Pesona Istri Season 3POV AtmaKyai Bashori sangat menyayangkan keputusanku berhenti dari pesantren ini. Meski sebelumnya ia meminta maaf atas sikapnya tanpa memperhatikan perasaanku. Aku merasa tidak ada yang perlu dimaafkan. Bisa dipahami bagaimana orangtua yang ingin anaknya bahagia, tentu hal itu yang dirasakan beliau. Aku hanya berharap, Kyai Bashori bisa mencarikan jodoh yang sepadan. Tanpa melukai siapapun. Poligami, meski tidak dilarang, tetap saja hal itu berat. Banyak syarat yang harus dipatuhi ketika melakukannya. Terutama syarat harus adil, itu yang berat. Siapa yang bisa adil? Aku rasa tidak ada satu manusia pun yang bisa seadil itu. "Sepertinya saya sudah kelelahan mengajar di kampus, Kyai. Selain itu juga sedang sibuk dengan tesis," terangku. Berharap alasan jadi lebih banyak, tak hanya karena Ustadzah Fatimah saja "Saya juga tak bisa memaksa, mudah-mudahan semakin baik dan sukses ya, Atma.""Terima kasih, Pak Kyai."Selesai dengan urusanku di pesantren, aku lekas pu
Pesona Istri Season 3POV Hulya "Menurutmu, bagaimana dengan Aslam?" tanya papa padaku, saat kami semua sedang fokus dengan makan bersama."Hulya gak begitu kenal, Pa. Tapi sepertinya dia orang baik, dan juga sopan," balasku. "Lagian ngapain Papa tanya tentang teman abang Nata pada Hulya segala?" Aku balik bertanya.Tidak, bukan aku tak kenal dengan Kak Aslam. Selain aku tahu dia adalah teman Abang Nata, aku sering melihatnya di kampusku. Pria itu datang ke kampus mengantarkan adiknya yang juga kuliah di kampus yang sama denganku. Tapi Bang Nata tak pernah tahu akan hal itu, mungkin dia tak tahu kalau adiknya Kak Aslam satu kampus denganku. Abang Nata memang hampir tak pernah mengantarkan aku ke kampus selama ini, beda dengan Abang Atma yang masih punya waktu mengantarkan aku ke tempatku menuntut ilmu. Di kampusku, Kak Aslam adalah pria yang menjadi buah bibir. Wajahnya yang tampan dengan versi Timur Tengah, membuat dia terlihat berbeda dengan kebanyakan orang. Samua mahasiswi seaka
Pesona Istri Season 3 POV Hulya"Aku telepon abangku dulu untuk minta ijin," ucapku sembari berjalan mundur beberapa langkah. Berusaha menciptakan jarak diantara kami."Tak perlu, pasti mereka sibuk."Aku langsung menatap padanya, kenapa malah dilarang. Jangan-jangan dia sengaja ingin menjemputku dan yang membuat Abang Nata putar haluan, dia juga. Bukan apa-apa aku berpikir begitu, dia satu kampus dengan Abang Nata. Bisa saja dia yang melakukannya. "Ya sudah telepon dulu aku tunggu," ucap Kak Aslam pada akhirnya. Tanpa berkata-kata lagi aku langsung menelpon Abang Atma. Dia yang harusnya tidak sedang dalam perjalanan. Hari ini dia pergi ke rumah mertuanya. Rumahnya yang dekat dengan rumah Papa, aku yakin Abangku itu sudah sampai dan sedang bersantai dengan keluarganya."Aku gak ada yang jemput, ini ada Kak Aslam mau anterin aku. Boleh gak?" Tanyaku pada Abang Atma begitu sambungan telepon terhubung."Memangnya Nata gak jemput?" Abang Atma balik bertanya. "Tadi udah jalan tapi mend
