Sekali lagi Nada tidak segera menjawab pertanyaan Ethan. Pandangnya kembali menjelajah wajah tampan Ethan yang masih terlihat tampak lelah, tetapi sangat antusias dan menunggu jawabannya.
Nada menghela napas kecil dan sedikit mendesah kesal mengingat kegagalannya bukan karena dia bodoh, melainkan ada campur tangan orang lain yang menghalanginya.Sembari membereskan beberapa kertas yang berantakan di atas meja, Nada akhirnya menjawab pertanyaan Ethan. "Aku merasa telah menjawab semua pertanyaan yang mereka berikan dengan benar. Waktu wawancara pun, mereka memberikan pujian atas jawabanku. Apa menurutmu pujian itu hanya trik mereka saja agar peserta tidak merasa kecil hati?" Nada kembali melirik Ethan sebentar setelah selesai berucap.Sorot matanya benar-benar menunjukkan rasa kecewa dan menyesalkan apa yang menimpa dirinya. Sesulit inikah mencari pekerjaan dalam perusahaan besar?Melihat wajah sedih Nada, Ethan merasa iba dan kasihan, lalu memberika senyum tipis unt"Oh, itu... aku tadi melihat nyamuk di wajahmu, tapi sudah terbang," bohong Nada.Nada membuat wajahnya kembali normal menekan rasa gugup dan malu dalam-dalam agar Ethan tidak mengetahui dan menertawakannya. Meski sebenarnya dia mengagumi ketampanan Ethan, Nada menunjukkan wajah datar, seolah dia sama sekali tidak pernah merasakan hal itu."Nyamuk?" Ethan mengulang perkataan Nada menjadi sebuah pertanyaan."Emm, bisakah kau lepaskan tanganmu dari tanganku? Tanganku terlalu kurus untuk ukuran tanganmu." Nada mengarahkan ekor mata pada tangan Ethan yang masih mencengkeram lengan rampingnya.Segera Ethan melepaskan cengkeramannya, lalu duduk. Saat matanya beredar memperhatikan kamar, Ethan kaget melihat rupa kamar yang ditempatinya berubah penampilannya. Menjadi sangat rapi dan teratur."Wow, rapi sekali! Apa semalam kamu tidak tidur?" Ethan mengarahkan mata pada Nada dengan sorot takjub atas perubahan yang dilihatnya."Tidur." Nada bangkit dan duduk di samping
Ethan menoleh dan melihat ke arah Nada, lalu memberinya senyum manis. Meski kedatangan Nada yang langsung memberinya pertanyaan tentang pendapatnya tentang hasil kerja mereka, tapi tidak membuat kedamaian yang dirasakannya buyar. Malah sebaliknya, kedamaian yang dirasakannya bertambah.Ethan berjalan mendekati Nada.“Ini?” Ethan heran Nada datang tidak membawa kopi dan teh seperti apa yang dikatakan di awal.Nada menyambut pertanyaan Ethan dengan senyum canggung.“Maaf, gasnya habis. Bagaimana kalau kita makan ice cream saja?" Nada memberikan ice cream coklat pada Ethan sebagai ganti kopi yang dijanjikannya. Sebelum menerima pemberian Nada, Ethan membalas tatapan Nada, lalu tersenyum dan menerimanya.“Tidak masalah, ini cukup. Nanti aku akan membeli gas.”“He’um. Sementara kita nikmati ice cream terlebih dahulu,” sahut Nada setuju.Nada duduk dengan wajah ceria, meski terlihat lelah. Begitu juga dengan Ethan. Sembari menikmati ice cream, Ethan sering
Malam ini Ethan membawa Nada pergi melihat pasar malam. Dengan saling sejajar, mereka berjalan menelusuri setiap permaianan yang ada. Sesekali Ethan menggoda Nada sehingga keduanya tampak tertawa bahagia."Nada, mau naik itu?" Ethan menunjuk pada komedi putar."Tidak, kamu saja, aku tunggu di bawah," tolak Nada."Apa kamu takut?" Ethan tertarik mengorek tentang Nada."Aku hanya tidak suka saja," elak Nada sembari kembali melanjutkan langkahnya.Nada bukan takut, tapi setiap kali naik komedi putar perutnya akan terasa mual dan kepalanya pusing. Dia akan mengalami muntah dan akhirnya akan sakit.Ethan mengikuti langkah Nada dan kembali berjalan di sampingnya. Dia tidak memaksa nada karena pikir Nada memang takut ketinggian, makanya dia menolak ajakannya untuk naik permainan komedi putar.Sembari terus berkeliling, sesekali Ethan memperhatikan wajah Nada. Wanita di sampingnya itu penuh dengan senyum setiap kali melihat permaianan atau anak kecil yang sedang
