“Entahlah….” Baru saja Agnes hendak menjawab ketus, pria itu segera meraup lembut bibir Agnes, melumatnya dengan lembut. “Jangan marah, hmm?” ucapnya lembut setelah melepaskan pagutannya.“Nanti aku pikirkan….”Lagi dan lagi, Agnes terdiam karena pria berwajah tegas nan rupawan itu kembali meraup bibirnya tanpa ampun. Agnes? Tentu saja ia tak berdaya dan membalas pagutan Brice yang selalu memabukkan itu.Ting!Pintu lift terbuka secara perlahan dan, Brice melepaskan pagutan itu, ia menarik lembut tangan sang istri dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya masih memegang map berwarna coklat.Semua karyawan yang berada di lantai ini melihat pemandangan baru, di mana Bos mereka ini sudah sangat berbeda.Begitu tiba di dalam ruangan, Brice menutup pintu dengan rapat. Membawa sang istri menuju sofa, Agnes hanya diam mengikuti langkah Brice.Dan saat pria itu duduk di atas sofa, ia menarik pelan tangan sang istri agar duduk di atas pangkuannya. Map yang ada di tangannya ia simpan d
Brice tersenyum melihat sikap sang istri dan berbisik, “Apa masih mau?”Deg!“Tapi sayangnya, kita harus menundanya sayang. Tidak apa-apa ‘kan?”Agnes membuang pandangannya karena malu, “Siapa yang masih mau? Isss….”Cup!“Aku… Aku yang masih mau…” ucapnya lembut kepada sang istri setelah mengecup pipi kenyal Agnes. Pria itu memperbaiki bra milik sang istri dan mengancingkan kembali kemeja Agnes seperti sedia kala.Lalu mengecup bahu Agnes penuh cinta, “Apa pekerjaan hari ini sudah selesai semua?”“Tunggu, aku tanya ke Frida.” Agnes turun dari pangkuan Brice, berjalan menuju mejanya. Mengambil ponselnya yang ada di atas meja.Menghubungi Frida untuk menanyakan jadwalnya hari ini. “Ok, thanks.”“Hanya tinggal beberapa document yang harus di tandatangani, tapi tidak deadline juga. Memangnya ada apa?”“Nice! Ayo sayang…” seru Brice menarik tangan Agnes, “tapi sebelum itu, tanda tangani dulu berkas ini, biar bisa di urus oleh Orlin.” Tambah Brice sembari memberikan pulpen ke Agnes dan doc
“Jadi, ini barang yang kamu maksud semalam?” tanya Agnes melihat tumpukan karton yang berisikan kamera, laptop, ponsel dan komponen-komponen untuk merakit komputer.“Iya, dan sejak dulu aku selalu menyempatkan diri untuk mengawasi langsung saat kapal baru saja menepi untuk menurunkan barang. " jelas Brice.Agnes mengangguk paham,”"Jadi, maaf karena semalam aku pergi tiba-tiba.” Ucap pria itu dengan lembut.“No problem,” jawab Agnes berusaha tenang, karena ada Orlin dan Esme.Brice tersenyum, ia melanjutkan dengan membawa Agnes melihat barang-barang yang lain.Sedangkan Beta baru saja menerima pesan yang membuatnya menghela napas.Epsilon kini sudah tiba di dalam gedung perkantoran milik Altaf, ia langsung menuju ke gudang di mana Zeta menyembunyikan sekretaris pribadi Altaf yang bernama Astrid itu.Saat Epsilon masuk, betapa terkejutnya wanita cantik berparas oriental itu tidak mendapati wanita yang tadi di sekap oleh Zeta.“Shit!” umpat Epsilon.Ia segera keluar dari ruangan, tidak
