Share

Tangisan

Penulis: Vania Ivana
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Bab 52

"Kumpulkan uang itu dan berikan baik-baik kepadaku," ucapku dengan berusaha santai, meski sesungguhnya hatiku sudah ingin menelannya hidup-hidup.

"Kumpulkan!" Bang Dapot kembali memberinya perintah.

Dengan terpaksa Nelly mengumpulkan uang tersebut. Lalu meletakkannya di atas meja yang ada di dekatku.

"Berikan baik-baik kepada Riska," ucap Kak Susi dengan intimidasi.

Dengan terpaksa juga, Nelly mengambil uang tersebut lalu memberi padaku.

"Di Batam kau mau ke tempat siapa?"

Bang Dapot melanjutkan interview nya kepada adik bungsunya itu setelah urusan uang perhiasan sudah aman.

"Kami mau ngekost bukan mau ke rumah siapa-siapa," jawab Nelly mulai gemetaran.

"Siapa temanmu?"

"Reni Bang, siapa lagi," ucapnya dengan percaya diri.

"Kalau kami bilang tidak pergi, apa kau masih tetap pergi juga?"

Suara Bang Dapot tetap datar, tapi pertanyaannya membuat Nelly sulit menjawabnya.

"Aku hanya ingin bekerja, kalian sampai segitunya melarangmu?"

Sanggahan Nelly membuat kami semua merasa jaw
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pesona Istri dari Kota   Terdengar kejam

    Bab 53Plak ....Satu tamparan keras dariku melayang di pipi Nelly. Rasanya dadaku sesak nafas mendengar jawaban darinya yang sesungguhnya tidak pernah kubayangkan.Masih ingat pertama kali aku jadi menantu di keluarga ini, Nelly yang polos dan lugu. Aku selalu mengajak dia kemana-mana setiap kali aku pulang kampung, sehingga setiap pulang aku lebih sering memikirkan apa yang akan aku beli untuknya.Saat dia tamat SMA, Nelly hendak merantau karena Mertua sudah menyerah tidak akan sanggup membuat dia kuliah. Aku melihat keinginan dia melanjutkan pendidikan masih saja menggebu. Akhirnya tanpa diskusi ke Abang Linggom aku langsung bersedia membayar uang kuliah dia, jadi kalaupun nantinya ada rezeki Mertua untuk membantu syukur, kalaupun tidak ada maka akulah dan bang Linggom yang menguliahkan dia.Hingga aku dan bang Linggom berhasil menamatkan dia dari fakultas ekonomi, Universitas Sumatra Utara. Nelly yang pintar dan penurut entah sejak kapan dia berubah menjadi Nelly yang kurang aj*r

  • Pesona Istri dari Kota   Hamil

    Bab 54Apa mungkin Nelly hamil? Ucapku dalam hati. Hening, kami semua hanya mendengar Nelly yang muntah-muntah, tanpa seorangpun di antara kami yang berusaha ingin membantu. Aku, Ibu Mertua, Kak Susi serta Bang Dapot, saling tatap satu sama lain, dalam masing-masing kami ada kata yang tidak bisa kami ucapkan entah apa, kami sama-sama bingung dan hanya pasrah pada kenyataan.Nelly terlihat pucat setelah keluar dari kamar mandi. Dia duduk dimana tadi dia, dan menunduk sambil melap wajahnya dengan tisu, sepertinya dia baru saja cuci muka saat dia muntah."Sekarang jelaskan! Anak siapa yang kau kandung ini?" Suara bariton Bang Dapot tiba-tiba menggema membuat hati semakin takut akan amarah sang Abang pengganti almarhum Ayah Mertua itu."Maafkan aku Bang....""Katakan? Maafmu tidak akan mengubah apapun. Kau paham?"Suara Bang Dapot semakin keras, terlihat wajah dan ekspresi yang begitu marah. Sekilas aku membayangkan wajah suamiku akan sangat kecewa jika berita ini sampai kepadanya.Nell

