Home / Romansa / Pesan Rindu Dari Ma'had / Bab 4 : Santri Harus Bijak

Share

Bab 4 : Santri Harus Bijak

Author: Aryani15
last update Last Updated: 2022-06-16 12:29:19

"Mbak Kinan lagi sibuk nggak?"

"Enggak sih Ning, gimana?"

"Anterin ke minimarket ya! Mau belanja!"

"Boleh.."

Ning Alea langsung masuk pamit sama ibuk dan Aku langsung memakai jilbabku dengan benar, lumayan bisa refreshing keluar.

"Seneng ya punya alasan keluar!"

"Wah iya dong Din, alhamdulilah! Nggak usah capek-capek mikir alasan apalagi sampai bohong sama ibuk!"

Diniyah langsung melempar tatapan tajam padaku. Ada yang salah dengan ucapanku?

"Kamu jangan banyak gaya di sini Kinan! Ingat siapa kita ini!" bisiknya sebelum keluar dari kamarku.

Sepeninggal Diniyah, Via langsung mendekat dari ekspresinya pasti mau ghibah ini anak. Untung Rifah masih kuliah, kalau nggak bisa heboh dia ada Dini disini. "Mbak, kenapa sih Mbak Diniyah kayaknya nggak suka banget sama kamu?"

Aku memegang dua pipinya yang tembeb. "Anak manis belajar saja ya, nggak usah memikirkan hal yang kurang penting!"

"Ah Mbak Kinan, iya deh! Mbak aku nitip ya!"

"Boleh!"

Selagi aku masih bersiap, Via dan yang lainnya sibuk menulis titipan mereka. Beberapa saat kemudian aku dibuat melongo oleh panjangnya catatan yang Via berikan.

"Ya Allah, ini kalian mau buka toko apa gimana sih? Susu, energen, kopi, gula, vegeta, shampo, pewangi, pembalut, detergen, mi instan dan ini apa?? Siapa yang beli semir rambut ini?"

"Mbak Kinan yang cantik, minta tolong deh ya! Di koperasi udah pada habis belum belanja lagi pengurusnya!" rayu Via.

"Nggak janji deh ya!"

Bukannya nggak mau, tapi ini kan posisinya aku nganterin Ning Alea masa iya aku sibuk belanja sendiri? Membantu putra putri kyai itu juga termasuk bakti pada guru jadi kepentingan Ning Alea tetap aku utamakan.

Aku bergegas keluar ketika Ning Alea sudah memanggil. Aku langsung mengambil motor yang biasa dipakai santri-santri ketika di suruh ibuk pergi.

"Mbak, pakai punya Kak Al aja! Nggak ada kok orangnya!"

"Memang boleh Ning?"

"Belum bilang sih," ucapnya sambil terkekeh pelan, "..tapi insyaallah bolehlah. Kakak pergi sama Bang Zein kok." lanjutnya.

Ning Alea berlari masuk untuk minta izin ke ibuk dan tidak lama kemudian keluar dengan senyuman lebar. "Boleh Mbak, ini kuncinya! Aku atau Mbak Kinan nih yang depan?"

"Terserah Ning Alea saja!"

"Aku ya Mbak, tapi nanti pulangnya Mbak Kinan gantian di depan!"

"Pinter ya milihnya!" candaku.

Gadis yang sebentar lagi lulus SMA itu tertawa, matanya sedikit menyipit lesung pipinya yang semakin terlihat membuatnya semakin terlihat manis. Akhirnya kita berangkat dengan Ning Alea sebagai sopirnya.

"Mbak Kinan mau ada belanja nggak?" tanya Ning Alea saat kamu sudah sampai.

"Ada sih Ning tadi titipan teman-teman. Tapi aku bantuin Ning Alea dulu."

"Haha ribet amat Mbak, belanja bareng aja gimana? Aku mau beli barang-barang buat persiapan balik pondok besok Mbak, paling nggak jauh beda kan sama titipannya?"

"Ide bagus..!" ujar ku dan diangguki Ning Alea.

Aku dan Ning Alea sama-sama mendorong troly dan berkeliling bareng untuk mencari belanjaan.

"Mbak, aku bingung deh mau kuliah apa?" tanya Ning Alea di sela-sela kegiatan belanja kami.

"Ning Alea minatnya jurusan apa?"

"Jurusan rumah tangga, Mbak!"

"Hah?"

"Hehe, biasa aja kali Mbak! Memang Mbak Kinan nggak pengen?"

"Ya pengen Ning, tapi kan masih urutan keberapa gitulah. Masih ada yang lebih prioritas!"

