Selama dua puluh menit Beta dan Delta menyisir satu per satu kamar para wanita yang saat ini sedang di sekap oleh Altaf.Keadaan dari mereka semua sangat tidak baik-baik saja. Bahkan ada beberapa dari mereka yang mendapatkan luka memar di tubuh dan wajah mereka.Setiap wanita di berikan kamar terpisah, dan setiap kamar di jaga dengan ketat oleh dua orang pengawal.“Sebenarnya apa yang pria itu lakukan dengan para wanita-wanita ini?” gumam Delta geram saat memasukkan dronenya ke dalam mobil.“Sebaiknya kita laporkan perihal ini secepatnya ke Mr.B.” ujar Beta sembari menyiapkan file yang akan ia kirimkan kepada Brice.Dan tepat saat itu, mini van mereka juga meninggalkan lokasi tersebut.***Brice yang baru saja selesai menidurkan Agnes, bangun perlahan untuk menuju ruang kerjanya. Malam ini ia tidak pe
Keesokan paginya, Brice membatalkan semua kegiatannya yang lain. Ia meminta Gamma untuk mengatur ulang jadwal kerjanya hari ini, sambil menunggu kabar terbaru dari Alpha.Sedangkan Agnes, sesuai perkataan suaminya semalam, ia juga meminta Frida untuk mengatur ulang jadwal paginya. Yang tentu saja Frida tidak tahu apa yang membuat Bosnya itu tiba-tiba tidak masuk kantor pagi-pagi.Saat ini Brice dan Agnes dalam perjalanan menuju kantor pengadilan, “Sweety, bukannya hari ini kamu mau bertemu Rosa?”Agnes menepuk keningnya, dia benar-benar lupa kalau hari ini dia sudah membuat janji dengan sahabatnya itu, "Biar aku telpon.""Hemm..." jawab Brice pelan sambil mengusap lembut pipi Agnes. Ia kembali fokus melihat ke depan dengan tangan kiri memegang kemudi, sedangkan tangan kanannya menggenggam tangan sang istri.Agnes menggunakan tangan kirinya yang lengang untuk menghubungi sahabatnya, beberapa menit mereka berbicara dan berha
Begitu pria yang bernama John dan Orlin keluar dari ruangan, Agnes menatap suaminya dengan tajam, “Brice, kamu selalu di luar prediksi! Hah….” Keluhnya.“Artinya kamu sudah berbohong padaku!” sambung Agnes sambil memutar malas bola matanya yang indah.“Itu tidak termasuk kebohongan, sayang! Aku tidak terima.” Sahut Brice.Agnes memicingkan matanya, “Apanya yang bukan kebohongan kalau seperti itu?”“Aku tidak bohong sweety, aku hanya melengkapi semua prosedur agar membuat pernikahan kita resmi sesuai kontrak. Di mana letak bohongnya?”“Tapi…!! Issshh! Terserahlah!” sahut Agnes yang berbalik, ia berjalan meninggalkan Brice dengan raut wajah kesalnya.“Eh? Dia benaran marah?” panik Brice yang sempat terdiam beberapa detik, akhirnya mengejar sang istri yang sudah keluar dari ruangan dengan memegang map yang berisikan document
Dan tepat saat itu, “Sayang? Kamu ngapain di sini?”Brice menoleh mendengar panggilan untuknya dari Agnes, pria itu tersenyum dan menghampiri Agnes yang masih berdiri di antara kamar dan balkon.“Aku baru saja menghubungi keponakanku dan saudaraku.” Jawab Brice sembari mengecup pipi Agnes, sedangkan tangan kanannya melingkar memeluk sang istri, “Bagaimana tidurmu sayang?”“Hmm, lumayan.” Agnes memeluk tubuh suaminya dari samping. Bergelayut dengan manja.Brice membawa tubuh istrinya, membuat tubuh mereka saling berhadapan tanpa jarak. “Lapar, hmm?”Agnes mengangguk sebagai jawaban.Brice menarik lembut tangan istrinya, membawanya masuk ke dalam kamar mandi. “Brice—”“Sayang,” ralat Agnes dengan wajah merona, “kenapa kita masuk ke dalam kamar mandi?”“Aku ingin mandi bersamamu, lalu kita pergi ke suatu tempat
