Sevan menghentikan langkahnya ketika melihat wanita yang ia kejar sudah tergeletak di pinggir jalan dekat darah yang terus mengalir dari kepala dan beberapa anggota tubuh lainnya. Lalu lintas menjadi terganggu gara-gara kejadian tersebut. Banyak pengendara yang berhenti demi melihat korban."Mas." Julia memegang bahu suaminya, seketika Sevan terlonjak kaget dengan sentuhan istrinya itu."Julia kamu .... ""Astaghfirullah, Mas." Julia langsung menyembunyikan wajahnya di balik punggung suaminya. Ia paling tidak bisa jika melihat korban kecelakaan dengan wajah mengenaskan seperti yang wanita itu alami, yang tak lain adalah Ranti."Kamu tidak perlu melihatnya, biar polisi saja yang akan mengurusnya." Sevan mengusap punggung istrinya. Ia tahu bagaimana perasaan Julia saat ini, setelah itu Sevan membawa sang istri kembali masuk ke dalam gedung rumah sakit.Setibanya di dalam, Sevan dan Julia kembali masuk ke dalam ruang rawat Sinta. Beruntung Sevan sempat memergoki perbuatan Ranti. Jika tid
Hari demi hari telah berganti, minggu demi minggu sudah berlalu dan bulan terus berjalan. Tidak terasa setahun telah berlalu, kini bahtera rumah tangga yang Julia serta Sevan bina semakin hari bertambah romantis. Masalah yang pernah menguji rumah tangga mereka, berhasil dilalui bersama. Pagi ini, Sevan tengah sibuk untuk bersiap pergi ke kantor. Meski semua kebutuhannya sudah Julia siapkan, tetap saja Sevan sering membuat Julia geram dengan kelakuannya. Seperti saat ini, Sevan tengah sibuk mencari dasi, padahal sudah disiapkan oleh istrinya. "Sayang dasinya di mana!" teriak Sevan dari dalam kamar. "Sudah aku siapkan, Mas." Julia ikut berteriak, pasalnya saat ini ia sedang berada di kamar mandi memandikan si kembar. "Mana nggak ada," ujar Sevan dengan suara cukup keras. Julia menghela napas, setelah selesai ia bergegas memakaikan handuk untuk si kembar lalu beranjak keluar. Terlihat jika suaminya sedang mengobrak-abrik isi lemari untuk mencari dasi. Padahal sudah Julia siapkan dan
Waktu terasa cepat berlalu, dan kini tidak terasa sekarang usia kandungan Julia sudah sembilan bulan. Hanya tinggal menunggu hari kapan akan melahirkan. Sevan pun kini memilih untuk cuti bekerja, pria itu akan standby menjaga istrinya di rumah. Terlebih ada anak-anak.Seperti malam ini, saat Julia tengah tengah menemani si kembar bermain, Sevan datang dengan membawa dua gelas susu, dan untuk si kembar mengunakan botol, pria itu berjalan menghampirinya sang istri, dan menjatuhkan bobotnya di sebelah Julia. Jujur, rasanya Sevan tidak sabar ingin melihat buah cintanya lahir ke dunia. "Minum dulu susunya." Sevan menyodorkan susu tersebut. Dengan segera Julia menerimanya, lalu meneguk susu tersebut."Sera ini untuk kamu, dan ini untuk Azam dan Azura." Sevan menyodorkan susu tersebut untuk ketiga anaknya."Terima kasih, Pa." Mereka berucap secara bersamaan, lalu menerima susu tersebut.Belum ada setengah, Julia menyerahkan gelas tersebut. "Mas abisin ya, aku udah kenyang."Sevan terlonjak
