihkan urusan soal ayah kandung Jessy termasuk tentang keraguan yang beberapa hari menyerangnya.Devi sendiri telah yakin jika Rangga sosok laki-laki yang baik, yang selama ini ia kenal. Ia begitu dekat dengan Jessy, tak akan mungkin begitu saja membenci bocah kecil itu. Terlebih lagi dengan dirinya, Devi telah yakin jika selama ini ia mencintai laki-laki yang tepat.Jika diingat malam terakhir dirinya menghabiskan waktu berdua, sangat jelas jika Rangga benar-benar telah jatuh hati pada Devi. Jadi saat ini Devi yakin, jika pria yang ia cintai itu hanya butuh waktu untuk tenang.Mungkin saja Rang

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-25
  • Pesona Sang CEO   Bab 55. Babi!

    Cinta adalah pedang bermata dua. Ia bisa membunuh dan juga menghidupkan. Seperti cinta Adam pada Hawa yang buta. Yang membuat Adam lupa akan janjinya pada Tuhan untuk tidak memakan buah terlarang. Hingga akhirnya anak dan cucunya hidup di dunia yang fana ini, sebagai bentuk hukuman Tuhan pada Adam. Seperti cinta Devi pada Rangga yang telah hancur tak berbentuk membuatnya seakan menjadi mayat hidup. Matanya melihat tapi otaknya padam, telinganya mampu menangkap suara semut sekalipun tapi hatinya mati. Kondisi otak dan hati yang berpadu dengan kehancuran membuat malam ini ia benar-benar seperti orang bodoh. Di jalan Dr. Soetomo Surabaya, tepatnya di perempatan besar belasan orang berkeliling mengerumuni Devi yang masih di dalam mobil. Mereka persis kumpulan semut yang mendapatkan gula. “Oh dasar wanita goblok! Turun! Tanggung jawab jangan lari!” pekik salah seorang dari mereka. “Jancok! Babi!”

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-27
  • Pesona Sang CEO   Bab 56. Uang Haram Untuk Jalang.

    Dua bola mata Devi kembali menangkap sesuatu yang tidak asing baginya. Pria yang baru saja menghardiknya berhenti di sebuah warung kopi dan bersama wanita sekitar umur dua puluh tujuh tahun, dua kali lipat umurnya. Wanita itu tampak cantik dengan rambut pirang dibiarkan terurai begitu saja, bibirnya pun berwarna merah cabai. Dengan rok mini, betis yang indah dibiarkan telanjang, sedangkan bagian atasan hanya mengenakan tang top warna hijau muda, menampakan dua gundukan yang sangat menawan. Rasa penasaran tak terbendung, Devi memutar stir lalu berhenti di bahu jalan. Bagai seorang intel mata Devi tajam memangsa. Orang yang pantau masih berdiri di samping motor yang terparkir halaman warung kopi, sambil asik berbicara dengan wanita itu. Sesekali wanita itu menyentuh manja bahu pria itu dan sebaliknya dengan gemas pria itu mencubit pipinya Telihat warung itu nampak biasa, penerangan hanya dengan lampu remang-remang. S

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-27

Bab terbaru

  • Pesona Sang CEO   Tamat

    “Bekerja di bidang apa Bu?” tanya Max sangat kaku.“Jangan panggil Bu. Terlalu formal. Panggil saya Devi,” pungkas Devi tegas.Max menelan ludah. Dia salah lagi. “Oh maaf Devi. Kamu bekerja di bidang apa?”“Salon kecantikan. Kamu?”“Kontruksi. Pantas saja.” Max tersenyum lebar ke arah Devi sambil mengendalikan kemudi.Kening Devi sedikit mengkerut. “Pantas apa?”“Cantik.”Devi tersenyum lalu melihat ke arah jalan raya yang semakin padat. Dia tidak terlalu tertarik dengan jawaban Max, menurutnya terlalu berlebihan.Entah angin dari mana, ucapan Susi kembali mengema. Seperti kaset yang diputar berulang dengan kalimat yang sama. “Cobalah dekat dengan pria dan lunakan hatimu.”Max tidak terlalu buruk. Di usia yang sama dengan Devi yang telah memasuki kepala empat tubuhnya masih segar bugar dan tampan. Bicaranya juga sopan, memiliki anak seusia Jessy. Dia pasti juga pengalaman menjadi orang tua. Pasti cukup nyambung untuk sekedar bicara dan ngobrol lebih jauh.Devi mulai berpresepsi tentan

