Alpha memapah Yohan menuju mobil yang sudah di siapkan oleh rekan-rekannya. Karena bisa berbahaya jika memakai kendaraan milik Yohan atau memilih kendaraan secara random di mansion ini.
Jangan sampai ada alat pelacak yang di pasang oleh pihak organisasi.
Alpha melajukan kendaraannya, ia memasukkan kendaraannya, berbaur dengan padatnya kendaraan untuk menghapus jejak.
Di saat ia tengah berfokus mengendarai kendaraannya, matanya juga sesekali teralih dengan darah yang terus mengalir dari lengan Yohan.
Hingga ia tiba di sebuah rumah minimalis berwarna abu-abu tua bertemu industrial, ia menyalakan sensor agar pintu garasi terbuka secara otomatis, begitu pintu besi itu naik ke atas, Alpha berhasil masuk ke dalam basement rumahnya yang berada terpisah oleh rekan-rekannya. Setiap Angel’s memiliki satu hunian terpisah di setiap mereka menjalankan misi, berbeda dengan kediaman yang mereka tempati sebagai maze atau basecamp.
Alpha mematik
“Alphhaa…?” Alpha menaikkan satu alisnya dan menatap tajam ke arah Yohan, “Ada apa?” Yohan menghela napas panjang, “Hah… Apakah memakai handuk kimono seperti itu menjadi kebiasaanmu?” Alpha mengangkat kedua bahunya acuh, “Ini pakaian yang nyaman setelah mandi, memangnya kenapa? Apa ada masalah?” Alpha melihat ke tubuhnya, “Ini terlihat baik-baik saja.” Imbuhnya lagi. “Iya tidak masalah buatmu! Tapi masalah besar buatku!” batin Yohan menutup mata dan mengatur napasnya. “Hhmm, sudahlah.” Alpha berjalan ke arah dapur, mengambil dua kaleng soda di dalam lemari pendingin, kemudian menghampiri Yohan, memberikan minuman kepada pria itu. “Thank you.” Ucap Yohan pelan. “Apa kau ingin mandi?” tanya Alpha sambil duduk di sisi sofa yang kosong, tepat berhadapan dengan Yohan, dengan pose menyilangkan kakinya. Memperlihatkan kaki jenjang dan paha mulus Alpha yang tidak tertutup handuk kimono. “Mandi?” “
Yohan menaikkan satu alisnya, “Memangnya kalau aku bilang, kau mau memandikanku?” “Hahh?” Alpha berseru hampir berteriak. Alpha berdehem menetralkan pikiran dan rasa terkejutnya, “Ck! Memangnya itu hal yang sulit?” Yohan mengerutkan keningnya, “Jadi?” Alpha berjalan masuk tanpa ragu mendekati dan mengulurkan tangannya kepada Yohan, seolah tidak peduli dengan tubuh telanjang Yohan saat ini. “Berdirilah! Aku akan membantumu!” “Kamu yakin?” tanya Yohan memastikan. “Ck! Apa sekarang ada pilihan lain? Atau kau mau aku panggilkan perawat? Tapi jangan lupa status profesi kita! Lagi pula aku tidak suka orang asing masuk kerumahku!" sahut Alpha, memberikan penjelasan yang terdengar masuk akal. Tapi hal itu membuat Yohan tergelitik, pria itu pun meraih tangan Alpha sambil berkata dengan suara beratnya, “Hmm, aku senang karena kau sudah tidak menganggapku orang asing.” “Whaaattt?” “Bukankah ta
Dengan nafas terengah-engah, Alpha menatap tajam pada Yohan, “Berhenti bertanya berengsek! Lakukan apa yang ingin kau lakukan! Dan selesaikan apa yang kau mulai!”seru Alpha yang mendekatkan wajahnya dan menjulurkan lidahnya. Yohan membuka mulutnya dan membalas lilitan lidah Alpha, mereka berciuman cukup lama, “Aku akan lakukan apa yang aku mau mulai sekarang, Alpha.” Seru Yohan yang lalu memutar posisi mereka dan membiarkan Alpha untuk duduk di atas bathtub. Yohan berlutut dan melebarkan kaki Alpha membuat belahan mahkota Alpha terlihat begitu jelas, ia mengambil keran shower dan membasuh tubuh Alpha begitu juga tubuhnya. Begitu sabun sudah mengalir bersama air, tanpa menunggu lama ia membenamkan wajahnya dan mulai menyapu bibir tebal itu dengan lidahnya. “Oh shit!” umpat Alpha sambil meremas rambut Yohan yang sedang bergerilya di inti tubuhnya. “Kamu sudah sangat basah,” gumam Yohan yang terus memainkan milik Alpha, bahkan pri
