Home / Young Adult / Pesona Istri Presdir Posesif / 092 || Hari Pernikahan

Share

092 || Hari Pernikahan

Author: Diva
last update Huling Na-update: 2025-02-26 10:42:19

"Sayang, khawatir itu hal yang wajar. Tapi, jangan terlalu berlebihan. Kamu harus yakin bahwa semuanya akan berjalan dengan lancar!"

Langkah kaki Ardiaz berjalan mendekat pada Anindya, yang berdiri di teras Villa saling memilin kedua tangannya dengan gugup.

Ardiaz mengambil tangan Anindya, sesampainya di dekat wanita itu. Dia mengusapnya dengan lembut tangan putrinya berusaha untuk menenangkan Anindya yang kini dipenuhi oleh perasaan cemas.

"Percaya sama Papa, kamu bisa lewatin semua ini! Papa di sini Anindya, di dekat kamu. Kamu nggak usah takut sama hal buruk yang ada di pikiran kamu, itu semua cuma buat kamu rugi!" Ardiaz kembali berbicara dengan tatapan yang begitu lekat pada wajah cantik sang putri. "Hal buruk yang ada di pikiran kamu itu cuma bikin kamu semakin takut dan cemas. Sekarang tarik napas dan yakinin diri kamu kalo kamu bisa lewatin semua ini dengan baik!"

Satu tarikan napas dihembuskan oleh Anindya dengan pelan. Entah ini hembusan yang keberapa kalinya yan
Locked Chapter
Patuloy ang Pagbabasa sa GoodNovel
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Pesona Istri Presdir Posesif   093 || Sah

    "Kamu sangat cantik, Anindya!" Ivander tidak bisa menahan diri untuk tidak memuji Anindya. Kecantikan wanita itu sejak awal muncul sudah membuat dirinya terpukau, semakin menambah kegugupan dalam diri Ivander. Ivander memang gugup, tapi dia bisa menyembunyikan perasaan itu pada semua orang dibalik wajah datarnya. Dia berdiri dengan gagah di hadapan Anindya, Ivander hanya fokus pada Anindya seorang. Mengabaikan ratusan tamu undangannya, kehadiran Ardiaz dan juga William di sisi mereka. Dia hanya menjadikan Anindya satu-satunya fokus dirinya saat ini. Dia menganggap semua orang yang ada di sana itu tidak ada. Ya dalam benaknya, hanya dirinyalah dan Anindya yang berada di sini. Itu cukup mengurangi perasaan gugup dalam dirinya. William berjalan mendekati Anindya dan Ivander. Kedua calon pengantin itu sedang dimabuk cinta, terlihat jelas dari kedua mata mereka yang saling bersitatap. Dia mengambil mikrofon agar suaranya terdengar dengan keras. "Saudara-saudara yang terhormat, k

    Huling Na-update : 2025-02-26
  • Pesona Istri Presdir Posesif   094 || Pesta Pernikahan

    "Bagaimana perasaanmu, Anindya?" Ivander menatap Anindya yang kini duduk di sebuah sofa yang dihiasi oleh bunga mawar dan juga anggrek. Sebuah panggung yang mereka pijaki terbuat dari kayu yang dipoles halus terletak di tepi pantai. Lilin-lilin yang menyala mengelilingi panggung itu menambah kesan romantis. Anindya tidak langsung menjawab, dia menyempatkan diri untuk menarik sudut bibirnya membentuk senyuman lembut. "Aku bahagia, Ivander. Makasih, sudah mau nerima aku dalam hidup kamu." Ivander yang sejak tadi berdiri, memutuskan untuk menjatuhkan bokongnya di samping Anindya. "Nggak perlu makasih, Anindya. Aku mencintaimu, bersamamu adalah kebahagiaan yang selalu aku impikan sejak lama." Meskipun bingung mendengar balasan Ivander, Anindya tetap mempertahankan senyumannya. Dia tidak berniat untuk menanyai maksud dari ucapan pria itu, waktunya yang tidak tepat saat ini. Anindya memilih untuk menyimpan pertanyaan itu, dan bertanya nanti setelah acara pernikahan mereka selesai. Ked