  • Pesona Istri dari Kota   Dinikahkan

    Bab 55"Sekarang katakan Kau mau tanggung jawab tidak? Nih anak Ibu nekat lompat dari jendela hanya untuk menghindar dari tanggungjawab." Bang Dapot menarik kasar tangan Rendi kehadapan Ibunya. "Aku sudah bilang aku belum siap menikah, kenapa Kau malah datang kemari?" sungut Rendi menatap Nelly."Kalau Kau belum siap kenapa melakukannya, hah?" protes ku garang."Lagi pula aku tidak yakin itu anakku, bisa saja dia ingin menjebak ku, pura-pura melakukan denganku padahal dia sudah melakukannya pada orang lain."Plak ....Dengan kasar, satu tamparan keras dariku melayang ke pipi lelaki yang telah menodai adik iparku itu."Kenapa Kau menampar anakku?" berang Ibunya seakan ingin menelanku hidup-hidup."Itu pantas dia terima. Dia sendiri yang chating kepada adik iparku ini berkata, terimakasih telah memberikan keperawanannya, tapi sekarang dia mau berdalih. Oke anak bajingan, penjara akan menantimu.""Dengar-dengar, dia juga katanya yang memenjarakan suami adik iparnya yang di Riau itu. Ma

  • Pesona Istri dari Kota   Dinikahkan

    Bab 55"Sekarang katakan Kau mau tanggung jawab tidak? Nih anak Ibu nekat lompat dari jendela hanya untuk menghindar dari tanggungjawab." Bang Dapot menarik kasar tangan Rendi kehadapan Ibunya. "Aku sudah bilang aku belum siap menikah, kenapa Kau malah datang kemari?" sungut Rendi menatap Nelly."Kalau Kau belum siap kenapa melakukannya, hah?" protes ku garang."Lagi pula aku tidak yakin itu anakku, bisa saja dia ingin menjebak ku, pura-pura melakukan denganku padahal dia sudah melakukannya pada orang lain."Plak ....Dengan kasar, satu tamparan keras dariku melayang ke pipi lelaki yang telah menodai adik iparku itu."Kenapa Kau menampar anakku?" berang Ibunya seakan ingin menelanku hidup-hidup."Itu pantas dia terima. Dia sendiri yang chating kepada adik iparku ini berkata, terimakasih telah memberikan keperawanannya, tapi sekarang dia mau berdalih. Oke anak bajingan, penjara akan menantimu.""Dengar-dengar, dia juga katanya yang memenjarakan suami adik iparnya yang di Riau itu. Ma

  • Pesona Istri dari Kota   Mami sakit

    Bab 56"Inang, sudah bisa ya besok aku pulang. Kasihan Bang Linggom dan anak-anak terlalu lama ditinggal," bujukku dengan lembut.Ibu Mertua melihatku sekilas, lalu mengalihkan pandangannya ke tempat lain."Pulanglah, tidak usah hiraukan aku,"’ jawabnya ketus.Hm ... entah apa yang dipikirkan Ibu Mertuaku ini, setiap aku minta pulang selalu jawabannya tidak pernah enak didengar telinga."Ya sudah, nanti lagi kita bicara ya Inang, aku mau belanja ke pasar. Apa Inang mau menitip sesuatu, biar nanti aku belikan." "Tidak ada, pergilah," ucapnya masih dengan suara yang dingin ketus."Indah, ayok sayang ambil sandalnya biar kita pergi." Aku mengajak putri bungsuku yang sedang bermain masak-masak di teras rumah."Indah sama Tulang-paman saja Mama," ucapnya dengan khas anak-anak.Tulang yang dia sebut adalah anak tetangga, kebetulan marga aku dan bapaknya sama. Sehingga anakku memanggil anak kecil itu paman, walau hanya beda setengah tahun, putriku Indah lebih muda."Nanti kalau perlu apa-a