“I’ll prove it—aku akan membuktikannya!” Yohan meraih tengkuk leher Alpha dan memberikan lumatan yang begitu kuat dan liar usai mengatakan itu. Yang disusul suara erangan dari Alpha, “Oh damn! Yohan!” umpatnya merasakan milik Yohan masuk begitu dalam ke inti tubuhnya. Tangan Yohan turun meremas bongkahan jelly padat nan kenyal milik Alpha, di sesap dan dihisapnya dengan penuh damba. Membuat wanita cantik itu terus saja membuka mulutnya larut dalam desahan yang tak kunjung usai. Pria itu lalu memutar tubuh Alpha agar memungginya dengan posisi menjorok ke belakang, memperlihatkan bongkahan semok miliknya, Yohan tersenyum dan mengusap bongkahan tersebut dengan sedikit keras, “Hurry up!” seru Alpha yang tidak tahan dengan godaan yang diberikan Yohan. Pria itu hanya mengusap batang kejantanannya di celah bibir bawahnya sambil meremas bongkahan padatnya itu. “Begging me—memohon padaku!” Alpha membelalakkan ma
Setelah selesai membersihkan dirinya dari pakaian yang yang di penuhi percikan darah dari musuhnya, Brice segera masuk ke dalam basement mobil dan memilih Aston Martin Vantage untuk ia kendarai hari ini untuk menjemput wanita pujaan hatinya, satu-satunya wanita yang membuat seorang mafia berdarah dingin menjadi anak kucing yang haus akan belaian dan begitu manja.Brice menyalakan mesin mobilnya, sebuah Aston Martin Vantage berwarna dark silver metallic yang merupakan salah satu mobil yang ia sukai serta akan membuat sang istri nyaman. Ia memandang jam tangan Rolex di pergelangan tangannya dan tersenyum. Hari ini ia akan memberikan kejutan kecil untuk Agnes, di mana wanita cantik itu tidak mengetahui jika dirinya akan menyusul.Pria berhazel biru itu menekan tombol panggilan dari layar lcd mobilnya, “Di mana posisi istriku?”“Saat ini Miss A sedang bersama temannya di Versailles Spa, lantai empat, Mr.B.” jawab seoran
Rosa benar-benar menjadi obat nyamuk yang di bakar dan menjadi debu ringan siap terbang jika di hembus oleh angin tipis.Ia menemani Agnes dan Brice untuk makan, namun yang ia dapati hannyalah dua pasangan suami istri yang memadu kasih tanpa malu di depannya.“Apa mereka beranggapan jika di Mall ini hanya ada mereka berdua ?? Hello? Ada manusia lain di sini wahai makhluk bucin!” geram Rosa yang tentu saja di dalam hatinya menatap punggung Agnes dan Brice yang baru keluar dari pintu restaurant.“Oh makhluk yang bernama pria… Adakah yang bisa mendatangiku sekarang ini!” gumum Rosa dalam hati.“Ros, ayo! Ngapain di situ?” seru Agnes dari sedikit kejauhan karena Rosa yang sengaja memperlambat jualannya.Rosa tersenyum lebar dan memaerkan deretan gigi putihnya dan berkata, “Aku hanya menjaga jarak agar tidak terbang bagai debu yang tak berarti!”“Pfttt!” Agnes terkek
Rosa menarik tangan Agnes dengan penuh semangat, membawa mereka menuju salah satu toko brand yang menjual pakaian dalam yang seksi. Suasana di dalam toko begitu terang dengan berbagai koleksi yang memikat mata.Sementara mereka terburu-buru, Agnes yang tak sengaja bertabrakan dengan tumpah di atas pakaiannya. “Aiish, maaf ya,” ujarnya sambil memegangi bagian pakaian yang terkena tumpahan kopi.Kopi yang dipegang wanita itu pun tumpah ke pakaiannya sendiri, seorang wanita langsung mendesis kesakitan saat merasakan rasa pedas dari cairan kopi yang mengenai kulitnya, Agnes merasa bersalah, “Sorry, apa Anda baik-baik saja? Biar aku mengganti pakaian Anda, Miss.”Wanita yang di tabrak hanya tersenyum, “Tidak apa-apa, ini hanya kecelakaan kecil. Namaku Maria Sanchez.”Meskipun begitu, Agnes tetap merasa tidak enak hati, “Tidak, saya ingin menggantinya. Biar saya bayar.”Begitu pun Rosa yang menjadi salah satu penyebab kekacauan ini.“Iya Miss, biar kami membantu Anda.” Imbuhnya di sela perc
