Erin mengambil kertas ujian dengan tangan gemetar dan perasaan takut. Tiba-tiba dia merasa panik. Kesombongan dan keangkuhan yang tadi dipertahankan runtuh dan hilang seketika. Dia kaget melihat kertas ujian tes miliki Nada ada di tangan Jude.
"Tuan, ini-" Bukan hanya tangannya yang gemetar, suara Erin pun ikut gemetar."Aku tidak menyangka ada karyawan Perusahaan Alexa Group melakukan hal ini. Kamu telah melakukan kecurangan dan telah melakukan fitnah pada nona Nada hanya untuk kepentinganmu sendiri," ucap Jude.Meski suaranya tidak terdengar bervolume dan keras, tapi cara bicara Jude menunjukkan bila dia marah besar dan sangat kecewa dengan apa yang telah dilakukan oleh Erin pada Nada. Namun, saat melihat ke arah Nada, sorot mata Jude berbeda dengan saat melihat ke arah Erin. Melihat Nada, sorot mata Jude menunjukkan kepedulian dan bisa dikatakan perhatian atas apa yang telah terjadi pada Nada.Hal itu membuat Erin merasa bingung dan bertanya-tanya dalam hati, adaNada terdiam dan pandangannya terpaku pada kejadian yang sedang berlangsung di depan matanya. Dia melihat dengan jelas bagaimana Erin memberontak dan memohon untuk tidak dipecat dari pekejaraannya. Ada yang tidak bisa dia pikirkan untuk saat ini, tetapi tidak dapat dia ungkapkan. Apa yang terjadi seperti dalam sebuah mimpi. Mimpi di mana dia melihat musuh bebuyutannya kalah setelah peperangan berlangsung."Nona Nada!" panggil Jude setelah pintu ruangannya tertutup dan suasana kembali tenang.Nada masih tidak mendengarkan panggilan itu, dia masih bengong dan termangu dengan pandangan ke arah pintu yang telah tertutup.Jude sedikit menyunggingkan senyum melihat wajah datar dan kaku Nada."Nona Nada, maaf atas ketidaknyamanan ini," ucap Jude lagi.Untuk kali ini, ucapan Jude berhasil membuat Nada memutar poros lehernya dan menoleh ke arahnya. Meski telah melihat ke arah Jude, tapi pikirannya masih kosong dan tampak linglung."Nona, setelah saya pelajari tentang
"Tuan, apa Anda mulai menyukainya?"Ethan mengarahkan ekor matanya melirik ke arah Vidor dengan tatapan dingin melekat."Apa aku membiarkanmu ikut campur urusan pribadiku?" Suaranya terdengar dingin."Aku asisten pribadimu, Bos.""Tapi bukan untuk urusan yang ini," balas Ethan bersiap untuk keluar mobil.Melihat Ethan bersiap keluar, Vidor segera ingin keluar membukakan pintu, tetapi dilarang oleh Ethan. Dia tidak ingin diperlakukan layaknya bos ketika sudah mengenakan pakaian sederhana dan terkesan miskin. Dia tidak mau Nada atau yang lain melihat dan mengetahui identitasnya.Mobil Ethan hanya mengantarnya sampai depan gang jalan ke rumahnya, sedangkan untuk bisa sampai rumah, Ethan masih harus berjalan kira-kira 100 m jauhnya.Ethan memasuki rumah dan langsung masuk ke dalam kamar. Dilihatnya Nada sedang berbaring di atas sofa sembari membaca buku. Tubuhnya yang ramping dengan kaki jenjang putih mulus membuat posisinya terlihat sangat santai."Kamu
"Pekerjaanku?" Ethan malah membuat pertanyaan Nada sebagai pertanyaan balik. Dia tidak menyangka bila Nada akan bertanya masalah pekerjaannya. Sebenarnya ini bukan hal yang harus dikagetkan oleh Ethan karena dia yakin Nada pasti akan bertanya seperti itu, entah kapan waktunya dan sekarang pertanyaan itu dia dengar.Terdengar helaan napas panjang. Ethan menatap lekat Nada dengan tatapan penuh selidik dan ragu. Sesaat kemudian, tatapan itu berubah menjadi binar disertai senyum. Ethan menggacak rambutnya sendiri dan menyugar wajah sedikit kasar."Sebaiknya kamu tidak mengetahuinya," jawab Ethan merentangkan tangan mengikuti alur sandaran sofa. Dia kembali duduk dengan santai dan lelah."Kenapa?" Nada semakin penasaran.Tatapan matanya lekat menjelajah wajah tampan Ethan yang tampak lelah dan terkesan enggan mengatakan dengan jujur apa pekerjaannya.Ethan kembali membalas tatapan Nada, lalu bibirnya yang sensual membalas rasa penasaran Nada dengan senyum tipis.
