“Sebaiknya Tuan tidur sama Ayah di kamar yang sana saja,” jawab Jessica sambil menelan salivanya kasar. Berbaikan mungkin oke. Tapi kalau untuk tidur bersama seperti biasanya, Jessica masih merasa enggan.
Joandra tiba-tiba mengambil gelas dari tangan istrinya, lalu berjalan masuk dan meletakkannya di atas nakas. Joandra kembali berjalan ke arah Jessica, yang terpaku melihat apa yang sedang dilakukan oleh Joandra saat ini.
Joandra menutup daun pintu itu, dan lalu menguncinya.
“A-apa yang Tuan lakukan?!” tanya Jessica yang kaget melihat Joandra terlihat tidak seperti biasanya.
“Aku merindukanmu Honey. Aku tidak ingin menudanya lagi!” kata Joandra tegas, dengan desah napasnya yang mulai terdengar memburu.
“A-apa yang Tuan maksudkan?!” tanya Jessica lagi terlihat begitu gugup.
“Aku ingin kamu malam ini, Jessica Pitaloka. Kita sudah menikah, aku tidak ingin menunggu terlalu lama lagi. Ak
“Lantas ... apa semua pengorbanan yang Abang lakukan selama ini tak berarti sama sekali untukmu, Honey? Apa Jessica tak merasa jika hati ini adalah milikmu seorang? Harus bagaimana lagi Abang mengatakannya dan apa yang harus Abang lakukan? Katakan sayang ... katakan kalau kamu memang tak pernah mencintaiku sama sekali.”Joandra berkata serius dengan kelopak matanya yang juga sudah terlihat penuh dan sarat dengan air bening yang tertahan di sana. Bertanya tegas dan serius sambil kedua telapak tangannya mengusap pelan air mata Jessica yang kini terus menganak sungai.Jessica terdiam. Tak bisa menahan getar di bibirnya, membuat Jessica langsung menggigit bibirnya kuat. Matanya masih terus beradu dengan mata Joandra, dengan air matanya yang tak bisa dihentikannya sama sekali. Rasanya dia tak ingin masalah status sosial yang sudah pernah diutarakan oleh Joandra menjadi penyebab masalah yang berikutnya nanti, dan untuk masa bertahun-tahun yang akan datang yang mu
“Awh!”Kali ini desahan itu terdengar kencang, dan ternyata perbuatan Joandra barusan membuat Jessica terkejut besar.Joandra tak ingin berlama-lama dan segera memanfaatkan kesempaatan yang dimilikinya.Tangan kekar Joandra mulai merayap ke arah pinggul. Memegangi kedua sisi panties yang masih menutupi bagian tersensitif Jessica, dan lalu mulai menurunkannya.Dengan cepat pula kedua tangan Jessica memegangi kedua lengan Joandra dan menahannya.“Jangan,” ujar Jessica cepat dengan kedua tangannya yang masih memegang tangan Joandra yang ingin menurunkan celana dalamnya.“Sebentar saja, Honey. 1 kali saja.”“Nggak. Jessica mohon, jangan.”“Honey? Kamu masih meragukan kesungguhan Abang?!” tanya Joandra dengan dadanya yang bergemuruh hebat, napasnya juga sudah terengah-engah akibat hasratnya yang hampir tumpah. Terlebih kali ini dia tak ingin menundanya lagi.“I
Selama ini, semua rencana mereka selalu menemui permasalahan dan gagal dikarenakan terlalu banyak pihak yang mengetahuinya. Dan Joandra tak ingin melakukan hal yang sama. Tak masalah tak ada ayahnya dan juga ibu mertuanya yang terlihat tak mendukung hubungan mereka selama ini.“Sayang serius? Tak mungkin ayah kandungmu tak hadir, Sayang?” tanya Jessica kembali mengarahkan matanya melihat manik mata Joandra yang kini sedang melihatnya juga.“Aku sudah dewasa. Aku bisa mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas segala yang menjadi pilihanku. Tak akan ada masalah sama sekali.”“Kalau Sayang sudah mantap dan yakin, Jessica ikut saja.”Sekali lagi. sekali lagi Jessica ingin menggapai kebahagiaannya. Dia akan percaya penuh pada Joandra yang terlihat sangat mencintainya. Namanya manusia, sangat lumrah jika melakukan kekhilafan bukan? Terlebih dengan kejadian waktu itu. Jessica ingin mulai belajar melupakan permasalahan mereka yang begitu dominant, dan sudah sempat membuatnya trauma.“Ter
Joandra terdiam sambil menelan salivanya kasar. Berpikir bagaimana caranya agar istrinya itu tinggal di kediamannya lagi dan tak meneruskan berjualan seperti kegiatannya belakangan ini. Pekerjaan berjualan seperti ini terlalu rumit dan membuat gadis pujaan hatinya itu sangat repot, dan Joandra sesungguhnya merasa sangat keberatan.Terlalu menekankan keinginannya sendiri Joandra juga merasa takut nanti akan kembali membuat Jessica mengubah pikirannya.“Baiklah.”Joandra yang tak memiliki pilihan mengiyakan. Meski dia mulai merencanakan sesuatu setelah ini.Jessica tersenyum saat mendengarkan persetujuan Joandra. Dan itu membuat Joandra menghela napasnya pelan. Bagaimana mungkin setelah menikah nanti mereka tinggal berjauhan lagi? Bagaimana pula ceritanya dengan malam pertama mereka? Dan memikirkan itu mulai membuat Joandra sedikit pusing.“Apa Honey sudah siap?”Joandra bertanya untuk menghilangkan kegelisahan hatinya.