  • Pesona Istri dari Kota   Mami

    Bab 57Tiba di gang masuk rumah Mami. Aku melihat ada bendera merah, aku menatap Bang Linggom.“Sebenarnya Mami kenapa Bang?”“Mami ... mami ...”Belum selesai Bang Linggom menjawab pertanyaanku, aku melihat di rumah banyak orang yang kebanyakan memakai pakaian hitam. Aku melihat sekilas, ada mobil Abang yang nomor dua yaitu Bang Roni terparkir di depan rumah tetangga.“Bang Roni juga sudah ada, Mami kenapa Bang?”Perasaanku sudah tidak karuan lagi. Melihat airmata Bang Linggom dan juga orang-orang yang berpakaian hitam, orang bodoh saja pasti bisa menilai kalau keluargaku saat ini sedang berduka.“Bang!”Aku menoleh kepada Bang Linggom saat dia memarkirkan sepeda motor kami di depan rumah. Terdengar suara tangisan kakak iparku yaitu istri Bang Roni. Memanggil Mami berulang-ulang.“Mami sudah pergi Dek, meninggalkan kita untuk selamanya,” ucap Bang Linggom dengan tangis yang pecah.Aku memberikan Indah kepada suamiku, aku berlari ke rumah melihat sekujur tubuh yang kaku tidur diata

  • Pesona Istri dari Kota   Memilih

    Bab 58Padahal kalau dipikir-pikir, uang Bang Roni ini melebihi uang Bang Anton. Sawit Abangku ini lebih dari seratus hektar saat ini. Semua sudah berhasil. Sementara mereka belum memiliki anak. Sedih jadinya melihat Abangku yang satu ini.“Kalau Kau Bungaran bagaimana?” tanya Papi menoleh ke Abangku nomor tiga.“Lima puluh juta. Urus Lah ladang kalian itu dengan baik. Berdoa kepada Tuhan, biar apa yang kalian kerjakan diberkati Tuhan. Kalau sudah ada tempat yang cocok segera bangun rumah kalian disana, nanti Abang bantu biaya pembangunannya. Apa yang dilakukan iparmu itu Lae Linggom, jadikan cambuk menuju sukses. Keponakanku ini berempat harus bisa sekolah tinggi kalian buat, kalian harus buktikan meskipun dicurangi tapi mampu berdiri kokoh,” ucap Bang Bungaran tegas."Iya Riska, Kau jangan sungkan-sungkan. Selama ini begitu banyak masalah yang terjadi padamu, Kau pendam sendiri. Apa Kau tidak menganggap kami ini saudaramu? Papi sudah tua, bagaimanapun kitalah yang harus saling bahu

  • Pesona Istri dari Kota   Cobaan apa lagi

    Bab 59“Helmi, aku memilih keluargaku! Aku akan segera mengurus perceraian kita.”Bang Roni menatap Kak Helmi, lalu mengusap air matanya dengan kedua telapak tangannya.Mendengar pernyataan Bang Roni. Membuat mata Kak Helmi membulat seakan tidak percaya apa yang barusan diucapkan oleh suaminya. Bukan hanya kak Helmi, aku yakin kami semua kaget atas ucapan Bang Roni terlihat dari wajah kami masing-masing yang kelihatan tegang.“Maksud Abang apa?” ucap Kak Helmi mendekat ke sisi Bang Roni.“Aku memilih keluargaku! Aku ingin kita bercerai.”“Papi, tolong maafkan aku Pi! Beri aku waktu untuk merubah segala sifat jelekku selama ini. Aku akan memberikan uang lima juta rupiah itu secara cuma-cuma kepada Riska, yang penting kami tidak bercerai.” “Jangan Anda pikir karena uang lima juta bisa membeli keharmonisan keluarga ini. Simpan uangmu, Eriska tidak akan menerima apapun yang akan Anda berikan!" tegas Papi kesal.Aku perhatikan, Papi tetap bersuara datar meskipun emosinya sedang meningkat,