  • Pesona Sang CEO   S2. Bab 19. Max, Si Pria Kekar

    Devi berjalan terburu-buru setelah memarkirkan mobilnya di halaman sekolah Jessy. Dia terlambat lima menit menghadiri rapat pengambilan rapot Jessy.Akan tetapi langkah kaki itu terhenti ketika sebuah mobil sedan warna hitam melintas tepat di hadapnya kemudian berbelok hendak parkir di samping mobilnya.Suara retakan terdengar keras di belakang Devi. Kedua bola matanya melihat dengen jelas bagimana orang itu menabrak spion mobilnya. Dan kini langkah Devi benar-benar terhenti.Niat untuk segera masuk ke ruang kelas Jessy terhenti seketika. Dia perlu membuat perhitungan dengan orang tolol yang telah menabrak mobilnya.Devi berdiri di samping mobil sedan warna hitam, menunggu sang empu keluar dari dalam mobil. Orang itu harus diberi pelajaran, siapa tahu dia sebernarnya orang yang tidak mahir membawa mobil namun nekat mengendarai.Sepatu datar mengkilat dengan moncong sedikit keatas keluar terlebih dahulu dari dalam mobil. Seorang pria dengan tubuh kekar dengan kemeja yang minim keluar d

  • Pesona Sang CEO   S2. Bab 18. Haruskah Berkencan dengan Pria?

    Mantan kekasih adalah belegu.Sebuah kalimat yang cocok untuk Devi saat ini. Rangga kembali datang menawarakan sebuah pertemanan, namun bukan itu sebenarnya. Devi mengerti tidak ada pertemanan murni dengan mantan.Kemungkinan untuk masuk ke jurang yang sama masih jelas ketara. Akan tetapi jika terus menerus menghindari Rangga justru semakin pria itu terpacu adrenalin.Devi harus melalukan sesuatu agar berhenti mengusiknya.“Oke. Aku memaafkanmu, kita bisa berteman. Tapi tolong beri aku ruang dan waktu. Tidak mudah aku kembali pada masalalu walau hanya untuk berteman!” Suara Devi terdengar sedikit kaku dengan dua bola mata menatap penuh ke arah Rangga.“Beri aku waktu!”Rangga berdehem. “Apa yang harus aku lakukan?”“Dua minggu saja kamu berhenti menemuiku?”“Kenapa?” tanya Rangga.“Beri aku ruang dan waktu!”Pertemuan itu berlangsung cukup sengit. Namun, membuahkan hasil bagi Devi. Pria itu pergi dari ruangan Devi, meskipun dengan perasaan yang begitu kacau.Kini yang ada hanya Devi y

  • Pesona Sang CEO   S2. Bab 17. Penyesalan

    Satu bulan setelah pertemuan itu Devi menolak untuk bertemu Rangga. Bahkan urusan kerja sama dengan Erlangga ia serahkan penuh ke Susi. Ia benar-benar menolak untuk bertemu dengan Rangga.Rasa tersinggung karena ucapan Rangga kala itu masih lekat di otak Devi. Namun, siapa sangka selama satu bulan itu juga Rangga tidak berhenti mengusik dirinya. Dari mengirim buket bunga sampai makanan hingga beberapa batang coklat.Akan tetapi akhir dari buket bunga-bunga itu ialah tong sampah jika untuk makanan Devi biarkan karyawan yang menghabiskan semua.Sedikit pun ia tak lagi terkesan dengan godaan yang diberikan Rangga.Sebenarnya hal itu ia lakukan agar untuk menjaga hati akan rayuan Rangga. Ia tahu pria itu sudah berubah, tidak lagi sama seperti dahulu. Kini Rangga lekat dengan alkohol dan rumor-rumor miring.Devi juga tak bisa menampik kabar yang beredar jika Rangga saat ini sedang dekat dengan beberapa model dan juga artis kontroversial. Beberapa kali Rangga datang ke kantor, tapi Devi

  • Pesona Sang CEO   S2. Bab 16. Kencan Dengan Masalalu

    Berdua dengan mantan kekasih yang pernah mencintai begitu dalam adalah siksaan nyata. Urat di belakang leher Devi terasa kaku, jantung terus dipacu berdetak lebih keras. Sesekali Rangga mentap lalu buang muka, dan itu sedikit memuakan untuk Devi. Tapi itu tidak berlangsung lama ketika ponsel Devi berbunyi, meskipun itu panggilan hanya dari staf kantor dan bisa dialihkan tapi hal itu menjadi kesempatan Devi untuk keluar ruangan itu. Dan ia dengan sengaja kembali dua puluh menit kemudian ketika semua sudah berkumpul di bilik 55. Meeting dan sekaligus makan sing berlangsung singkat; dua jam. Kali ini Devi hanya berkata jika perlu, tidak banyak basa basi apalagi bercanda, terlebih lagi Rangga. Pria itu hanya menjadi pendengar, sambil terus memainkan mata ke arah Devi. Semua setuju project akan digarap satu minggu yang akan datang. Sebagai bentuk penutup acara semua yang ada dalam ruangan itu saling berjabat tangan. Termasuk Rangga dengan Devi. Akan tetapi jabat tangan kali ini Rangga d

