Brice kembali ke rumah utama dan memakai pakaiannya, celana jeans hitam, baju kaos polos berwarna hitam, jaket kulit, topi, dan masker. Tidak lupa sepatu bot warna hitam.
Setelah selesai memakai semua perlengkapannya. Ia masuk ke dalam ruang rahasia untuk mengambil beberapa senjata, lalu menempatkannya di saku jaketnya.
Pria berhazel safir itu berjalan menuju garasi mobil, memakai salah satu mobil hitam, di mana ia selalu menggunakannya jika dalam misi.
Begitu masuk ke dalam mobil, ia menghubungi sang istri.
Suara dering telepon mulai terdengar, dan akhirnya ia mendengar suara wanitanya itu, “Halo sayang?”
“Halo sweety, jam berapa kamu pergi?” tanya Brice sambil menyalakan mesin kendaraannya.
“Aku baru saja selesai berpakaian sayang, mungkin sepuluh menit lagi, aku jalan. Kamu di mana?” balas Agnes.
“Aku menuju kantor sayang. Mungkin begitu tiba, aku tidak sempat memberikan kabar, it’s o
“Bagian selatan di lantai tiga, naik tangga belok kanan, pintu warna hitam,.” Jelas Alpha dengan detail.“Ok!” Brice berjalan menuju ruangan yang di katakan oleh Alpha, ia menyusuri masuk lebih dalam mansion.“Sepertinya yang ini,” gumamnya dalam hati. Lalu mengambil posisi.“Eh, btw di mana si bangkot tua itu?” tanya Brice sembari membuka pintu.“Holy shit!” umpat Brice saat matanya ternodai dengan apa yang ada di dalam.“Opss… Sorry Mr.B. Dia ada di dalam kamar.” Imbuh Alpha mengulum kedua bibirnya menahan tawa.“Ada apa Mr.B?” timpal Zeta, penasaran dengan keributan yang terjadi.“Anda baik-baik saja ‘kan?” tanya Delta lagi.“Hem… I’m good! Tapi mata dan mentalku yang tidak baik-baik saja!” jawab Brice, mendengus.“Hahahhaha….” Alpha yang mendengar hal itu ta
“Hey berengsek, lepaskan!” “Diam! Atau wanita-wanita ini berada dalam bahaya!” seru Yohan dengan suara beratnya. Tangannya yang memegang senjata dia arahkan ke kepala Zeta, membuat Epsilon yang juga menodongkan senjata ke Yohan tidak dapat berbuat apa-apa. Ia harus memikirkan cara agar Zeta lepas dari Yohan. Yohan sendiri memicingkan matanya dan membelalak tajam saat melihat dua wanita di depannya, “Bu… bukannya kalian sudah…” “Mati?” sambung Epsilon sinis melihat reaksi pria di depannya. “Sayangnya kami masih hidup dan akan membunuh kalian semua!” sambung Zeta yang langsung menarik tangan Yohan yang berada dilehernya, dan dengan satu kali hentakan. “Bugh!” Yohan yang lengah akhirnya terbanting kedepan, membuat Zeta bisa terlepas dari cekikan pria itu. Epsilon yang melihat kesempat langsung menarik pelatuknya ke arah Yohan, namun Yohan dengan gesit berhasil menghindari setiap hujaman peluru panas tersebut.