Pagi hari Nada telah bangun dan telah menyiapkan sarapan. Merasa telah terhidang di atas meja makan yang kecil, kedua tangan saling menepuk dengan bibir tersungging senyuman yang sangat manis dan puas."Meski aku sudah bekerja, tugasku sebagai istri saat di rumah masih harus aku lakukan, meski dia tidak memintanya." Nada telah bertekad untuk menjalankan tugasnya sebagai seorang istri, memasak dan membereskan rumah. Meski satu sama lain telah membuat janji tidak akan mencampuri urusan masing-masing, tetap saja urusan rumah dan makan, dia tidak akan mengabaikannya.Nada kembali masuk ke dalam kamar bermaksud untuk mandi dan bersiap. Dia pikir Ethan masih tidur seperti biasanya, tapi saat dia masuk, sofa telah kosong dan Ethan tidak ada di sana. Nada mengedarkan mata mencari keberadaan Ethan. Baru bernapas lega setelah mendengar suara gemericik air di dalam kamar mandi.Nada menunggu dengan duduk di tepi tempat tidur sembari memainkan ponselnya."Ethan, apakah masi
"James, apa yang kamu katakan?" Nada tidak sengaja mendengar."Oh, tidak ada." James menegakkan wajah mengelak. Pria itu juga dengan cepat meneguk minuman di depannya untuk menghilangkan rasa gugup."Ooo, aku pikir kamu mengatakan sesuatu dan aku kurang mendengarnya." Nada pun melakukan hal yang sama setelah minuman pesanannya dihidangkan oleh pelayan restauran.Keduanya saling menikmati segarnya es jeruk yang mereka pesan Sesekali mata James mencuri pandang pada wajah Nada. Dalam hati dia mengagumi dan tercengang oleh perubahan penampilan Nada. Diakui sejak lama Nada adalah wanita cantik dan mampu membuatnya jatuh hati, namum siang ini Nada terlihat lebih cantik dan menawan sehingga kembali menumbuhkan bunga cinta dalam hatinya.Perasaan yang pernah tumbuh dan ditolak oleh Nada, pernah ingin dilupakan dan dikubur dalam-dalam oleh James. Sayangnya, usaha itu sia-sia. Semakin James berusaha melupakan, semakin dia teringat dan merasa perasaan itu semakin tumbuh.
"Nada adalah karyawan baru di sini dan kebetulan dia adalah adik tingkatku waktu kuliah dulu. Sekarang dia bekerja di departemenku, makanya aku membawanya berkeliling perusahaan untuk memperlancar kerjanya," jawab James. Ekor matanya melirik ke arah Nada. Ada perasaan senang dalam sorot matanya.Dari sorot mata James, Jude tau apa yang ada dalam hati dan pikiran James. Dia bisa membaca tatapan James tidak semestinya sebagai seorang atasan pada bawahannya yang baru masuk kerja. Terlebih saat James mengatakan bila mereka dulunya satu kampus, James semakin yakin dengan kecurigaannya."Sepertinya kalian cukup dekat," ucap Jude menyelidik."Ya, kami sangat dekat. Aku sangat mengenal Nada," jawab James dengan bangga dan penuh percaya diri.Nada merasa canggung mendengar pengakuan James. Meski begitu, karena James adalah kakak tingkatnya waktu kuliah dan sekarang adalah manajer di tempatnya bekerja, Nada hanya mengulas senyum menanggapinya."Makanya, aku tidak mau Nada
"Aku-" Perkataan Nada terhenti ketika Ethan memegang dan menggenggam tangannya.Nada terdiam dengan sorot mata lekat memperhatikan pria tampan dengan penampilan sederhana di hadapannya yang mengakuinya sebagai istri. Bagaimana detak jantungnya? Jangan ditanya! Sebagai wanita normal, detak jantung Nada jelas meningkat dan berpacu sedikit cepat dari irama normal.Pada akhirnya keduanya saling beradu pandang dan tidak lagi menghiraukan orang lalu-lalang melintasi mereka. Meski tempat mereka berdiri saat ini adalah sebuah gang, tetapi jalanan kecil itu tidak bisa dikatakan sepi. Apalagi saat ini jam pulang kerja, di mana sebagian pekerja sedang melakukan perjalanan pulang."Biar aku bawakan." Ethan membuyarkan pandangnya mereka dengan mengambil alih tas tangan Nada."Tidak perlu!"Nada awalnya menolak dan melarang, tapi Ethan telah berhasil mengambil alih tasnya dan tidak lagi mau memberikan tas itu padanya, hingga akhirnya Nada pun terdiam dan pasrah. Dia tidak ingi