“Sayang… Ini?”Brice tersenyum dan menutup wajah istrinya hati-hati agar tidak di terpa angin, ia membawa sang istri naik ke dalam helicopter, “Hati-hati sayang.” Brice mengangkat tubuh istrinya dengan memegang pinggul ramping istrinya itu dengan hati-hati.Brice dengan penuh perhatian mengenakan segala perlengkapan keselamatan ke tubuh Agnes. Dia mengenakan helm, sabuk pengaman, dan headset untuk berkomunikasi dengan pilot. Dia juga memberikan istrinya jaket hangat untuk melindungi dari angin dingin. Dia mencium pipinya dengan lembut dan berkata, “Kamu cantik sekali, sayang.”Agnes tersenyum lalu bertanya kepada Brice, “Kita mau kemana?”"Kita akan pergi makan siang di Dusseldorf. Aku sudah memesan restoran romantis untuk kita berdua. Apa kau mau?"“Oh my! Dan apa aku dalam keadaan bisa menolak sayang?” sahut Agnes yang membuat Brice tertawa bahagia.Agnes meme
Setelah melewati satu malam yang romantis di Dusseldorf. Brice sengaja memilih sebuah Hotel yang romantis dan indah di sini. Ia dan Agnes melewati malam yang begitu panas dan menggairahkan. Dan tepat jam 10 pagi mereka sudah kembali ke Hotel milik Brice yang di Amsterdam. “Sayang,” “Iyah?” sahut Agnes menoleh pada Brice yang tengah memangkunya. “Hari ini, sepertinya aku akan sedikit sibuk, apa kamu akan marah?” Agnes mengerutkan keningnya, “Marah? Kenapa?” “Karena sepertinya aku tidak bisa menemani kamu makan siang. Maaf...” Cup! Agnes mengecup pipi suaminya lalu bersandar di dada bidang Brice, “Iya, lagi pula tidak ada yang perlu aku khawatirkan lagi, saat ini tidak ada yang menganggu pikiranku lagi. Benarkan?” Brice membelai surai indah Agnes, dan mengangguk paham, karena ia mengerti apa yang istrinya itu maksudkan. “Terima kasih sayang,” Agnes mengangguk di dalam pelukan Brice. “Oh iya, hari ini aku akan keluar dengan Rose. Apa tidak masalah?” “Tentu saja sayang, nikmati w
Di saat para saudaranya sedang menyusul Yohan dan menyelamatkan para 10 gadis bangsawan itu. Alpha mengenakan pakaian seksinya, dan tersenyum smirk melihat apa yang saat ini sedang ia sembunyikan, “Let’s play for last—mari bermain untuk yang terakhir kalinya!”Tok! Tok! Tok!“Tuan…” Alpha mengetuk pintu, “masuk Crystal…” suara Altaf terdengar dari dalam sana.Alpha menyeringai, dan menurunkan handel pintu. Kemudian ia melangkah masuk ke dalam ruangan Altaf.“Aku harus menahan pria ini!” gumam Alpha dalam hati.“Ada apa Crystal…?” tanya Altaf sembari mengenakan pakaiannya.Alpha berjalan mendekat dan mengusap dada Altaf dengan pandangan begitu menggoda, “Tuan mau kemana?”Altaf menyeringai, “Hanya mau menemui istriku dan pergi ke kantor. Aku ada sedikit urusan. Kamu juga bergegaslah pakaian.”