Ethan tertawa mendengar tantangan dari pria itu. Bahkan tawanya tampak meremehkan sehingga membuat Nada mendekatinya dan menyentuh lengan Ethan."Sebaiknya kita pulang saja!" bujuk Nada. Dia tidak mau ada perkelahian."Biar aku memberi pelajaran pada pria kurang ajar ini," tolak Ethan sembari menepis tangan Nada menyingkir dari lengannya. Ethan juga meminta Nada sedikit menjauh darinya."Sudahlah. Aku tidak mau kamu terluka." Nada tidak mau pergi dan membiarkan Ethan berkelahi.Mendengar ucapan khawatir Nada, Ethan memutar leher, menoleh melihat Nada. Dia pikir perkataan istrinya itu hanya untuk sekedar mencegahnya, ternyata tidak. Rasa khawatir Nada tersirat dari raut wajahnya. Ethan tersentuh dan terharu.Mendapatkan tatapan lekat dari Ethan membuat Nada sedikit gugup. Sayangnya, semua itu berlangsung sangat singkat. Baru juga netra mereka saling bertukar, tiba-tiba ...."Ethan awas!" teriak Nada kaget melihat pria yang tadi menggodanya melayangkan pukulan
"Lalu, bagaimana akhirnya Anda tau?" Bagaimana Nada tidak bertanya dari mana Jude tau masalah pribadinya dengan Erin? Tidak mungkin Erin mengatakan dengan sendirinya tentang kebencian padanya. Dia pun penasaran, meski sebenarnya hal itu tidak terlalu penting karena yang terpenting baginya adalah mendapatkan pekerjaan dan uang untuk biaya pengobatan pengasuhnya."Aku tidak mengetahuinya, makanya aku bertanya padamu tentang hal ini," jawab Jude bijaksana.Meski Nada baru bertemu dengan Jude saat ini dan pertama kali, tapi melihat dari cara bicara dan juga aura wajahnya, Nada dapat menyimpulkan bila pria yang ada di hadapannya saat ini bukan pria sembarangan dan memiliki peran penting. Nada juga berpikir bila pria itu adalah pria yang kuat dan tidak mudah terpengaruh oleh gosip yang diberikan Erin untuk menjatuhkannya."Aku tidak ingin mengatakannya. Silakan Anda tanya sendiri pada Erin! Saya percaya Anda adalah seorang pemimpin yang bijakasana dan bisa melihat kebenar
Erin mengambil kertas ujian dengan tangan gemetar dan perasaan takut. Tiba-tiba dia merasa panik. Kesombongan dan keangkuhan yang tadi dipertahankan runtuh dan hilang seketika. Dia kaget melihat kertas ujian tes miliki Nada ada di tangan Jude."Tuan, ini-" Bukan hanya tangannya yang gemetar, suara Erin pun ikut gemetar."Aku tidak menyangka ada karyawan Perusahaan Alexa Group melakukan hal ini. Kamu telah melakukan kecurangan dan telah melakukan fitnah pada nona Nada hanya untuk kepentinganmu sendiri," ucap Jude. Meski suaranya tidak terdengar bervolume dan keras, tapi cara bicara Jude menunjukkan bila dia marah besar dan sangat kecewa dengan apa yang telah dilakukan oleh Erin pada Nada. Namun, saat melihat ke arah Nada, sorot mata Jude berbeda dengan saat melihat ke arah Erin. Melihat Nada, sorot mata Jude menunjukkan kepedulian dan bisa dikatakan perhatian atas apa yang telah terjadi pada Nada.Hal itu membuat Erin merasa bingung dan bertanya-tanya dalam hati, ada
