Share

060 || Positif Hamil

Author: Diva
last update Last Updated: 2025-02-05 23:47:46

"Saya suaminya. Gimana keadaan istri saya?"

Ivander maju dengan cepat berhadapan dengan Dokter. Membuat Daren terkejut dan ikut bangkit. Dia tidak menyangka jika Ivander akan memperkenalkan dirinya sebagai suaminya Anindya, padahal dia hanya calon suami saja.

Dokter wanita itu tersenyum bahagia menatap wajah panik Ivander.

"Setelah melakukan pemeriksaan kondisi pasien atas nama Anindya Prameswari. Saya membawa kabar bahagia untuk keluarga pasien, bahwa Nyonya Anindya dinyatakan positif hamil. Selamat untuk, Tuan akan menjadi seorang Ayah."

"Hamil?"

Suara Ivander terdengar terkejut. Meskipun dia sudah menduga hal ini, tapi rasa terkejutnya tidak bisa dia hindari.

Dokter wanita dengan name tag, Desi Nathali itu mengangguk. "Nyonya Anindya saat ini membutuhkan perawatan untuk kesehatan janin dan dirinya sendiri. Kami akan memindahkan Nyonya Anindya ke ruang rawat inap."

Perasaan Ivander saat ini tidak bisa dijelaskan. Dia begitu terkejut dengan kabar bahagia yang baru
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pesona Istri Presdir Posesif   061 || Kemurkaan Ivander

    "Bayi dalam kandungan Nyona Anindya baru berusia satu Minggu. Kondisi janin begitu rentan, ukuran janin juga sangat kecil sekitar 0,1-0,2 mm." Dokter Desi itu menjelaskan tentang kondisi janin dan Ibu hamil. "Wanita hamil biasanya lebih sensitif, emosinya jadi tidak stabil. Dari mulai perubahan mood Seperi sedih, marah, bahagia yang tidak jelas itu disebabkan karena perubahan hormon." "Wanita hamil juga sering mengalami kecemasan mengenai keadaan dirinya, kondisi janin dalam perutnya dan memikirkan tentang proses persalinan nantinya." Ivander mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut Dokter dengan begitu seksama. Dia ingin mengetahui lebih jelas tentang kondisi wanita hamil agar dirinya bisa menyesuaikan pada kondisi Anindya nantinya. Mendengar penjelasan Dokter, Ivander harus menyiapkan stok kesabaran seluas samudra dan sedalam lautan menghadapi emosi Anindya yang tidak stabil. Meskipun dalam lubuk hatinya yang paling dalam, dia berharap Anindya tidak seperti ibu hamil pad

    Last Updated : 2025-02-06
  • Pesona Istri Presdir Posesif   062 || Rasa Kesal Anindya

    "Nindy, kamu udah sadar?" Daren yang sejak tadi memperhatikan Anindya, merasakan jari-jari wanita itu bergerak. Daren segera bangkit dari posisi duduknya, dia mendekat pada Anindya dengan tergesa-gesa.Kedua mata indah yang tertutup sejak dua jam yang lalu, mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan penglihatannya. Cahaya dari lampu yang begitu menyilaukan pandangannya, membuat Anindya kesulitan untuk membuka mata. Dia kembali mencoba membuka kedua kelopak matanya, pandangannya yang semula buram mulai normal. Hal yang pertama kali dia lihat, langit-langit yang berwarna putih dengan dinding kamar yang bercat biru laut. Aroma obat-obatan yang pertama kali memasuki Indra penciumannya. Aroma khas rumah sakit— tunggu rumah sakit? Anindya terkejut menyadari jika dirinya sedang berada di sebuah ruang rawat inap di rumah sakit. "Anindya, gimana keadaan kamu sekarang?"Suara Daren yang tersirat kekhawatiran berhasil menarik atensi Anindya yang sibuk memikirkan apa yang terjadi pada dirinya.