Pesona Istri Season 3Pasir putih yang lembut dan hangat, digenangi oleh ombak Samudera yang tenang saat senja. Di ufuk barat, terlihat dari pantai, matahari yang hampir terbenam di balik gunung rendah.Samar-samar terdengar dentingan air laut saat ombak memukul pasir. Terlihat juga pasir sarat jasad-jasad kerang berwarna putih. Aku berdiri dan berjalan ke mengelilingi pantai, menginjak air laut yang hangat. Beberapa langkah di sampingku berdiri pria tampan yang akan segera menjadi suamiku.Di depan sana, tampak dua orang pasangan suami istri sedang berjalan sambil berpegangan tangan. Mereka adalah Abang Nata dan istrinya, Kak Queena. Wanita itu berjalan perlahan karena perutnya sudah begitu membesar. Mungkin setelah aku menikah Kak Queena akan melahirkan. Sedangkan Kak Zitni sudah melahirkan beberapa hari yang lalu. Kami akhirnya pergi ke pantai untuk melakukan sesi prewedding. Setelah meminta pada Papa, dan meyakinkannya selama beberapa bulan, akhirnya Papa mengijinkanku melakukan
Pesona Istri Season 3 Aku kembali menutup pintu kamar dengan rapat begitu Kak Aslam pegi. Ada sesuatu yang tidak nyaman terasa di dadaku saat pria itu pergi dengan wajah kecewa. Entah bagaimana rasanya aku tak bisa menggambarkannya. Apa aku terlalu berlebihan, apa aku salah sudah tidak mengijinkan dia masuk kamarku. Apa harusnya tadi dimasukkan saja. Toh kami sudah akan menikah sebentar lagi. Dengan langkah gontai aku berjalan menuju ke tempat tidur. Lalu menghempas tubuhku ke atas pembaringan dengan posisi tengkurap. "Dahlah, biarin saja. Terserah dia mau bilang apa," gumamku menghibur diri. Apa ini yang dinamakan ujian sebelum pernikahan. Apa selama ini pria itu sebenarnya tidak bisa menjaga diri dan terbiasa berbuat yang tidak-tidak bersama dengan wanita-wanita yang menyukainya. Jangan-jangan dia sudah melakukan hal-hal yang di luar batas. Sudah berapa wanita yang diajak tidur bersama, tiba-tiba berbagai bayangan buruk melintas begitu saja di kepalaku. Apakah dia pria yang tak
Pesona Istri Season 3Ucapan sah terdengar bergema dari tempat dilakukannya acara ijab qobul, sedangkan aku ditemani oleh Kak Queena dan Kak Zitni berada di ruangan rias pengantin. Menunggu kami sah menjadi suami istri baru aku akan dibawa menuju ke pelaminan. Seperti halnya Abang Nata dan abang Atma yang menikah di hotel maka aku pun juga menikah di tempat yang semisal. Kak Zitni bisa menemaniku karena bayinya yang sudah berusia sekitar 2 bulan bersama pengasuhnya di kamar hotel. "Selamat ya sudah menjadi seorang istri sekarang," ucap Kak Zitni sambil memelukku."Semoga menjadi keluarga yang sakinah mawadah warohmah." Kak Queena tak mau kalah.Ada rasa bahagia membuncah di dalam dadaku sekarang aku sudah menjadi seorang istri. "Terima kasih, Kak. Do'akan aku bisa sebahagia kalian," balasku sambil memeluk erat keduanya. Aku dan kedua kakak iparku memang saling menyayangi, sedikit perbedaan mungkin ada dan sering terjadi. Tapi suami-suami mereka yang merupakan abangku, selalu bisa
Pesona Istri Season 3 Suasana pagi terasa mulai ramai oleh orang-orang yang hendak pergi bekerja. Dengan senyum lebar, aku menanti kedatangan moda transportasi umum yang sangat ingin aku coba, kereta listrik. Aku dan Mas Aslam akan naik kendaraan umum itu berbarengan dengan orang-orang yang berangkat ke kantor. "Senangnya akhirnya kita bisa naik kereta ini bareng," ucapku seraya menatap ke arah lintasan kereta. Menunggu alat transportasi tersebut datang. "Kenapa harus di jam segini sih, lihat ramai sekali. Kita ini baru menikah, harusnya bersantai di hotel menikmati kebersamaan bukannya malah ikutan berdesakan dengan para karyawan," omel Mas Aslam.Sebenarnya dia tak setuju aku melakukan ini saat ini, khawatir masih lelah setelah kemarin kami sibuk di acara pernikahan. "Ini letak serunya, ikutan berdesakan dengan penumpang lainnya. Kalau sepi mana seru, biar tahu bagaimana hidup sulit," jawabku sekenanya. Mas Aslam hanya geleng-geleng kepala mendengar perkataanku. "Memangnya gak
