Home / Romansa / Pesona Istri Dadakan Dokter Tedja / Semangat Naik, terus Turun

Share

Semangat Naik, terus Turun

Author: Ovvpie
last update Last Updated: 2025-01-23 14:25:58

Cabang pusat Rumah Sakit Alaric Medika tengah diramaikan oleh gosip yang cukup menghebohkan. Dono, seorang office boy senior yang sudah lebih dari satu dekade bekerja di rumah sakit itu, tidak sengaja melihat sesuatu yang membuatnya nyaris tersedak. Ia menyaksikan Dr. Tedja, direktur utama rumah sakit, memeluk dan mencium pipi Adira, sekretaris pribadinya, di dalam ruang kerja. Kejadian itu langsung menjadi cerita panas yang menyebar cepat di kalangan karyawan, terutama karena Dono dikenal sebagai orang yang jujur dan tidak pernah menggembar-gemborkan kabar tanpa dasar.

“Saya tuh nggak ngarang, lho!” Dono bersikeras saat mengobrol di pantry bersama salah seorang teknisi. “Saya lihat sendiri! Tangan saya aja sampai gemetaran, itu cangkir langsung meluncur ke lantai!” katanya dramatis.

Teknisi itu membelalakkan matanya. “Seriusan, Mas? Bu Adira sama Dr. Tedja? Kayak... nggak mungkin, ya?”

“Ya, saya juga nggak percaya awalnya. Tapi kan mata saya nggak minus!” jawab Dono sambil menggel
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Pesona Istri Dadakan Dokter Tedja   Beli Cincin

    Ruangan klinik itu tidak terlalu luas, namun bersih dan tertata rapi. Di dinding, tergantung poster-poster edukasi tentang kesehatan, seperti cara mencuci tangan yang benar dan tabel makanan bergizi. Beberapa rak kecil di sudut ruangan dipenuhi dengan obat-obatan umum. Lampu LED putih terang membuat ruangan terasa steril. Tedja berdiri di tengah ruangan dengan postur tubuh tegap, mengenakan jas hitam yang memberi aura wibawa. Matanya tajam, menatap catatan di tangannya dengan ekspresi penuh analisis. Dia berbicara dengan dokter kepala klinik menggunakan nada suara yang tegas dan langsung. Sementara itu, Adira berdiri sedikit di belakangnya, berbincang santai namun tetap profesional dengan salah satu perawat. Namun, sikap santai Adira membuat Tedja, yang sedang bad mood, tak bisa menahan diri. "Jangan lama-lama di sini," gumam Tedja pelan, melirik Adira dengan sorot mata yang mencampur rasa bosan dan kesal. Adira menoleh, sedikit bingung dengan nada Tedja, namun memilih tidak menan

    Last Updated : 2025-01-23
  • Pesona Istri Dadakan Dokter Tedja   Akibat Alergi

    Tedja terlihat sangat puas dengan cincin nikahnya. Di setiap kesempatan, dia sengaja mengangkat tangan kanannya setinggi mungkin, membuat cincinnya terlihat berkilauan di bawah cahaya. Di ruang meeting, dia sengaja mengetuk-ngetukkan jari ke meja sambil berkata, “Maaf, saya pakai cincin baru, jadi belum terbiasa. Perlu penyesuaian.” Saat berjalan di koridor rumah sakit, dia pura-pura membenarkan kemejanya sambil memastikan cincin itu terlihat jelas. Beberapa karyawan rumah sakit mulai saling berbisik, “Dr. Tedja itu beneran nikah kayaknya. Auranya hari ini positif banget.” “Kemarin geger banget juga di sosmed. Kira-kira siapa ya istrinya?” Itu dia masalahnya. ada satu hal yang membuat semua usaha Tedja terasa sia-sia: tidak ada yang tahu siapa istrinya. Tedja tidak menyebutkan tangan siapa yang dia foto. Adira juga tidak pernah terlihat memakai cincin itu. Sebenarnya, Tedja sudah menyadari Adira tidak pernah memakai cincin itu, dan malam itu, di rumah mereka, Tedja akhirnya b