    Last Updated : 2025-02-06
  • Pesona Istri Presdir Posesif   063 || Perubahan Sikap Ivander

    "Aku keluar dulu, Nindy. Kan, udah ada Kakak."Daren bangkit sambil meringis pelan. Dia sangat tidak nyaman berada di tengah antara kedua pasangan yang sejak 5 menit yang lalu hanya saling tatap setelah Ivander melemparkan pertanyaan pada Anindya. Anindya menoleh, tidak merespon hanya menatap punggung tegap Daren yang keluar dari ruangannya. Anindya bersiap merebahkan tubuhnya kembali, tapi dengan cepat tangan kekar Ivander menahan pergerakan wanita itu. "Ada yang ingin aku bicarakan, Anindya."Anindya menoleh pada Ivander dengan wajah tertekuk kesal. Anindya tidak menutupi lagi kekesalannya pada Ivander. Membuat pria itu kebingungan sejak tadi, hari ini dia baru saja bertemu Anindya. Kenapa wanita itu sudah kesal padanya? Padahal dia tidak melakukan apapun sejak pertama kali menginjakkan kaki di ruang rawat Anindya. "Apa?" Nada bicaranya terdengar ketus. Bahkan, Anindya melepaskan cekalan tangan Ivander pada pergelangan tangannya. Ivander menarik kursi yang berada di dekat ranja

    Last Updated : 2025-02-06
  • Pesona Istri Presdir Posesif   064 || Rasa Sakit Anindya

    "Proses syuting menjelang pernikahan kita diberhentikan untuk sementara. Tujuannya biar kamu bisa fokus sama pernikahan." Penjelasan Ivander membuat Anindya terkejut bukan main. Dia mencoba melepaskan pelukan Ivander dari belakang tubuhnya. Pria itu yang mengerti melepaskan pelukannya dan membawa tubuh kecil Anindya agar berhadapan dengannya. "Kenapa kamu keberatan?" Suara Ivander berhasil mengintimidasi Anindya yang kini membeku dengan bibir terkatup rapat. "Anindya, aku nggak ngerti apa yang ada dipikiran kamu. Sebentar lagi kita menikah, seharusnya kamu fokus sama pernikahan kita bukan sama syuting yang nggak penting itu." Ivander tanpa sadar meninggikan suaranya di depan Anindya. Melupakan niatnya yang ingin selalu sabar di depan Anindya. "Nggak penting kata kamu, Ivan?" Suara Anindya tampak bergetar dengan tatapan yang menyorot Ivander dengan datar. "Kata aku itu penting, aku punya impian biar novel yag aku tulis itu bisa dijadikan film. Impian itu sebentar lagi tercapa

    Last Updated : 2025-02-06
  • Pesona Istri Presdir Posesif   065 || Kepercayaan

    "Aku bisa hamil? Aku nggak mandul?" Pertanyaan Anindya sejak tadi membuat Ivander kebingungan. Pria itu melepaskan pelukannya, dia menatap wajah cantik Anindya yang dipenuhi oleh air mata. Dengan lembut, Ivander mengulurkan tangan untuk menghapus air mata yang membasahi kedua pipi cantik Anindya. "Siapa yang bilang kamu mandul?" Meskipun dia sudah tahu, tapi Ivander ingin tahu sendiri dari mulut Anindya. Anindya tidak menjawab, dia hanya diam saja. Anindya tahu bahwa dirinya tidak mandul, alasan dia yang tidak hamil-hamil bukan karena dirinya tidak bisa hamil. Melainkan, Lingga yang tak pernah menyentuh Anindya seperti suami istri pada umumnya. Anindya sempat mengecek di rumah sakit Internasional Permata, rumah sakit yang sama yang ditempati oleh dirinya saat ini. Hasilnya menyatakan bahwa Anindya tidak mandul, tapi Lingga memberikan surat media palsu untuk menuduh Anindya mandul di depan Arjuna dan Marissa.Karena itu, Anindya jadi tidak yakin bahwa dirinya bisa hamil seperti yang