Beberapa menit sebelumnya, Brice yang terlebih dahulu tiba di markas menunggu kedatangan Alpha dan anggota baru mereka yaitu Yohan.“Sepertinya mereka benar-benar menikmati waktu mereka...” gumam brice melihat ke arah jam tangan, di mana sudah lewat dari lima menit dari waktu rapat mereka.“Mr. B, Kak Alpha baru saja masuk ke dalam basement,” imbuh Zeta saat mendapatkan laporan dari penjaga gerbang markas mereka.Brice mengangguk paham dan melanjutkan membaca laporan yang di berikan oleh Beta. Tidak lama kemudian Alpha masuk bersama seorang pria bertubuh tegap dan tinggi, terlihat seorang pria yang cukup terlatih.“Maaf Mr.B tadi ada sedikit kendala,” ucap Alpha dengan berdiri tegap di depan Mr. B, sedangkan di mana kelima pasang mata sedang tertuju mengamati dirinya dan pria di sampingnya.Brice menoleh dan menaikkan satu alisnya, “Hmm, tidak masalah, kalian pasti susah untuk mengabaikannya, tapi lain kali jangan sampai membuatku menunggu!” jawaban sarkas Brice yang menekan kata meng
Agnes menarik napas dalam dan berkata dengan cepat, “Apa kamu pernah melakukan ‘itu’ dengan para asistentmu?” Brice terdiam sesaat. Alhasil membuat Agnes semakin gugup dan cemburu. “Brice?” “Hmm, kalau itu—” “Sepertinya aku tahu jawabannya,” potong Agnes lalu menyingkirkan tangan Brice, turun dari pangkuan Brice. “Mau kemana?” Brice menahan tangan Agnes. Agnes menoleh dengan mata berkaca-kaca, “Aku ingin sendiri Brice, aku tidak sangka jika selama ini mereka juga menemanimu untuk hal seperti itu…” “Rasanya aku tidak bisa, maaf…” Brice mengerutkan keningnya, ia menarik lembut tangan Agnes, membuat Agnes otomatis mendekat padanya, “Sweety, sepertinya kamu salah paham.” “Salah paham apa Brice? Bukannya tadi kamu sendiri yang bilang iya?” suara serak Agnes terdengar lirih. “Aku tidak pernah mengatakan iya, sweety.” Brice tersenyum lembut dan mengusap sudut mata Agnes, “Aku tidak pernah melakukan hal seperti yang kamu pikirkan. Aku menjaga hubungan kerja kami dengan bersih.” Agne
“Hem...” gumaman Agnes.“Namaku Brice Elroy Harold, seperti yang kamu lihat sendiri, Austin Harold adalah kakak sepupuku, jadi aku salah satu penerus keluarga Harold di Jerman. Aku memiliki beberapa perusahaan besar di jerman, amsterdam, dan beberapa negara lainnya. Dan untuk identitas lainku adalah...”Agnes menoleh, menunggu jawaban Brice.“Aku seorang agen rahasia yang berhubungan dengan dark organitation, uhm, orang menyebutnya dengan Mafia, lalu aku memiliki enam orang kepercayaan, sebagian besar dari mereka sudah pernah bertemu denganmu, ada Alpha, Beta, Gamma, Delta, Epsilon dan Zeta.”“Dan orang yang menculikmu adalah salah satu dari organisasi yang sedang aku selidiki.”Agnes diam, mendengar kata demi kata penjelasan dari Brice, ia enggan memotong apapun itu.“Maaf sudah melibatkanmu ke hal yang sangat berbahaya, jika tahu seperti ini, aku tidak akan membawamu masuk ke dalam misi ini,” ujar Brice dengan suara seraknya.Agnes menoleh dan meraih wajah Brice, ia tersenyum lembut