    Last Updated : 2025-01-24
  • Pesona Istri Dadakan Dokter Tedja   Gosip Semakin Memanas

    Begitu Adira sudah sedikit jauh dari lift, wajahnya berusaha tampak netral, tapi dalam hatinya, kekacauan sedang berlangsung. Jemarinya masih terasa hangat, seolah sentuhan bibir Tedja tadi tidak bisa hilang begitu saja. "Kenapa dia cium tangan?" pikirnya. "Buat apa? Pamer? Ngetes reaksi? Atau… dia cuma ngelakuin itu tanpa mikir?" Adira menggigit bibirnya pelan, mencoba menghilangkan rasa aneh yang menggelayut di dadanya. Dia tidak tahu harus seperti apa saat bertemu Tedja lagi nanti. Sialnya dia dan Tedja itu bagaikan satu paket. Kemanapun Tedja pergi, Adira yang merupakan sekretaris pribadinya akan mengikuti. Sudah begitu, mereka juga satu rumah. Selama jam kerja, Adira tetap berusaha seprofesional mungkin melakukan pekerjaannya. Namun, begitu sudah lengang, Adira mulai menjauhi Tedja. Dia terlalu malu dengan kejadian sebelumnya. Kini Adira hanya tidur di sofa sambil menonton drama dari ponsel pintarnya. Selimut biru tipis yang baru saja dia beli di toko dekat rumah sakit menjad

    Last Updated : 2025-01-25
  • Pesona Istri Dadakan Dokter Tedja   Diguyur Fakta

    Adira pelan-pelan mengusap wajahnya yang penuh air pel sambil menghela napas panjang. Matanya menyapu blouse-nya yang transparan, kemudian memandang Diana. Bukannya marah, dia justru tersenyum lebar—senyum yang justru membuat Diana semakin emosi. “Iri dengki kok dipelihara?” kata Adira santai. Kerumunan karyawan mulai mengumpul. Ada yang tertawa cekikikan, ada juga yang sibuk membuka aplikasi Notes untuk mencatat drama ini. Sepertinya mereka tahu, hari ini pekerjaan bisa ditunda—tapi gosip segar seperti ini? Wajib disaksikan live! “Pelihara iri dengki?!” Diana memekik, suaranya melengking hingga mengundang beberapa kepala tambahan mengintip dari lorong. “Gue gak bakal iri sama orang yang cuma bisa main jalan pintas! Dasar murahan!” Adira menghela napas lagi. Dalam hati, dia benar-benar kagum dengan stamina Diana. Orang ini benar-benar punya energi untuk bikin drama di jam kerja. “Udahlah. Gak penting banget,” ujar Adira kemudian. Dia berusaha pergi dari sana, tapi tiba-tiba Dia

    Last Updated : 2025-01-25
  • Pesona Istri Dadakan Dokter Tedja   Kedekatan Mereka

    Setelah Gina keluar dari toilet dan mendengar kabar tentang Adira yang dibully, dia langsung merasa bersalah karena tidak menyadari apa yang terjadi lebih awal. Tanpa pikir panjang, dia melangkah cepat menuju ruang Direktur Utama, tempat Tedja dan Adira berada. Pintu diketuk dengan sedikit tergesa, lalu Gina masuk begitu saja tanpa menunggu jawaban. Namun, langkahnya terhenti di ambang pintu. Pemandangan di dalam membuatnya mengerutkan kening. Adira duduk di sofa dengan wajah sedikit merah, sementara Tedja terlihat memalingkan wajah seperti orang yang sedang menyembunyikan sesuatu. Ada keheningan aneh di ruangan itu, seolah mereka baru saja melakukan sesuatu yang... mencurigakan. “Ehm...” Gina mengangkat alis. “Aku ganggu sesuatu, ya?” Adira cepat-cepat melambaikan tangan, “Nggak! Nggak kok, Gin. Kita cuma lagi diskusi biasa.” Tedja mengangguk kaku. “Iya. Diskusi kerjaan.” Mata Gina menyipit penuh kecurigaan. Tapi dia memutuskan untuk tidak menggali lebih jauh. Dia duduk di sofa