"nggak bisa gitu juga dong, kalau ketemu jodohnya cepet gimana?"

"Ya alhamdulillah..!" jawabku.

"Hahaha, insyaallah kalau Mbak Kinan nggak lama lagi sih!" ujarnya yang sukses membuatku menghentikan langkah.

"Masa sih? Aku aja nggak tahu loh!"

Anak bungsu ibuk itu tertawa lagi. "Tunggu aja deh ya!"

"Ya memang hanya menunggu kan Ning yang bisa kita lakukan?"

"Haha, betul!"

Cukup lama aku menemani Ning Alea berkeliling mencari barang-barang yang diinginkan. Sekitar satu jam setengah kita baru selesai. Untung saja tadi pakai motornya Gus Alfa yang model metic sehingga tidak terlalu kesulitan membawa belanjaan sebanyak ini.

"Mbak, melipir sebentar Yuk!" ajak Ning Alea.

"Kemana Ning? Nanti dicariin ibuk gimana?"

"Tenang aja, aku yang tanggung tapi Mbak Kinan yang jawab! Hahaha." candanya.

"Ih Ning jangan ah! Mbak nggak berani."

"Udah sih Mbak, tenang aja! sama aku kok. Mumpung hari kamis ini kan libur ngaji. Eh Mbak Kinan puasa?"

Aku mengangguk, siapa tahu Ning Alea berubah pikiran karena aku puasa dan saat ini sudah cukup sore.

"Janji deh sebelum buka puasa udah sampai pondok lagi!"

Aku menatap nya curiga, "Ning Alea pasti ada rencana rahasia kan?"

"Hehe, yang penting mbak Kinan setuju dulu."

Akhirnya aku mengalah dan ikut keinginan Ning Alea dengan syarat harus menghubungi ibuk dulu untuk minta izin.

Ning Alea mengajakku masuk ke sebuah Cafe yang cukup bagus. Bagus menurut mereka yang punya uang tentunya, kalau aku sih mending beli makanan di warung sebelah pondok. Aku harus sedikit manjaga diri agar tidak kelihatan norak lihat tempat sebagus ini. Maklum lah jarang pergi ketempat seperti ini. Tapi santri itu harus selalu bijak, harus pintar membawa diri di segala kondisi. Intinya ojok gumunan.

"Mbak kita di sini aja deh, area nongkrong. Biasanya nggak pesen makanan nggak masalah."

"Ning Alea kalau mau pesen juga nggak apa-apa."

"Jangan ah, aku pesen buat di bawa pulang aja sekalian buat buka puasa Mbak Kinan nanti."

Ning Alea pamit ke bagian pemesanan untuk memesan makanan dan aku langsung paham tujuan rahasia Ning Alea kesini setelah melihat seorang pria yang perawakannya tidak asing. Pria yang cukup tinggi, selalu berpenampilan rapi dan menarik. Kalau pas diam aura dan wibawanya tumpah-tumpah tapi sekalinya udah bersuara bisa konyol banget mirip bapaknya.

"Assalamualaikum, wah mimpi apa ini ya aku tadi malam bisa ketemu Mbak Kinan sang bintang komplek khodijah!" ujarnya dengan gaya super konyol.

"Waalaikumsalam, Gus Rey! Terimakasih atas gombalannya!"

"Haha, Mbak Kinan digombalin sama Aliando bukannya seneng malah sinis gitu sih!"

"Aliando waktu masih ngekost maksudnya?" sahut Ning Alea yang sudah kembali.

"Eh ada Kakak Alea juga ternyata!" ujar Gus Reyshaka pura-pura tidak tahu. Jelas aku mencibir kelakuannya, bagaimana tidak kalau menit selanjutnya dua saudara ini langsung asyik ngobrol. Kalau begini ceritanya aku nih yang mimpi apa semalam, bisa duduk diantara dua anak yang Masih berstatus pelajar SMA ini. Mana tadi Ning Alea pamit mau beli makanan buat buka puasaku lagi!

"Lah kapan mainnya Kak? Aku pulang pas liburan eh kakak besok balik pondok!" keluh Gus Rey setelah mendengar pernyataan dari Ning Alea kalau besok dia mau balik ke pesantren yang ada di Ngawi.

"Makanya ini aku sempatin ketemu di sini, untung Mbak Kinan mau, Rey!"

Terpaksa mau Ning!

Cekrek...

Tiba-tiba terdengar bunyi kamera..

"Bukti otentik! Segera kirim ke grup keluarga biar dua anak ini diseret ke KUA!" ujar sang pengambil foto yang tak lain adalah Gus Zein, dibelakangnya ada Gus Alfa juga.