    Huling Na-update : 2025-02-26
  • Pesona Istri Presdir Posesif   095 || Kehampaan Anindya

    "Kamu siapa? Dateng-dateng langsung menghinaku dengan ucapan tak layak seperti itu?" Anindya bangkit dari posisi duduknya. Dari sekian banyaknya keluarga besar Ivander, Anindya selalu menghindari mereka. Takut salah satu dari mereka mengungkit masalah tiga tahun yang lalu, di mana dirinya menolak perjodohan dengan Ivander. Namun, sejak awal acara keluarga besar Alessandro menyambut dirinya dengan ramah. Mereka tidak mengungkit tentang kejadian tiga tahun yang lalu. Mereka juga tidak membahas tentang status Anindya yang merupakan seorang janda sebelum menikah dengan Ivander. Entah mereka tahu, tapi memilih untuk diam seolah lupa. Atau mungkin belum? Seperti wanita di depannya ini, sejak awal dia belum melihat kehadiran wanita ini. Anindya menebak, jika wanita di depannya ini bagian dari keluarga Alessandro juga. Karena, mereka membahas tentang kematian George Alessandro. Wanita dengan dress merah menyala senada dengan warna bibirnya itu tertawa singkat. Sinis dan penuh pengh

    Huling Na-update : 2025-02-27
  • Pesona Istri Presdir Posesif   096 || Kembali Ragu

    "Aku nggak papa, Ma. Aku cuma kecapean aja!" Anindya menjawab pertanyaan Kanaya tak sepenuhnya berbohong. Selain perasaannya yang mendadak buruk, dia juga merasakan tubuhnya yang lemas. Padahal sejak tadi dia juga hanya duduk saja, tapi mengingat dirinya yang baru saja mengalami keguguran dan kuretase. Anindya sering kali merasakan nyeri pada perutnya, bahkan kemarin-kemarin Anindya sering mengalami pendarahan ringan. Itu juga yang mempengaruhi kondisi tubuhnya tidak seperti biasanya. Mudah sekali lelah, dan juga sering kali merasakan lemas. "Ya, udah sayang. Mama panggilkan Ivander dulu ya, biar dia anter kamu istirahat." Kanaya bersiap untuk pergi memanggil Ivander, tapi Anindya dengan segera menahan wanita itu. "Nggak usah, Ma! Acara juga belum selesai, aku nggak mau nimbulin pertanyaan dari para tamu kalo aku pergi sebelum acara selesai." Anindya menggeleng menyuruh Kanaya untuk tetap berada di dekatnya. "Aku mau mocktails, Ma." Kanaya mengangguk dan bergerak mengamb

    Huling Na-update : 2025-02-27
  • Pesona Istri Presdir Posesif   097 || Kepekaan Daren

    "Sayang, ayo kita istirahat! Kamu kecapean kenapa diem aja nggak ngomong sama aku?" Ivander menatap penuh kekhawatiran pada Anindya yang kini membalas tatapan pria itu dengan datar. Pria itu mengambil duduk di sisi istrinya, dan memeriksa dahi Anindya. Udara di sini sangat dingin, waktu terus bergerak cepat. Desiran angin laut semakin malam semakin kencang dan dingin. Ivander lupa bahwa keadaan Anindya sedang tidak baik-baik aja. Wanita itu kondisinya sedang lemah, dia takut Anindya akan sakit. Keasikan ngobrol membuat Ivander melupakan kondisi Anindnya saat ini. Beruntung Kanaya mengirim pesan singkat memberitahu keadaan Anindya yang kelelahan, sehingga Ivander segera pamit undur diri meninggalkan obrolan seputar bisnis. Anindya yang kini wajahnya memucat, karena semilir angin malam yang menerpa wajah dan kulitnya membuat dirinya sedikit mengigil. Padahal beberapa menit yang lalu dia masih baik-baik saja, sekarang kondisinya sudah semakin lemah. "Aku baik-baik aja!" Anindya beg