    Last Updated : 2025-01-25
  • Pesona Istri Dadakan Dokter Tedja   Cincin Baru

    Adira memiringkan kepala, menatap kilauan cincin yang ditunjukkan pegawai toko emas di depannya. Desainnya elegan dan klasik, dengan detail yang tampak lebih mahal dari cincin sebelumnya. “Dok, ini buat apa ya?” tanyanya pelan. Sepulang dari rumah sakit tadi Tedja tidak langsung menuju penthouse, malah mengajaknya ke mall. Tidak tahunya malah dibawa ke toko emas. “Buat ganti yang kemarin. Ini cincin kawin kita yang baru,” jawab Tedja. Sekali lagi Adira bertanya, “Seiusan?” Tedja mengangguk santai, menyilangkan kedua tangannya di dada. “Ya, dong. Aku pesan ini khusus. Hypoallergenic juga, biar aman buat kamu. Gimana? Suka, kan?” Adira menghela napas panjang. “Tapi, Dok... yang lama kan masih bagus. Saya juga nggak masalah sama cincin itu.” Tedja menatap Adira dengan ekspresi serius yang agak berlebihan. “Masalahnya, aku masalah. Yang lama itu cuma jadiin kalung. Masa aku kasih kamu cincin kawin buat digantung di leher? Mana dikantongin pula.” Adira terkekeh, tapi tetap mencoba

    Last Updated : 2025-01-26
  • Pesona Istri Dadakan Dokter Tedja   Gina yang Kepo

    Kerumunan yang tadinya penuh dengan suara bisik-bisik mendadak hening. Semua perhatian kini tertuju pada Tedja, yang berdiri dengan santai tapi penuh karisma di tengah hiruk-pikuk. Troli belanja di depannya tidak mengurangi aura wibawanya sebagai seorang direktur utama rumah sakit besar. “Sejak kapan saya menikahi kamu, Zia?” ulang Tedja, kali ini dengan nada yang lebih rendah tapi penuh tekanan. Zia tampak salah tingkah. Wajahnya yang biasanya tenang kini berubah menjadi pucat. “Mas Tedja... maksudku, ini hanya salah paham. Aku tidak—” Para penonton mulai terpecah menjadi beberapa kubu. Ada yang menyimpulkan kalau Adira tidak bersalah, tapi ada juga yang masih menganggap kalau zia berada di pihak yang benar. Tetapi, mereka setuju pada satu hal yang sama, yaitu bahwa Diana terlalu gegabah. Diana masih berdiri mematung di tempat, sementara Zia perlahan mundur sambil menenangkan diri. Tedja, tanpa banyak bicara, langsung menarik tangan Adira, mengisyaratkan agar mereka segera menin

    Last Updated : 2025-01-26
  • Pesona Istri Dadakan Dokter Tedja   Jadi FYP

    Malam itu, Tedja dan Adira memutuskan untuk memesan makanan dari G-Food. Setelah hari yang penuh drama, mereka terlalu lelah untuk masak dulu. Adira yang mengambil alih aplikasi di ponselnya, langsung memesan makanan. Tapi, di tengah rasa lelah dan buru-buru, Adira malah memilih metode pembayaran COD alih-alih G-Pay. Karena itu, Adira harus turun ke bawah untuk membayar. Dan diluar dugaan, Tedja malah mengikutinya ke bawah. Gara-gara itu, sesuatu mungkin akan terjadi pada mereka. “Kamu sih, jadi capek kan saya,” keluh Tedja. “Siapa pula yang nyuruh dokter ikutan turun?” balas Adira. Ketika makanan mereka akhirnya ditangan, Adira dengan sigap membukanya dan mulai makan dengan santai. Dia menggulung rambutnya ke belakang, lalu menikmati makanan dengan nyaman. Tedja memandangnya sejenak sebelum akhirnya memulai makannya juga. Adira mengambil ponselnya, membuka aplikasi TokTok untuk menghibur diri. Tapi, baru beberapa detik dia menonton, wajahnya langsung berubah. Matanya membesar, d