Brice membawa Agnes pulang ke kediaman mereka, usai mendengar apa yang di katakan Gamma. Ia khawatir dengan keadaan Epsilon dan Zeta. “Brice?” Agnes yang mendapati raut wajah khawatir dari Brice menjadi penasaran. Brice menoleh, “Iya sweety?” “Are you ok?” Deg! Brice tidak menduga jika istrinya itu sadar akan kecemasannya saat ini. Dan tepat saat itu, Brice mematikan mesin mobil saat ia sudah selesai memakirkan kendaraannya itu. Dengan lembut ia menoleh ke Agnes dan tersenyum “Hem, I’m okay sayang.” Ucapnya lembut dan mengecup pipi Agnes. Ia turun terlebih dahulu dan mengitari bagian depan mobil, membuka pintu untuk wanitanya itu. Agnes mengerutkan keningnya menelisik wajah suaminya itu yang kini sudah kembali ceria, “Hah, perasaanku saja.” Batinnya. “Apa ia kelelahan?” tebak Agnes dalam hati. “Benarkan Brice?” tanya Agnes lagi yang kini sudah berada dalam rangkulan Brice. Brice terkekeh, dan men
“Zeta…?”“Epsilon?” seru Zeta yang terkejut melihat rekannya itu berada di sini, bahkan lebih parahnya, saat ini Epsilon juga mengenakan lingerie berwarna merah. Sama seperti yang ia kenakan saat ini.“Kamu di sini? Apa yang si bereng—” Epsilon terdiam karena Zeta memberikan kode kepada Epsilon jika saat ini mereka sedang di awasi oleh kamera cctv.Epsilon tahu jika saat ini mereka harus mengikuti alur permainan yang di lakukan oleh Altaf. Di saat Epsilon mengambil posisi di salah satu kursi untuk duduk. Sedangkan Zeta berada di atas tempat tidur, ia duduk sambil melirik ke arah Epsilon.Dalam diam mereka, Zeta dan Epsilon mengatur rencana mereka, Epsilon juga sudah mengaktifkan chip yang ada di dalam tubuhnya, sama seperti milik Zeta.Mereka yakin para saudari perempuan mereka sudah bisa mengetahui posisi mereka saat ini.Chip yang ada di belakang leher mereka, tidak dapat di deteksi oleh musuh. Karena chip tersebut tertanam di dalam sana. Dimana chip kecil itu di tanam di belakang k
Ia berjalan dan mendekati Zeta dan Epsilon, dengan senyuman miring, ia menarik paksa lingerie dari tubuh Zeta dan Epsilon, dan di saat bersamaan terdengar suara gebrakan pintu, “BRAKKK!”Altaf menoleh ke arah pintu dan berteriak, “Apa yang kau lakukan berengsek!” pria itu begitu murka melihat bawahannya dengan lancang membuka pintu kamar nya dengan kasar, apalagi di saat ia akan bercinta dengan wanita barunya.“Ma… maaf Tuan. Keadaan darurat… !” seru seorang pengawal pria yang tadi sempat masuk ke dalam ruangan ini bersama Erika, salah satu asisten Altaf.Altaf turun dari tempat tidur dan memperbaiki kimono handuk yang ia kenakan, “Ada apa!”“Ada penyusup yang masuk ke rumah utama, Tuan.” Terang pengawal pria bertubuh tegap itu.Altaf yang mendengar akan hal itu menyeringai. “Ah… Ternyata para tikus-tikus pengganggu itu sudah datang…” gumamnya pelan, lalu menoleh ke arah pengawalnya itu.“Turunkan semua pengawal, dan kau siapkan semua persenjataan! Aku akan menghabisi para hama-hama i
Delta yang geram segera melayangkan senapannya ke arah Altaf, namun pria itu terlihat santai dengan senyuman miring, dan berkata, “Jika kalian ingin melihat mayat mereka, silahkan!” sembari mengangkat tangannya yang memegang sebuah remote kecil, yang sepertinya remote tersebut adalah remote untuk menyalakan kursi listrik yang di duduki oleh Epsilon dan Zeta.Alpha menghampiri Delta, ia menurunkan senapan yang tengah di genggam erat oleh Delta, lalu mengangguk ke saudari nya itu agar lebih tenang.Delta menatap nyalang ke arah Altaf, ingin sekali dia membunuh pria itu itu saat ini juga, “Aku ingin membunuhnya, sis!” geram delta dengan suara berbisik, begitu tipis. Membuat lawan mereka tidak dapat mendengar suara mereka.Alpha tersenyum tipis dan sinis, “Membunuhnya seperti itu hanya seperti hadiah untuknya!” gumam Alpha, “aku akan membuatnya memohon untuk kematian.” Ucapnya dengan menggeretakkan rahangnya.Delta yang paham maksud dari saudarinya itu pun mengangguk, “Kamu benar, sis!”A