    Huling Na-update : 2025-02-27
  • Pesona Istri Presdir Posesif   098 || Kerisauan Anindya

    "Maaf, aku keasikan ngobrol sampe lupa sama kamu!" Ivander meletakan Anindya di atas ranjang king size kamar utama yang sudah dihias dengan indah untuk malam pertama kedua pengantin itu. Namun, meskipun kamar mereka telah didekor sebegini rupanya, malam pertama pernikahan mereka tidak akan terjadi. Melihat kondisi Anindya yang baru saja mengalami keguguran satu Minggu yang lalu, tidak memungkinkan untuk mereka melakukan hubungan intim di malam sakral ini. Ivander tidak mempermasalahkan itu, dia mengerti kondisi Anindya saat ini. Ivander sangat mengutamakan kondisi Anindya agar segera membaik. Anindya hanya mengangguk sebagai respon, dia bergerak ingin melepaskan high hills yang membungkus kedua kakinya."Biar aku aja!" Ivander mencegah pergerakan Anindya, dia yang kini melepaskan high hills yang melekat pada kedua kaki istrinya. Ivander terkejut saat melihat kaki Anindya yang memerah. Dia mengusap luka itu dengan lembut."Shh, perih!" Anindya meringis saat Ivander menyentuh kakin

    Huling Na-update : 2025-02-28
  • Pesona Istri Presdir Posesif   099 || Radja

    "Nggak mungkin Anindya menikah dengan Ivander!" Kedua kaki Melani begitu lemas saat membaca berita yang tersebar di media sosial tentang pernikahan Anindya dan juga Ivander. "Seharusnya Anindya itu udah mati. Dia nggak mungkin bisa berdiri di samping Ivander untuk melangsungkan pernikahan hari ini!" Melani meremas ponsel di tangannya. Dia yang berdiri di dekat lorong club' malam itu tampak seperti orang gila. Dia baru saja melayani pelanggan Madam Angell sejak tiga jam yang lalu, rasa senang yang sempat hadir tadi kini terganti dengan perasaan marah, kecewa, dan juga panik. "Kalo Anindya selamat nggak mati. Di mana keberadaan Lingga?" Ya, itu yang membuat Melani ketakutan saat ini. Seharusnya jika Anindya baik-baik saja, tidak mati seperti apa yang dia harapkan. Berarti Lingga tidak melakukan apapun pada Anindya, suaminya itu justru melepaskan Anindya begitu saja tanpa melakukan apapun. "Lingga, kamu sekarang di mana?" Melani merosotkan tubuhnya di lantai dengan perasaan

    Huling Na-update : 2025-02-28
  • Pesona Istri Presdir Posesif   100 || Malam Pertama

    "Aku boleh masuk?"Ivander bertanya setelah mengetuk pintu kamar utama di villa ini. Sudah lima belas menit Ivander berdiri di depan pintu kamar utama mereka, menunggu Anindya berganti pakaian. Bodohnya, sejak tadi Ivander hanya diam saja berdiri di tempat. Seharusnya pria itu bisa duduk di sofa yang berada tidak jauh dari kamar mereka. Lima detik tidak ada sahutan dari dalam kamar. Ivander ingin mengetuk kembali pintu tersebut. "Masuk! Aku udah selesai!" Tangan kekar Ivander menggantung di udara saat mendengar suara lembut Anindya di dalam kamar. Dengan segera Ivander membuka kamar itu, alangkah terkejutnya saat melihat rambut Anindya basah. "Sayang, kamu mandi?" Ivander menutup pintu kamar mereka, tidak lupa menguncinya dari dalam. Dia melangkah mendekati wanitanya yang sedang berdiri di depan meja rias sambil mengeringkan rambutnya. "Iya, tubuhku terasa sangat lengket."Anindya tidak akan bisa tidur dengan kondisi tubuhnya terasa lengket karena keringat. Sehingga dia melawan