    Last Updated : 2025-01-27

Latest chapter

  • Pesona Istri Dadakan Dokter Tedja   Jebakan

    Chapter XX: Undangan Makan Malam di Grand Orchid Setelah insiden beberapa waktu lalu, Dewi tampak lebih kalem. Dia tidak lagi terlalu agresif saat menyapa Giovanni, tidak sok akrab dengan staf lainnya, dan yang paling penting bagi Adira, Dewi akhirnya bekerja dengan cukup baik—atau setidaknya berusaha terlihat baik. Namun, bagi sebagian besar staf di front office, perubahan Dewi ini terasa janggal. Baru saja seminggu lalu dia membuat kesalahan fatal, tetapi sekarang dia bertingkah seolah semuanya baik-baik saja. Di area resepsionis, beberapa pegawai sedang membahas perubahan sikap Dewi. "Kamu sadar gak sih? Dewi sekarang beda banget," ujar Rina, salah satu pegawai administrasi, dengan nada berbisik. "Iya, biasanya dia langsung sok akrab tiap lihat dr. Giovanni. Sekarang, malah kalem," timpal Feri, pegawai front office lainnya. "Mungkin dia kapok gara-gara kena teguran dr. Tedja," celetuk Rina lagi. Feri menggeleng. "Ya kapok sih kapok, tapi tetep aja. Dia kan baru kerja beberap

  • Pesona Istri Dadakan Dokter Tedja   Tipu Daya Dewi

    Hari reuni yang dinanti-nanti oleh teman-teman SMA Adira akhirnya tiba. Namun, seperti yang sudah direncanakan, Adira sama sekali tidak berniat untuk menghadirinya. Hari ini dia harus pergi ke luar kota bersama Dokter Tedja untuk survei lokasi klinik baru. Pagi itu, langit masih sedikit mendung ketika Adira dan Dokter Tedja sudah berada di dalam mobil. Perjalanan mereka ke Kota Y memakan waktu beberapa jam, jadi sejak awal mereka sudah bersiap untuk perjalanan panjang. Dokter Tedja yang menyetir tampak santai, mengenakan kemeja putih dengan lengan tergulung hingga siku. Sementara Adira duduk di kursi penumpang, sibuk dengan tabletnya, mengecek kembali daftar lokasi yang akan mereka survei hari ini. "Jadi, kita langsung ke lokasi pertama begitu sampai?" tanya Dokter Tedja, membelokkan mobil keluar dari parkiran basement rumah sakit. "Iya," jawab Adira tanpa mengalihkan pandangan dari layarnya. "Saya sudah mengatur jadwalnya. Tempat pertama yang kita survei ada di area perumahan eli

  • Pesona Istri Dadakan Dokter Tedja   Terabaikan

    Sejak pertama kali Adira menginjakkan kaki di kantor pagi ini, suasana di sekitar berubah drastis. Para staf yang biasanya sibuk mengobrol di dekat pantry atau berkumpul di meja kerja masing-masing langsung membubarkan diri begitu melihat ekspresi Adira yang gelap. Langkahnya cepat, hak sepatunya berdetak tegas di lantai, dan raut wajahnya penuh dengan aura ‘jangan ganggu aku kalau tidak ingin mati’. Bagi yang sudah mengenal Adira cukup lama, mereka tahu ada dua hal yang bisa membuatnya segalak ini: pekerjaan yang berantakan atau sesuatu yang berhubungan dengan Tedja. Dan pagi ini, tampaknya bukan masalah pekerjaan. “Permisi, Mbak Adira...” suara seorang staf bagian keuangan bergetar saat menyerahkan dokumen laporan keuangan mingguan. Biasanya, Adira akan menerima dengan tenang, mungkin menambahkan sedikit candaan atau komentar santai. Tapi kali ini, dia hanya menatap sekilas sebelum mengambil dokumen itu dengan sedikit hentakan. “Ada yang salah dalam laporan ini?” tanya staf itu h