Pesona Istri Season 3POV Hulya Pengantin baru, rumah baru. Begitu pulang dari hotel, aku hanya menginap di rumah Papa dan Mama dua malam. Lalu hanya semalam berada di rumah mertuaku, kemudian suamiku langsung membawaku pergi ke rumah yang dia inginkan untuk menjadi tempat tinggal kami. Sejauh ini, keluarga mertuaku semuanya baik dan sayang padaku. Termasuk adik iparku yang merupakan adik Mas Aslam. Mereka hanya dua bersaudara. Pantas saja kalau suamiku itu begitu memanjakan adik perempuannya. Aku hanya bisa menurut saat Mas Aslam mengajakku tinggal berdua saja, dia memilih rumah minimalis modern untuk menjadi tempat tinggal kami. "Aku hanya ingin menghabiskan waktu berdua saja denganmu, di rumah yang tak terlalu luas sehingga aku bisa selalu melihat keberadaanmu setiap saat. Selain itu, agar kamu tak kesepian jika sendiri karena rumah tak terlalu besar." Itu yang dikatakan Mas Asalm saat pertama kali kami menginjakkan kaki di rumah ini. Terhitung sudah satu minggu kami tinggal
Pesona Istri Season 3 POV Hanan "Selamat ulang tahun Sayang ucapku sambil memberikan sebuket bunga mawar untuknya." Meskipun di rumah ini ada taman bunga mawar, tapi tetap saja memberi bunga padanya selalu membuatnya bahagia. Namun, dia akan berkata tak suka pada bunga yang sudah dipetik. "Terima kasih, Mas," jawabnya tanpa terlihat sedikit pun senyum di wajahnya. Sudah beberapa hari ini Husniah tampak bersedih hati. Aku tahu penyebabnya tak bahagia beberapa hari ini. Sudah hampir dua bulan tak ada dari anak-anaknya yang datang mengunjungi kami baik Hulya yang belum memiliki anak maupun Atma dan Nata yang sudah sibuk dengan keluarga kecilnya ditambah dengan keberadaan anaknya."Kamu rindu pada anak-anak?" tanyaku.Pertanyaanku hanya dijawab Husniah dengan anggukan, seakan dia enggan berbicara. Aku tahu jika dia mengungkapkan isi hatinya, dia akan menangis begitu saja. Entah kenapa di usianya yang tak lagi muda, Husniah semakin melankolis. Kurasa ini terjadi setelah anak-anak perg
Pesona Istri Season 3 "Sayang, Abang minta maaf," ucapku, sembari mencoba mendekat padanya lagi. Dia marah tapi tak mau didekati, bagaimana bisa aku menenangkannya. Lebih baik dia memukuliku daripada menjauh dengan tampang seperti itu. "Kenapa minta maaf," ketus Queena. "Udah bikin kamu kesal," balasku. "Sini, kita bicarakan dengan tenang. Kamu mau apa?" Wajah itu masih cemberut, tapi tak lagi menjauhiku hingga jarak kami semakin dekat. "Maaf ya." Lagi aku mengatakan permintaan maaf, entah untuk kesalahan yang mana. Yang penting aku minta maaf saja, mungkin dengan seperti ini dia kan lebih baik. Tanpa dikomando, air mata Queena meluncur melewati pipinya yang terlihat berisi, lalu kemudian berlanjut dengan isakan kecil terdengar di telingaku. "Abang minta maaf," ucapku, lagi, entah untuk yang berapa kali. Aku merengkuh tubuh Queena dalam pelukan. Istriku itu tak menolak dan melawan, dia terisak dalam dekapanku. Biarlah, dia puas menangis setelah puas memukuliku. Biar dia mel
