Home / Rumah Tangga / Pesona Istri yang Dicampakkan / Bab 152. Masalah yang Bertubi

Share

Bab 152. Masalah yang Bertubi

Author: Phina1901
last update Last Updated: 2024-02-07 22:19:11

“Ini tidak bisa dibiarkan! Bu Rani harus tahu soal ini,” Maira meraih tas kerjanya dan mengeluarkan ponsel dari sana.

“Bu Maira.” Siwi menatap wajah Maira dengan sorot mata sedih.

“Ada apa lagi, Wi?” Maira urung untuk menelpon mama mertuanya.

“Tapi … sepertinya, transaksi itu sudah selesai dilakukan, Bu.” sesal Siwi, merasa telat melaporkan.

Sepasang mata bulat itu terbuka lebar. “Dari mana kamu tahu?” tanya Maira, mengerutkan kening.

“Saya nggak sengaja menemukan bukti transfer sejumlah uang di meja Bu Riana, waktu itu saya disuruh mengambilkan berkas di ruangannya, Bu.”

“Ya Tuhan ….” Maira memejamkan mata. Seketika kepalanya terasa pusing luar biasa. Hanya dalam tempo dua hari saja, Riana sudah berhasil membuat butik itu hampir beralih kepunyaan.

***

Suasana tegang melingkupi ruang Pak Gunawan siang itu.

Rendi berada di sana bersama jajaran direksi rumah sakit, dengan Gunawan berada di tengah-tengah mereka. Pria bertubuh tambun itu terus menatapnya dengan sorot mata layaknya raja
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Pesona Istri yang Dicampakkan   Bab 153. Kekecewaan

    Siang menjelang sore, saat itu Bu Rani tengah menikmati acara kesayangannya di televisi bersama cucu-cucunya. Menemani dua bocah kecil itu mewarnai buku bergambar dengan beraneka ragam bentuk hewan. Sesekali juga mengarahkan warna apa yang seharusnya dipakai. Saat Bu Rani tengah mengajarkan cara mewarnai yang benar pada Raihan. Tiba-tiba ponselnya di meja berdering.“Ihan lihat warna di contohnya, ya. Oma mau angkat telepon dulu.” katanya sambil meraih ponsel. Dahinya berkerut melihat nama sang menantu tertera di layar. Tumben telepon, pikir Bu Rani saat itu.“Iya, hallo, Mai.” Bu Rani diam mendengarkan suara Maira dari seberang. Lalu dalam waktu beberapa detik wajahnya berubah pias. Bu Rani mematikan sambungan teleponnya. Buru-buru memanggil pengasuh cucunya, meminta wanita muda itu menggantikan ia menemani Daffa dan Raihan.Bu Rani berjalan cepat ke kamarnya. Beberapa saat kemudian keluar lagi dengan pakaian berbeda. Mencangklong tas kesayangannya ia bergegas ke depan. “Mbak saya

    Last Updated : 2024-02-08
  • Pesona Istri yang Dicampakkan   Bab. 154. Melawan Mita

    “Ta–tapi … uang itu sudah habis terpakai, Mbak.” Suara Riana bergetar, kedua tangannya mencengkram tali tas di depan tubuhnya sambil menunduk.Mata Bu Rani membulat, syok. “Sudah habis? Kamu gunakan untuk apa, An? Uang itu nggak sedikit, loh! Jangan main-main kamu!” hardik Bu Rani. Riana semakin menundukkan kepalanya. “Aku nggak mau tahu. Pokoknya, uang itu harus kamu kembalikan!” tekan Bu Rani, menunjuk wajah Riana. Menghela napas besar lalu kembali duduk di sofa. ***Satu Minggu kemudian ….“Ada apa ini? Kenapa baju-bajunya pada diambil?” Maira baru saja sampai di butik. Seminggu ini, dia menjadi lebih rajin berangkat pagi-pagi. Semenjak butik itu tidak utuh menjadi milik mama mertuanya, Maira menjadi lebih waspada akan keberlangsungan butik itu.“Maaf, Bu Mai. Kata Bu Nastiti, ini mau diganti dengan model-model terbaru.” kata salah satu karyawan butik mencoba menjelaskan. Memandang Maira dengan sorot mata serba salah.“Apa?” Maira terkejut, “Baru beberapa hari bergabung, sudah be