    Huling Na-update : 2025-02-28

Pinakabagong kabanata

  • Pesona Istri Presdir Posesif   104 || Hukuman

    "Ivander, jadi kamu yang nyekap aku di sini?" Pertanyaan terkejut dari sosok yang kini terduduk di lantai dengan kondisi terikat. Membuat Ivander yang baru saja menginjakan kaki di rumah tua yang terletak di tengah hutan daerah Solara. Pria dengan kemeja abu-abu itu menyorot tajam target yang kini menatapnya terkejut sekaligus panik. Tatapan Ivander menyimpan dendam yang begitu membara meskipun wajahnya tanpa ekspresi. Ivander menghentikan langkah kakinya tepat di depan Lingga dan Rizhar yang kini terduduk di lantai kotor dengan kedua tangan yang terikat di belakang tubuhnya. Malam itu juga setelah Ivander memberikan perintah untuk menangkap Lingga dan juga Rizhar yang menjadi penyebab calon istrinya mengalami keguguran. Tidak salah Ivander mengandalkan Bima dalam masalah Lingga, karena hanya dalam waktu satu jam Bima berhasil menangkap Lingga dan juga Rizhar. Lalu, menyeret pria itu ke rumah tua yang menjadi tempat di mana Anindya mengalami pendarahan hebat dan ditemukan oleh Zi

  • Pesona Istri Presdir Posesif   103 || Bima Abimana

    "Bima, saya sangat mengandalkan kamu dalam masalah ini! Saya mau malam ini juga, Lingga sudah berada di depan saya!" Perintah Ivander mutlak, tak ada yang berani menolak atau membantah. Apa yang pria itu mau harus segera dilaksanakan detik itu juga."Baik, Pak. Saya akan melakukan tugas ini dengan baik."Bima Abimana— sahabat terdekat Lingga Aditama, dia selalu berada di sisi Lingga. Dia selalu mendukung semua yang Lingga lakukan, dia bukan sekedar sahabat untuk Lingga. Melainkan saudara yang selalu menemani Lingga ketika pria itu susah maupun senang. Namun, itu yang dianggap oleh Lingga, kenyataannya tidak sama sekali. Jika, Lingga menganggap Bima sebagai sahabat yang sudah seperti saudara. Sedangkan Bima menganggap Lingga sebagai seorang musuh yang harus dihancurkan, di depan pria itu dia bersikap seperti malaikat. Di belakang Lingga, Bima diam-diam menjadi kaki tangan Ivander untuk menghancurkan Lingga. Yang memberitahu perselingkuhan Melani dan juga Lingga bukan Zico, melainkan

  • Pesona Istri Presdir Posesif   102 || Kepanikan Ivander

    "Anindya!" Ivander meraba tempat tidur di sisinya yang kosong. Dengan suara serak Ivander terus memanggil nama Anindya, yang kini sudah menjadi istrinya. Ivander membuka kedua matanya yang sejak tadi terpejam. Dia mengerjap pelan menyesuaikan pandangannya saat cahaya matahari menyilaukan pandangannya. Ivander meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku. Dia bangkit dari posisinya untuk duduk. Mata tajamnya menyapu setiap sudut kamarnya di mana setiap dinding terdapat hiasan bunga mawar dan juga anggrek. Semalam dia tidak memperhatikan suasana kamarnya yang telah dihias. Dia terlalu fokus dengan Anindya, mengabaikan hal yang menurutnya tak penting. Pagi ini dia baru saja menyadari, karena semalam langsung tidur setelah Anindya terlelap. "Anindya!" Menyadari Anindya yang tidak berada di kamarnya, Ivander segera turun dari atas ranjang dan mencari Anindya ke kamar mandi dan juga balkon. Namun, nihil Anindya tidak ada di kamar mandi maupun balkon kamarnya yang tertutup gorden.