Pesona Istri Season 3"Nata, Queena pergi meninggalkan Rafka sejak tadi pagi," ucap Tante Syifa dari ujung telepon, ketika aku mengangkat panggilan dari mertuaku tersebut.Mendengar penuturan Tante Syifa, tentu saja membuatku sedikit terkejut. Tadi pagi memang Queena masih marah saat kutinggal pergi kerja. Kali ini bukan masalah postur tubuhnya yang gemuk namun kami bertengkar lagi karena Queena kembali mencurigaiku memiliki kedekatan dengan Yuanita pada hal dia jelas-jelas tahu kalau wanita itu sudah memiliki tunangan. Meskipun sampai sekarang mereka belum berniat untuk menikah. Entah kenapa beberapa hari ini, tidur kami selalu diwarnai dengan pertengkaran. "Quina pergi ke mana, Ma. Dia tak pamit dan meninggalkan Rafka begitu saja. Lalu gimana sekarang keadaan anak itu apakah dia rewel karena tak ada mamanya?" Bertubi-tubi aku bertanya pada mertuaku. Jika di lihat sekarang sudah mulai sore, artinya istriku itu sudah pergi dari rumah cukup lama. Tapi kenapa Tante Syifa baru mengat
Pesona Istri Season 3 "Nggak gitu juga kali konsepnya Kak Yuan," ucap Queena dengan nada sebal.Sepertinya dia tak suka dengan perkataan yang dilontarkan oleh Yuanita barusan, siapa yang suka dengan perkataan seperti itu. Aku pun tak suka, Queena adalah istriku tak ada yang boleh memilikinya selain diriku. "Aku cuma bercanda mengimbangi perkataan Liam barusan," sahut Yuanita, membela diri.Dua wanita ini nampaknya sulit akur sekarang, Queena yang cemburu pada Yuanita karena dulu kami pernah dekat, dan Yuanita yang cemburu pada Queena karena Liam begitu perhatian pada istriku. Kami berbasa-basi beberapa saat, kurang lebih hanya empat puluh lima menit. Karena kami harus segera pergi ke restoran. William pergi sendiri mengendarai mobilnya, sedangkan aku dan Yuanita akan berkendara di mobil yang sama seperti yang kami katakan tadi. "Aku pergi dulu ya, Sayang," pamitku pada Queena. "Kok Kak Yuanita ikut dengan Abang?" tanya Queena, seperti tak suka. "Liam akan langsung ke kantornya,
Pesona Istri Season 3Aku sudah mulai aktif kembali bekerja di restoran bersama dengan Yuanita. Sampai sekarang aku tak pernah tahu lagi, bagaimana hubungan dia dengan William. Kulihat mereka baik-baik saja namun hingga detik ini sepertinya tak ada kemajuan dalam hubungan mereka entah kapan mereka akan memutuskan untuk menikah. Biarlah itu bukan urusanku, mereka adalah dua orang dewasa yang sudah tahu mana yang baik dan mana yang benar. "Bagaimana keadaan Queena?" Tanya William saat aku hendak pulang. "Alhamdulillah sehat dan baik," jawabku. Sejak kejadian Yuanita melihatnya memeluk Queena dan dia marah-marah tidak jelas itu, William lebih banyak menahan diri. Dia tak lagi ingin dekat dengan Queena. Ditambah lagi aku dan istriku pergi ke luar kota, pindah ke rumah Mama dan Papa dalam beberapa bulan. Kupikir, membuat kedekatan Queena dan William tak lagi seperti dulu. "Mau ke sana, kita tengok Mama dan bayinya." Yuanita datang menghampiri kami dengan sebuah usulan. "Kamu mau?" Wil
Pesona Istri Season 3 Aku terbangun saat terdengar suara azan dari ponselku. Malam tadi kami masih tidur dengan nyenyak, Queena juga tidak membangunkanku. Bayi kami pun tidak di bawa ke sini. Perawat bilang, bayi yang baru lahir tidak langsung lapar dan ingin menyusu dari mamanya saat kutanya apa bayi kami tak kelaparan. Aku segera bangun, membersihkan diri dan sholat subuh, setelah itu membangunkan Queena. "Sayang, mau mandi gak?" Tanyaku sambil mengecup keningnya. "Sudah jam berapa?" Queena bertanya. "Jam lima lewat." Queena terlihat susah payah saat ingin bangun dari posisinya. Tentu saja, pasti dia masih kesakitan di bagian intimnya. "Ayo abang bopong," kataku sembari mengambil posisi hendak mengangkat tubuhnya. Queena menatap padaku. "Iya deh," sahutnya sambil memamerkan barisan giginya. Kenapa tak minta tolong saja dari tadi. Dengan hati-hati, kuangkat tubuhnya dan kubawa ke kamar mandi. "Mau dimandiin?" tanyaku. "Apaan sih Abang, aku bisa mandi sendiri." Dia menolak
