Darel sudah keluar dari kamar mandi, dia merasa sangat lelah hari ini. Darel kini sedang merenungi nasibnya. Apakah ini karma yang harus diterimanya. Setelah dia meninggalkan Sarah dan tidak menafkahinya sama sekali.Janjinya untuk memberi nafkah untuk anak-anaknyapun diingkarinya. Saat bertemu dengan Sarah dan anak-anaknyapun sebenarnya Darel ingin sekali memeluk mereka. Namun saat melihat seorang laki-laki sedang menggendong balita ditangannya keinginan Darel langsung surut.Sarah sudah bahagia dengan keluarga barunya. Kini dia sedang menikmati karmanya, apalagi jika dia mengingat nasib Yuna dan anak-anaknya juga. Sampai kini dia tidak tahu bagaimana Yuna menghidupi anak-anaknya.Darel sudah tidak lagi memberi Yuna uang, bahkan Darel juga sudah tidak pernah pulang sama sekali. Entah bagaimana kini nasib mereka, namun Darel yakin orangtua Yuna tidak akan lepas tangan begitu saja melihat kesulitan yang dihadapi anak perempuannya.Kini Darel ketemu batunya, Misya tidak bisa diremehkan
"Praaang!! " Pecahan dari piring yang dilempar terberai kemana-mana. Intan menahan tangisannya. Cipto marah karena makannya terganggu oleh tangisan Dini."Hehh, urus anakmu..bisa diam nggak sih. Ganggu orang makan aja, pergi sana!! "Intan langsung pergi menyambar Dini yang sudah terlihat pucat ketakutan. Dia segera keluar membawa Dini sejauh mungkin dari kemarahan Cipto. Dipeluknya erat gadis kecilnya sambil tersedu. Sambil berjalan terseok Intan mencari tempat yang nyaman agar bisa menenangkan diri dan anaknya.Entah kemana Dio dan Dito saat itu, jika mereka ada pasti akan dibawa oleh Intan. Sambil menggendong Dini, Intan masih terus berjalan sampai tiba saat akan menyebrang jalan. Tiba-tiba pandangan Intan langsung gelap."Bruuukk!! " Tubuh Intan terkulai lemas dan Dini terjatuh dari pelukannya. Dini langsung menangis dan menjerit dengan kencang karena ketakutan melihat ibunya jatuh. "Ciiiiittt... Bruukk!!Terdengar suara mobil direm dengan kencang sampai menimbulkan suara berdecit
Intan menatap Reza dengan penuh rasa terima kasih, namun Intan tidak berani berharap banyak pada Reza. Tadi samar dia dengar kalau Reza adalah pemilik rumah sakit ini, itu artinya Reza sekarang sudah menjadi orang sukses."Dimana anakku Za, maaf aku sudah merepotkanmu? " Lagi-lagi Intan juga tidak berani menatap Reza lama-lama karena debaran dadanya semakin jelas. Intan takut Reza akan mendengarnya.Saat melihat Intan memegang dadanya, Reza langsung bertanya, "Apakah dadamu masih terasa sakit ? "Intan menggeleng dan tersipu malu, "Aku hanya ingin bertemu Dini anakku Za! "Reza mengangguk dan memanggil sopirnya untuk membawa Dini masuk ke kamar. Dini langsung memeluk ibunya erat-erat, dia takut akan dipisahkan lagi dengan ibunya. Dini meringkuk dipelukan ibunya sambil menatap sedih ke arah Intan."Kenapa sayang, apa ada yang sakit?" Sambil mengusap kepala Dini dengan lembut. Melihat interaksi antara Dini dan Intan, Reza tersenyum dengan penuh haru. Ya, benar dia anak Darel. Sikap Dini
Darel mulai jengah melihat sikap Misya yang kini sudah terang-terangan menolaknya. Bahkan Misya sering menghindarinya setelah kejadian penamparannya. Misya memang sakit hati karena perlakuan Darel padanya."Sayang, aku minta maaf atas kejadian kemarin. Tolong jangan menghindariku seperti ini, lagi pula kita kan masih pengantin baru!! "Darel akhirnya memohon maaf pada Misya karena sudah tidak tahan didiamkan oleh Misya. Bahkan Misya sudah tidak mau lagi satu kamar dengannya.Misya pindah ke kamar tamu, dan Misya juga sudah malas-malasan meladeninya. Tidak ada lagi Misya yang manis, Misya yang manja atau rengekannya saat minta jalan-jalan dan belanja.Darel sudah mulai mencurigai Misya saat melihatnya menghubungi seseorang, bahkan disela-sela pembicaraannya tidak jarang Misya tersenyum manja.Pikiran Darel langsung tertuju pada Reza, bahkan Darel sampai penasaran tentang hubungan mereka. Sampai kini Darel belum bertemu lagi dengan Reza, dan Misya juga sepertinya sama.Permintaan maaf D