"Sweety..." Brice yang hendak mengulurkan tangannya, seketika berhenti melihat tangannya yang kotor dipenuhi bercak darah, ia lalu menyembunyikan tangannya di belakang tubuhnya."Bugh!"Agnes berdiri dan memeluk erat tubuh Brice, "Aku takut Brice..." gumaman yang terdengar lirih dan tubuh Agnes dapat ia rasakan saat ini gemetar ketakutan.“Ma-maaf...” Brice merasa begitu bersalah karena dirinya, Agnes harus melalui hal mengerikan seperti ini.“Yang kamu lakukan itu jahat Brice! Kamu jahat!” isak Agnes yang tidak melepaskan pelukannya dari Brice.Brice menutup matanya, “Iya sweety, aku jahat, maafkan aku.”“La-lalu kenapa kamu tidak memelukku? Kamu sangat jahat!”Deg!Brice terperangah, “Swe-sweety, bukannya kamu takut melihatku sekarang?”Agnes merenggangkan pelukannya, menatap tajam ke arah Brice, wanita cantik itu mengusap kasar wajahnya, “Iya aku takut!”Mafia berdarah dingin itu seketika merasakan dadanya sakit mendengar penuturan sang istri, ia kemudian berdiri dengan tangan yang
Sang pilot pun mengikuti perintah Max, “Di sini Tuan,” seru pilot tersebut.Austin memalingkan wajahnya, menatap Max yang duduk di seberangnya. Tatapan mereka bertemu, dan tanpa perlu kata-kata, Max mengangguk memahami instruksi dari bosnya itu.Max berdiri, tangannya terangkat untuk menjaga keseimbangan saat helikopter bergoyang sedikit akibat turbulensi. Suara angin semakin kencang saat pintu helikopter dibuka, seperti raungan binatang buas. Max, dengan gerakan yang mantap dan cekatan, berjalan lebih dulu ke arah pintu. Setiap langkahnya terasa berat karena angin yang seolah ingin melemparnya keluar.Dia meraih tangga gantung yang tergantung di sisi pintu, dan mulai menuruni anak-anak tangga satu per satu, tubuhnya bergoyang-goyang di bawah kekuatan angin. Austin menyusul di belakangnya, tetap tenang meskipun angin terus menerpa wajahnya dengan kekuatan besar.Begitu mereka mencapai ujung tangga, di depan jendela kaca besar yang menjadi target mereka, Max menarik napas dalam-dalam.
Beberapa jam sebelumnya, Austin dan Bella yang baru saja kembal ke Amsterdam untuk melanjutkan honeymoon mereka, serta Austin yang sekalian melakukan perjalanan bisnis di sini.Di saat Austin dan Bella sedang makan di sebuah restaurant, Max menghampiri mereka dengan wajah serius. “Tuan, Brice sepertinya sedang menghadapi masalah besar.”Austin mengerutkan keningnya, “Maksud kamu?”“Uhm sebenarnya orangku memberitahukan kalau Brice saat ini sudah memiliki seorang istri, satu bulan lalu dia mendaftarkan pernikahannya,” terang Max sambil memberikan sebuah map coklat.“Brice menikah? Kenapa dia tidak bilang-bilang hubby?” kaget Bella dengan senyum merekah, ikut bahagia dengan kabar tersebut.“Hmm, mungkin dia memiliki alasan tersendiri, love. Sebaiknya aku lihat laporan yang di berikan Max dulu—““Tuan, bukan maksud saya ingin memotong, tapi saat ini sangat darurat, istri Brice di culik oleh seseorang yang berasal dari sebuah club yang menamakan diri mereka Club Billionaire dan setelah sa