@Nagita[Mas, terima kasih untuk yang semalam ya. Ternyata kamu masih sama, perkasanya saat pertama kita menikah]Jantung Julia rasanya ingin loncat ketika membaca pesan yang dikirim oleh mantan istri suaminya. Untuk apa Nagita mengirim pesan seperti itu, mungkinkah mereka melakukan hubungan seperti saat keduanya masih sah menjadi suami istri.Tiba-tiba saja terdengar suara Sevan yang memanggilnya, dengan terpaksa Julia menaruh ponsel milik suaminya itu di atas nakas. Setelahnya ia berjalan menuju kamar mandi, karena saat ini suaminya tengah membersihkan diri usai dari kantor. Kini Julia sudah berdiri di depan pintu kamar mandi."Ada apa, Mas?" tanya Julia."Tolong kamu siapin baju ya, malam ini aku ada janji sama Nagita. Mau ngajakin Sera makan malam di luar," jawabnya. Mendengar jawaban dari suaminya membuat hati Julia terasa sakit.Mereka sudah bercerai tiga tahun, dua tahun setelah bercerai Sevan dan Julia menikah. Tapi sudah dua bulan terakhir ini hubungan Sevan dengan mantan ist
"Ada apa, Mas?" tanya Nagita, wanita itu cukup penasaran dengan pesan yang diterima oleh suaminya itu."Baca ini." Sevan menyodorkan ponselnya tepat di hadapan mantan istrinya itu. Seketika Nagita tersenyum dalam hati ketika membaca pesan tersebut. Itu artinya peluang untuk kembali mendapatkan mantan istrinya itu lebih besar.Ternyata usaha yang Nagita lakukan selama ini tidak sia-sia. Wanita itu sangat berharap jika Sevan bisa kembali ia dapatkan. Jujur, Nagita menyesal karena pernah menghianatinya. Ia berjanji tidak akan melakukan kesalahan yang kedua kalinya."Wah bagus dong, Mas. Itu artinya kita bisa kembali bersama seperti dulu. Aku yakin, Sera akan sangat bahagia kalau kita bersatu lagi," ungkap Nagita dengan senyum sumringah. Namun Sevan cukup terkejut mendengar hal tersebut."Enggak bisa gitu dong, Julia sedang hamil, tidak mungkin aku melepaskannya. Apa kamu lupa, kalau aku bisa seperti ini berkat Julia," protesnya. Sevan benar-benar tidak setuju dengan usul mantan istrinya
"Sayang itu pasti ... maksud aku itu video lama sebelum kami bercerai." Sevan berusaha meyakinkan istrinya, berharap Julia mau mendengarkan apa yang ia katakan.Julia menyunggingkan senyumnya. "Aku tidak bodoh, Mas. Bukankah di sini ada tanggalnya, dan kamu masih berani untuk mengelak."Sevan benar-benar kehabisan kata-kata, ia bingung harus mengatakan apa lagi. Keadaannya benar-benar kacau, kalau sudah seperti ini, tidak ada harapan lagi untuk bisa meyakinkan istrinya. Namun yang membuat Sevan bingung, dari mana istrinya mendapatkan video itu."Julia kumohon tolong kamu percaya, dengan ucapanku." Sevan kembali memohon. Julia sudah tidak percaya lagi dengan ucapan suaminya itu."Sudahlah, Mas. Lebih baik sekarang kamu pulang ke rumah mantan istrimu itu, mereka pasti sudah menunggumu," kata Julia, rasanya iya sudah muak dengan kebohongan yang diciptakan oleh suaminya itu."Kamu ngusir aku, kamu nggak seneng suamimu pulang." Sevan menatap mata indah istrinya itu."Kalau aku nggak nyuruh
"Diblokir, kok bisa sih, Mas. Terus nanti ini bayarnya gimana." Nagita menatap lelaki yang berdiri di hadapannya. Sevan nampak mengusap wajahnya dengan gusar, bingung itu yang ia rasakan."Kamu ada uang nggak? Nanti aku ganti," ujar Sevan kemudian. Tidak ada pilihan lain, beruntung belanjaan tidak terlalu banyak. Tapi tetep juga kudu ngeluarin uang yang lumayan."Memangnya berapa?" tanya Nagita. Setelah itu Sevan menyebutkan total harga yang harus mantan istrinya itu bayar. Dengan sangat terpaksa Nagita mengeluarkan ATM miliknya."Ingat loh, setelah ini harus diganti." Nagita menyerahkan kartu ATM miliknya. Sevan menerima benda pipih dan kecil itu. Setelahnya ia memberikan kartu tersebut kepada pegawai kasir itu.Selesai membayar barang belanjaan, mereka memutuskan untuk pulang. Awalnya Sera masih ingin pergi, namun Sevan memaksa putrinya itu untuk pulang. Ia khawatir jika nanti Sera meminta sesuatu yang macam-macam.Dalam perjalanan pulang, Nagita lebih banyak diam, wanita itu benar