Pesona Istri Season 3 POV Nata Wajah lelah namun tampak bahagia itu tersenyum bahagia saat menatapku. Aku baru saja mengazani bayi kami yang ada di ruang bayi. Sedangkan Queena masih berada di ruang bersalin tadi saat aku tinggalkan untuk melihat bayi kami. Queena melahirkan tanpa persiapan, kami sedang asyik jalan-jalan di mall tapi tiba-tiba dia pecah ketuban. Lalu saat di bawa ke rumah sakit ternyata sudah pembukaan 4 dan semua berjalan dengan cepat. "Bukannya anak pertama katanya perlu lama kontraksi untuk pembukaan." Itu yang aku tanyakan pada dokter saat dikatakan Queena sudah siap melahirkan. "Aku udah mulas dari kemarin, Abang. Tapi aku tahan, makanya tadi sengaja aku ajak Abang jalan-jalan biar rasa sakitnya teralihkan." Ah, Queena, ada-ada saja. Kuat juga dia menahan rasa sakit itu. Tapi mungkin aku dan kedua mertuaku akan jauh lebih khawatir jika tahi sejak kemarin dia mulas tapi bayi baru lahir hari ini. Kembali kukecup kening Queena yang sudah berada di atas kursi
Pesona Istri Season 3POV Hulya Pengantin baru, rumah baru. Begitu pulang dari hotel, aku hanya menginap di rumah Papa dan Mama dua malam. Lalu hanya semalam berada di rumah mertuaku, kemudian suamiku langsung membawaku pergi ke rumah yang dia inginkan untuk menjadi tempat tinggal kami. Sejauh ini, keluarga mertuaku semuanya baik dan sayang padaku. Termasuk adik iparku yang merupakan adik Mas Aslam. Mereka hanya dua bersaudara. Pantas saja kalau suamiku itu begitu memanjakan adik perempuannya. Aku hanya bisa menurut saat Mas Aslam mengajakku tinggal berdua saja, dia memilih rumah minimalis modern untuk menjadi tempat tinggal kami. "Aku hanya ingin menghabiskan waktu berdua saja denganmu, di rumah yang tak terlalu luas sehingga aku bisa selalu melihat keberadaanmu setiap saat. Selain itu, agar kamu tak kesepian jika sendiri karena rumah tak terlalu besar." Itu yang dikatakan Mas Asalm saat pertama kali kami menginjakkan kaki di rumah ini. Terhitung sudah satu minggu kami tinggal
Pesona Istri Season 3 Suasana pagi terasa mulai ramai oleh orang-orang yang hendak pergi bekerja. Dengan senyum lebar, aku menanti kedatangan moda transportasi umum yang sangat ingin aku coba, kereta listrik. Aku dan Mas Aslam akan naik kendaraan umum itu berbarengan dengan orang-orang yang berangkat ke kantor. "Senangnya akhirnya kita bisa naik kereta ini bareng," ucapku seraya menatap ke arah lintasan kereta. Menunggu alat transportasi tersebut datang. "Kenapa harus di jam segini sih, lihat ramai sekali. Kita ini baru menikah, harusnya bersantai di hotel menikmati kebersamaan bukannya malah ikutan berdesakan dengan para karyawan," omel Mas Aslam.Sebenarnya dia tak setuju aku melakukan ini saat ini, khawatir masih lelah setelah kemarin kami sibuk di acara pernikahan. "Ini letak serunya, ikutan berdesakan dengan penumpang lainnya. Kalau sepi mana seru, biar tahu bagaimana hidup sulit," jawabku sekenanya. Mas Aslam hanya geleng-geleng kepala mendengar perkataanku. "Memangnya gak