David duduk tegap saat berhadapan dengan pemimpin dari perusahaan luar negeri yang hendak dia ajak bekerja sama. Pria itu memerhatikan Farhan yang mewakilinya untuk menyampaikan keunggulan apa saja yang dimiliki oleh perusahaan DR.Farhan begitu antusias dalam menyampaikan sesuai dengan apa yang dituliskan sang bos. Setelah selesai, mereka menunggu pertimbangan dari perusahaan yang berpusat di Singapura tersebut."Inilah yang kami cari. Mau keuntungan seperti apa pun harus dibarengi dengan keunggulan dari perusahaan masing-masing. Anda ternyata paham dengan apa maksud saya. Dengan begini kami jadi yakin jika perusahaan DR adalah perusahaan yang percaya diri," papar seorang pria yang lebih tua dari David."Terima kasih, Pak Andreas Lim," sahut David merasa puas."Sama-sama. Mendengar penjelasan dari Pak Farhan tadi kami jadi teringat dengan perusahaan Mentari. Mereka memiliki seorang gadis muda yang begitu kompeten dan cerdik. Sayangnya perusahaan itu sudah menjadi milik RH," papar And
"Saya sudah siap, Mas," ucap Lila melalui panggilan ponselnya.Siang itu Lila akan ikut makan siang bersama ibu mertuanya. Gadis itu mengenakan blouse merah muda polos yang dipadankan dengan rok putih bermotif bunga. Rambutnya pun dia kuncir ekor kuda. Wajahnya juga sudah dipoles riasan tipis.David memerintahkan sang istri untuk menunggunya di depan apartemen. Dia tak mau berlama-lama dan segera menuju ke restoran yang sudah dipesan oleh sang ibu."Kamu jangan mempermalukanku. Mamah mengajak kita ke restoran mewah pasti karena masih curiga dengan status pembantumu," papar David ketika Lila sedang memasang sabuk pengaman."Saya mengerti," jawab Lila. Tentu saja gadis itu tahu betul etika ketika makan di restoran. Dia sudah mempelajarinya."Bagus. Jika kau tak paham dengan apa yang harus kau lakukan, cukup tunggu saja. Aku yang akan memulainya sebagai contoh untukmu," papar David. Ternyata pria itu peduli. Bukan. Lebih tepatnya David hanya tak ingin ibunya curiga dan kembali mempermasa
Suasana makan siang menjadi hangat di antara Helena dan David. Lila memilih diam saat dirinya tak diajak bicara. Lalu tiba-tiba saja David memegang tangannya."Sayang. Apa kamu baik-baik saja? Apa ada makanan yang membuatmu mual?"Pandai sekali pria itu berpura-pura menganggapnya hamil muda di hadapan ibunya."Kalau ada makanan yang tidak bisa kamu makan, bilang saja, ya?" lanjut David."Ah. Tidak, kok, Mas. Aku baik-baik saja," jawab Lila sembari tersenyum."Syukurlah kalau kamu baik-baik saja." David membalas senyuman Lila.Tiba-tiba ponselnya berdering."Aku harus menerima telepon," ujarnya."Sana kamu angkat dulu aja, Dav," ucap Helena.David beranjak dari tempat duduknya menuju ke tempat yang lebih sepi untuk menerima panggilan. Kini tinggallah Lila berdua saja dengan Helena.Atmosfer menjadi tak mengenakkan saat ini. Lila merasakan tatapan menusuk dari ibu mertuanya. Namun gadis itu mencoba untuk tetap tenang."Beruntung sekali kamu bisa menikahi putraku." Ucapan Helena sengaja
"Kenapa Mamah bisa yakin kalau kamu seorang pembantu? Ini pasti gara-gara ucapanmu waktu itu, kan?" David langsung memarahi Lila saat mereka sudah berada di dalam mobil.Lila menunduk. "Maaf ....""Sudahlah. Kamu hanya perlu memberikanku anak agar Mamah tidak menuntut yang aneh-aneh lagi.""Tapi Mamah bilang aku harus bercerai dari Mas David ...." ucap Lila masih menunduk."Itu tidak perlu dipikirkan. Lagi pula kita kan memang akan berpisah setelah kontrak selesai." David tak menatap sang istri lagi.Lila pun memilih diam saat David menyalakan mesin mobilnya. Pasangan pengantin baru itu pun segera pergi meninggalkan restoran dengan kesunyian di antara keduanya.Saat sedang dalam perjalanan menuju ke apartemen, ponsel David kembali berdering. Pria itu menyalakan bebas genggam agar bisa berbicara dengan Farhan."Ada apa?" ketusnya yang masih kesal."Maaf, Pak David. Saya mau mengabarkan kalau Pak Andreas sudah datang.""Minta untuk menunggu sebentar. Aku akan ke sana," ucap David."Baik