Tim dua terdengar sedang baku tembak di luar sana. Mungkin Altaf dan para pengawal intinya sedang melewati mereka.“Kak, ayo…” suara Gamma membuyarkan lamunan Beta yang masih melihat punggung Alpha yang semakin menjauh.Di mana Gamma dan Delta saat ini berusaha melepaskan ikatan Zeta dan Epsilon di kursi listrik tersebut.“Ah iya!”Beta segera menyusul dan membantu kedua adiknya itu, di tengah gempuran senjata api di luar sana. Mereka bertiga bergerak dengan cepat membebaskan Epsilon dan Zeta.Begitu ikatan Epsilon dan Zeta terlepas, Beta, Gamma dan Delta segera membopong keduanya. Keluar melewati pintu belakang. Di mana mobil van hitam terparkir.Dengan cepat Beta duduk di kursi pengemudi, ia melajukan kendaraan dengan kecepatan tinggi dan menuju ke laboratorium milik Mr. Kingston. Di tengah perjalanan Delta dan Gamma terus memeriksa kondisi tubuh Epsilon dan Zeta.Mereka berdua terus memperhatikan angka digital di smartwatch yang mereka kenakan. Sudah lebih tiga puluh menit Epsilon
Agnes menarik napas dalam dan berkata dengan cepat, “Apa kamu pernah melakukan ‘itu’ dengan para asistentmu?” Brice terdiam sesaat. Alhasil membuat Agnes semakin gugup dan cemburu. “Brice?” “Hmm, kalau itu—” “Sepertinya aku tahu jawabannya,” potong Agnes lalu menyingkirkan tangan Brice, turun dari pangkuan Brice. “Mau kemana?” Brice menahan tangan Agnes. Agnes menoleh dengan mata berkaca-kaca, “Aku ingin sendiri Brice, aku tidak sangka jika selama ini mereka juga menemanimu untuk hal seperti itu…” “Rasanya aku tidak bisa, maaf…” Brice mengerutkan keningnya, ia menarik lembut tangan Agnes, membuat Agnes otomatis mendekat padanya, “Sweety, sepertinya kamu salah paham.” “Salah paham apa Brice? Bukannya tadi kamu sendiri yang bilang iya?” suara serak Agnes terdengar lirih. “Aku tidak pernah mengatakan iya, sweety.” Brice tersenyum lembut dan mengusap sudut mata Agnes, “Aku tidak pernah melakukan hal seperti yang kamu pikirkan. Aku menjaga hubungan kerja kami dengan bersih.” Agne
“Hem...” gumaman Agnes.“Namaku Brice Elroy Harold, seperti yang kamu lihat sendiri, Austin Harold adalah kakak sepupuku, jadi aku salah satu penerus keluarga Harold di Jerman. Aku memiliki beberapa perusahaan besar di jerman, amsterdam, dan beberapa negara lainnya. Dan untuk identitas lainku adalah...”Agnes menoleh, menunggu jawaban Brice.“Aku seorang agen rahasia yang berhubungan dengan dark organitation, uhm, orang menyebutnya dengan Mafia, lalu aku memiliki enam orang kepercayaan, sebagian besar dari mereka sudah pernah bertemu denganmu, ada Alpha, Beta, Gamma, Delta, Epsilon dan Zeta.”“Dan orang yang menculikmu adalah salah satu dari organisasi yang sedang aku selidiki.”Agnes diam, mendengar kata demi kata penjelasan dari Brice, ia enggan memotong apapun itu.“Maaf sudah melibatkanmu ke hal yang sangat berbahaya, jika tahu seperti ini, aku tidak akan membawamu masuk ke dalam misi ini,” ujar Brice dengan suara seraknya.Agnes menoleh dan meraih wajah Brice, ia tersenyum lembut