Brice kembali ke rumah utama dan memakai pakaiannya, celana jeans hitam, baju kaos polos berwarna hitam, jaket kulit, topi, dan masker. Tidak lupa sepatu bot warna hitam.Setelah selesai memakai semua perlengkapannya. Ia masuk ke dalam ruang rahasia untuk mengambil beberapa senjata, lalu menempatkannya di saku jaketnya.Pria berhazel safir itu berjalan menuju garasi mobil, memakai salah satu mobil hitam, di mana ia selalu menggunakannya jika dalam misi.Begitu masuk ke dalam mobil, ia menghubungi sang istri.Suara dering telepon mulai terdengar, dan akhirnya ia mendengar suara wanitanya itu, “Halo sayang?”“Halo sweety, jam berapa kamu pergi?” tanya Brice sambil menyalakan mesin kendaraannya.“Aku baru saja selesai berpakaian sayang, mungkin sepuluh menit lagi, aku jalan. Kamu di mana?” balas Agnes.“Aku menuju kantor sayang. Mungkin begitu tiba, aku tidak sempat memberikan kabar, it’s o
Agnes menarik napas dalam dan berkata dengan cepat, “Apa kamu pernah melakukan ‘itu’ dengan para asistentmu?” Brice terdiam sesaat. Alhasil membuat Agnes semakin gugup dan cemburu. “Brice?” “Hmm, kalau itu—” “Sepertinya aku tahu jawabannya,” potong Agnes lalu menyingkirkan tangan Brice, turun dari pangkuan Brice. “Mau kemana?” Brice menahan tangan Agnes. Agnes menoleh dengan mata berkaca-kaca, “Aku ingin sendiri Brice, aku tidak sangka jika selama ini mereka juga menemanimu untuk hal seperti itu…” “Rasanya aku tidak bisa, maaf…” Brice mengerutkan keningnya, ia menarik lembut tangan Agnes, membuat Agnes otomatis mendekat padanya, “Sweety, sepertinya kamu salah paham.” “Salah paham apa Brice? Bukannya tadi kamu sendiri yang bilang iya?” suara serak Agnes terdengar lirih. “Aku tidak pernah mengatakan iya, sweety.” Brice tersenyum lembut dan mengusap sudut mata Agnes, “Aku tidak pernah melakukan hal seperti yang kamu pikirkan. Aku menjaga hubungan kerja kami dengan bersih.” Agne
“Hem...” gumaman Agnes.“Namaku Brice Elroy Harold, seperti yang kamu lihat sendiri, Austin Harold adalah kakak sepupuku, jadi aku salah satu penerus keluarga Harold di Jerman. Aku memiliki beberapa perusahaan besar di jerman, amsterdam, dan beberapa negara lainnya. Dan untuk identitas lainku adalah...”Agnes menoleh, menunggu jawaban Brice.“Aku seorang agen rahasia yang berhubungan dengan dark organitation, uhm, orang menyebutnya dengan Mafia, lalu aku memiliki enam orang kepercayaan, sebagian besar dari mereka sudah pernah bertemu denganmu, ada Alpha, Beta, Gamma, Delta, Epsilon dan Zeta.”“Dan orang yang menculikmu adalah salah satu dari organisasi yang sedang aku selidiki.”Agnes diam, mendengar kata demi kata penjelasan dari Brice, ia enggan memotong apapun itu.“Maaf sudah melibatkanmu ke hal yang sangat berbahaya, jika tahu seperti ini, aku tidak akan membawamu masuk ke dalam misi ini,” ujar Brice dengan suara seraknya.Agnes menoleh dan meraih wajah Brice, ia tersenyum lembut