    Last Updated : 2025-02-06
  • Pesona Istri Presdir Posesif   066 || Beban Pikiran Anindya

    "Aku nggak tau isi hati orang itu kaya gimana. Bisa aja di depan aku dia kaya gimana dan di belakang aku bakal beda lagi." Yang dimaksud oleh Anindya adalah Ivander. Dia sengaja menyindir pria itu tanpa menyebut langsung nama Ivander. "Itu bisa aja terjadi, bahkan sering kali aku Nemu orang kaya gitu," lanjut Anindya menambahkan lagi. Ivander mengusap wajahnya kasar, dia menarik kembali kursi dan mendudukkan diri di sana. Dia mengangkat satu kaki bertumpu dengan kaki lainnya. Ivander menatap wajah Anindya yang kini menatap dirinya. Terlihat jelas keraguan dari wajah Anindya, wanita itu tidak mempercayai dirinya. Anindya tidak bisa melihat ketulusan Ivander, wanita itu hanya menganggap semua yang Ivander lakukan itu hanya sekedar rasa tanggung jawab saja. Anindya tidak tahu bahwa Ivander menyimpan perasaan pada wanita itu selama tiga tahun ini? Ivander mengira setelah Anindya tahu bahwa Ivandrr adalah pria yang dijodohkan oleh Anindya tiga tahun yang lalu. Kenyataannya Iv

    Last Updated : 2025-02-07
  • Pesona Istri Presdir Posesif   067 || Omelan Kanaya

    "Nindy, kamu kenapa nangis?" Daren menatap khawatir pada Anindya yang kedua matanya sembab. Dia baru saja kembali dari lokasi syuting, Daren berinisiatif mengambil barang-barang milik Anindya yang tertingal di sana. Anindya dengan cepat menggeleng, sambil tersenyum pada Daren. "Aku nggak papa, Daren. Makasih, ya!" Dia mengucapkan terima kasih, Karena Daren rela kembali ke lokasi syuting untuk mengambil barang-barang miliknya. "Kamu kenapa nangis, Nindy?" Daren mengulang kembali pertanyaannya yang belum mendapatkan jawaban yang pasti dari Anindya. "Kamu nangis karena Kakak?" Daren kembali melempar pertanyaan lain. Dia berpikir alasan Anindya nangis karena Ivander. Keduanya sempat berdebat, Daren tahu watak Ivander seperti apa. Mungkin pria itu telah menyakiti Anindya sampai membuat wanita itu menangis. "Aku nggak papa, Daren." Suara Anindya begitu serak sehabis menangis tadi. Daren berdecak pelan, dia memilih untuk tidak bertanya lagi. Dia tidak ingin membu

    Last Updated : 2025-02-08
  • Pesona Istri Presdir Posesif   068 || Ketakutan Anindya

    "Anindya, Mama kan udah bilang sama kamu buat istrirahat. Lihat, sekarang kamu harus di rawat di rumah sakit karena kamu nggak mau dengerin omongan Mama!" Dia detik setelah membuka pintu ruangan Anindya, Kanaya langsung menyemburkan kata-kata mutiaranya. Membuat Anindya dan Ivander yang berada di dalamnya menoleh dengan ekspresi terkejut. Pasalnya, Kanaya tidak mengucapkan basa-basi terlebih dahulu. Wanita itu seakan sudah menyusun beberapa kalimat untuk mengomeli Anindya, sehingga saat membuka pintu dia langsung mengeluarkannya tanpa ada jeda sedikitpun. Anindya semakin meringis mendengar ucapan Kanaya. Dia sedikit bernapas lega melihat kedatangan Kanaya yang tepat waktu, dirinya sangat tidak nyaman berduaan dengan Ivander yang sejak tadi diam saja sejak pria itu masuk kembali ke dalam ruangannya. Ivander hanya sibuk bermain ponsel tanpa mengucapkan satu kata pun pada Anindya. Itu sangat menyebalkan untuk Anindya yang tidak menyukai situasi seperti itu. Biasanya pria itu bany