Nada terdiam dan pandangannya terpaku pada kejadian yang sedang berlangsung di depan matanya. Dia melihat dengan jelas bagaimana Erin memberontak dan memohon untuk tidak dipecat dari pekejaraannya. Ada yang tidak bisa dia pikirkan untuk saat ini, tetapi tidak dapat dia ungkapkan. Apa yang terjadi seperti dalam sebuah mimpi. Mimpi di mana dia melihat musuh bebuyutannya kalah setelah peperangan berlangsung."Nona Nada!" panggil Jude setelah pintu ruangannya tertutup dan suasana kembali tenang.Nada masih tidak mendengarkan panggilan itu, dia masih bengong dan termangu dengan pandangan ke arah pintu yang telah tertutup.Jude sedikit menyunggingkan senyum melihat wajah datar dan kaku Nada."Nona Nada, maaf atas ketidaknyamanan ini," ucap Jude lagi.Untuk kali ini, ucapan Jude berhasil membuat Nada memutar poros lehernya dan menoleh ke arahnya. Meski telah melihat ke arah Jude, tapi pikirannya masih kosong dan tampak linglung."Nona, setelah saya pelajari tentang
"Tuan, apa Anda mulai menyukainya?"Ethan mengarahkan ekor matanya melirik ke arah Vidor dengan tatapan dingin melekat."Apa aku membiarkanmu ikut campur urusan pribadiku?" Suaranya terdengar dingin."Aku asisten pribadimu, Bos.""Tapi bukan untuk urusan yang ini," balas Ethan bersiap untuk keluar mobil.Melihat Ethan bersiap keluar, Vidor segera ingin keluar membukakan pintu, tetapi dilarang oleh Ethan. Dia tidak ingin diperlakukan layaknya bos ketika sudah mengenakan pakaian sederhana dan terkesan miskin. Dia tidak mau Nada atau yang lain melihat dan mengetahui identitasnya.Mobil Ethan hanya mengantarnya sampai depan gang jalan ke rumahnya, sedangkan untuk bisa sampai rumah, Ethan masih harus berjalan kira-kira 100 m jauhnya.Ethan memasuki rumah dan langsung masuk ke dalam kamar. Dilihatnya Nada sedang berbaring di atas sofa sembari membaca buku. Tubuhnya yang ramping dengan kaki jenjang putih mulus membuat posisinya terlihat sangat santai."Kamu
"Aku-"Anak itu kembali ketakutan setelah melihat Ethan sejenak. Perlahan kakinya melangkah mundur menjauhi Ethan dan kembali wajahnya tertunduk dalam. Kedua tangannya saling meremas di depan perut."Huh ... aku pikir pria kecil ini pemberani dan bertanggung jawab. Ternyata nyalinya ciut juga," ucap Ethan dengan tawa kecil meledek, tapi sesungguhnya bercanda menggoda.Dia memang sempat marah karena anak itu hampir membahayakan istri dan anak dalam kandungan Nada. Hanya saja setelah melihat Nada memperlakukan dengan manis dan lembut, bahkan memaafkannya dengan mudah, kemarahan itu berangsur surut dan menghilang. Terlebih saat melihat wajah manis dan kata maaf yang diucapkan.Ethan merasa meski umur anak itu masih kanak-kanak, tapi dia telah belajar bertanggung jawab. Dengan kembali mendekati Nada dan mengakui kesalahannya serta meminta maaf, menunjukkan etika yang baik. Dia terharu oleh sikap berani anak kecil itu.Mendengar tawa kecil Ethan, perlahan anak itu mem
Tujuh bulan lewat usia kehamilan Nada."Ethan, kenapa jalannya lambat banget?" Sejak berangkat dari rumah sakit tiga puluh menit lalu, Nada merasa jarak yang mereka tempuh masih sangat dekat. Bahkan sebagian besar kendaraan dan bisa dikatakan semua kendaraan yang tadinya melaju di belakang mereka telah mendahului. Mungkin juga mereka telah sampai di tempat tujuan dan sudah melakukan pekerjaan.Ethan tersenyum menanggapi protes istrinya sembari memberi lirikan teduh."Ethan, cepatlah sedikit! Mau sampai kantor jam berapa kalau kamu bawa mobilnya kayak siput begini?" Nada mulai sedikit kesal."Sayang, aku sedang membawa wanita hamil. Mana boleh melajukan kendaraan cepat-cepat? Itu sangat berbahaya," ucap Ethan sembari condong ke arah Nada. "Kamu ingat kata dokter tadi? Kehamilanmu mulai besar, kamu harus hati-hati dalam bergerak. Tidak boleh melakukan gerakan secara berlebihan," sambungnya. Ethan mengingatkan Nada pesan dokter pada mereka.Siang ini mereka bar