"Sweety..." Brice yang hendak mengulurkan tangannya, seketika berhenti melihat tangannya yang kotor dipenuhi bercak darah, ia lalu menyembunyikan tangannya di belakang tubuhnya."Bugh!"Agnes berdiri dan memeluk erat tubuh Brice, "Aku takut Brice..." gumaman yang terdengar lirih dan tubuh Agnes dapat ia rasakan saat ini gemetar ketakutan.“Ma-maaf...” Brice merasa begitu bersalah karena dirinya, Agnes harus melalui hal mengerikan seperti ini.“Yang kamu lakukan itu jahat Brice! Kamu jahat!” isak Agnes yang tidak melepaskan pelukannya dari Brice.Brice menutup matanya, “Iya sweety, aku jahat, maafkan aku.”“La-lalu kenapa kamu tidak memelukku? Kamu sangat jahat!”Deg!Brice terperangah, “Swe-sweety, bukannya kamu takut melihatku sekarang?”Agnes merenggangkan pelukannya, menatap tajam ke arah Brice, wanita cantik itu mengusap kasar wajahnya, “Iya aku takut!”Mafia berdarah dingin itu seketika merasakan dadanya sakit mendengar penuturan sang istri, ia kemudian berdiri dengan tangan yang
Sang pilot pun mengikuti perintah Max, “Di sini Tuan,” seru pilot tersebut.Austin memalingkan wajahnya, menatap Max yang duduk di seberangnya. Tatapan mereka bertemu, dan tanpa perlu kata-kata, Max mengangguk memahami instruksi dari bosnya itu.Max berdiri, tangannya terangkat untuk menjaga keseimbangan saat helikopter bergoyang sedikit akibat turbulensi. Suara angin semakin kencang saat pintu helikopter dibuka, seperti raungan binatang buas. Max, dengan gerakan yang mantap dan cekatan, berjalan lebih dulu ke arah pintu. Setiap langkahnya terasa berat karena angin yang seolah ingin melemparnya keluar.Dia meraih tangga gantung yang tergantung di sisi pintu, dan mulai menuruni anak-anak tangga satu per satu, tubuhnya bergoyang-goyang di bawah kekuatan angin. Austin menyusul di belakangnya, tetap tenang meskipun angin terus menerpa wajahnya dengan kekuatan besar.Begitu mereka mencapai ujung tangga, di depan jendela kaca besar yang menjadi target mereka, Max menarik napas dalam-dalam.
Beberapa jam sebelumnya, Austin dan Bella yang baru saja kembal ke Amsterdam untuk melanjutkan honeymoon mereka, serta Austin yang sekalian melakukan perjalanan bisnis di sini.Di saat Austin dan Bella sedang makan di sebuah restaurant, Max menghampiri mereka dengan wajah serius. “Tuan, Brice sepertinya sedang menghadapi masalah besar.”Austin mengerutkan keningnya, “Maksud kamu?”“Uhm sebenarnya orangku memberitahukan kalau Brice saat ini sudah memiliki seorang istri, satu bulan lalu dia mendaftarkan pernikahannya,” terang Max sambil memberikan sebuah map coklat.“Brice menikah? Kenapa dia tidak bilang-bilang hubby?” kaget Bella dengan senyum merekah, ikut bahagia dengan kabar tersebut.“Hmm, mungkin dia memiliki alasan tersendiri, love. Sebaiknya aku lihat laporan yang di berikan Max dulu—““Tuan, bukan maksud saya ingin memotong, tapi saat ini sangat darurat, istri Brice di culik oleh seseorang yang berasal dari sebuah club yang menamakan diri mereka Club Billionaire dan setelah sa
"Mr.B semua yang datang malam itu sudah berada di dalam," ucap Gamma menyambut Brice di depan pintu besi.Gamma cukup terkejut melihat penampilan Brice saat ini.Ia melirik ke Alpha yang berada di samping Brice, Alpha hanya menggeleng pelan kepalanya agar Gamma tidak menanyakan perihal tersebut.Tanpa menjawab Brice terus melangkah masuk, ia melihat pasangan suami istri yang ikut di pertemuan malam itu.Ia berdiri tepat di tengah menatap wajah ketakutan orang-orang yang saat ini melihatnya, "Siapa yang tahu di mana keberadaan istriku?!" suara berat Brice terdengar mencekam."Hmmppph! Hmmmmp!" seorang pria berusaha untuk berbicara.Bticr memberi kode agar membuka pengikat di mulut pria tersebut, "Brengsekkk! Lepaskan kami! Apa kau tidak tahu berurusan dengan siapa! Hah!!!! Kami tidak perduli dengan keberadaan istrimu!!"Brice menggeretakkan rahangnya, ia berjalan cepat dan mengangkat kakinya tinggi-tinggi, "Brugh!""Arggghhh!" pekikan sakit terdengar mengisi gudang yang luas ini."Bahk