    Last Updated : 2025-02-09

Latest chapter

  • Pesona Istri Presdir Posesif   124 || Keputusan Lingga

    "Tapi kondisi kalian cukup mengkhawatirkan," petugas polisi menimpali. "Dan lokasi kecelakaan itu perlu kami tinjau, memastikan tidak ada hal yang mencurigakan." Rizhar merasakan detak jantungnya semakin cepat. Jika polisi menelusuri lebih jauh, mereka bisa menemukan jejak penculikan Ivander. Dan jika itu terjadi, Rizhar tahu masalah ini tidak akan berhenti di sini. "Kami sudah melewatinya, Pak." Lingga akhirnya berbicara, suaranya terdengar sedikit serak. "Kami hanya ingin pulang, bertemu keluarga, dan melupakan kejadian itu. Kami tidak ingin memperpanjang masalah." Petugas polisi saling bertukar pandang, tampaknya tidak puas dengan jawaban mereka. "Begini, Tuan Lingga—" "Tolong, Pak," Lingga memotong dengan suara yang lebih tegas. "Kami hanya ingin pulang." Keheningan mengisi ruangan. Marisa tampak semakin cemas. Sedangkan, Melani yang sejak tadi memperhatikan Lingga dari kejauhan melangkah mendekat. Dia terlalu syok melihat kehadiran Lingga dengan jarak satu meter di de

  • Pesona Istri Presdir Posesif   123 || Bertemu Marisa

    "Lingga, akhirnya kamu kembali, Nak!" Marisa yang melihat presensi Lingga yang melangkah memasuki kantor polisi segera berteriak dengan lantang. Dia berlari menerjang putranya dengan pelukan erat. "Astaga, Lingga!" Suaranya bergetar penuh emosi. Pelukannya begitu erat, seolah berusaha memastikan bahwa putranya benar-benar nyata berada di depannya. Seminggu tanpa kabar, seminggu penuh kecemasan yang menggerogoti hatinya setiap detiknya. Lingga meringis pelan saat pelukan sang Ibu menyentuh luka pada punggungnya. Pukulan besi yang dilayangkan oleh anak buah Ivander pada punggungnya menyisakan luka dengan rasa sakit yang luar biasa. Marisa yang mendengar Lingga meringis kesakitan. Buru-buru melepaskan pelukannya. Dia memeriksa tubuh Lingga dengan rasa khawatir dan panik yang begitu kentara. "Maaf, Mama nggak tau, Nak. Bilang sama Mama mana yang luka!" Marisa segera memeriksa seluruh tubuh Lingga. Untuk mengecek semua luka yang memenuhi tubuh putranya. Namun, dengan cepat Li

  • Pesona Istri Presdir Posesif   122 || Siaran Televisi

    "Pandora — Dunia hiburan kota Pandora kembali dihebohkan dengan kabar menghilangnya Lingga Aditama, mantan sutradara ternama yang terseret dalam skandal perselingkuhan dengan aktris papan atas, Melani Adisti." ‎ Ivander mengambil duduk di samping sang istri yang tengah fokus menatap layar televisi. ‎"Setelah skandal mereka terungkap ke publik sebulan lalu, keduanya secara resmi dipecat dari agensi masing-masing akibat pelanggaran kontrak dan pencemaran nama baik institusi. Pemecatan tersebut langsung menjadi sorotan publik dan media hiburan." Ivander yang semula terkejut. Kini terlihat sangat santai, dia menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa. Matanya menatap istrinya dari samping, mengabaikan siaran berita pagi ini di televisi. ‎ "‎Namun kini, perhatian publik kembali tertuju pada kasus ini. Lingga Aditama dilaporkan menghilang sejak tujuh hari yang lalu. Keluarga menyatakan bahwa sejak pekan lalu, Lingga tidak dapat dihubungi sama sekali." Anindya menoleh pada Iva