  • Pesona Istri Dadakan Dokter Tedja   Cewek Tuh Serem Pas PMS

    Pagi itu, Gina berdiri di dekat mesin absen pegawai dengan tatapan tajam. Matanya terus mengawasi setiap pegawai yang masuk, tapi fokusnya hanya pada satu orang, yakni Adira. Dia sengaja datang lebih awal demi satu tujuan: menginterogasi Adira soal kejadian semalam. Masih jelas di ingatannya bagaimana suara Tedja terdengar dari telepon. Kenapa malam-malam Tedja bisa ada di tempat Adira? Kenapa Adira terdengar begitu panik ketika ketahuan? Tapi, saat akhirnya Adira dan Tedja muncul dari dari arah parkiran, Gina langsung merasa ada sesuatu yang janggal. Tapi, saat akhirnya Adira dan Tedja muncul dari arah parkiran, Gina langsung merasa ada sesuatu yang janggal. Adira berjalan lebih cepat beberapa langkah di depan Tedja, wajahnya masam, seperti seseorang yang sedang menahan kekesalan. Gerak-geriknya kaku, bibirnya terkatup rapat, dan ada aura jengkel yang terpancar jelas darinya. Sementara itu, Tedja justru tampak sangat santai di belakangnya. Ada sedikit seringai di bibirnya, seaka

  • Pesona Istri Dadakan Dokter Tedja   Undangan Reuni

    Dewi duduk di meja resepsionis, jari telunjuknya mengetuk-ngetuk meja dengan ritme tak beraturan. Dia berusaha terlihat sibuk membaca berkas di depannya, tetapi pikirannya terus berputar pada satu hal, yaitu pemandangan yang baru saja dia lihat di rumah sakit tadi siang. Adira dan Giovanni. Mereka bercanda dengan akrab, tertawa dengan begitu alami seolah tidak ada orang lain di sekitar mereka. Giovanni bahkan menyentuh kepala Adira, membenarkan helaian rambut yang hampir masuk ke mulutnya saat tertawa. Dewi mengepalkan tangannya di bawah meja untuk menahan rasa kesalnya. Dulu, saat SMA, dia pernah melihat hal yang sama. Dewi sering memperhatikan Adira yang sedang berbicara dengan Giovanni. Mereka berdiri di dekat klinik sekolah, tampak asyik mengobrol. Giovanni saat itu adalah dokter muda yang baru mulai praktik di sekolah mereka, sementara Adira adalah murid beasiswa yang sering mengunjungi klinik karena sering begadang demi nilai sempurna. Dewi menggigit bibir. Dia bisa meliha

  • Pesona Istri Dadakan Dokter Tedja   Hasutan

    Tedja menatap Dewi dengan ekspresi tajam, kedua tangannya bersedekap di depan dada. Suasana di ruangan itu terasa dingin, hampir seperti udara di kamar operasi sebelum tindakan besar dilakukan. “Saya tidak bisa terus menoleransi kesalahan seperti ini, Dewi,” katanya dengan nada dingin dan tegas. Dewi, yang sedari tadi bisa berbicara banyak, kali ini benar-benar panik. Matanya sedikit berkaca-kaca saat dia meremas ujung bajunya dengan gugup. “Saya benar-benar minta maaf, Dok... Saya butuh pekerjaan ini... Saya janji tidak akan mengulangi kesalahan lagi. Mohon jangan pecat saya,” suaranya bergetar, jelas terdengar nada ketakutan. Tedja tidak langsung menjawab. Ia melirik Adira yang berdiri di sampingnya, menatap Dewi dengan ekspresi sulit diartikan. Dia tahu Adira mulai ragu. Dari ekspresinya, dia bisa melihat Adira bergumul dengan pikirannya sendiri. Entah mana yang akan dia pilih antara mengikuti perasaannya yang masih percaya pada Dewi, atau menerima fakta bahwa Dewi memang berm

