Bugh! Bugh! Berulang kali kaki Indah yang terekspos itu menendang bagian bawah tempatnya duduk. Dia sangat kesal sekali saat diusir dari salah satu mall besar. “Sialan! Bisa-bisanya dia bersama pria luar biasa seperti dia!” Tangan kanannya masih menyentuh ponsel, kemarahannya begitu tinggi karena dia sudah tahu Axton Agam dia adalah seorang pewaris dari keluar Agam yang dikenal banyak memiliki perusahaan. Sikap iri dalam dirinya menjerit, dadanya terasa sangat panas sekali. Seharusnya Geva itu hidup dalam penderitaan, bukan hidup dengan keadaan baik seperti ini. Geva itu wanita yang pantas di injak-injak menurutnya. “Jadi, pria itu adalah pewaris dari keluarga Agam?” Bibir Damas bergetar, dia melihat sekelilingnya dan merasa sangat aneh sekali. Aneh karena dia tidak terima Geva bersama pria lain, dan benci karena Geva mendapatkan pria yang jauh lebih baik dibandingkan dirinya. Tidak, dia tidak ingin keadaan menjadi seburuk ini. Seharusnya kan semua berjalan baik, apalagi kelua
Sarapan kali ini terasa begitu tidak enak di mulutnya, hampar dan membuatnya tidak bisa mengunyah dengan baik. Dia hanya meminum beberapa kali tegukan minuman yang ada di depannya. Sejak kemarin dia terlihat tidak fokus, akibatnya dia merusak bemper mobil dan itu membuat Indah marah. “Mas, lihat tasku yang warna coklat LW tidak?” tanya Indah dengan kesal. Dia baru saja keluar dari kamarnya dan menghentikan langkah kaki Damas. “Tidak tahu,” jawab Damas malas. Dia kembali berjalan lagi, namun langkah kakinya dihentikan oleh Indah dengan cara menarik tangannya.“Lho, kenapa jawabnya gitu? Aku ini nanya serius. Masa nggak ada di sini!” Indah menghentakkan kakinya beberapa kali, dia ingin menggunakan tas itu karena akan sangat cocok dengan baju krim yang dia gunakan hari ini. Damas menatapnya dengan dingin. Kepalanya ini sakit seolah dilempari batu dari kemarin. Walaupun Indah telah bilang kalau dia menemukan cara untuk membuat Geva menderita, dia masih merasa tidak senang. Perasaanny
Jantungnya berdebar begitu kencang, dia tidak menduga hal seperti ini akan terjadi. Dia telah berusaha keras agar selalu bersikap hati-hati. Tetap saja dia dalam posisi yang sedang dia hindari itu. Tangan Axton melingkar di pinggangnya, tatapan mata Axton begitu dalam. Deru napasnya terasa, menyentuh wajah mulus Geva yang ada di bawahnya. Jantung Geva berdebar sangat kencang sekali, dada bidang Axton itu terasa padanya sedangkan Axton merasakan kelembutan dada Geva. “Ah! Maaf!” Axton langsung melepaskan Geva setelah memastikan wanita itu bisa berdiri dengan kedua kakinya. Dia mengalihkan tatapan matanya, wajahnya memerah. Sungguh, perasaan itu menjalar ke seluruh tubuhnya. Dia merasakan kalau dada Geva begitu lembut. Sial! Pikirannya seketika langsung kotor. Dia ingin menyentuhnya dan berusaha untuk menahan keinginan tidak bermoral itu. “Maaf, aku tidak sengaja melakukannya.” Axton segera meminta maaf atas kesalahannya. Keringat dingin keluar dari seluruh pori-pori kulitnya. “Ak
Makan siang bersama adalah hal yang sangat menarik perhatian. Siapa pun akan melihat ini sebagai sesuatu yang luar biasa. Bos mereka bukanlah orang yang ramah, tapi pada satu wanita dia sering kali tersenyum. Lalu, apa ini sekarang?Mereka sedang makan siang bersama di kantin kantor, para pekerja melirik-lirik mereka dengan rasa penasaran yang begitu besar dalam diri mereka. “Axton, semuanya tampak terkejut kau makan di sini. Sepertinya lebih baik makan siang di tempat lain, kan?” Geva mencoba mempengaruhi Axton yang tetap setia menunggu makanannya disajikan. “tidak. Aku ke sini untuk memastikan kalau kesejahteraan para pekerjaku itu berjalan dengan baik.” Axton tersenyum, dia telah mengunci mulut Geva dan bersama mereka berjalan menuju meja yang kosong. Keduanya duduk saling berhadapan, makanan di depan mereka dalam keadaan hangat yang sangat cocok sekali untuk perut mereka. “Seorang bisa besar memang sangat berbeda sekali, ya.” Geva memasukkan makanan di mulutnya, dia mencoba u