  • Pesona Istri Presdir Posesif   121 || Kopi Buatan Anindya

    "Sayang, urusan semalam bener-bener mendadak. Jadi, mereka terpaksa hubungin aku buat bahas masalah perusahaan." Ivander mengambil duduk di samping sang istri, dia menarik pelan dagu Anindya agar menatapnya. "Udah, ya jangan marah lagi. Aku bener-bener minta maaf." Ivander membujuk Anindya dengan nada lembut, berharap istrinya akan luluh dengan bujukannya. Tidak semudah itu, Anindya masih saja kesal dengan Ivander yang meninggalkan dirinya semalaman. Entahlah, dirinya masih tidak mengerti kenapa harus sekesal ini. Padahal, tidak ada yang dirugikan sama sekali. Hanya karena dirinya menahan rasa penasaran sambil menunggu kembalinya Ivander dan berakhir ketiduran. Itu yang membuat Anindya misah-misuh sejak bangun tidur. Beruntung suaminya itu saat dirinya terbangun pagi tadi sudah berada di sisinya tengah memeluk tubuhnya dengan hangat. Jika, tidak ada Ivander di sisinya. Mungkin Anindya semakin marah besar pada Ivander. "Sayang, kita baru menikah tiga hari. Masa udah r

  • Pesona Istri Presdir Posesif   120 || Rasa Kesal Anindya

    "Kamu semalam pulang jam berapa, Ivan?" Di dalam dapur villa yang luas dan minimalis, suasana hangat dan nyaman memenuhi ruangan. Dinding kaca besar menghadap langsung ke laut, memberikan pemandangan yang sempurna untuk memulai hari. Lantai kayu berwarna terang terasa hangat saat Ivander melangkah, sementara Anindya tengah mempersiapkan sarapan di meja marmer yang mengkilap. Dapur yang dipenuhi dengan peralatan modern dan rak terbuka berisi berbagai macam rempah dan bahan makanan segar, memberikan kesan mewah namun tetap terasa santai. Di atas meja, terdapat satu cangkir kopi hitam pekat yang mengepul, aroma kopi yang khas menyebar memenuhi udara. Di sebelahnya, roti panggang yang masih hangat diletakkan di atas piring, dengan selai buah segar dan mentega yang meleleh perlahan. "Sekitar jam sepuluh. Maaf, ya kamu sampai ketiduran nungguin aku." Ivander mendekat pada sang istri. Dia mengusap surai panjang Anindya yang kini duduk di meja makan bersiap memulai sarapan paginya. Di

  • Pesona Istri Presdir Posesif   119 || Penjelasan Lingga

    "Apakah benar ini kediaman Pak Rizhar?" Salah seorang petugas polisi mendekati salah satu warga yang berkerumun mengelilingi rumah Rizhar. Rumah yang menjadi tujuannya pagi ini untuk mencari keberadaan Lingga, setelah mendapat laporan dari Marisa kemarin atas kehilangan putranya selama hampir satu Minggu. Petugas polisi melacak ponsel Lingga sore itu juga, dan ternyata ponsel Lingga berada di daerah Solora. Tepatnya berada di salah satu kediaman rumah warga di daerah Solora, pagi ini juga polisi segera menuju kediaman Rizhar lokasi ponsel Lingga berada. "Benar, Pak. Tapi, sudah hampir satu Minggu ini saya nggak liat keberadaan Rizhar. Rumahnya juga terkunci, bahkan beberapa hari ini terlihat sepi. Biasanya ada orang nongkrong di depan rumahnya." Salah satu warga bernama Nina itu menjawab apa yang dia ketahui dalam beberapa hari ini. Pasalnya, Nina merupakan tetangga dekat Rizhar. Rumah Nina berada tepat di samping rumah Rizhar. Rumah Rizhar itu tidak pernah sepi setiap