  • Pesona Istri Dadakan Dokter Tedja   Kesalahan Beruntun

    Adira duduk di kursi kerjanya, jemarinya mengetuk-ngetuk permukaan meja dengan gelisah. Laporan tentang Dewi mulai menumpuk, dan ini bukan pertama kalinya dia menerima komplain. Masalahnya, setiap kali ada staf yang melapor, mereka selalu menyebut satu hal yang sama: Dewi menggunakan nama Adira untuk menekan orang lain. Adira menghela napas panjang. Dia ingin percaya bahwa Dewi hanya kesulitan beradaptasi dengan lingkungan baru. Namun, nalurinya mengatakan ada sesuatu yang tidak beres. Akhirnya, setelah jam makan siang, Adira memutuskan untuk bicara langsung dengan Dewi. Dia menghampiri meja resepsionis di bagian front office, tempat Dewi bekerja. Wanita itu tampak asyik berbincang dengan seorang perawat, seolah tidak ada beban sama sekali. "Dewi, bisa bicara sebentar?" suara Adira terdengar tenang, tapi ada ketegasan di baliknya. Dewi menoleh, tersenyum lebar. "Tentu dong, Ra." Mereka berjalan ke ruangan kosong di dekat front office. Begitu pintu tertutup, Adira langsung menatap

  • Pesona Istri Dadakan Dokter Tedja   Kecurigaan Tedja

    Chapter 29 – Tanda-Tanda Masalah Setelah pesta berakhir tanpa gangguan lebih lanjut, kehidupan kembali berjalan seperti biasa di Alaric Medika. Adira dan Tedja kembali disibukkan dengan urusan pekerjaan, terutama karena banyak evaluasi yang harus dilakukan pasca acara besar peringatan hari jadi rumah sakit. Siang itu, Adira dan Tedja baru saja turun dari lantai atas setelah pertemuan dengan beberapa kepala departemen. Saat mereka berjalan menuju parkiran, mereka dikejutkan oleh pemandangan yang tidak biasa. Di sudut area parkir, Gina dan Dewi tampak tengah berdebat. Gina memegang sebuah amplop coklat besar, sementara Dewi berusaha merebutnya dengan ekspresi kesal. Tedja melirik Adira. "Bukannya itu teman kamu yang di pesta kemarin? Yang minta cariin lowongan?" Adira mengangguk. "Iya." Tedja menyipitkan mata, memperhatikan interaksi keduanya. "Dia kayaknya lagi bertengkar sama Gina." Adira mendesah kecil. "Biasa itu, Dok. Dari SMA mereka memang nggak pernah akur. Tapi mereka tet

  • Pesona Istri Dadakan Dokter Tedja   Trik Dewi

    Setelah berhasil menghindari kerumunan tamu yang terus bertanya tentang insiden dengan Zia, Adira akhirnya bisa menarik napas sejenak. Namun, sebelum benar-benar bisa beristirahat, suara familiar menyapanya. "Adira, lama nggak ketemu," suara itu terdengar ramah, tapi ada sesuatu dalam nadanya yang membuat Adira menegang seketika. Dia menoleh, dan mendapati Dewi berdiri di hadapannya dengan senyum manis yang sudah sangat ia kenal sejak dulu. “Dewi?” Adira berkedip, sedikit terkejut melihat sosok itu di acara sebesar ini. Dewi mengangguk dengan anggun. “Kaget, ya? Aku nggak diundang langsung, tapi nemenin bosku ke acara ini.” Adira mencoba tetap tenang, meski dalam pikirannya ia bertanya-tanya. “Bosnya? Oh! Maksudnya Bu Nia yang dari asuransi Happy Life kali ya?” Dewi tampaknya menangkap kebingungan Adira, dan tanpa diminta, dia melanjutkan, “Bosku kebetulan kenal sama beberapa petinggi rumah sakit. Aku ikut sebagai pendamping, ya sekalian networking juga.” Adira mengangguk pelan.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status