"Sayang!" Masih dengan mata lengket, Ethan menggerakan tangan meraba-raba kasur di sampingnya untuk mencari tubuh Nada. Niatnya ingin memeluk istrinya dan memberi kehangatan di pagi hari, tapi setelah meraba-raba beberapa detik tidak juga tangannya menemukan dan menyentuh tubuh istrinya. Ethan segera membuka mata."Nada!" Dia terkejut dan langsung terduduk. Kedua bola matanya membulat sempurna, bahkan melebar ketika tidak melihat istrinya di tempat tidur. Matanya langsung beredar ke segala sudut kamar. Dia pun bergegas melompat dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi berharap Nada ada di dalam kamar mandi."Sayang!" panggilnya sembari mengetuk pintu kamar mandi.Ethan menulihkan telinga dan mendekatkan telinganya pada pintu untuk mendengarkan suara dari dalam kamar mandi. Sepi dan hening. Sama sekali tidak ada bunyi air gemericik atau tanda-tanda ada orang di dalam kamar mandi. Ethan membuka pintu dan benar, kosong.Jantungnya langsung berdegup cepat, dadanya berdebar. Eth
"Hei, kenapa minta maaf?" Senyum Ethan berubah menjadi sorot lekat.Nada tidak menjawab, melainkan membalas sorot mata Ethan dengan tatapan lekat penuh rasa bersalah dan sesal. Lambat laun mata bening itu berkaca-kaca dan mulai mengembun. Ada bendungan air yang menggantung dan akhirnya jatuh juga. Nada menangis."Sayang." Ethan segera mendekap dalam pelukan dan berusaha menenangkan dengan kecupan lembut pada pucuk kepala Nada."Maafkan aku," lirih Nada dalam tangisnya.Ethan kembali memberikan kecupan penuh cinta dan pengertian."Tidak ada yang harus dimaafkan, Sayang. Kamu tidak bersalah," ucapnya menghibur.Meski tidak mengatakan apa arti kata maaf yang diucapkan, Ethan telah mengerti dengan sendirinya, dengan melihat dan merasakan kesedihannya. Meski melihat istrinya menangis, namun ada rasa bahagia dalam dirinya. Paling tidak Nada telah menyadari kondisinya selama ini.Tangis Nada semakin terisak setiap kali mendengar penghiburan suaminya. Selama dia sakit dan bersedih, Ethan sela
"Sayang, ayo dong jangan ngambek gini!" Sekeluarnya mereka dari ruang praktek Della dan sampai masuk ke dalam mobil hingga mobil yang membawa mereka melaju mengukur jalanan, Nada sama sekali tidak bicara pada Ethan. Bibirnya cemberut, wajah kesal dengan sorof mata cemburu."Sayang, bukankah sudah ku jelaskan? Sebelum aku mengajakmu konsultasi pada Della dan saat pertama kali papa kenalkan dia, aku sudah meminta Vidor untuk mencari informasi tentang kehidupannya, latar belakangnya karena aku tidak mau ada yang menyakitimu lagi."Entah sudah berapa kali Ethan menjelaskan kenapa dia tau banyak tentang Della. Dia pikir setelah dia menjelaskan saat masih di ruangan Della, Nada menerima penjelasannya dan mengerti. Ternyata tidak.Sikap ramah dan senyum Nada hanya saat bersama Della saja, saat telah keluar dari rumah sakit, Nada menunjukkan kemarahan dan rasa kesalnya. Namun, ini dari semua itu adalah dia cemburu. Nada sangat pandai menutup aura wajahnya di depan Della, sedangkan di hadap
"Kalau menurutmu mereka harus menerimanya, maka lakukan saja!" Ethan terdiam menatap lekat manik mata Nada. Sorot matanya seolah mencari arti dari perkataan istrinya. Nada tidak mengiyakan atau setuju, tapi wanita yang dicintainya itu lebih memilih menyerahkan padanya."Aku tidak akan menyakiti mereka dalam bentuk fisik, aku hanya ingin mereka merasakan apa yang kamu rasakan akibat dari ulah mereka sendiri," ucap Ethan sama sekali tidak mengalihkan pandangnya.Sudut bibir Nada berkedut memberikan senyum penuh pengertian. Dia pun melangkah semakin mendekati Ethan, lalu meraih dan menggenggam tangannya."Aku sudah lelah dengan mereka. Mulai dari mereka menipu aku hingga akhirnya kita menikah, aku tidak lagi peduli. Apalagi Danica telah membunuh anak kita, aku sama sekali tidak peduli apakah mereka akan hidup atau mati. Mereka telah membunuh anakku," ucap Nada. Bola matanya berkaca-kaca menahan kesedihan atas nasib yang menimpa anak mereka.Ethan langsung membawanya ke dalam pelukan da