    Last Updated : 2024-02-12
  • Pesona Istri yang Dicampakkan   Bab 155. Sudut Hati yang Terluka

    “Kamu kenapa jadi mengintimidasi Tante sih, Mai?” Riana memasang wajah garang. Satu tangannya sudah mencapai pinggiran pintu, siap untuk menutup.Melihat hal itu, Maira segera maju dan meletakkan kakinya di bingkai pintu. “Tante baca semuanya, kan? Sekarang katakan sama aku, apa saja isinya?” desis Maira, melangkah maju, memangkas jarak di antara mereka.“Tante nggak baca! Udah puas kamu?” ketus Riana tanpa rasa bersalah. Mendorong bahu Maira, lalu menutup pintu.Mata Maira membulat seketika. Lalu bergerak semakin mundur karena Riana menutup pintunya dengan keras. ***Maira menghela napas panjang, menghampiri sang suami yang tengah menatap birunya air kolam renang di halaman belakang. Jam telah menunjukkan pukul sembilan malam, dan Rendi masih betah mencelupkan kakinya di kolam. “Mas.” Maira memanggil seraya menepuk pelan bahu lebar milik pria itu. Rendi menoleh, mengerutkan dahi. “Belum tidur?” Maira menggeleng pelan, lalu duduk di samping Rendi, ikut mencelupkan kakinya ke kola

    Last Updated : 2024-02-13
  • Pesona Istri yang Dicampakkan   Bab 156. Mulai Menguasai

    “Ketinggalan?” ulang Maira, menatap nanar satu kardus baju koleksinya yang sudah dilipat. “Itu keluaran terbaru, loh, Bu.” lanjut Maira, menatap Bu Nastiti yang masih sibuk menyuruh karyawan ini dan itu. “Tapi, koleksi baju saya lebih baru lagi.” sahut Bu Nastiti, tanpa membalas tatapan Maira. “Mau Bu Nastiti ini sebenarnya apa, sih?” Maira bertanya dengan raut kesal yang tidak bisa disembunyikan. Bu Nastiti meletakkan hanger baju, lalu menoleh pada Maira. “Tentu saja memajukan butik ini. Saya nggak mau rugi sudah berinvestasi di sini.” kata wanita itu.“Tapi tidak ada yang menyuruh Ibu berinvestasi. Bahkan keluarga saya bisa menebusnya sekarang juga, kalau Ibu mau.” sanggah Maira. Dia melupakan pesan mama mertuanya. Lupa jika harus berhati-hati di depan wanita bergaya sosialita itu.Bu Nastiti diam mengamati Maira dari bawah hingga ke atas. Lalu segaris senyum mengejek tergambar samar di bibirnya. “Ternyata benar kata suami saya, kamu itu wanita yang membawa pengaruh buruk.”Tanga

    Last Updated : 2024-02-14
  • Pesona Istri yang Dicampakkan   Bab 157. Kebakaran

    “Bangunan butik kebakaran, Pak,” lapor seseorang dari seberang telepon. Rendi mendadak panik luar biasa. Tengah malam, dia mendapat kabar butik yang tengah dibangun sang istri mengalami korsleting listrik hingga terbakar. “Panggil pemadam! Saya akan segera ke sana.” Rendi bergerak turun dari ranjang, tergesa-gesa mencari baju ganti sendiri di lemari. Maira yang mendengar suara berisik suaminya, menggeliat. Lalu dia terkejut saat melihat sang suami sudah berganti pakaian. “Mau kemana, Mas? Kamu mau ke luar malam-malam begini?” tanyanya dengan raut heran. Seketika itu matanya langsung terbuka lebar.Rendi sudah selesai memakai jaket, saat Maira bertanya. Dia segera menoleh dan menatap istrinya yang masih terkantuk-kantuk memaksa matanya terbuka dengan sempurna. Mendadak lidahnya kelu, dia bingung harus berkata apa di depan sang istri. “Mau kemana, Mas?” Maira mengulangi pertanyaannya. Wanita itu menggelung rambutnya lalu bergerak turun dari ranjang. Rendi bergerak mendekati ranjang