Nada telah membuat Ethan tidak bisa berkata-kata lagi, bahkan wajahnya terasa panas karena sentuhan tangan lembutnya. Ethan memaki dalam hati, bisa-bisanya Nada masih bertanya padanya, ada apa dengan wajahnya? Bahkan Nada sendiri yang telah membuat wajahnya terasa panas dan merah.Bukan hanya memaki Nada saja, tetapi Ethan juga memaki dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia gugup sampai wajahnya merona hanya karena sentuhan lembut dan perhatian Nada."Tidak, aku tidak sakit." Ethan dengan cepat mengelak dengan menyentuh lembut punggung tangan Nada yang masih nempel di wajahnya. Kini Ethan malah meresponnya baik untuk menghilangkan rasa gugup yang sudah terlanjur terlihat oleh Nada.Baru kali ini dia kalah pada Nada. Biasanya dia yang menggoda Nada dan senang membuat wajah istrinya itu merona karena tersipu malu, tapi sore ini dia yang mengalami semua itu. Untungnya Ethan seperti bunglon, dengan cepat dia bisa mengubah aura wajahnya dan kembali menjadi pria yang cuek dan t
"Aku-"Anak itu kembali ketakutan setelah melihat Ethan sejenak. Perlahan kakinya melangkah mundur menjauhi Ethan dan kembali wajahnya tertunduk dalam. Kedua tangannya saling meremas di depan perut."Huh ... aku pikir pria kecil ini pemberani dan bertanggung jawab. Ternyata nyalinya ciut juga," ucap Ethan dengan tawa kecil meledek, tapi sesungguhnya bercanda menggoda.Dia memang sempat marah karena anak itu hampir membahayakan istri dan anak dalam kandungan Nada. Hanya saja setelah melihat Nada memperlakukan dengan manis dan lembut, bahkan memaafkannya dengan mudah, kemarahan itu berangsur surut dan menghilang. Terlebih saat melihat wajah manis dan kata maaf yang diucapkan.Ethan merasa meski umur anak itu masih kanak-kanak, tapi dia telah belajar bertanggung jawab. Dengan kembali mendekati Nada dan mengakui kesalahannya serta meminta maaf, menunjukkan etika yang baik. Dia terharu oleh sikap berani anak kecil itu.Mendengar tawa kecil Ethan, perlahan anak itu mem
Tujuh bulan lewat usia kehamilan Nada."Ethan, kenapa jalannya lambat banget?" Sejak berangkat dari rumah sakit tiga puluh menit lalu, Nada merasa jarak yang mereka tempuh masih sangat dekat. Bahkan sebagian besar kendaraan dan bisa dikatakan semua kendaraan yang tadinya melaju di belakang mereka telah mendahului. Mungkin juga mereka telah sampai di tempat tujuan dan sudah melakukan pekerjaan.Ethan tersenyum menanggapi protes istrinya sembari memberi lirikan teduh."Ethan, cepatlah sedikit! Mau sampai kantor jam berapa kalau kamu bawa mobilnya kayak siput begini?" Nada mulai sedikit kesal."Sayang, aku sedang membawa wanita hamil. Mana boleh melajukan kendaraan cepat-cepat? Itu sangat berbahaya," ucap Ethan sembari condong ke arah Nada. "Kamu ingat kata dokter tadi? Kehamilanmu mulai besar, kamu harus hati-hati dalam bergerak. Tidak boleh melakukan gerakan secara berlebihan," sambungnya. Ethan mengingatkan Nada pesan dokter pada mereka.Siang ini mereka bar