Yohan yang mendengar seruan salah satu anak buah Altaf segera membalik badannya dan sebelum pria itu menarik pelatuknya. Yohan lebih dulu menembak pria itu. Alhasil dalam sepersekian detik, Yohan menembak semua pria yang ada di depannya, Dor! Dor! Dor! “Kalian cepat ke tangga darurat! Aku akan menahannya!” teriak Yohan kepada Epsilon dan Zeta. “Apa kau yakin?” tanya Epsilon. Yohan melihat ke arah lantai bawah di mana sudah terlihat beberapa anak buah Altaf berlari naik menuju ke asal suara tembakan yang tadi dia lakukan. Pria itu melihat ke arah Epsilon dan berkata, “Berikan aku satu senjatamu.” Epsilon dengan cepat melemparkannya ke arah Yohan, dan pria itu dengan tangkas menangkapnya. “Ok! Aku serahkan mereka kepada kalian berdua!” seru Yohan yang lalu mengambil posisi tepat di depan tangga sambil mengarahkan senjatanya ke depan. “Kak Yohan?” teriak Elizabeth khawatir kepada Yohan. Namun, Epsilo
Setelah mendengarkan drama romantis erotic versi Alpha dan Yohan, mereka kembali fokus menghabisi lawan-lawan mereka. Alpha dan Yohan bergerak seirama, dengan terampil mereka berdua menembakkan peluru ke musuh-musuh mereka. Sedangkan Brice saat ini seorang diri sedang berhadapan dengan tiga orang yang berpakaian serba hitam, “Sepertinya aku bertemu dengan orang-orang dari organisasi.” Gumamnya pelan memberi tahu kepada para The Angel’s. “Berapa orang Mr.B?” tanya Gamma kepada Brice. “Empat orang.” “Apa mereka memakai coat hitam Mr.B?” tanya Alpha. “Hem…” sahut Brice. “Berarti benar Tuan, karena aku dan Yohan saat ini berhadapan dengan dua orang, dan Yohan sudah memastikan kalau mereka dari organisasi tersebut.” “Berarti yang tadi aku dan Epsilon lawan adalah salah satu dari mereka?” “Artinya kurang tiga orang yang belum terlihat, sebaiknya kalian tetap waspada!” tegas Brice kepada para ba
Alpha memapah Yohan menuju mobil yang sudah di siapkan oleh rekan-rekannya. Karena bisa berbahaya jika memakai kendaraan milik Yohan atau memilih kendaraan secara random di mansion ini. Jangan sampai ada alat pelacak yang di pasang oleh pihak organisasi. Alpha melajukan kendaraannya, ia memasukkan kendaraannya, berbaur dengan padatnya kendaraan untuk menghapus jejak. Di saat ia tengah berfokus mengendarai kendaraannya, matanya juga sesekali teralih dengan darah yang terus mengalir dari lengan Yohan. Hingga ia tiba di sebuah rumah minimalis berwarna abu-abu tua bertemu industrial, ia menyalakan sensor agar pintu garasi terbuka secara otomatis, begitu pintu besi itu naik ke atas, Alpha berhasil masuk ke dalam basement rumahnya yang berada terpisah oleh rekan-rekannya. Setiap Angel’s memiliki satu hunian terpisah di setiap mereka menjalankan misi, berbeda dengan kediaman yang mereka tempati sebagai maze atau basecamp. Alpha mematik
“Alphhaa…?” Alpha menaikkan satu alisnya dan menatap tajam ke arah Yohan, “Ada apa?” Yohan menghela napas panjang, “Hah… Apakah memakai handuk kimono seperti itu menjadi kebiasaanmu?” Alpha mengangkat kedua bahunya acuh, “Ini pakaian yang nyaman setelah mandi, memangnya kenapa? Apa ada masalah?” Alpha melihat ke tubuhnya, “Ini terlihat baik-baik saja.” Imbuhnya lagi. “Iya tidak masalah buatmu! Tapi masalah besar buatku!” batin Yohan menutup mata dan mengatur napasnya. “Hhmm, sudahlah.” Alpha berjalan ke arah dapur, mengambil dua kaleng soda di dalam lemari pendingin, kemudian menghampiri Yohan, memberikan minuman kepada pria itu. “Thank you.” Ucap Yohan pelan. “Apa kau ingin mandi?” tanya Alpha sambil duduk di sisi sofa yang kosong, tepat berhadapan dengan Yohan, dengan pose menyilangkan kakinya. Memperlihatkan kaki jenjang dan paha mulus Alpha yang tidak tertutup handuk kimono. “Mandi?” “