"Apa aku sekejam itu?" Tiba-tiba Ethan mendorong pintu dan berjalan mendekati mereka.Tatapan dan wajahnya dingin penuh rasa kecewa atas perkataan Nada yang dia dengar dari balik pintu. Bahkan langkahnya tegas seperti langkah dewa perang siap menebas musuh yang menghadang, meski sebenarnya Ethan berjalan normal. Bahkan terbilang lebih lambat dari biasanya."Ethan?" Mata Nada membulat sempurna.Nada dan Serly terkejut setengah mati melihat kedatangan Ethan. Namun, rasa terkejut Serly tidak sebanding dengan rasa terkejut yang dialami Nada. Bukan hanya kedatangan Ethan saja yang membuatnya hampir shock, tapi juga kata-kata yang diucapkan suaminya, serta cara Ethan melihatnya membuat hati Nada bergetar. Namun, seluruh tubuhnya dingin dan membeku.Bahkan, angin yang terbentur oleh tubuh Ethan terasa mencekam baginya. Hingga saat Ethan menghentikan langkah dan berdiri tegak di hadapan dengan sorot mata lekat nan tajam yang sulit diartikan sebagai tatapan cinta, Nada masih membeku membalas
Semakin hari Ethan merasa istrinya semakin terlihat aneh dan berbeda, seolah istrinya itu sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Entah ini hanya pemikiran dan dugaannya saja atau memang ada yang disembunyikan oleh Nada darinya? Yang pasti, Ethan merasa kebiasaan istrinya sedikit berbeda dari biasanya."Sayang," panggil Ethan.Sembari menyebut nama Nada, Ethan meraba-raba tempat tidur di sampingnya di mana Nada tidur bersamanya. Tidak ada. Tempat tidur di sampingnya kembali kosong ketika matanya terbuka di pagi hari. Hal seperti ini sudah terjadi beberapa kali dalam beberapa hari ini.Ethan mengarahkan pandangnya pada pintu kamar mandi dan memasang telinga. Sama seperti pagi biasanya, suara gemericik air terdengar cukup berisik. Bisa dipastikan beberapa saat lagi Nada pasti akan keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit tubuhnya. "Sayang, kamu sudah bangun?" tanya Nada sembari mengusap wajah menggunakan handuk kecil.Seperti perkiraan Ethan, dalam hitungan menit pintu kamar mandi
"Sayang, ayo bangun ganti baju dulu!" Ethan menarik tangan Nada memintanya bangun setelah membantu istrinya melepaskan high heels."Tidak mau, Ethan. Aku ngantuk banget. Aku mau langsung tidur saja," tolak Nada melepaskan tangan Ethan dan kembali memeluk guling."Sayang, kamu tidak akan tidur nyenyak menggunakan pakaian ini. Lagi pula kamu belum cuci muka." Ethan terus membujuk agar istrinya mau bangun sebentar berganti pakaian dan mencuci wajah untuk menghilangkan riasan sisa pesta. Sayangnya, tidak berhasil. Rasa kantuk telah menguasai istrinya. Selain malam memang telah larut, kemungkinan besar Nada juga lelah meladeni tamu dan teman-temannya saat pesta karena bagaimanapun malam ini mereka adalah bintang party.Tidak berhasil membujuk juga tidak mau mengganggu tidur lelap istrinya, akhirnya Ethan memutuskan membantu mengganti pakaian Nada. Meski sedikit kesusahan, tapi akhirnya berhasil menukar gaun Nada dengan pakaian tidur."Akhirnya," desahnya lega melihat istrinya telah menggu