"Sweety..." Brice yang hendak mengulurkan tangannya, seketika berhenti melihat tangannya yang kotor dipenuhi bercak darah, ia lalu menyembunyikan tangannya di belakang tubuhnya."Bugh!"Agnes berdiri dan memeluk erat tubuh Brice, "Aku takut Brice..." gumaman yang terdengar lirih dan tubuh Agnes dapat ia rasakan saat ini gemetar ketakutan.“Ma-maaf...” Brice merasa begitu bersalah karena dirinya, Agnes harus melalui hal mengerikan seperti ini.“Yang kamu lakukan itu jahat Brice! Kamu jahat!” isak Agnes yang tidak melepaskan pelukannya dari Brice.Brice menutup matanya, “Iya sweety, aku jahat, maafkan aku.”“La-lalu kenapa kamu tidak memelukku? Kamu sangat jahat!”Deg!Brice terperangah, “Swe-sweety, bukannya kamu takut melihatku sekarang?”Agnes merenggangkan pelukannya, menatap tajam ke arah Brice, wanita cantik itu mengusap kasar wajahnya, “Iya aku takut!”Mafia berdarah dingin itu seketika merasakan dadanya sakit mendengar penuturan sang istri, ia kemudian berdiri dengan tangan yang
Sang pilot pun mengikuti perintah Max, “Di sini Tuan,” seru pilot tersebut.Austin memalingkan wajahnya, menatap Max yang duduk di seberangnya. Tatapan mereka bertemu, dan tanpa perlu kata-kata, Max mengangguk memahami instruksi dari bosnya itu.Max berdiri, tangannya terangkat untuk menjaga keseimbangan saat helikopter bergoyang sedikit akibat turbulensi. Suara angin semakin kencang saat pintu helikopter dibuka, seperti raungan binatang buas. Max, dengan gerakan yang mantap dan cekatan, berjalan lebih dulu ke arah pintu. Setiap langkahnya terasa berat karena angin yang seolah ingin melemparnya keluar.Dia meraih tangga gantung yang tergantung di sisi pintu, dan mulai menuruni anak-anak tangga satu per satu, tubuhnya bergoyang-goyang di bawah kekuatan angin. Austin menyusul di belakangnya, tetap tenang meskipun angin terus menerpa wajahnya dengan kekuatan besar.Begitu mereka mencapai ujung tangga, di depan jendela kaca besar yang menjadi target mereka, Max menarik napas dalam-dalam.
Beberapa jam sebelumnya, Austin dan Bella yang baru saja kembal ke Amsterdam untuk melanjutkan honeymoon mereka, serta Austin yang sekalian melakukan perjalanan bisnis di sini.Di saat Austin dan Bella sedang makan di sebuah restaurant, Max menghampiri mereka dengan wajah serius. “Tuan, Brice sepertinya sedang menghadapi masalah besar.”Austin mengerutkan keningnya, “Maksud kamu?”“Uhm sebenarnya orangku memberitahukan kalau Brice saat ini sudah memiliki seorang istri, satu bulan lalu dia mendaftarkan pernikahannya,” terang Max sambil memberikan sebuah map coklat.“Brice menikah? Kenapa dia tidak bilang-bilang hubby?” kaget Bella dengan senyum merekah, ikut bahagia dengan kabar tersebut.“Hmm, mungkin dia memiliki alasan tersendiri, love. Sebaiknya aku lihat laporan yang di berikan Max dulu—““Tuan, bukan maksud saya ingin memotong, tapi saat ini sangat darurat, istri Brice di culik oleh seseorang yang berasal dari sebuah club yang menamakan diri mereka Club Billionaire dan setelah sa
"Mr.B semua yang datang malam itu sudah berada di dalam," ucap Gamma menyambut Brice di depan pintu besi.Gamma cukup terkejut melihat penampilan Brice saat ini.Ia melirik ke Alpha yang berada di samping Brice, Alpha hanya menggeleng pelan kepalanya agar Gamma tidak menanyakan perihal tersebut.Tanpa menjawab Brice terus melangkah masuk, ia melihat pasangan suami istri yang ikut di pertemuan malam itu.Ia berdiri tepat di tengah menatap wajah ketakutan orang-orang yang saat ini melihatnya, "Siapa yang tahu di mana keberadaan istriku?!" suara berat Brice terdengar mencekam."Hmmppph! Hmmmmp!" seorang pria berusaha untuk berbicara.Bticr memberi kode agar membuka pengikat di mulut pria tersebut, "Brengsekkk! Lepaskan kami! Apa kau tidak tahu berurusan dengan siapa! Hah!!!! Kami tidak perduli dengan keberadaan istrimu!!"Brice menggeretakkan rahangnya, ia berjalan cepat dan mengangkat kakinya tinggi-tinggi, "Brugh!""Arggghhh!" pekikan sakit terdengar mengisi gudang yang luas ini."Bahk