  • Pesona Sang CEO   S2. Bab 15. Di Bilik 55

    Kurang dari tiga puluh menit pertemuan di mulai. Seorang pria dengan kacamata hitam bertubuh tinggi dengan rambut sedikit ikal berjalan memasuki bilik ruangan no 55. Di pertemuan ini pria itu sengaja mengenakan kemeja kualitas premiun berbahan flannel, dengan lengan panjang. Dan untuk celana ia mengenakan celana jins warna hitam. Pria itu juga mengenakan sepatu kanvas dengan model kasual sebuah penampilan sederhana tapi tetap modis. Untuk pertemuan dan tebar pesona. Namun langkahnya terhenti sebelum memasuki ruangan itu. Dari cela pintu kaca terlihat jelas sosok wanita yang sangat ia kenali. Dua mata Rangga kini tak lepas dari sosok wanita dengan dres berwarna hitam polos berkalung mutiara sedang duduk menatap ponsel. Bersyukur wanita itu fokus ke poselnya, hingga tidak menyadari kehadiran Rangga. Rangga bergumam, sedikit kesal ternyata Devi jauh lebih dahulu sampai restoran. Padahal pria itu percaya diri jika kehadiranya menjadi hal yang mengejutkan bagi Devi. Tapi sebaliknya ia

  • Pesona Sang CEO   S2. Bab 14. Kembalinya Rangga

    Devi sengaja datang lebih awal di restoran tempat ia akan meeting. Ia memilih restoran di hotel paling terkenal mewah di Surabaya dengan menu-menu ala Itali. Beberapa kali Susi dan Iqbal sedikit komentar tentang restoran yang dianggapnya sedikit berlebihan. Akan tetapi hal itu tidak jadi beban Devi. Ia rela datang satu jam lebih awal untuk memastikan semua maksinal. Menu makanan, minuman ia memilih yang paling laris dan enak. Ia bahkan berani memberi tips khusus untuk kepala staf pelayan restoran itu, untuk tidak mengecewakan dirinya apa lagi relasi bisnis. Hal itu ia lakukan bukan hanya semata-mata meeting dengan Erlangga tetapi bakal calon tiga model yang akan membintangi produknya. Semua bukan orang sembarangan. Salah satunya ia Devi kenal betul. Luar dan dalam model itu. Sepuluh tahun berlalu sejak berpisah dengan Rangga kini ia harus bertemu kembali. Bukan untuk urusan pribadi tapi untuk urusan bisnis. Hal itu ia benci tapi sulit sekali untuk ia hindari. Dan semua itu terjadi

  • Pesona Sang CEO   S2. Bab 13. Kembalinya Masalalu

    Hari ini tidak sepenuhnya menyebalkan untuk Devi, karena sore hari pukul tiga ia telah menandatangi kontrak kerja sama dengan brand fashion terkenal di Indonesia dan dua tahun belakangan sudah masuk ke skala Internasional. ERINA, sebuah brand fashion baju yang kini sedang digadungi nyaris semua lapisan masyarakat Indonesia.Setidaknya dengan kolaborasi dengan brand ERINA, sudah dipastikan produk sekaligus salon yang Devi kelolah bakal semakin melesat. Bukan hanya di Indonesia tapi juga kawasan Asia Tenggara.“Untuk urusan model serahkan pada saya. Saya akan mencari model atau artis yang bisa membawa berlian untuk produk kita.” Pria dengan rambut hitam mengkilat itu melepas kaca matanya, dilipat lalu diselipkan ke kantong kemeja. Ialah Erlangga pria berusia empat puluh tahun, pemilik tunggal brand ERINA.“Tentu saya akan senang. Saya percaya pilihan Pak Erlangga. Semua tahu jika beberapa tahun ini ERINA tidak pernah gagal mengeluarkan produk.” Devi tersenyum puas. Begitu pula dengan Su

  • Pesona Sang CEO   S2. Bab 12. Ibu Otoriter

    Perang dingin itu belum usai hingga sarapan ke esok harinya. Jessy masih dengan mulut rapat, lekuk wajah kaku. Dan hal itu sering terjadi jika Jessy sedang marah. Sebaliknya bagi Devi hal itu bukan hal yang memberatkan pikiran, ia sudah biasa dengan sikap kaku Jessy. Toh berjalan waktu nanti semua akan membaik.“Untuk sekolah SMA, mama udah dapat sekolah yang pas buat kamu Jes. Sekolah ternama, ramah untuk siswi putri dan kurikulumnya menurut mama bagus.” Devi tersenyum manis sambil memandang wajah Jessy yang semakin tertunduk. “Mama juga sudah daftarkan Jessy les matematika dan fisika juga. Mungkin nanti juga akan ada les model, Mama pengen nanti kalau Jessy udah tujuh belas tahun jadi model di salon Mama.”Jessy terdiam, lemas. Selera makan semakin menghilang bahkan semangkuk sup sedari tadi hanya ia incim kurang dari tiga kali. Dan kini benar-benar ia tak ingin melanjutkan sarapan. Perutnya terasa sudah penuh seketika sejak Devi mengatakan urusan sekolah.Dua mata Devi mulai menga

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status