  • Pesona Istri Presdir Posesif   101 || Nasib Buruk Melani

    "Jadi, alasan kamu pergi tanpa ngasih kabar itu. Karena, kamu selingkuh dibelakang aku, Lingga?" Mengingat ucapan Radja di dalam mobil dua jam yang lalu, membuat Melani uring-uringan memikirkan Lingga yang sampai hari ini tak ada kabar. Melani terpengaruh oleh ucapan Radja yang mengatakan jika alasan Lingga pergi tanpa memberi kabar itu, karena pria itu menjalin sebuah hubungan dengan wanita lain di belakang Melani. Bukan hal yang tidak mungkin Lingga bermain api di belakangnya. Pasalnya, beberapa bulan setelah pria itu resmi menikah dengan Anindya. Lingga justru melamar Melani dan mengajak dirinya untuk menikah secara agama tanpa sepengetahuan siapapun. Hanya Bima selalu sahabat Lingga dan juga asisten pribadi Melani yang menjadi saksi atas pernikahan Melani dengan Lingga saat itu. Dan mungkin, Lingga melakukan hal yang sama pria itu lakukan pada Anindya. Kini Melani merasakan penderitaan Anindya yang dikhianati oleh Lingga yang menjalin hubungan dengan dirinya di belakang w

  • Pesona Istri Presdir Posesif   100 || Malam Pertama

    "Aku boleh masuk?"Ivander bertanya setelah mengetuk pintu kamar utama di villa ini. Sudah lima belas menit Ivander berdiri di depan pintu kamar utama mereka, menunggu Anindya berganti pakaian. Bodohnya, sejak tadi Ivander hanya diam saja berdiri di tempat. Seharusnya pria itu bisa duduk di sofa yang berada tidak jauh dari kamar mereka. Lima detik tidak ada sahutan dari dalam kamar. Ivander ingin mengetuk kembali pintu tersebut. "Masuk! Aku udah selesai!" Tangan kekar Ivander menggantung di udara saat mendengar suara lembut Anindya di dalam kamar. Dengan segera Ivander membuka kamar itu, alangkah terkejutnya saat melihat rambut Anindya basah. "Sayang, kamu mandi?" Ivander menutup pintu kamar mereka, tidak lupa menguncinya dari dalam. Dia melangkah mendekati wanitanya yang sedang berdiri di depan meja rias sambil mengeringkan rambutnya. "Iya, tubuhku terasa sangat lengket."Anindya tidak akan bisa tidur dengan kondisi tubuhnya terasa lengket karena keringat. Sehingga dia melawan

  • Pesona Istri Presdir Posesif   099 || Radja

    "Nggak mungkin Anindya menikah dengan Ivander!" Kedua kaki Melani begitu lemas saat membaca berita yang tersebar di media sosial tentang pernikahan Anindya dan juga Ivander. "Seharusnya Anindya itu udah mati. Dia nggak mungkin bisa berdiri di samping Ivander untuk melangsungkan pernikahan hari ini!" Melani meremas ponsel di tangannya. Dia yang berdiri di dekat lorong club' malam itu tampak seperti orang gila. Dia baru saja melayani pelanggan Madam Angell sejak tiga jam yang lalu, rasa senang yang sempat hadir tadi kini terganti dengan perasaan marah, kecewa, dan juga panik. "Kalo Anindya selamat nggak mati. Di mana keberadaan Lingga?" Ya, itu yang membuat Melani ketakutan saat ini. Seharusnya jika Anindya baik-baik saja, tidak mati seperti apa yang dia harapkan. Berarti Lingga tidak melakukan apapun pada Anindya, suaminya itu justru melepaskan Anindya begitu saja tanpa melakukan apapun. "Lingga, kamu sekarang di mana?" Melani merosotkan tubuhnya di lantai dengan perasaan