Terlihat seorang perempuan yang menggunakan kursi rodanya sedang termenung menatap dari balkon rumahnya melihat keramaian dijalan saat aktifitas pagi mulai terasa.Wajahnya putih bersih namun terlihat masih pucat, tiba-tiba netranya mengembun saat melihat sepasang kekasih bergandengan tangan melintas didepan matanya."Arman...dimana kamu sekarang, bagaimana kabarmu. Ternyata cintamu hanya sebatas dibibir saja. Kenapa aku tidak mati saja saat itu, kenapa aku harus merasakan kesendirian seperti ini?? "Bulir air matanya kian meluncur dengan deras, dan isak tangis mulai terdengar. Talia setelah mendapat kecelakaan beberapa waktu yang lalu, akhirnya melewati masa kritisnya dan masih diberi kesempatan untuk menghirup udara di dunia ini.Arman menghilang bak ditelan bumi, sampai kini tidak muncul batang hidungnya. Talia mengusap air matanya dengan hati yang pedih, mengingat kembali kebodohan yang sudah diperbuatnya.Meninggalkan seorang Fiki suami yang sangat menyayanginya hanya demi mantan
Setelah bertemu dan menikah dengan Stella kini Revan mulai menata hidupnya kembali. Baru saja Stella memberi kabar padanya tentang Talia. Hati Revan berdenyut sakit, masih ada rasa tidak rela melepas Talia. Apalagi mengetahui kondisi Talia saat ini sedang tidak baik-baik saja. Stella yang tidak menyadari perubahan wajah suaminya masih menceritakan tentang Talia dan rencana ke depannya. Stella juga mengatakan tentang keinginan Talia untuk pergi dari tanah air untuk menghilangkan luka dihatinya. Revan semakin gelisah setelah mengetahui keinginan Talia, dia ingin sekali mencegahnya bahkan jika Talia mau dia ingin Talia membuatnya menjadi orang yang penting dalam hidupnya. Di tempat lain terlihat raut wajah Arman yang lesu, dia sudah terlalu lelah menghadapi keegoisan Naima. Sampai kini Naima tidak mau memberinya kesempatan untuk memperbaiki nasib rumah tangganya. Naima bahkan tidak peduli lagi kepada Arman, hatinya terlanjur sakit. Lama-lama Armanpun sakit kepalanya, apalagi kini Na
Talia tidak tahu apa yang dia putuskan kali ini benar atau tidak, dia hanya mengikuti kata hatinya saja. Talia kini mengikuti alur hidupnya saja, dia juga sudah pasrah akan kehidupan yang akan dia jalani nanti.Arman tentu saja bahagia karena Talia masih mau bersamanya, tidak terpikir olehnya jika saat itu Talia menolak ikut dengannya. Cinta Talia untuknya memang luar biasa. Arman tidak menyangka jika Talia masih percaya padanya.Biarlah dia akan menjaga Talia karena rasa bersalahnya, dia juga akan menjauhi Naima yang sudah tidak sudi lagi disentuh olehnya. Naima sudah sulit untuk didekati lagi, namun Arman percaya jika Naima pasti akan mengurus kedua jagoannya dengan baik.***Misya mulai jenuh dengan kehidupannya, setelah menikah dengan Darel dia malah ingin melepaskannya. Namun Darel sudah mengancamnya dengan tidak akan menceraikannya.Usaha Misya mendekati Reza juga menemui jalan buntu, sepertinya Reza juga sudah tidak tertarik lagi padanya. Mungkin dia harus membuka hatinya untuk
Ternyata Diva adalah mantan Reza, namun dia masih berharap mendapat kembali perhatian dari Reza. Misya tersenyum smirk, kini dia memiliki rencana agar Reza mau kembali padanya. Sayang sekali jika Reza dia lepas begitu saja, ada baiknya juga Reza merasakan sakit lebih dulu sebelum meninggalkannya. Misya akan menggunakan tangan Diva untuk memperlancar rencananya. Mereka sudah bertukar nomor telfon karena Diva mengharapkan bantuan dari Misya. Tentu saja Misya menyetujuinya kalau perlu Reza harus dipermalukan lebih dulu agar ceritanya lebih menarik. Akhirnya mereka sepakat untuk bertemu lagi dilain waktu. *** Reza sudah kembali ke kantornya, hari ini banyak sekali masalah yang harus diselesaikannya. Sedangkan Intan sudah diantarkan pulang ke rumahnya. Intan membawa makanan dan keperluan untuk toko kecil sembakonya. Anak-anak menyambut kedatangan Intan dengan senang, mereka berebut mengambil kantong belanjaan Intan. "Wah, ibu beli ini buat kita yaaa!! " Dito berteriak senang ketika