Yohan menaikkan satu alisnya, “Memangnya kalau aku bilang, kau mau memandikanku?” “Hahh?” Alpha berseru hampir berteriak. Alpha berdehem menetralkan pikiran dan rasa terkejutnya, “Ck! Memangnya itu hal yang sulit?” Yohan mengerutkan keningnya, “Jadi?” Alpha berjalan masuk tanpa ragu mendekati dan mengulurkan tangannya kepada Yohan, seolah tidak peduli dengan tubuh telanjang Yohan saat ini. “Berdirilah! Aku akan membantumu!” “Kamu yakin?” tanya Yohan memastikan. “Ck! Apa sekarang ada pilihan lain? Atau kau mau aku panggilkan perawat? Tapi jangan lupa status profesi kita! Lagi pula aku tidak suka orang asing masuk kerumahku!" sahut Alpha, memberikan penjelasan yang terdengar masuk akal. Tapi hal itu membuat Yohan tergelitik, pria itu pun meraih tangan Alpha sambil berkata dengan suara beratnya, “Hmm, aku senang karena kau sudah tidak menganggapku orang asing.” “Whaaattt?” “Bukankah ta
Dengan nafas terengah-engah, Alpha menatap tajam pada Yohan, “Berhenti bertanya berengsek! Lakukan apa yang ingin kau lakukan! Dan selesaikan apa yang kau mulai!”seru Alpha yang mendekatkan wajahnya dan menjulurkan lidahnya. Yohan membuka mulutnya dan membalas lilitan lidah Alpha, mereka berciuman cukup lama, “Aku akan lakukan apa yang aku mau mulai sekarang, Alpha.” Seru Yohan yang lalu memutar posisi mereka dan membiarkan Alpha untuk duduk di atas bathtub. Yohan berlutut dan melebarkan kaki Alpha membuat belahan mahkota Alpha terlihat begitu jelas, ia mengambil keran shower dan membasuh tubuh Alpha begitu juga tubuhnya. Begitu sabun sudah mengalir bersama air, tanpa menunggu lama ia membenamkan wajahnya dan mulai menyapu bibir tebal itu dengan lidahnya. “Oh shit!” umpat Alpha sambil meremas rambut Yohan yang sedang bergerilya di inti tubuhnya. “Kamu sudah sangat basah,” gumam Yohan yang terus memainkan milik Alpha, bahkan pri
Agnes menarik napas dalam dan berkata dengan cepat, “Apa kamu pernah melakukan ‘itu’ dengan para asistentmu?” Brice terdiam sesaat. Alhasil membuat Agnes semakin gugup dan cemburu. “Brice?” “Hmm, kalau itu—” “Sepertinya aku tahu jawabannya,” potong Agnes lalu menyingkirkan tangan Brice, turun dari pangkuan Brice. “Mau kemana?” Brice menahan tangan Agnes. Agnes menoleh dengan mata berkaca-kaca, “Aku ingin sendiri Brice, aku tidak sangka jika selama ini mereka juga menemanimu untuk hal seperti itu…” “Rasanya aku tidak bisa, maaf…” Brice mengerutkan keningnya, ia menarik lembut tangan Agnes, membuat Agnes otomatis mendekat padanya, “Sweety, sepertinya kamu salah paham.” “Salah paham apa Brice? Bukannya tadi kamu sendiri yang bilang iya?” suara serak Agnes terdengar lirih. “Aku tidak pernah mengatakan iya, sweety.” Brice tersenyum lembut dan mengusap sudut mata Agnes, “Aku tidak pernah melakukan hal seperti yang kamu pikirkan. Aku menjaga hubungan kerja kami dengan bersih.” Agne
“Hem...” gumaman Agnes.“Namaku Brice Elroy Harold, seperti yang kamu lihat sendiri, Austin Harold adalah kakak sepupuku, jadi aku salah satu penerus keluarga Harold di Jerman. Aku memiliki beberapa perusahaan besar di jerman, amsterdam, dan beberapa negara lainnya. Dan untuk identitas lainku adalah...”Agnes menoleh, menunggu jawaban Brice.“Aku seorang agen rahasia yang berhubungan dengan dark organitation, uhm, orang menyebutnya dengan Mafia, lalu aku memiliki enam orang kepercayaan, sebagian besar dari mereka sudah pernah bertemu denganmu, ada Alpha, Beta, Gamma, Delta, Epsilon dan Zeta.”“Dan orang yang menculikmu adalah salah satu dari organisasi yang sedang aku selidiki.”Agnes diam, mendengar kata demi kata penjelasan dari Brice, ia enggan memotong apapun itu.“Maaf sudah melibatkanmu ke hal yang sangat berbahaya, jika tahu seperti ini, aku tidak akan membawamu masuk ke dalam misi ini,” ujar Brice dengan suara seraknya.Agnes menoleh dan meraih wajah Brice, ia tersenyum lembut