"Ini tidak mungkin, Julia tidak mungkin menjual rumah ini." Sevan mengusap wajahnya dengan gusar, lalu mengacak rambut. Rasanya otaknya ingin meledak dengan masalah yang kini menimpanya.Sevan kembali menghubungi nomor istrinya, tetapi hasilnya nihil. Ingin rasanya Sevan melempar ponselnya, hatinya selalu merasa gundah dan tidak tenang saat tidak ada kabar dari istrinya itu."Bagaimana ini, Julia kamu ke mana sih." Sevan kembali menekan nomor istrinya, berharap kali ini usahanya berhasil. Namun bukannya terhubung ke nomor Julia, tetapi justru ada panggilan masuk dari ibu mertuanya."Mama nelpon, bagaimana ini." Sevan bimbang harus menerima panggilan itu atau tidak. Namun jika ditolak, akan menambah masalah, dengan sangat terpaksa Sevan menggeser tombol berwarna hijau untuk menerima panggilan tersebut.[Halo, Van. Julia ada sama kamu nggak, mama hubungi nomornya kok nggak aktif]Sevan menelan ludahnya sendiri, bingung dan juga panik. Harusnya Sevan jujur jika istrinya pergi tanpa pamit
Waktu terasa cepat berlalu, dan kini tidak terasa sekarang usia kandungan Julia sudah sembilan bulan. Hanya tinggal menunggu hari kapan akan melahirkan. Sevan pun kini memilih untuk cuti bekerja, pria itu akan standby menjaga istrinya di rumah. Terlebih ada anak-anak.Seperti malam ini, saat Julia tengah tengah menemani si kembar bermain, Sevan datang dengan membawa dua gelas susu, dan untuk si kembar mengunakan botol, pria itu berjalan menghampirinya sang istri, dan menjatuhkan bobotnya di sebelah Julia. Jujur, rasanya Sevan tidak sabar ingin melihat buah cintanya lahir ke dunia. "Minum dulu susunya." Sevan menyodorkan susu tersebut. Dengan segera Julia menerimanya, lalu meneguk susu tersebut."Sera ini untuk kamu, dan ini untuk Azam dan Azura." Sevan menyodorkan susu tersebut untuk ketiga anaknya."Terima kasih, Pa." Mereka berucap secara bersamaan, lalu menerima susu tersebut.Belum ada setengah, Julia menyerahkan gelas tersebut. "Mas abisin ya, aku udah kenyang."Sevan terlonjak
Hari demi hari telah berganti, minggu demi minggu sudah berlalu dan bulan terus berjalan. Tidak terasa setahun telah berlalu, kini bahtera rumah tangga yang Julia serta Sevan bina semakin hari bertambah romantis. Masalah yang pernah menguji rumah tangga mereka, berhasil dilalui bersama. Pagi ini, Sevan tengah sibuk untuk bersiap pergi ke kantor. Meski semua kebutuhannya sudah Julia siapkan, tetap saja Sevan sering membuat Julia geram dengan kelakuannya. Seperti saat ini, Sevan tengah sibuk mencari dasi, padahal sudah disiapkan oleh istrinya. "Sayang dasinya di mana!" teriak Sevan dari dalam kamar. "Sudah aku siapkan, Mas." Julia ikut berteriak, pasalnya saat ini ia sedang berada di kamar mandi memandikan si kembar. "Mana nggak ada," ujar Sevan dengan suara cukup keras. Julia menghela napas, setelah selesai ia bergegas memakaikan handuk untuk si kembar lalu beranjak keluar. Terlihat jika suaminya sedang mengobrak-abrik isi lemari untuk mencari dasi. Padahal sudah Julia siapkan dan