    Last Updated : 2024-02-15
  • Pesona Istri yang Dicampakkan   Bab 158. Mencurigakan

    “Ayo, Mas, antar kamu ke mobil lagi,” kata Rendi memapah tubuh Maira. “Nggak Mas. Aku masih kuat, aku juga mau lihat. Bangunan butikku sudah hancur, Mas. Aku harus cari tahu apa penyebab kebakaran itu.” Maira menyingkirkan tangan suaminya, dan berjalan cepat ke arah bangunan yang sebagian sudah menghitam. “Pak … Pak!” Tiba-tiba seorang pekerja berlari dari arah belakang bangunan menuju sekumpulan polisi. Maira menghentikan langkah. Kedatangan pria itu sukses menyedot seluruh perhatiannya.“Pak, saya menemukan botol berbau minyak gas ini di dekat pagar belakang.” Pria itu menunjukkan satu botol kaca yang sudah kosong. “Minyak gas?” Rendi yang mendengar akan hal itu ikut mendekat. “Apa para pekerja ada yang menggunakan minyak gas?” tanya Rendi, menatap pria yang tadi membawa botol bekas minyak gas dengan seksama. “Tidak ada, Pak. Saya yakin, ini milik orang luar.” tegas pria itu. “Baiklah, saya simpan botol ini sebagai barang bukti.” timpal salah satu anggota polisi. Lalu mereka b

    Last Updated : 2024-02-17
  • Pesona Istri yang Dicampakkan   Bab 159. Maafkan Aku

    Rendi dan Maira baru saja sampai di rumah saat jarum jam menyentuh angka tiga lebih tiga puluh menit. Sudah hampir subuh. “Mas,” panggil Maira lirih ketika Rendi menggandengnya naik ke tangga. “Ya?” Rendi menatap sang istri yang terlihat ragu-ragu, wanita cantik berparas teduh itu terlihat seperti akan mengatakan sesuatu. Sambil terus menaiki anak tangga, Rendi meraih pundak sang istri dan merengkuhnya lebih erat. “Ada yang mau kamu katakan, hem?” “Aku … aku curiga … pelaku yang sengaja membakar butikku itu bukan orang asing.” Maira berhenti tepat di depan pintu kamar mereka, menatap Rendi yang terlihat sedang berpikir. Dahi pria tampan itu berkerut dalam. “Kita bicara di dalam saja, ya.” Rendi menekan handle pintu dan mendorongnya pelan hingga daun pintu itu terbuka. Pria yang tengah mengenakan jaket berwarna hitam itu sedikit mendorong tubuh istrinya agar segera masuk, lalu kembali menutup pintu dan menguncinya dari dalam.“Maafkan aku jika menyinggung perasaan kamu, Mas. Tapi—”

    Last Updated : 2024-02-25
  • Pesona Istri yang Dicampakkan   Bab 160. Berita Mengejutkan

    Awalnya Rendi dan Maira sepakat untuk menutupi kasus kebakaran butik yang tengah dibangun Maira itu dari Bu Rani untuk sementara waktu. Namun, sebuah artikel yang diterbitkan oleh sebuah majalah online nyatanya tak luput dari penglihatan Bu Rani. “Kalian bisa jelaskan, kenapa butik yang baru selesai di bangun itu tiba-tiba terbakar?” Bu Rani meletakan ponsel pintar yang menyajikan berita tentang kebakaran butik itu ke meja, lalu menatap Rendi dan Maira bergantian. Raut wajahnya terlihat lebih serius dari biasanya.Rendi dan Maira saling bertukar pandang.“Mama tenang dulu, ya. Nanti … kami pasti akan menjelaskan pada Mama,” sahut Rendi berusaha bersikap tenang. Waktu sarapan pagi baru saja akan dimulai, dia tidak ingin suasana sarapan menjadi kacau karena berita tidak mengenakkan itu. Beruntung, kedua anaknya tidak ikut sarapan di sana. Daffa dan Raihan memilih untuk sarapan di dekat kolam renang bersama pengasuhnya.“Kenapa kalian tidak cerita sama Mama?” Wanita yang tengah mengenak