  • Pesona Istri Presdir Posesif   098 || Kerisauan Anindya

    "Maaf, aku keasikan ngobrol sampe lupa sama kamu!" Ivander meletakan Anindya di atas ranjang king size kamar utama yang sudah dihias dengan indah untuk malam pertama kedua pengantin itu. Namun, meskipun kamar mereka telah didekor sebegini rupanya, malam pertama pernikahan mereka tidak akan terjadi. Melihat kondisi Anindya yang baru saja mengalami keguguran satu Minggu yang lalu, tidak memungkinkan untuk mereka melakukan hubungan intim di malam sakral ini. Ivander tidak mempermasalahkan itu, dia mengerti kondisi Anindya saat ini. Ivander sangat mengutamakan kondisi Anindya agar segera membaik. Anindya hanya mengangguk sebagai respon, dia bergerak ingin melepaskan high hills yang membungkus kedua kakinya."Biar aku aja!" Ivander mencegah pergerakan Anindya, dia yang kini melepaskan high hills yang melekat pada kedua kaki istrinya. Ivander terkejut saat melihat kaki Anindya yang memerah. Dia mengusap luka itu dengan lembut."Shh, perih!" Anindya meringis saat Ivander menyentuh kakin

  • Pesona Istri Presdir Posesif   097 || Kepekaan Daren

    "Sayang, ayo kita istirahat! Kamu kecapean kenapa diem aja nggak ngomong sama aku?" Ivander menatap penuh kekhawatiran pada Anindya yang kini membalas tatapan pria itu dengan datar. Pria itu mengambil duduk di sisi istrinya, dan memeriksa dahi Anindya. Udara di sini sangat dingin, waktu terus bergerak cepat. Desiran angin laut semakin malam semakin kencang dan dingin. Ivander lupa bahwa keadaan Anindya sedang tidak baik-baik aja. Wanita itu kondisinya sedang lemah, dia takut Anindya akan sakit. Keasikan ngobrol membuat Ivander melupakan kondisi Anindnya saat ini. Beruntung Kanaya mengirim pesan singkat memberitahu keadaan Anindya yang kelelahan, sehingga Ivander segera pamit undur diri meninggalkan obrolan seputar bisnis. Anindya yang kini wajahnya memucat, karena semilir angin malam yang menerpa wajah dan kulitnya membuat dirinya sedikit mengigil. Padahal beberapa menit yang lalu dia masih baik-baik saja, sekarang kondisinya sudah semakin lemah. "Aku baik-baik aja!" Anindya beg

  • Pesona Istri Presdir Posesif   096 || Kembali Ragu

    "Aku nggak papa, Ma. Aku cuma kecapean aja!" Anindya menjawab pertanyaan Kanaya tak sepenuhnya berbohong. Selain perasaannya yang mendadak buruk, dia juga merasakan tubuhnya yang lemas. Padahal sejak tadi dia juga hanya duduk saja, tapi mengingat dirinya yang baru saja mengalami keguguran dan kuretase. Anindya sering kali merasakan nyeri pada perutnya, bahkan kemarin-kemarin Anindya sering mengalami pendarahan ringan. Itu juga yang mempengaruhi kondisi tubuhnya tidak seperti biasanya. Mudah sekali lelah, dan juga sering kali merasakan lemas. "Ya, udah sayang. Mama panggilkan Ivander dulu ya, biar dia anter kamu istirahat." Kanaya bersiap untuk pergi memanggil Ivander, tapi Anindya dengan segera menahan wanita itu. "Nggak usah, Ma! Acara juga belum selesai, aku nggak mau nimbulin pertanyaan dari para tamu kalo aku pergi sebelum acara selesai." Anindya menggeleng menyuruh Kanaya untuk tetap berada di dekatnya. "Aku mau mocktails, Ma." Kanaya mengangguk dan bergerak mengamb

I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status