Sevan menghentikan langkahnya ketika melihat wanita yang ia kejar sudah tergeletak di pinggir jalan dekat darah yang terus mengalir dari kepala dan beberapa anggota tubuh lainnya. Lalu lintas menjadi terganggu gara-gara kejadian tersebut. Banyak pengendara yang berhenti demi melihat korban."Mas." Julia memegang bahu suaminya, seketika Sevan terlonjak kaget dengan sentuhan istrinya itu."Julia kamu .... ""Astaghfirullah, Mas." Julia langsung menyembunyikan wajahnya di balik punggung suaminya. Ia paling tidak bisa jika melihat korban kecelakaan dengan wajah mengenaskan seperti yang wanita itu alami, yang tak lain adalah Ranti."Kamu tidak perlu melihatnya, biar polisi saja yang akan mengurusnya." Sevan mengusap punggung istrinya. Ia tahu bagaimana perasaan Julia saat ini, setelah itu Sevan membawa sang istri kembali masuk ke dalam gedung rumah sakit.Setibanya di dalam, Sevan dan Julia kembali masuk ke dalam ruang rawat Sinta. Beruntung Sevan sempat memergoki perbuatan Ranti. Jika tid
"Aku tidak boleh menyerah." Irfan beranjak masuk ke dalam mobilnya, lalu melaju mengikuti mobil Sinta."Sinta, aku tidak akan pernah melepaskan kamu." Irfan terus melajukan mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi agar tidak kehilangan jejak.Sejujurnya Irfan cukup heran, dari mana Sinta mengetahui perselingkuhannya. Mungkinkah Julia yang telah memberitahu ibunya, tapi sepertinya tidak mungkin. Tapi jika bukan Julia, lalu siapa, karena hanya Julia yang mengetahuinya.Irfan terus melajukan mobilnya, ada rasa khawatir yang menguasai dirinya. Terlebih mobil yang membawa Sinta melaju dengan kecepatan cukup tinggi. Beruntung Irfan bisa terus mengejarnya, hingga akhirnya mobil Sinta berhenti di pelataran rumah.Melihat Sinta turun dari mobil, gegas Irfan juga ikut turun. Bahkan lelaki itu langsung mengejar Sinta, mendengar suara Irfan. Wanita paruh baya itu menghentikan langkahnya, lalu menoleh ke belakang. Terlihat jika Irfan tengah berjalan mendekatinya."Sinta, kamu baik-baik saja kan." Ra
Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, kini Nagita sudah tiba di kediaman Alex. Kini mobil sudah terparkir, Baron langsung membawa Nagita turun lalu mengajaknya masuk ke dalam rumah. Meski sudah memberontak, tetapi tenaga Baron jauh lebih kuat. "Lepasin aku!" teriak Nagita dengan terus memberontak."Tenang, Sayang. Sebentar lagi kita akan bersenang-senang," ujar Baron seraya mencolek dagu wanita yang bersamanya. Dengan kasar Nagita memalingkan wajahnya. "Mulai hari ini, kamu akan menjadi pelampiasan napsu para anak buahku. Jangan mencoba untuk kabur, karena kamu akan tahu sendiri akibatnya," ucap Alex. Seketika mata Nagita melotot. "Baron, bawa dia pergi dari sini. Terserah kalian mau apakan," titah Alex. "Baik, Tuan." Baron mengangguk paham. Setelah itu Baron membawa Nagita menuju ke kediamannya yang berada di belakang rumah utama milik Alex. "Lepasin tangan aku nggak," ujar Nagita yang sedari tadi terus memberontak. "Diam, kamu akan kehabisan tenaga jika seperti ini teru
Julia mendongak, menatap orang di hadapannya dari ujung kaki sampai ke atas. Seketika ketakutan Julia berubah menjadi senyum setelah tahu siapa yang berdiri di hadapannya itu. Meski sejujurnya Julia merasa bingung, dari mana suaminya tahu jika dirinya dalam bahaya. "Mas Sevan." Julia berusaha untuk bangun, tetapi kesulitan karena lututnya terluka. "Kamu nggak apa-apa." Sevan membantu istrinya untuk bangun. "Enggak apa-apa kok, Mas. Oya kok, Mas bisa tahu kalau .... ""Ceritanya panjang, sekarang kita cepat pergi dari sini." Sevan memotong ucapan istrinya, lalu mengangkat tubuh Julia agar mempercepat masuk ke mobil. Setelah masuk ke dalam mobil, Sevan segera meninggalkan tempat tersebut. Berharap semoga anak buah Alex tidak mengikutinya. Hati Julia masih bertanya-tanya, dari mana suaminya tahu jika dirinya dalam bahaya. Tapi sekarang bukan waktu yang tepat untuk bertanya. "Mereka nggak ngapa-ngapain kamu kan?" tanya Sevan, seraya meliriknya sekilas. "Enggak kok, Mas. Maaf kalau a