Bab terbaru

  • Pesona Istri dari Kota   Setan

    Bab 66Aku kaget dengan ucapan bang Linggom yang tiba-tiba Sarkar begitu. Si Mitha juga sudah punya mantu tapi tetap saja kelakuannya tak pernah bisa menghargai orang lain."Ck, baru makanan gini saja marahnya kayak orang kerasukan setan."Mitha langsung melempar kresek yang berisi terong tadi ke halaman rumah melalui pintu yang memang sedang terbuka, alhasil terong Belanda buah kesukaanku itu berserak di halaman rumah ada beberapa yang pecah. Dengan gontai aku berjalan keluar memungut terong-terong tersebut. Walau bagaimanapun itu adalah makanan tidak boleh dibuang. Apalagi ini pemberian orang. Aku lihat mata Mitha tajam menatapku mengutip satu persatu buah tersebut."Makan tuh buah,bila perlu masukkan sebagian di telingamu." ucapnya ngos-ngosan, sepertinya emosinya sudah di ujung tanduk."Iya dong, kalau kau tidak menghargai pemberian orang lain, itu masalah mu. Tapi aku setetes pun pemberian orang lain akan ku ingat, begitupun kecurangan, sedikit pun orang lain bersikap curang pa

  • Pesona Istri dari Kota   terong belanda

    Bab 65Pagi ini aku sengaja bangun lama. Aku dengar mertua sudah mulai bergerak di dapur. Tapi karena cuaca yang sangat dingin aku enggan keluar dari selimut. "Mak Thomas, bangunlah kau. Masaklah buat anak-anakmu. Nanti mereka bangun pasti pada lapar semua." Kudengar ibu mertua membangunkan Mitha, yang tidur di kamar. Sementara aku dan Linggom beserta Thomas dan istrinya, dan kelima adiknya tidur di ruang depan bareng-bareng bersama ibu mertua. Mitha dan suaminya tidur di kamar dengan alasan dingin dan tidak biasa tidur tanpa alas Spring bed."Akh, Mamak ini berisik kali. Dingin loh Mak, mana masih gelap juga. Biar nanti istrinya Thomas yang masak Mak, aku masih mau tidur.""Sudah tua, bentar lagi kau sudah memiliki cucu, tapi bawaanmu masih tetap kayak anak-anak. Terserah kaulah. Kalau kau mau anak-anakmu kelaparan ya sudah." sahut mertua sambil berlalu ke dapur.Aku melihat jam di tanganku, masih menunjukkan pukul lima subuh. Pagi ini Ferry dan kedua adiknya akan tiba di rumah kar

  • Pesona Istri dari Kota   Masak sendiri

    Bab 64"Kenapa harus membawa ini dan itu kau Mak Dinda, aku sendiri nya tinggal di rumah ini. Seberapa banyaklah buat aku makan." Ibu mertua protes setelah aku membongkar oleh-oleh yang aku bawa dari kardus."Memang selalu nya begini kan Mak, kalau bukan kami yang membawa kebutuhanmu di rumah ini memang ada yang akan memperhatikan Mamak?" sela bang Linggom dengan suara datar."Maafkanlah saudaramu yang lain ya Nak, mungkin begitulah yang mereka tau." Sahut ibu mertua sungkan."Lagipula ini buat bekal kita selama disini Inang, cucu-cucu mu paling juga nanti menghabiskannya." aku berusaha menetralisir suasana biar ibu mertua tidak merasa sungkan.Kebetulan pas kami nyampai rumah mertua masih sepi. Mitha, suaminya dan anak-anaknya pergi jalan-jalan. Sementara bang Dapot dan kak Susi beserta anak-anaknya masuk sibuk bekerja di ladangnya. Menurut kebiasaan paling nanti pas malam tahun baruan mereka datang berkumpul di rumah mertua. Sementara bang Tigor dan istri keduanya belum juga nyampa

  • Pesona Istri dari Kota   Pindah?