Tanpa menunggu persetujuan Mr.Kinsgton, Brice mengambil keputusan untuk menyerbu markas organisasi yang tengah mereka selidiki.Ponsel Brice terus berdering, panggilan Mr. Kingston ia abaikan begitu saja. Hingga earphone yang ia kenakan bersuara, "Mr.B, Tuan Kingston ingin berbicara dengan anda.""Shit! Sambungkan!""Ya Mr. Kinston?""Mr.B, apa yang anda pikirkan langsung menyerbu markas organisasi begitu saja? Padahal kita sudah dekat untuk mengetahui jaringan mereka!" serbu Mr. Kinsgton yang terdengar marah."Aku harap anda menarik semua orang anda Mr.B!" titah Mr. Kingston."Damn! Istriku saat ini menghilang!" sahut Brice geram."Yes I know! Ingat! Dia hanya istri kontrak! Kita bisa menyelamatkannya tapi tidak sekarang!" tegas Mr. Kingston.Brice mengepal erat tangannya, "Mr. Kingston, aku tidak peduli dengan misi ini!""Tidak bisa! Anda harus kembali! Ingat terlalu banyak nyawa yang harus di korbankan jika anda ceroboh seperti ini""Bahkan aku tidak segan meratakan laboratorium an
POV Agnes"Hai Agnes!" seru Maria Sanchez saat melihat Agnes keluar dari lobby perusahaan."Hai Madam..." Agnes melangkahkan kakinya sambil melambaikan tangan."Maaf karena membuat anda menunggu," ucap Agnes lembut sambil menerima sapaan kecup pipi dari Maria"Kamu tidak peerlu sungkan! Dan kenapa masih memanggilku madam? Cukup Maria? Ok? Kamu sudah aku anggap seperti adik perempuanku!" ujar Maria sembari membuka pimtu mobil untuk Agnes.BlushAgnes tersenyum bahagia mendapatkan perlakuan tulus dari Maria, "Terimakasih."Maria tersenyum dan ikut masuk ke dalam mobil, duduk di sisi Agnes, “Langsung menuju restaurant,” ujarnya pada sopir.Sepuluh menit perjalanan, Agnes dan Maria bercerita mengenai diri mereka masing-masing, “Kamu pasti terkejut dengan kegiatan di klub waktu itu?”BlushWajah Agnes merona merah mengingat betapa intensnya aktifitas yang ia lihat malam itu, “Ah iya, itu pertama kali untukku.”“Hhahhaa, wajahmu merona merah, kau sangat menggemaskan Agnes!” tawa Maria mengg
Satu jam berlalu sejak Agnes mengabari dirinya tiba di restaurant.Brice mondar mandir di depan meja, sesekali ia duduk dan mengirimkan Agnes pesan singkat.bTapi sampai detik ini tidak ada satu pun balasan dari sang istri.Brice menekan nomor Gamma, "Cek lokasi Istriku!""Nona Agnes masih berada di Restaurant Tuan.""Apa Beta tidak bisa melihat ke dalam ruangan?""Akan saya tanyakan Tuan, maaf karena kami tidak tahu jika Maria Sanchez mengganti tempat janji.""Hmm, lakukan dengan cepat!"Brice memutuskan sambungan telpon, dirinya gelisah hanya karena tidak mendapat kabar dari sang istri.Sepuluh menit...Tiga puluh menit....Brak!!!Brice memukul meja kerjanya dengan keras.Ia menatap kesal pada ponselnya karena Agnes tidak kunjung menjawab panggilan telponnya."Tuan?" Gamma membuka pintu, terkejut mendengar suara keras dari ruangan Brice."Siapkan mobil Gamma! Feelingku mengatakan ini tidak baik-baik saja!”Gamma segera keluar dari ruangan Brice untuk memberikan kabar kepada seluruh