Sejak kedatangan ayahnya, Julia lebih sering melamun, ia tidak menyangka jika ayahnya sendiri bisa setega itu. Irfan lebih mementingkan putri dari wanita lain ketimbang dengan putrinya sendiri. "Apa aku cerita saja ya sama, Mas Sevan," gumamnya. Julia memijit pelipisnya yang sedikit pusing. Tiga bulan terakhir ini Julia sering merasa pusing.Tiba-tiba saja Julia merasakan ada cairan yang menetes dari hidungnya. Reflek tangan kanannya terangkat, lalu mengusapnya dengan punggung tangannya. Julia sedikit terkejut saat ada noda merah di punggung tangannya. "Astagfirullah." Julia meraih tisu untuk mengelap hidungnya. Tiba-tiba saja terdengar suara ponselnya yang berdering, dengan segera Julia meraih benda pipih yang tergeletak di atas meja."Papa, untuk apa papa nelpon." Julia menggeser tombol berwarna hijau. [Julia kamu harus ingat, kamu harus bercerai dengan Sevan. Setelah itu kamu menikah dengan Alex. Karena orang tua Alex sudah menanggung pengobatan Nagita sampai sembuh total][Maaf
Cukup lama Julia terdiam, ia harus memikirkan hal itu secara matang. Julia tidak ingin salah untuk mengambil keputusan. Sesungguhnya Julia masih merasa kecewa dengan apa yang pernah Sevan lakukan. Tapi ia sadar jika kedua anaknya sangat membutuhkan peran seorang ayah.Mungkin Julia bisa hidup tanpa hadirnya seorang suami, tapi ia tidak mau dikatakan sebagai ibu yang egois. Kedua anaknya butuh hadirnya seorang ayah, dan selama ini Sevan telah menunjukkan rasa sayangnya terhadap si kembar. Mungkin kesalahan yang pernah Sevan lakukan sangat fatal, tapi tidak ada salahnya jika memberinya kesempatan kedua."Julia." Suara Sevan mampu membuat Julia tersentak dan sadar dari lamunannya."Baik, Mas. Aku akan memberimu kesempatan kedua. Aku harap kamu tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini," putusnya. Mendengar itu Sevan tersenyum, rasa syukur tak luput darinya. Sevan juga berjanji akan benar-benar berubah dan tidak akan pernah mengecewakan Julia lagi."Julia terima kasih, aku janji akan mengg
Irfan melirik ke arah istrinya yang berdiri di sebelah Julia. Kedua wanita itu nampak masih diam, namun sorot matanya menunjukkan jika mereka masih bertanya-tanya dengan keadaan ini. Kehadiran Ranti benar-benar membuat kacau."Apa ada yang, papa rahasiakan." Pertanyaan yang Sinta lontarkan cukup membuat Irfan tersentak kaget. "Tidak ada, Ma. Kita ke dalam saja, mungkin dia hanya asal bicara." Irfan mengajak istri dan anaknya masuk ke dalam, namun belum sempat mengayunkan kaki. Suara Ranti membuat mereka diam dan mengurungkan niatnya."Aku tidak asal bicara, bahkan aku punya bukti video saat kita ... apa kamu masih merahasiakan hal sebesar ini dari keluargamu." Ucapan yang terlontar dari mulut Ranti mampu membuat mereka menoleh, terlebih Sinta."Video apa yang kamu maksud, belum puas kamu membuat rumah tangga kami berantakan." Sinta menatap tajam wanita yang berdiri tak jauh darinya. Dadanya naik turun menahan amarahnya yang kian membara.Sinta masih sangat ingat dengan Ranti, wanita