Melihat Jessica mulai berjalan pergi Joandra segera memanggilnya. Meski lidahnya terasa kelu, tapi Joandra tak bisa membiarkan keadaan mereka berlalu seperti kemauan istri kecilnya itu saja.“Hmm?”Jessica bergumam pelan sambil menghentilkan langkahnya, dan kembali berbalik menghadap ke arah Joandra.Joandra mengembangkan senyumnya. Berjalan pelan ke arah Jessica yang berhenti dan sedang menunggunya di sana.Joandra berhenti tepat di hadapan Jessica. Memegang kedua pundak istri cantiknya dengan senyumannya yang terus terkembang.“Apa Honey mencintaiku?”Bertanya singkat dengan suara pelannya, dan Joandra mulai mengalihkan sebelah tangannya mengelus wajah halus Jessica.Jessica menatap manik mata Joandra yang kini juga sedang menatapnya dalam.“Kenapa Sayang masih bertanya? ... kalau Jessica tidak mencintai, tidak mungkin Jessica ada di sini saat ini? Untuk apa juga Jessica menikah dengan Sayang kal
Joandra juga ikut masuk ke dalam bathtub, dan mulai memercikkan air ke arah wajah Jessica, membuat Jessica langsung tertawa renyah dan dia juga segera membalas memercikkan air ke arah Joandra. Mereka berdua berbalas-balas memercikkan air, hingga Joandra menangkap tangan Jessica dan membawa gadisnya itu masuk ke dalam pelukannya. Joandra membuka kran shower di atas bathtub dari samping tembok, dan seketika air langsung mengguyur kepala mereka berdua dari arah atas. Mereka berdua mulai mandi bersama sambil terus tertawa ceria. Joandra mematikan keran shower dan mulai menyabuni tubuh Jessica. Sementara itu Jessica juga sambil terus mengulum senyumannya, mulai menyabuni tubuh Joandra yang begitu kekar. Jessica mengusap pelan bonggolan-bonggolan yang terdapat di depan perut Joandra, merasa begitu kagum dengan perut sixpack yang dimiliki oleh suami tampannya itu. Tangan halus Jessica terus mengusap tubuh itu dengan sabun, hingg
“Rilek’s Honey. Aku akan melakukannya dengan hati-hati. Aku tak akan menyakitimu,” bisik Joandra pelan lalu segera mengecup bibir yang bergetar itu, menenangkan Jessica yang terlihat sangat panik dan sedang dilanda ketakutan.Joandra tau ini adalah sesuatu yang baru dan yang pertama kali untuk Jessica, begitu juga dengan dirinya. Meski dia belum berpengalaman, tapi dia tau apa yang harus dilakukannya agar gadisnya bisa ikut menikmati penyatuan mereka, dan setidaknya mengurangi rasa sakit yang ditakuti oleh sang gadis pujaan hatinya.Joandra semakin memperdalam kecupannya, hingga Jessica benar-benar kembali tenang dan menyisakan hasratnya yang membara.Ketika napas Jessica sudah terdengar mendesah penuh gejolak, Joandra segera memulai permainannya.“Emhh!”Jessica mendesah kaget dengan bibir mereka yang masih berpagut, saat usaha Joandra yang perdana itu mengalami kegagalan.Sulit. Rasanya sangat sulit untuk Joan
Joandra mengecup kening dan juga bibir tipis itu singkat, dan lalu mulai menuruni ranjang king size mereka. Joandra langsung berjalan keluar dari kamar utamanya.Leonal yang mendengar pembicaraan antara tuan presdirnya dan juga nona mudanya yang sudah melakukan Akad semalam, hanya terdiam di seberang saja. Leonal tahu pasti ada sesuatu yang penting yang ingin disampaikan oleh tuan presdirnya, tapi enggan didengar oleh istrinya.“Masalah ludesnya pergudangan dengan semua isinya itu tak perlu dipikirkan, kita memiliki Assuransi. Yang penting, hari ini kamu dan Ricko tangani semua anggota kita. Berikan uang santunan pada keluarga yang sudah meninggal. Tanggung semua kebutuhan keluarganya seumur hidup, dan hadiri acara pemakamannya.”Joandra berkata dengan nada tegasnya meski saat ini matanya terasa memanas memikirkan nasib anggotanya yang sudah tewas dan itu pasti dikarenakan mereka ingin menyelamatkan pergudangan dan isinya itu. Ada rasa sedih yang men