    Last Updated : 2024-02-26

Latest chapter

  • Pesona Istri yang Dicampakkan   Bab 200. Penyesalan Daniel

    Daniel tak bisa menyembunyikan senyum di bibirnya, saat mendengar papanya menyambut kedatangannya sangat antusias. Pria muda dengan pakaian sederhana itu menunduk lalu berbisik di dekat telinga Tiara. “Itu Kakek. Ayo, Salim dulu sama Kakek,” pintanya, Tiara langsung mengangguk dengan senyum tak pernah pudar dari bibirnya. Gadis kecil itu sedikit berlari menghampiri ranjang pasien, di mana Pak Gunawan tengah menatap mereka dengan wajah berseri-seri.“Siapa namanya, Cantik?” Pak Gunawan meraih wajah Tiara dengan satu tangan. Mata tuanya menatap lekat wajah gadis kecil berkuncir dua itu. “Namaku Tiara, Kek,” balas Tiara dengan wajah polos. Pak Gunawan terkikik mendengar kata sapaan gadis kecil itu padanya. “Apa papamu yang mengajari kamu memanggil Opa dengan sebutan ‘kakek’?” tanya Pak Gunawan, masih menatap wajah cantik cucu pertamanya. Gadis kecil itu mengangguk. “Iya, Kek.” Lalu, Pak Gunawan menatap anak dan menantunya yang berdiri sedikit jauh dari ranjang. Ia juga melihat bagaim

  • Pesona Istri yang Dicampakkan   Bab. 199. Pertemuan

    “Tunggu, Daniel!” Suara papanya yang serak dan lemah berhasil membuat langkah Daniel terhenti. “Tidakkah kamu kangen dengan Papa?” tanya Pak Gunawan dengan raut sedihnya.Dia tahu telah bersalah. Tidak seharusnya dia membuang putranya sendiri hanya karena sebuah kesalahan yang sebenarnya masih bisa dimaafkan. Sejatinya, manusia tidak ada yang luput dari dosa, begitu juga dengan Daniel yang pernah berbuat salah. Namun, tuntutan kehormatan yang harus selalu terjaga membuatnya menutup mata saat itu. Daniel menoleh dan tersenyum tipis. “Aku sudah menemukan keluarga baru yang benar-benar menerimaku apa adanya, Pa,” ujarnya. Seolah kembali menegaskan dia sudah tidak butuh pengakuan dari papanya. Pak Gunawan manggut-manggut masih dengan ekspresi sedih. “Syukurlah, Papa senang mendengarnya. Mungkin … sekarang kamu yang malu memiliki seorang Papa narapidana.”Daniel mengangkat bahunya acuh tak acuh. “Itu tidak akan berpengaruh dalam kehidupan keluargaku, Pa.” Sakit, pedih. Lagi-lagi perka

  • Pesona Istri yang Dicampakkan   Bab. 198. Bertemu Kembali

    Seberapa besarnya dendam Daniel pada papanya, jika sudah menyinggung tentang kondisi kesehatan sang papa hatinya tersentuh juga. Namun, lagi-lagi egonya kembali menguasai. Bagaimana kalau papanya belum menerima dirinya kembali? Juga … apakah hatinya sudah baik-baik saja?“Kamu benar-benar mau melihat Papa kalau sudah nggak bernyawa?” sengit Adrian, menatap jengkel ke arah Daniel yang berdiri kaku di ambang pintu tanpa ekspresi khawatir sedikitpun.“Mas.” Tania baru saja kembali ke depan setelah mendengar suara Adrian yang cukup keras. Wanita itu meraih lengan Daniel dan mengusap pelan.“Ikut saja, Mas. Kamu beruntung masih memiliki orang tua. Jangan sampai menyesal seperti aku. Aku bahkan tidak sempat membahagiakan orang tuaku hingga ajal mereka menjemput.” Mata Tania berkaca-kaca saat mengatakan hal itu membuat Daniel kembali berpikir.Benar. Yang namanya kehilangan selalu membuat penyesalan yang tiada ujungnya. Daniel mengangguk sementara Adrian melihatnya sudah sangat geram. Masih