"Apa aku sekejam itu?" Tiba-tiba Ethan mendorong pintu dan berjalan mendekati mereka.Tatapan dan wajahnya dingin penuh rasa kecewa atas perkataan Nada yang dia dengar dari balik pintu. Bahkan langkahnya tegas seperti langkah dewa perang siap menebas musuh yang menghadang, meski sebenarnya Ethan berjalan normal. Bahkan terbilang lebih lambat dari biasanya."Ethan?" Mata Nada membulat sempurna.Nada dan Serly terkejut setengah mati melihat kedatangan Ethan. Namun, rasa terkejut Serly tidak sebanding dengan rasa terkejut yang dialami Nada. Bukan hanya kedatangan Ethan saja yang membuatnya hampir shock, tapi juga kata-kata yang diucapkan suaminya, serta cara Ethan melihatnya membuat hati Nada bergetar. Namun, seluruh tubuhnya dingin dan membeku.Bahkan, angin yang terbentur oleh tubuh Ethan terasa mencekam baginya. Hingga saat Ethan menghentikan langkah dan berdiri tegak di hadapan dengan sorot mata lekat nan tajam yang sulit diartikan sebagai tatapan cinta, Nada masih membeku membalas
Semakin hari Ethan merasa istrinya semakin terlihat aneh dan berbeda, seolah istrinya itu sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Entah ini hanya pemikiran dan dugaannya saja atau memang ada yang disembunyikan oleh Nada darinya? Yang pasti, Ethan merasa kebiasaan istrinya sedikit berbeda dari biasanya."Sayang," panggil Ethan.Sembari menyebut nama Nada, Ethan meraba-raba tempat tidur di sampingnya di mana Nada tidur bersamanya. Tidak ada. Tempat tidur di sampingnya kembali kosong ketika matanya terbuka di pagi hari. Hal seperti ini sudah terjadi beberapa kali dalam beberapa hari ini.Ethan mengarahkan pandangnya pada pintu kamar mandi dan memasang telinga. Sama seperti pagi biasanya, suara gemericik air terdengar cukup berisik. Bisa dipastikan beberapa saat lagi Nada pasti akan keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit tubuhnya. "Sayang, kamu sudah bangun?" tanya Nada sembari mengusap wajah menggunakan handuk kecil.Seperti perkiraan Ethan, dalam hitungan menit pintu kamar mandi
"Sayang, ayo bangun ganti baju dulu!" Ethan menarik tangan Nada memintanya bangun setelah membantu istrinya melepaskan high heels."Tidak mau, Ethan. Aku ngantuk banget. Aku mau langsung tidur saja," tolak Nada melepaskan tangan Ethan dan kembali memeluk guling."Sayang, kamu tidak akan tidur nyenyak menggunakan pakaian ini. Lagi pula kamu belum cuci muka." Ethan terus membujuk agar istrinya mau bangun sebentar berganti pakaian dan mencuci wajah untuk menghilangkan riasan sisa pesta. Sayangnya, tidak berhasil. Rasa kantuk telah menguasai istrinya. Selain malam memang telah larut, kemungkinan besar Nada juga lelah meladeni tamu dan teman-temannya saat pesta karena bagaimanapun malam ini mereka adalah bintang party.Tidak berhasil membujuk juga tidak mau mengganggu tidur lelap istrinya, akhirnya Ethan memutuskan membantu mengganti pakaian Nada. Meski sedikit kesusahan, tapi akhirnya berhasil menukar gaun Nada dengan pakaian tidur."Akhirnya," desahnya lega melihat istrinya telah menggu
"Ethan, sebenarnya kita mau ke mana?" Nada bingung. Sepulang kerja, Ethan menyuruhnya segera mandi dan berdandan. Dia juga memberikan gaun dan high heels baru yang senada. Katanya sih ada undangan makan malam dari kolega, tapi gelagat yang diberikan suaminya itu cukup membuatnya curiga."Makan malam, Sayang." Jawaban ini yang selalu diberikan Ethan setiap kali Nada bertanya."Hanya makan malam, kenapa harus dandan cantik dan menggunakan gaun semewah ini?" gumamnya setengah menggerutu.Ethan tersenyum mendengar protes istrinya, terlebih melihat wajah cemberut dan kesal Nada yang disembunyikan. Dengan lembut meraih tangan Nada, lalu memberikan satu kecupan pada punggung tangan yang memiliki aroma wangi dari lotion yang dipakainya."Istriku memang harus selalu terlihat cantik," goda Ethan.Nada tersenyum memberi mencibir pada ucapan Ethan."Bagaimana kalau kolegamu tertarik pada kecantikanku, lalu jatuh cinta dan ingin memiliki aku? Apa kamu rela?" Kini giliran Nada yang menggoda.Senyu