  • Pesona Istri Presdir Posesif   118 || Dendam Lingga

    "Dasar bajingan!" Dengan penuh Geraman, Lingga mengumpati Ivander Meskipun takut pada Ivander, Lingga dan Rizhar tetap menyimpan marah pada Ivander. Belum selesai rasa kesal mereka terhadap kemunculan Ivander, suara mesin lain yang lebih bising mendekat dari arah yang sama. Jaguar XJ, dengan desain yang tajam dan elegan, melesat melewati mereka seperti bayangan hitam. Dalam mobil tersebut, Lingga bisa melihat sekilas Zico di kursi pengemudi dan Bima di sebelahnya, wajah mereka tertutup oleh bayangan lampu kabin. Lingga merasakan darahnya mendidih. Kedua mobil itu melaju dengan angkuh, meninggalkan jejak debu yang naik ke udara malam. Mereka tidak hanya melewati Lingga dan Rizhar—mobil-mobil itu seperti simbol ejekan atas ketidakberdayaan mereka. Tapi Lingga tahu bahwa mereka tidak punya pilihan. Membalas dendam sekarang berarti membuka diri terhadap bahaya yang lebih besar. "Liat aja nanti. Hidup kalian akan hancur sebelum kalian menghancurkanku!" Lingga meantap penuh dendam pa

  • Pesona Istri Presdir Posesif   117 || Tengah Hutan

    "Kapok aku nggak mau berurusan sama Ivander lagi!" Suara Rizhar terdengar penuh penyesalan. Seandainya hari itu dia menolak ajakan Lingga untuk menculik Anindya, bahkan dia secara tidak langsung menjadi penyebab Anindya mengalami keguguran. "Kenapa kamu nggak bilang kalo mantan istri kamu itu udah punya suami kaya iblis itu!" lanjut Rizhar menyalahkan Lingga yang sejak tadi diam berjalan tertatih di sampingnya. Dengan langkah berat keduanya terus menyusuri lahan luas yang terbentang di depan mereka. Pepohonan kering di sekitar danau menciptakan bayangan menakutkan di bawah cahaya bulan yang redup. Angin malam yang dingin menusuk kulit mereka, membawa aroma hutan yang lembap dan asing. "Aku nggak tau kalo Anindya saat itu lagi hamil." Lingga menjawab dengan napas yang memburu. "Aku pikir nggak akan terjadi apapun kalo aku merkosa Anindya saat itu. Karena, mau gimanapun Anindya itu mantan istri aku."

  • Pesona Istri Presdir Posesif   116 || Sabotase Zico

    "Tutup mulut, dengan begitu hidup kalian berdua aman." Ivander menatap mereka berdua yang telah bebas dari rantai besi yang selama ini membelenggu. "Saya bisa menghancurkan hidup kalian kapan saja jika hal ini bocor. Paham?" Lingga dan Rizhar berdiri di depan Ivander, tubuh mereka lemah dan gemetar. Keduanya tampak kehilangan kekuatan setelah seminggu menerima siksaan fisik tanpa henti. Kaki mereka terasa seperti jelly, nyaris tak mampu menahan bobot tubuhnya sendiri setelah terbelenggu dan tak bergerak terlalu lama. Rizhar mengangguk ketakutan. Wajah pria bertato itu terlihat pucat, mencerminkan rasa takut yang mendalam terhadap Ivander. Pria itu, dengan tatapan dingin tanpa emosi, telah menunjukkan bahwa ia tak memiliki rasa iba sedikit pun. Semua siksaan, dari pukulan hingga tendangan, dilakukan tanpa ekspresi—seolah teriakan mereka adalah sesuatu yang tak pernah sampai ke telinganya. "Saya berjanji tidak akan bicara tentang ini. Tolong lepaskan saya," suara Rizhar bergetar,

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status