“Sayang, kamu yakin sudah kuat bekerja?” tanya Ethan merapikan dasi pada lehernya di depan cermin sembari mematut diri.Dua hari ini Ethan sudah mulai aktif bekerja lagi karena desakan Nada. Nada tidak ingin suaminya menjadi bapak rumah tangga yang selalu menjaga dan duduk manis menemaninya di rumah. Lagi pula Nada merasa kondisinya sudah lebih baik dan sehat.“Aku yakin,” jawab Nada sembari mengambil jas Ethan dari dalam lemari, lalu berjalan mendekati Ethan.“Tapi proyek ini membutuhkan tenaga dan pikiran yang banyak.” Ethan khawatir.Nada tersenyum sembari membantu Ethan merapikan dasinya meski sudah rapi.Setelah meminta ijin pada Michael, papa mertuanya dan disetujui untuk bisa bergabung dalam tender proyek melawan beberapa perusahaan termasuk perusahaan keluarga Vincent, keluarga tirinya, Nada berusaha mengoptimalkan diri, baik kesehatan, maupun kondisi mentalnya. Meski menurut Della sudah sembuh dan baik, namun demi kerja keras yang akan dihadapi nantinya, Nada meyakinkan diri
"Kenapa tidak menggunakan nama perusahaan pusat saja?" tanya Nada bingung saat mengikuti rapat membahas tentang proyek untuk pertama kalinya. "Kalau kita menggunakan perusahaan pusat, maka tidak akan bisa memancing perusahaan itu agar menjaminkan sebagian besar sahamnya untuk proyek ini.""Kenapa?" Semakin bingung."Sayang, siapa yang tidak mengenal perusahaan kita? Kalau mereka tau kita ikut bersaing, maka mereka tidak akan menjaminkan harta mereka karena mereka pasti akan mengklaim diri mereka sendiri telah kalah dan merasa percuma menjaminkan harta banyak." Ethan mencoba menjelaskan pada Nada dan Serly karena dua orang itu baru bergabung.Nada terdiam memikirkan ucapan Ethan, lalu melihat Serly dan mereka saling bertukar pandang. Hingga akhirnya kembali melihat Ethan. Sorot matanya masih menunjukkan rasa bingung dan penasaran, hanya saja dia percaya suami dan papa mertuanya pasti memiliki rencana di balik semua keputusan yang mereka buat."Sayang." Ethan menyentuh tangan Nada. "Ak
"Kita harus menahannya," jawab Ethan.Ethan menyingkir dari atas tubuh Nada setelah memberikan satu kecupan. Meski telah terbakar gairah membara, tapi Ethan masih memikirkan kondisi Nada. Meski dokter mengatakan kondisinya telah stabil dan memang sudah sehat, Ethan masih belum berani melakukan hubungan intim.Trauma yang dirasakan Nada pada rahimnya mungkin masih membekas dan membutuhkan waktu, makanya Ethan mencoba mengerti. Untungnya Nada pun mengerti dan paham. Dia juga memamahi kondisinya sendiri."Maafkan aku," ucap Nada sembari berbaring bersama Ethan.Ethan tersenyum."Jangan pernah minta maaf lagi!" Ethan kembali menghibur Nada agar istrinya tidak selalu merasa bersalah karena beberapa waktu tidak bisa memberikan hak Ethan sebagai seorang suami dan tidak bisa melakukan kewajibannya sebagai istri dalam urusan ranjang."Kita bisa melakukannya dengan cara lain, bukan? Nanti kalau sudah benar-benar siap, tanpa diminta pun aku yang akan memintanya," ucap Ethan bergurau menghibur.
"Sial! Mana bisa dia yang menang?" Vincent melempar ponselnya sendiri di atas meja setelah membaca berita keputusan pemenang proyek dua hari yang lalu. Nama perusahaan Nada terpampang sebagai pemenang unggul dengan nilai poin tertinggi."Bocah itu mengalahkan aku?" gerutunya lagi. "Semua ini pasti karena campur tangan Ethan dan Michael. Tidak mungkin Nada bisa menang begitu saja tanpa mereka. Dasar licik! Mereka tidak terjun langsung menggunakan perusahaan, tapi menipu semua orang menggunakan istri dan menantu," sambungnya dengan seringai marah.Vincent benar-benar marah karena dia kalah dan tidak memenangkan tender proyek itu. Namun, kemarahannya bukan semata-mata karena dia kalah. Andai bukan Nada pemenangnya, mungkin dia bisa menerima, meski kesal juga, tapi tidak akan semarah ini.Awalnya dia pikir setelah identitas Ethan sebagai orang kaya dan terpandang terkuak, yang menjadi menantu keluarga Andrew adalah Nada, derajat keluarga dan perusahaannya akan stabil dan bisa dikatakan m