"Ethan, biarkan aku masak untuk kita!" "Tidak boleh!" larang Ethan tegas. "Kamu baru pulang dari rumah sakit. Biarkan bibi saja yang membuat sarapan untuk kita. Kamu istirahat bersamaku saja di sini!" sambungnya."Tapi?" Nada menatapnya lekat, namun sedikit terselip keraguan dan menunjukkan bila dia sedang memikirkan sesuatu.Ada sorot sedih dalam matanya. Bukan sedih karena tidak diperbolehkan membuat sarapan, tapi sedih karena sejak Ethan kembali, suaminya itu langsung menemaninya di rumah sakit. Dia tau dan memahami rasa lelah dan capek yang Ethan rasakan, makanya setelah diperbolehkan pulang kemarin sore dan istirahat malam hari, pagi ini dia ingin membuat sarapan spesial."Sayang." Ethan meraih tangan Nada dan membawanya kembali berbaring dalam dekapan. "Aku belum lapar, aku hanya ingin bersamamu," sambungnya menghibur sembari mengeratkan pelukan dan semakin dalam membawa tubuh Nada masuk ke dalam selimut kehangatan.Sebenarnya Nada ingin kembali mencari alasan agar Ethan mau me
"Sayang, ada apa?" Ethan bingung dan khawatir ketika melihat Nada melepaskan pelukannya dan kembali bangun dari baringnya, lalu duduk menatap lekat. Dia pun turut bangun dan duduk berhadapan. Sekali lagi manik matanya menyelidik keanehan pada cara pandang Nada padanya."Sayang, ada apa?" Sekali lagi Ethan melontarkan pertanyaan yang sama.Seperti bumi bergerak sangat lambat, begitulah kedua tangan Nada bergerak sangat lambat mendekati wajah Ethan, lalu mendekapnya. Sorot matanya masih sama, tidak berubah sama sekali. Tatapan lekat seolah mencari sesuatu kepastian. Dalam manik mata yang kembali mulai berembun dan berkaca-kaca terlihat dengan jelas Nada sedang memastikan pria di hadapannya benar-benar Ethan, suaminya."Ethan, aku tidak sedang bermimpi, bukan? Ini sungguh kamu, bukan rohmu?" Pertanyaan Nada mampu membuat Ethan tercengang dan kaget, namun menggelitik. Dalam kepalanya tidak habis pikir bila Nada memiliki pikiran konyol seperti itu. Hanya saja, semua yang ditanyakan dan d
"Ethan!" Nada menangis histeris dan terus memanggil nama Ethan.Dengan kedua tangan menutup sebagian wajah dan terus menyaksikan berita tentang kecelakaan pesawat yang diketahui membawa suaminya pulang, tangis Nada semakin miris dan menyedihkan. Dunianya seketika menjadi gelap gulita ketika pembawa berita mengatakan pesawat itu mengalami ledakan di atas udara, di atas pegunungan dan diperkirakan tidak ada penumpang yang selamat. "Nyonya!" Mendengar teriakan Nada disertai tangis histeris, Serly langsung berlari menuju kamar Nada. Pintu kamar yang tertutup membuatnya sedikit ragu, namun teriak dan tangis Nada membuatnya langsung mendorong pintu dan menerobos masuk."Nyonya!" Serly terkejut ketika melihat Nada menangis histeris sembari bersimpuh di atas lantai dingin. Serly langsung berlari mendekat dan berjongkok di depan Nada. "Nyonya, ada apa?" tanyanya cemas.Tanpa menjawab dan terus menangis, Nada menunjuk televisi agar Serly melihat.Serly menoleh. Dia pun terkejut setelah beber