"Sweety..." Brice yang hendak mengulurkan tangannya, seketika berhenti melihat tangannya yang kotor dipenuhi bercak darah, ia lalu menyembunyikan tangannya di belakang tubuhnya."Bugh!"Agnes berdiri dan memeluk erat tubuh Brice, "Aku takut Brice..." gumaman yang terdengar lirih dan tubuh Agnes dapat ia rasakan saat ini gemetar ketakutan.“Ma-maaf...” Brice merasa begitu bersalah karena dirinya, Agnes harus melalui hal mengerikan seperti ini.“Yang kamu lakukan itu jahat Brice! Kamu jahat!” isak Agnes yang tidak melepaskan pelukannya dari Brice.Brice menutup matanya, “Iya sweety, aku jahat, maafkan aku.”“La-lalu kenapa kamu tidak memelukku? Kamu sangat jahat!”Deg!Brice terperangah, “Swe-sweety, bukannya kamu takut melihatku sekarang?”Agnes merenggangkan pelukannya, menatap tajam ke arah Brice, wanita cantik itu mengusap kasar wajahnya, “Iya aku takut!”Mafia berdarah dingin itu seketika merasakan dadanya sakit mendengar penuturan sang istri, ia kemudian berdiri dengan tangan yang
Sang pilot pun mengikuti perintah Max, “Di sini Tuan,” seru pilot tersebut.Austin memalingkan wajahnya, menatap Max yang duduk di seberangnya. Tatapan mereka bertemu, dan tanpa perlu kata-kata, Max mengangguk memahami instruksi dari bosnya itu.Max berdiri, tangannya terangkat untuk menjaga keseimbangan saat helikopter bergoyang sedikit akibat turbulensi. Suara angin semakin kencang saat pintu helikopter dibuka, seperti raungan binatang buas. Max, dengan gerakan yang mantap dan cekatan, berjalan lebih dulu ke arah pintu. Setiap langkahnya terasa berat karena angin yang seolah ingin melemparnya keluar.Dia meraih tangga gantung yang tergantung di sisi pintu, dan mulai menuruni anak-anak tangga satu per satu, tubuhnya bergoyang-goyang di bawah kekuatan angin. Austin menyusul di belakangnya, tetap tenang meskipun angin terus menerpa wajahnya dengan kekuatan besar.Begitu mereka mencapai ujung tangga, di depan jendela kaca besar yang menjadi target mereka, Max menarik napas dalam-dalam.
Beberapa jam sebelumnya, Austin dan Bella yang baru saja kembal ke Amsterdam untuk melanjutkan honeymoon mereka, serta Austin yang sekalian melakukan perjalanan bisnis di sini.Di saat Austin dan Bella sedang makan di sebuah restaurant, Max menghampiri mereka dengan wajah serius. “Tuan, Brice sepertinya sedang menghadapi masalah besar.”Austin mengerutkan keningnya, “Maksud kamu?”“Uhm sebenarnya orangku memberitahukan kalau Brice saat ini sudah memiliki seorang istri, satu bulan lalu dia mendaftarkan pernikahannya,” terang Max sambil memberikan sebuah map coklat.“Brice menikah? Kenapa dia tidak bilang-bilang hubby?” kaget Bella dengan senyum merekah, ikut bahagia dengan kabar tersebut.“Hmm, mungkin dia memiliki alasan tersendiri, love. Sebaiknya aku lihat laporan yang di berikan Max dulu—““Tuan, bukan maksud saya ingin memotong, tapi saat ini sangat darurat, istri Brice di culik oleh seseorang yang berasal dari sebuah club yang menamakan diri mereka Club Billionaire dan setelah sa