"Ethan, sebenarnya kita mau ke mana?" Nada bingung. Sepulang kerja, Ethan menyuruhnya segera mandi dan berdandan. Dia juga memberikan gaun dan high heels baru yang senada. Katanya sih ada undangan makan malam dari kolega, tapi gelagat yang diberikan suaminya itu cukup membuatnya curiga."Makan malam, Sayang." Jawaban ini yang selalu diberikan Ethan setiap kali Nada bertanya."Hanya makan malam, kenapa harus dandan cantik dan menggunakan gaun semewah ini?" gumamnya setengah menggerutu.Ethan tersenyum mendengar protes istrinya, terlebih melihat wajah cemberut dan kesal Nada yang disembunyikan. Dengan lembut meraih tangan Nada, lalu memberikan satu kecupan pada punggung tangan yang memiliki aroma wangi dari lotion yang dipakainya."Istriku memang harus selalu terlihat cantik," goda Ethan.Nada tersenyum memberi mencibir pada ucapan Ethan."Bagaimana kalau kolegamu tertarik pada kecantikanku, lalu jatuh cinta dan ingin memiliki aku? Apa kamu rela?" Kini giliran Nada yang menggoda.Senyu
"Ethan, biarkan aku masak untuk kita!" "Tidak boleh!" larang Ethan tegas. "Kamu baru pulang dari rumah sakit. Biarkan bibi saja yang membuat sarapan untuk kita. Kamu istirahat bersamaku saja di sini!" sambungnya."Tapi?" Nada menatapnya lekat, namun sedikit terselip keraguan dan menunjukkan bila dia sedang memikirkan sesuatu.Ada sorot sedih dalam matanya. Bukan sedih karena tidak diperbolehkan membuat sarapan, tapi sedih karena sejak Ethan kembali, suaminya itu langsung menemaninya di rumah sakit. Dia tau dan memahami rasa lelah dan capek yang Ethan rasakan, makanya setelah diperbolehkan pulang kemarin sore dan istirahat malam hari, pagi ini dia ingin membuat sarapan spesial."Sayang." Ethan meraih tangan Nada dan membawanya kembali berbaring dalam dekapan. "Aku belum lapar, aku hanya ingin bersamamu," sambungnya menghibur sembari mengeratkan pelukan dan semakin dalam membawa tubuh Nada masuk ke dalam selimut kehangatan.Sebenarnya Nada ingin kembali mencari alasan agar Ethan mau me
"Sayang, ada apa?" Ethan bingung dan khawatir ketika melihat Nada melepaskan pelukannya dan kembali bangun dari baringnya, lalu duduk menatap lekat. Dia pun turut bangun dan duduk berhadapan. Sekali lagi manik matanya menyelidik keanehan pada cara pandang Nada padanya."Sayang, ada apa?" Sekali lagi Ethan melontarkan pertanyaan yang sama.Seperti bumi bergerak sangat lambat, begitulah kedua tangan Nada bergerak sangat lambat mendekati wajah Ethan, lalu mendekapnya. Sorot matanya masih sama, tidak berubah sama sekali. Tatapan lekat seolah mencari sesuatu kepastian. Dalam manik mata yang kembali mulai berembun dan berkaca-kaca terlihat dengan jelas Nada sedang memastikan pria di hadapannya benar-benar Ethan, suaminya."Ethan, aku tidak sedang bermimpi, bukan? Ini sungguh kamu, bukan rohmu?" Pertanyaan Nada mampu membuat Ethan tercengang dan kaget, namun menggelitik. Dalam kepalanya tidak habis pikir bila Nada memiliki pikiran konyol seperti itu. Hanya saja, semua yang ditanyakan dan d
"Ethan!" Nada menangis histeris dan terus memanggil nama Ethan.Dengan kedua tangan menutup sebagian wajah dan terus menyaksikan berita tentang kecelakaan pesawat yang diketahui membawa suaminya pulang, tangis Nada semakin miris dan menyedihkan. Dunianya seketika menjadi gelap gulita ketika pembawa berita mengatakan pesawat itu mengalami ledakan di atas udara, di atas pegunungan dan diperkirakan tidak ada penumpang yang selamat. "Nyonya!" Mendengar teriakan Nada disertai tangis histeris, Serly langsung berlari menuju kamar Nada. Pintu kamar yang tertutup membuatnya sedikit ragu, namun teriak dan tangis Nada membuatnya langsung mendorong pintu dan menerobos masuk."Nyonya!" Serly terkejut ketika melihat Nada menangis histeris sembari bersimpuh di atas lantai dingin. Serly langsung berlari mendekat dan berjongkok di depan Nada. "Nyonya, ada apa?" tanyanya cemas.Tanpa menjawab dan terus menangis, Nada menunjuk televisi agar Serly melihat.Serly menoleh. Dia pun terkejut setelah beber