    Bab 63Aku cukup diam saja melihat tingkah Mitha. Barangkali dia tidak sadar betapa dulu aksi suaminya sangat membuat hati Ferry begitu trauma sampai sekarang. "Sudah Mak Thomas, tidak usah dibahas lagi." Saut memegang tangan Mitha."Tidak apa-apa Lae, inangbao. Tidak usah dipikirkan masalah bensin. Besok biar kami saja yang jemput orang Lae dan Inangbao kesini." Saut masih memegang tangan Mitha agar tetap berdiri di tempatnya, sambil menunduk sungkan kepada Bang Linggom dan aku."Tidak usah Amangbao, tidak perlu menjemput kami. Harusnya kita lebih baik tidak usah saling mengunjungi seperti ini. Cukup disaat kalian perlu pesta adat yang mengharuskan kami ada maka datanglah kemari, jika kami juga perlu pesta adat dan acara maka kami pun akan menghubungi kalian. Anggap saja hubungan kita sebatas pesta adat tradisi kita saja sebab biar bagaimanapun, Mak Thomas dan Pak Dinda tetap bersaudara kandung." Rasanya aku sudah muak dengan semua kepura-puraan ini. Datang kemari menawarkan pula

  • Pesona Istri dari Kota   Pelit bin kikir

    Bab 62Pesta pernikahan Thomas yang terkesan buru-buru tak pelak mengundang tanya orang-orang. Aku dan bang Linggom memutuskan untuk hadir setelah diskusi dengan bang Dapot dan bang Tigor.Pesta berjalan sebagaimana mestinya, para undangan pun banyak yang hadir. Baik dari kampung maupun keluarga yang ada disini. Pihak dari saudara Mitha memiliki peran sangat penting di pesta tersebut. Meski tidak begitu antusias tapi aku dan bang Linggom berusaha menempatkan diri agar tidak terlihat dimuka publik betapa peliknya permasalahan yang pernah terjadi diantara kami.Aku genggam tangan suamiku, sabar hasian, kelak anak-anak kita yang mendapat berkat dari Tuhan. Seiring berjalannya waktu, Mitha dan suaminya sudah mulai berani datang bertandang sesekali ke rumah. Walau suamiku tetap cuek dan dingin. Aku selalu mengajarkan anak-anakku untuk bersikap sopan kepada mereka, jika anakku yang nomor tiga dan nomor empat selalu menyambut ramah mereka, beda dengan anakku yang ke satu dan nomor dua yait

  • Pesona Istri dari Kota   Terimakasih

    Bab 61"Apa maksudmu Bere?" ucap bang Linggom merenggangkan pelukan mereka"Ya Tulang, lebih baik aku tidak usah menikah kalau Tulang dan Nantulang tidak hadir." tegas Thomas masih posisi air mata membasahi pipinya."Thomas! Kau sudah besar. Dan kau pasti bisa mengingat bagaimana dulu jahatnya kedua orangtuamu ini kepada kami. Jadi sudahlah, tidak usah berdrama pakai nangis segala disini karena memang kami tidak akan iba pada kalian. Pergilah temui tulangmu yang dua lagi." ucapku dengan tenang."Apa salahku Nantulang, kesalahan orang tua kenapa dilimpahkan padaku. Aku minta maaf, tolong maafkan kami." Kembali Thomas memohon dengan penuh harap. Beralih mengambil tanganku dan menciumnya dengan hormat. Aku segera menarik tanganku dari kegemarannya sebelum hatiku luluh. Sesungguhnya tidak tega juga melihat keponakan kami ini menangis dan memohon, tapi jika mengingat perlakuan kedua orangtuanya membuat hati ini seperti membeku."Thomas, bagaimana mungkin kau tidak akan menikah, sementara