  • Pesona Istri yang Dicampakkan   Bab. 197. Perjuangan Adrian

    Seperti pagi menjelang siang saat itu. Adrian baru saja sampai di gedung rumah sakit. Sedikit berlari pria itu mencari lift yang akan mengantarkannya ke lantai tiga. Di mana ruangan meeting para direksi berada.Melirik sisi lift yang mengkilap bagai kaca. Adrian lalu memperhatikan penampilannya sendiri. Bibirnya mencebik kesal menyadari kemejanya sedikit berantakan di bagian pinggang. “Gini amat ribetnya jadi pemimpin rumah sakit,” gerutunya sambil merapikan kemejanya yang masuk ke bagian celana. Lift berdenting, Adrian segera keluar dan berjalan tergesa menuju ruangan meeting. Dia berhenti sejenak untuk menarik napas sebelum membuka pintu besar yang di dalamnya telah berkumpul beberapa orang penting.“Selamat pagi semuanya,” sapa Adrian begitu kepalanya muncul dari balik pintu dan sapaan itu otomatis membuat seisi ruangan memusatkan perhatian padanya. Adrian tersenyum berwibawa.Seperti biasa beberapa orang yang memang tidak suka padanya akan melirik sinis sambil komat-kamit tidak

  • Pesona Istri yang Dicampakkan   Bab 196. Apakah Sudah Saatnya Berdamai?

    Hampir tujuh tahun sudah berlalu. Rupanya, sakit hati yang telah Pak Gunawan tancapkan di hati Daniel tak pernah memudar sama sekali. Bukan pria itu tak mau mencoba memaafkan, namun ingatannya selalu menolak lupa dengan bagaimana arogannya sang papa ketika itu. Daniel selalu terjebak dalam rasa sakit yang sangat dalam. Keluarganya sendiri yang telah membuatnya kehilangan harga diri hingga hancur. Ia telah kehilangan banyak hal dalam rentang waktu yang berdekatan. Kehilangan keluarga, cinta, juga kepercayaan.Beberapa menit berselang, Tania kembali ke kamar membawa kabar yang cukup mengusik ketenangan dalam sudut hatinya.“Mas, Pak Adrian bilang kondisi Kak Mita semakin parah. Kamu nggak mau melihatnya barang sebentar saja?” Tania mengusap lengannya dengan lembut. Daniel terdiam cukup lama, batinnya sedang berperang. Apakah ini sudah saatnya ia berdamai dengan keluarganya?“Mas, setidaknya bicaralah sendiri sama Pak Adrian. Aku nggak enak kalau kamu menghindar begini,” keluh Tania, la

  • Pesona Istri yang Dicampakkan   Bab 195. Lelah

    Nasib Mita ….“Apa nggak ada cara lain lagi, Dok? Saya nggak mungkin terus menerus meminta Dokter Rendi mengunjungi pasien.” Adrian terduduk lemas di depan dokter kejiwaan yang memiliki paras tenang itu. “Sebenarnya tidak ada yang tidak mungkin jika kita mau berusaha.” Dokter itu menatap lawan bicaranya serius. “Berbagai macam obat-obatan telah masuk ke tubuhnya. Saya khawatir kesehatannya semakin menurun. Berat badannya saja sudah turun sebanyak sepuluh kilogram dari awal dia masuk ke sini.”Adrian terdiam menyimak kalimat demi kalimat yang diutarakan oleh dokter. Entah apa yang harus ia lakukan lagi demi menyembuhkan kondisi mental Mita. Pagi itu, Adrian memaksa dokter untuk mengizinkannya masuk ke ruangan Mita di rawat.“Saya izinkan dengan satu syarat.”“Apa, Dok?” “Anda tidak boleh menuntut apa-apa pada pihak rumah sakit jiwa jika terjadi sesuatu yang merugikan Anda sendiri.”“Oke, saya setuju,” sahut Adrian, tanpa berpikir panjang. Ia hanya ingin mendekati Mita lalu mengajak