"Mr.B semua yang datang malam itu sudah berada di dalam," ucap Gamma menyambut Brice di depan pintu besi.Gamma cukup terkejut melihat penampilan Brice saat ini.Ia melirik ke Alpha yang berada di samping Brice, Alpha hanya menggeleng pelan kepalanya agar Gamma tidak menanyakan perihal tersebut.Tanpa menjawab Brice terus melangkah masuk, ia melihat pasangan suami istri yang ikut di pertemuan malam itu.Ia berdiri tepat di tengah menatap wajah ketakutan orang-orang yang saat ini melihatnya, "Siapa yang tahu di mana keberadaan istriku?!" suara berat Brice terdengar mencekam."Hmmppph! Hmmmmp!" seorang pria berusaha untuk berbicara.Bticr memberi kode agar membuka pengikat di mulut pria tersebut, "Brengsekkk! Lepaskan kami! Apa kau tidak tahu berurusan dengan siapa! Hah!!!! Kami tidak perduli dengan keberadaan istrimu!!"Brice menggeretakkan rahangnya, ia berjalan cepat dan mengangkat kakinya tinggi-tinggi, "Brugh!""Arggghhh!" pekikan sakit terdengar mengisi gudang yang luas ini."Bahk
Tanpa menunggu persetujuan Mr.Kinsgton, Brice mengambil keputusan untuk menyerbu markas organisasi yang tengah mereka selidiki.Ponsel Brice terus berdering, panggilan Mr. Kingston ia abaikan begitu saja. Hingga earphone yang ia kenakan bersuara, "Mr.B, Tuan Kingston ingin berbicara dengan anda.""Shit! Sambungkan!""Ya Mr. Kinston?""Mr.B, apa yang anda pikirkan langsung menyerbu markas organisasi begitu saja? Padahal kita sudah dekat untuk mengetahui jaringan mereka!" serbu Mr. Kinsgton yang terdengar marah."Aku harap anda menarik semua orang anda Mr.B!" titah Mr. Kingston."Damn! Istriku saat ini menghilang!" sahut Brice geram."Yes I know! Ingat! Dia hanya istri kontrak! Kita bisa menyelamatkannya tapi tidak sekarang!" tegas Mr. Kingston.Brice mengepal erat tangannya, "Mr. Kingston, aku tidak peduli dengan misi ini!""Tidak bisa! Anda harus kembali! Ingat terlalu banyak nyawa yang harus di korbankan jika anda ceroboh seperti ini""Bahkan aku tidak segan meratakan laboratorium an
POV Agnes"Hai Agnes!" seru Maria Sanchez saat melihat Agnes keluar dari lobby perusahaan."Hai Madam..." Agnes melangkahkan kakinya sambil melambaikan tangan."Maaf karena membuat anda menunggu," ucap Agnes lembut sambil menerima sapaan kecup pipi dari Maria"Kamu tidak peerlu sungkan! Dan kenapa masih memanggilku madam? Cukup Maria? Ok? Kamu sudah aku anggap seperti adik perempuanku!" ujar Maria sembari membuka pimtu mobil untuk Agnes.BlushAgnes tersenyum bahagia mendapatkan perlakuan tulus dari Maria, "Terimakasih."Maria tersenyum dan ikut masuk ke dalam mobil, duduk di sisi Agnes, “Langsung menuju restaurant,” ujarnya pada sopir.Sepuluh menit perjalanan, Agnes dan Maria bercerita mengenai diri mereka masing-masing, “Kamu pasti terkejut dengan kegiatan di klub waktu itu?”BlushWajah Agnes merona merah mengingat betapa intensnya aktifitas yang ia lihat malam itu, “Ah iya, itu pertama kali untukku.”“Hhahhaa, wajahmu merona merah, kau sangat menggemaskan Agnes!” tawa Maria mengg
Satu jam berlalu sejak Agnes mengabari dirinya tiba di restaurant.Brice mondar mandir di depan meja, sesekali ia duduk dan mengirimkan Agnes pesan singkat.bTapi sampai detik ini tidak ada satu pun balasan dari sang istri.Brice menekan nomor Gamma, "Cek lokasi Istriku!""Nona Agnes masih berada di Restaurant Tuan.""Apa Beta tidak bisa melihat ke dalam ruangan?""Akan saya tanyakan Tuan, maaf karena kami tidak tahu jika Maria Sanchez mengganti tempat janji.""Hmm, lakukan dengan cepat!"Brice memutuskan sambungan telpon, dirinya gelisah hanya karena tidak mendapat kabar dari sang istri.Sepuluh menit...Tiga puluh menit....Brak!!!Brice memukul meja kerjanya dengan keras.Ia menatap kesal pada ponselnya karena Agnes tidak kunjung menjawab panggilan telponnya."Tuan?" Gamma membuka pintu, terkejut mendengar suara keras dari ruangan Brice."Siapkan mobil Gamma! Feelingku mengatakan ini tidak baik-baik saja!”Gamma segera keluar dari ruangan Brice untuk memberikan kabar kepada seluruh