"Mr.B semua yang datang malam itu sudah berada di dalam," ucap Gamma menyambut Brice di depan pintu besi.Gamma cukup terkejut melihat penampilan Brice saat ini.Ia melirik ke Alpha yang berada di samping Brice, Alpha hanya menggeleng pelan kepalanya agar Gamma tidak menanyakan perihal tersebut.Tanpa menjawab Brice terus melangkah masuk, ia melihat pasangan suami istri yang ikut di pertemuan malam itu.Ia berdiri tepat di tengah menatap wajah ketakutan orang-orang yang saat ini melihatnya, "Siapa yang tahu di mana keberadaan istriku?!" suara berat Brice terdengar mencekam."Hmmppph! Hmmmmp!" seorang pria berusaha untuk berbicara.Bticr memberi kode agar membuka pengikat di mulut pria tersebut, "Brengsekkk! Lepaskan kami! Apa kau tidak tahu berurusan dengan siapa! Hah!!!! Kami tidak perduli dengan keberadaan istrimu!!"Brice menggeretakkan rahangnya, ia berjalan cepat dan mengangkat kakinya tinggi-tinggi, "Brugh!""Arggghhh!" pekikan sakit terdengar mengisi gudang yang luas ini."Bahk
Tanpa menunggu persetujuan Mr.Kinsgton, Brice mengambil keputusan untuk menyerbu markas organisasi yang tengah mereka selidiki.Ponsel Brice terus berdering, panggilan Mr. Kingston ia abaikan begitu saja. Hingga earphone yang ia kenakan bersuara, "Mr.B, Tuan Kingston ingin berbicara dengan anda.""Shit! Sambungkan!""Ya Mr. Kinston?""Mr.B, apa yang anda pikirkan langsung menyerbu markas organisasi begitu saja? Padahal kita sudah dekat untuk mengetahui jaringan mereka!" serbu Mr. Kinsgton yang terdengar marah."Aku harap anda menarik semua orang anda Mr.B!" titah Mr. Kingston."Damn! Istriku saat ini menghilang!" sahut Brice geram."Yes I know! Ingat! Dia hanya istri kontrak! Kita bisa menyelamatkannya tapi tidak sekarang!" tegas Mr. Kingston.Brice mengepal erat tangannya, "Mr. Kingston, aku tidak peduli dengan misi ini!""Tidak bisa! Anda harus kembali! Ingat terlalu banyak nyawa yang harus di korbankan jika anda ceroboh seperti ini""Bahkan aku tidak segan meratakan laboratorium an
POV Agnes"Hai Agnes!" seru Maria Sanchez saat melihat Agnes keluar dari lobby perusahaan."Hai Madam..." Agnes melangkahkan kakinya sambil melambaikan tangan."Maaf karena membuat anda menunggu," ucap Agnes lembut sambil menerima sapaan kecup pipi dari Maria"Kamu tidak peerlu sungkan! Dan kenapa masih memanggilku madam? Cukup Maria? Ok? Kamu sudah aku anggap seperti adik perempuanku!" ujar Maria sembari membuka pimtu mobil untuk Agnes.BlushAgnes tersenyum bahagia mendapatkan perlakuan tulus dari Maria, "Terimakasih."Maria tersenyum dan ikut masuk ke dalam mobil, duduk di sisi Agnes, “Langsung menuju restaurant,” ujarnya pada sopir.Sepuluh menit perjalanan, Agnes dan Maria bercerita mengenai diri mereka masing-masing, “Kamu pasti terkejut dengan kegiatan di klub waktu itu?”BlushWajah Agnes merona merah mengingat betapa intensnya aktifitas yang ia lihat malam itu, “Ah iya, itu pertama kali untukku.”“Hhahhaa, wajahmu merona merah, kau sangat menggemaskan Agnes!” tawa Maria mengg
Satu jam berlalu sejak Agnes mengabari dirinya tiba di restaurant.Brice mondar mandir di depan meja, sesekali ia duduk dan mengirimkan Agnes pesan singkat.bTapi sampai detik ini tidak ada satu pun balasan dari sang istri.Brice menekan nomor Gamma, "Cek lokasi Istriku!""Nona Agnes masih berada di Restaurant Tuan.""Apa Beta tidak bisa melihat ke dalam ruangan?""Akan saya tanyakan Tuan, maaf karena kami tidak tahu jika Maria Sanchez mengganti tempat janji.""Hmm, lakukan dengan cepat!"Brice memutuskan sambungan telpon, dirinya gelisah hanya karena tidak mendapat kabar dari sang istri.Sepuluh menit...Tiga puluh menit....Brak!!!Brice memukul meja kerjanya dengan keras.Ia menatap kesal pada ponselnya karena Agnes tidak kunjung menjawab panggilan telponnya."Tuan?" Gamma membuka pintu, terkejut mendengar suara keras dari ruangan Brice."Siapkan mobil Gamma! Feelingku mengatakan ini tidak baik-baik saja!”Gamma segera keluar dari ruangan Brice untuk memberikan kabar kepada seluruh