  • Pesona Istri dari Kota   Minta maaf

    Bab 60"Ini padi-padi kita kenapa bisa begini Bang?"Aku berdiri memperhatikan padi yang susah payah kami tanam sekarang malah hangus menghitam."Sepertinya padi mu ini di semprot racun oleh seseorang Mak Dinda. Aku lihat dari kemarin daunnya pada kuning semua, sekarang jadi menghitam kering." Kak Lis, yang ladangnya bersebelahan dengan ladangku memberi penjelasan. Kak Lis juga lah yang telah mengirimkan SMS kepadaku tadi malam."Apa yang ada ya kak, kakak lihat jejak orang mencurigakan yang sengaja merusak ini?" Bang Linggom bertanya kepada kak Lis."Tidak ada Pak Dinda, kemarin lusa memang kami tidak ada disini, kalian pergi kami juga pergi. Ada pesta adik ipar ku di kampung."Bang Linggom tetap mengambil padi-padi kami itu. Meski menghitam tapi karena sudah berisi, setidaknya bisa di tumbuk pelan-pelan untuk mengeluarkan gabahnya dari berasnya.Miris memang, sedihnya tak terucapkan. Pengen cerita ke Papi dan saudara-saudara ku juga, rasanya aku enggan jadi beban buat mereka. Sedan

  • Pesona Istri dari Kota   Cobaan apa lagi

    Bab 59“Helmi, aku memilih keluargaku! Aku akan segera mengurus perceraian kita.”Bang Roni menatap Kak Helmi, lalu mengusap air matanya dengan kedua telapak tangannya.Mendengar pernyataan Bang Roni. Membuat mata Kak Helmi membulat seakan tidak percaya apa yang barusan diucapkan oleh suaminya. Bukan hanya kak Helmi, aku yakin kami semua kaget atas ucapan Bang Roni terlihat dari wajah kami masing-masing yang kelihatan tegang.“Maksud Abang apa?” ucap Kak Helmi mendekat ke sisi Bang Roni.“Aku memilih keluargaku! Aku ingin kita bercerai.”“Papi, tolong maafkan aku Pi! Beri aku waktu untuk merubah segala sifat jelekku selama ini. Aku akan memberikan uang lima juta rupiah itu secara cuma-cuma kepada Riska, yang penting kami tidak bercerai.” “Jangan Anda pikir karena uang lima juta bisa membeli keharmonisan keluarga ini. Simpan uangmu, Eriska tidak akan menerima apapun yang akan Anda berikan!" tegas Papi kesal.Aku perhatikan, Papi tetap bersuara datar meskipun emosinya sedang meningkat,

  • Pesona Istri dari Kota   Memilih

    Bab 58Padahal kalau dipikir-pikir, uang Bang Roni ini melebihi uang Bang Anton. Sawit Abangku ini lebih dari seratus hektar saat ini. Semua sudah berhasil. Sementara mereka belum memiliki anak. Sedih jadinya melihat Abangku yang satu ini.“Kalau Kau Bungaran bagaimana?” tanya Papi menoleh ke Abangku nomor tiga.“Lima puluh juta. Urus Lah ladang kalian itu dengan baik. Berdoa kepada Tuhan, biar apa yang kalian kerjakan diberkati Tuhan. Kalau sudah ada tempat yang cocok segera bangun rumah kalian disana, nanti Abang bantu biaya pembangunannya. Apa yang dilakukan iparmu itu Lae Linggom, jadikan cambuk menuju sukses. Keponakanku ini berempat harus bisa sekolah tinggi kalian buat, kalian harus buktikan meskipun dicurangi tapi mampu berdiri kokoh,” ucap Bang Bungaran tegas."Iya Riska, Kau jangan sungkan-sungkan. Selama ini begitu banyak masalah yang terjadi padamu, Kau pendam sendiri. Apa Kau tidak menganggap kami ini saudaramu? Papi sudah tua, bagaimanapun kitalah yang harus saling bahu

DMCA.com Protection Status