Indah pulang dengan langkah kaki lebar dan wajah ditekuk. Dia benar-benar sial sekali hari ini dan saat dia kembali, pemandangan di depannya semakin membuatnya marah. Warda dengan wajahnya yang telah dihias memakai baju Indah, dia berjalan santai seolah dialah yang memiliki yang sedang dia gunakan. Saat dia tidak sengaja melihat Indah, Warda bersikap santai sekali. “Apa yang kau lakukan!? Ini adalah milikku! Seharusnya kau tidak bisa menggunakannya seenaknya!” Indah marah dengan menarik baju yang digunakan Warda dengan kasar. Perlawanan segera dia dapatkan saat itu yang membuat Indah terdorong. “Apa yang kau lakukan dasar tidak tahu malu?!” Indah semakin membuat suaranya lebih tinggi, dia langsung mendorong tubuh Warda sambil menarik bajunya. Apa yang dia lakukan itu langsung membuat baju yang digunakan oleh Warda sobek, hingga menunjukkan bra yang dipakai oleh Warda. “Kau gila! Hanya karena baju ini kau bersikap gila seperti ini?!” Warda tidak terima, dia menutupi tubuhnya deng
Indah yang TerpojokBaru saja Indah ingin menyiapkan kalimat-kalimat yang akan dia adukan pada Damas tentang sikap jelek Warda dan Lina, tiba-tiba pintu kamar mandi di mana dia tengah mengeringkan rambutnya digedor dengan kencang dan terburu-buru. “Iya iya!” gertak Indah tanpa sengaja karena terkejut dengan gedoran pintu yang membuyarkan lamunannya.Dia melihat wajah Damas di depan pintu dan segera memasang wajah sedih sekaligus kesal agar bisa mengadu, tapi baru saja dia ingin membuka mulutnya, Damas mendorongnya dengan cepat. “Lama banget sih! Ngapain di dalam coba,” sentak Damas yang mendorong tubuh Indah dan dia buru-buru berjalan ke toilet tanpa menutup pintu dan mulai membuang air kecil. Wajahnya kesal tak mengindahkan sikap Indah.Sementara Indah mencium bau daging dari mulut Damas, “Mas kamu udah makan malam?!” tanya Indah dengan nada manja. Dia berharap Damas pulang kerja menghampirinya di kamar dan mengajaknya makan malam bersama, tapi yang dia dapati suaminya masuk ke ka
“Indah apa yang kau bilang kepada ibuku?”“D-da-”Plak!Suara nyaring tamparan dari Damas melayang di pipi Indah yang sudah ada bekas luka. Darah mulai terlihat lagi. Indah tak bisa menahan rasa perih dari pipinya, malam ini dia baru menyadari bahwa keluarga Damas bagai iblis berbentuk manusia. “Ya bagus kau disiplinkan istrimu Damas. Kau tau apa yang terjadi pagi ini? seorang renternir datang ingin mengambil barang-barang di rumah. Dasar sinting! Baru menjadi istri mu saja dia sudah berani menggunakan alamat rumah kita sebagai sasaran para renternir,” celoteh Lina menjelek-jelekan Indah sekaligus mengompori putranya.“Benarkah itu Ndah?” tanya Damas dengan seksama.Sementara Indah masih memegangi pipinya yang terasa panas, dia menahan rasa perih dengan menitikkan air mata. Darahnya mendidih, tapi dia mencintai lelaki bajingan yang sudah menamparnya itu.Amarah Indah kini dia pusatkan pada Lina dan Warda yang membuat keluarga kecilnya berantakan, “dasar mertua bajingan, dia membuat a
Geva mencoba terus menyakinkan diri sendiri bahwa tidak bersalah jika dia ikut merasa puas ketika mendengar cerita seru Santi sejak awal cerita dari Santi yang berceloteh penuh kepuasan melihat tetangganya yang jahat sengsara sedikit demi sedikit.Jika dulu terus mendengar Geva adalah korban ketidakadilan dari prilaku keji keluarga Warda dan Lina, kini menceritakan bagaimana suara jeritan istri baru Damas yang menjadi bahan pembicaraan tetangga sekitar.“Begitukah mba?” tanya Geva dengan senyum simpul di ujung bibir kanannya. mendengarkan cerita Santi sembari terus fokus memperhatikan putri Santi bermain bersama putra semata wayangnya, tiba-tiba teringat akan janji Axton yang akan membuat mereka terpuruk. Tapi rasa sakit hatinya belum melega. “Haruskah aku berkunjung ke sana?” gumam Geva setelah pertanyaan pertamanya. Mba Santi berfikir sejenak, “Kurasa tidak perlu. Maksudku, belum waktunya. Orang seperti mereka masih akan menjadi pembual meski berada sedikit lebih tinggi dari