Tanpa menunggu persetujuan Mr.Kinsgton, Brice mengambil keputusan untuk menyerbu markas organisasi yang tengah mereka selidiki.Ponsel Brice terus berdering, panggilan Mr. Kingston ia abaikan begitu saja. Hingga earphone yang ia kenakan bersuara, "Mr.B, Tuan Kingston ingin berbicara dengan anda.""Shit! Sambungkan!""Ya Mr. Kinston?""Mr.B, apa yang anda pikirkan langsung menyerbu markas organisasi begitu saja? Padahal kita sudah dekat untuk mengetahui jaringan mereka!" serbu Mr. Kinsgton yang terdengar marah."Aku harap anda menarik semua orang anda Mr.B!" titah Mr. Kingston."Damn! Istriku saat ini menghilang!" sahut Brice geram."Yes I know! Ingat! Dia hanya istri kontrak! Kita bisa menyelamatkannya tapi tidak sekarang!" tegas Mr. Kingston.Brice mengepal erat tangannya, "Mr. Kingston, aku tidak peduli dengan misi ini!""Tidak bisa! Anda harus kembali! Ingat terlalu banyak nyawa yang harus di korbankan jika anda ceroboh seperti ini""Bahkan aku tidak segan meratakan laboratorium an
POV Agnes"Hai Agnes!" seru Maria Sanchez saat melihat Agnes keluar dari lobby perusahaan."Hai Madam..." Agnes melangkahkan kakinya sambil melambaikan tangan."Maaf karena membuat anda menunggu," ucap Agnes lembut sambil menerima sapaan kecup pipi dari Maria"Kamu tidak peerlu sungkan! Dan kenapa masih memanggilku madam? Cukup Maria? Ok? Kamu sudah aku anggap seperti adik perempuanku!" ujar Maria sembari membuka pimtu mobil untuk Agnes.BlushAgnes tersenyum bahagia mendapatkan perlakuan tulus dari Maria, "Terimakasih."Maria tersenyum dan ikut masuk ke dalam mobil, duduk di sisi Agnes, “Langsung menuju restaurant,” ujarnya pada sopir.Sepuluh menit perjalanan, Agnes dan Maria bercerita mengenai diri mereka masing-masing, “Kamu pasti terkejut dengan kegiatan di klub waktu itu?”BlushWajah Agnes merona merah mengingat betapa intensnya aktifitas yang ia lihat malam itu, “Ah iya, itu pertama kali untukku.”“Hhahhaa, wajahmu merona merah, kau sangat menggemaskan Agnes!” tawa Maria mengg
Satu jam berlalu sejak Agnes mengabari dirinya tiba di restaurant.Brice mondar mandir di depan meja, sesekali ia duduk dan mengirimkan Agnes pesan singkat.bTapi sampai detik ini tidak ada satu pun balasan dari sang istri.Brice menekan nomor Gamma, "Cek lokasi Istriku!""Nona Agnes masih berada di Restaurant Tuan.""Apa Beta tidak bisa melihat ke dalam ruangan?""Akan saya tanyakan Tuan, maaf karena kami tidak tahu jika Maria Sanchez mengganti tempat janji.""Hmm, lakukan dengan cepat!"Brice memutuskan sambungan telpon, dirinya gelisah hanya karena tidak mendapat kabar dari sang istri.Sepuluh menit...Tiga puluh menit....Brak!!!Brice memukul meja kerjanya dengan keras.Ia menatap kesal pada ponselnya karena Agnes tidak kunjung menjawab panggilan telponnya."Tuan?" Gamma membuka pintu, terkejut mendengar suara keras dari ruangan Brice."Siapkan mobil Gamma! Feelingku mengatakan ini tidak baik-baik saja!”Gamma segera keluar dari ruangan Brice untuk memberikan kabar kepada seluruh