Gelas kaca kembali terisi penuh. David meneguknya sekali lagi untuk menghormati sang penyelenggara acara."Terima kasih karena sudah mau menghadiri undangan makan malam kami, Pak David," ucap seorang pria."Sama-sama, Pak Gunawan," jawab David dengan sopan."Ada apa, Pak David?" tanya Gunawan.David menggeleng pelan. "Tidak apa-apa, Pak. Tapi saya mau permisi dulu. Saya masih ada urusan," ucapnya sembari berdiri.David merasakan alkohol dalam minuman terakhirnya. Pria itu pun undur diri dan segera pergi sebelum terlambat."Pah, mana Pak David tadi?" Seorang gadis cantik dengan gaun merah mendekati Gunawan."Dia sudah pulang," jawab sang ayah."Kenapa nggak ditahan, Pah? Bukannya tadi kata Papah, Pak David tidak tahan dengan alkohol? Aku udah siap-siap ini. Lagi pula siapa sih yang nggak mau jadi istrinya direktur DR?" rengek gadis cantik bergaun merah."Sepertinya gosip itu salah, Putriku. Dan barusan Papah dengar kalau Pak David sebenarnya sudah menikah.""Ck! Kenapa gitu, sih?" sung
Lila memilih mundur. Namun David tentu saja tak akan membiarkannya begitu saja. Pria itu menarik kedua tangan Lila dan memaksa gadis itu untuk menghisap miliknya."A-aku nggak bisa, Mas ...." cicitnya sembari memalingkan wajahnya. Dia tentu saja menolak karena risih."Jangan membantah!" sentak David membuat Lila semakin takut. Lila menjawab dengan gelengan kepala lagi. Suaminya sedang dalam pengaruh alkohol dan membuatnya bertambah menakutkan.Dengan sekali tarikan, Lila kembali jatuh ke dalam pangkuan David. Tangan pria itu pun mencengkeram dagunya."Lakukan saja perintahku!" tekannya.Lagi-lagi Lila tak bisa menjawab saat bibir seksi David kembali membungkam bibirnya. Suara decapan yang menjijikkan bagi Lila terdengar jelas. Dan tangan gadis itu dipaksa untuk menyentuh pusakanya. Lila memekik pelan saat menyadari ukurannya yang lebih besar dari milik mantan suaminya.Tangan David tak lantas diam. Dengan kasar dirinya memainkan dada indah Lila. Membuat tubuh gadis itu kembali menega
Selama bekerja David terus saja melamun. Tak seperti biasanya, pria itu sama sekali tak bisa fokus di dalam ruangannya sendiri. Farhan pun keheranan dibuatnya."Apakah sedang ada masalah, Pak?" tanya pria berkacamata itu dengan sopan.David menoleh menatap Farhan dengan tatapannya yang dingin. "Tidak ada apa-apa," dustanya.Padahal David masih memikirkan apa yang terjadi di tempat tinggalnya bersama Lila. Gadis itu pun berubah semakin menjadi pendiam. Tak seperti biasanya yang selalu menyapa dirinya. Lila bahkan menghindari kontak mata dengannya.Seperti saat dia hendak berangkat kerja tadi, Lila memilih menghindarinya dan bersembunyi di belakang untuk mengurus cucian."Hei," panggil David sembari menoleh ke belakang.Karena Lila tak menyahut, pria itu segera berjalan menuju ke ruangan lain. Dia melihat Lila yang sedang sibuk mencuci pakaian kotornya."Hei," ulangnya memanggil sang istri.Tubuh Lila sedikit terlonjak mendengar suara suaminya. Akan tetapi gadis itu sama sekali tak meno
Hari yang dinanti David telah tiba. Dia mendekati Lilara sebelum pergi bekerja."Kau sudah selesai, kan?" tanya pria itu memastikan.Lila menatap kaget pada suaminya yang belum juga pergi ketika dia baru saja selesai mandi. Gadis itu memalingkan wajahnya karena pertanyaan David memang sengaja dia hindari."Kau tidak bisa membohongiku. Malam ini bersiaplah. Akan aku pastikan kalau kamu menerima benihku dan mengandung anakku," tegas David tanpa perasaan.Pria itu segera pergi setelah mengucapkannya. Meninggalkan Lila yang merasakan nyeri di dalam rongga dadanya. Ucapan David benar-benar kejam, seolah tak peduli pada perasaannya sebagai seorang istri.David bekerja menemui kliennya di kantor. Pria berkharisma itu selalu saja berhasil melakukan kerja sama dengan beberapa pemilik perusahaan. Kini waktunya bertemu dengan CEO perusahaan RH."Senang sekali bertemu langsung dengan Anda, Pak Davidson. Saya Erik Raharja, CEO RH," sapa Erik dengan senyuman ramah.David menatap rekan bisnisnya yan