  • Pesona Istri yang Dicampakkan   Bab 194. Rindu yang Tak Berujung

    Daniel terdiam, ada keraguan dalam hatinya.“Aku pikir kalian pernah ada sesuatu. Tadi aku lihat kamu gugup banget waktu pertama kali Bu Maira mendekat,” ujar Daniel, matanya tidak fokus melihat acara televisi sebab pikirannya sedang berkelana dengan berbagai kemungkinan yang ia yakini sendiri.“Kamu nggak bohong, kan?” Tiba-tiba Daniel memiringkan wajahnya, menatap Tania yang bersandar di bahunya.“Enggak, kok, Mas,” dusta Tania. Daniel manggut-manggut meskipun hatinya merasa ada yang janggal. Bertanya lebih detail pada Tania sepertinya hanya akan membuatnya bertengkar lagi. Daniel diam dan memilih untuk mencari tahu sendiri apa yang sebenarnya telah terjadi. satu rencana sudah ia susun dalam kepalanya.***“Apa rencanamu selanjutnya, Mas?” Maira bertanya seraya mengusap-usap kepala suaminya yang berada di pangkuannya. Mereka tengah menikmati semilir angin sore di balkon kamar yang di bawahnya ada taman bunga yang berisi koleksi bonsai mahal.“Seperti rencana semula. Setelah ini M

  • Pesona Istri yang Dicampakkan   Bab 193. Berdamai Dengan Masa Lalu

    Meskipun cukup lama tidak berjumpa, Maira merasa pernah mengenal sosok istri Daniel. Pelan-pelan kakinya melangkah mendekati perempuan yang sebagian wajahnya tertutup rambut hitam nan lurus sebahu.Tania beringsut mundur membuat Maira mengerutkan keningnya. “Mbak?” Maira justru semakin mendekatinya. “Nia,” panggil Daniel, memutar tubuh dan mendekati istrinya. “Ini Bu Maira, istrinya Pak Rendi. Pemilik butik ini,” lanjutnya, meraih tangan istrinya dengan sedikit memaksa. Ada rasa tak enak hati ketika istrinya seperti enggan berkenalan dengan Maira.Daniel semakin memepet tubuh istrinya. “Nia, jangan buat aku malu,” bisik Daniel tajam tepat di telinga istrinya. Semakin terdesak, sambil menahan rasa malu dan juga minder luar biasa, Tania akhirnya pasrah mengangkat wajah. Tubuhnya gemetar saat manik matanya langsung beradu pandang dengan Maira. Maira mundur selangkah, menutup mulutnya sendiri, kaget. Matanya membulat, tak pernah menyangka akan bertemu kembali dengan perempuan yang per

  • Pesona Istri yang Dicampakkan   Bab 192. Bertemu Kembali

    Daniel mencoba berjalan dengan percaya diri walaupun pakaian yang ia kenakan jauh dari merk mahal. Sedikit aneh memang. Di acara cukup besar seperti itu, dia nekat memakai pakaian apa adanya. Undangan dari Rendi yang cukup spesial membuatnya mau tak mau harus menghadiri acara peresmian butik itu. Tak ada pekerja kasar lain yang diundang, hanya dirinya. Mungkin itu karena Rendi telah mengetahui jati dirinya yang sebenarnya. Namun sebenarnya, Daniel tak peduli tentang itu. Ia datang ke acara peresmian butik itu lebih karena rasa berterima kasihnya pada Rendi dan Maira. Rencananya, ia akan diangkat menjadi karyawan yang mengurus barang keluar masuk di sana. Ketangkasan Daniel dalam berhitung dan juga kecerdasan berpikirnya membuat Rendi dan Maira tak berpikir lebih banyak untuk memberikan pekerjaan padanya. “Selamat pagi, Pak, Bu.” Daniel sedikit membungkukkan badan ketika tiba di hadapan Rendi dan Maira. Pria itu memasang senyum sewajarnya.Seketika, sekumpulan keluarga besar itu ter

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status