"Setuju sekali Abang! Segera kirim! Ke Abi Iky malah lebih ampuh lagi!" ujar Gus Rey tanpa rasa bersalah dan langsung mendapat hadiah tinju dari kedua abangnya.

"Dasar Reyshableng!!" kata Gus Zein.

Kedua Gus yang baru datang itu langsung bergabung di meja kita.

"Kalian darimana?" tanya Gus Zein.

"dari belanja Bang, melipir kesini sebentar!"

"Beneran?" tanyanya lagi seperti tak percaya dengan jawaban Ning Alea.

"Bener, Abang Zein!!! Tuh lihat belanjaan kita!" ujar Ning Alea lagi untuk meyakinkan.

Gus Zein akhirnya mengangguk. Selanjutnya dia tersenyum padaku lalu kembali asyik ngobrol bareng Gus Rey dan Alea. Dan seperti biasa aku hanya jadi pendengar setia, bukan sekali dua kali aku terjebak dalam keluarga ahmad begini. Tapi kali ini bukan hanya aku yang memilih diam menjadi pendengar tapi ada Gus Alfa juga yang lebih banyak diam. Semakin lama kenal jadi semakin tahu sifatnya, beliau ini nggak banyak omong tapi kadang suka konyol juga, seperti kemarin itu waktu tiba-tiba beliau buka jendela mushola putri.

"Kak! Pesananku udah jadi, sekalian bayarin ya!" ucap Ning Alea pada kakaknya.

"Iya." jawab Gus Alfa singkat padat dan jelas lalu kembali fokus pada ponselnya.

Aku segera membantu Ning Alea untuk membawa belanjaan kamu ke parkiran, nasib baik Gus Rey dan Gus Zein langsung sigap membantu.

"Ini buat kamu!" kata Gus Zein pelan ketika selesai mengantar belanjaanku.

"Apa ini Gus?"

"Nanti dibuka di Pondok saja!"

"Nggih!" ucapku dan buru-buru memasukkan kertas surat ke tas kecilku karena Ning Alea sudah kembali membawa belanjaan terakhir kami.

Aku membawa motor sedikit lebih cepat karena selain waktu maghrib sudah semakin dekat, aku juga keburu penasaran dengan isi surat yang Gus Zein berikan.

Begitu sampai pondok aku langsung membawa masuk belanjaan Ning Alea lalu segera kembali ke kamar. Via dan yang lain langsung menyerbu titipan mereka sedangkan aku pilih menyeruput air putih karena sudah terdengar adzan maghrib.

Aku langsung menepi ke kamar mandi dan melupakan makanan yang Ning Alea belikan untuk buka puasa. Aku mengunci diri di kamar mandi dan dengan sedikit gugup juga deg-degan aku membuka surat dari Gus Zein.

Assalamualaikum..

Sebelumnya saya minta maaf kalau datangnya surat ini akan menganggu kamu.

Seperti fungsi surat pada umumnya, lewat surat ini saya ingin menyampaikan maksud dan tujuan saya. Saya rasa kita sudah sama-sama paham bahwa rasa suka pada yang belum halal itu adalah cobaan, bahkan cenderung mengajak ke arah maksiat.

Maka dari itu, Lewat surat ini saya sampaikan keinginan saya untuk memintamu sebagai istri saya, saya sadar secara umur mungkin saya ini jauh dari tipe idaman kamu. Saya juga sadar bahwa kemungkinan kamu menolak saya itu juga besar, mengingat saat ini kamu masih berjuang tholabul 'ilm. Saya minta maaf lagi karena dengan tidak tau dirinya nekat mengirim surat ini.

Saya bukanlah orang yang banyak mau dalam memilih pasangan karena saya sadar saya juga orang yang masih jauh sekali dari sempurna.

Kinanti Alfathunnisa, seseorang yang belakangan ini membuat saya harus ekstra mengendalikan diri agar tidak terjerumus ke hal berbau dosa. Tentunya apa yang kita inginkan itu sama yaitu hidup berkah.

Saya nekat sampaikan ini bukan untuk membebani kamu, selagi belum ada kesepakatan diantara kita terlebih lagi belum ada ikatan yang kuat dan halal, tetap fokus pada cita-citamu, tetap fokus mencari ridlo Allah. Saya akan tetap menerima semua keputusan kamu.

Kamu punya banyak waktu untuk memikirkan permintaan saya, dengan senang hati saya akan menunggu jawaban kamu sampai kamu benar-benar yakin dengan keputusan kamu. Dan perlu saya sampaikan saya sama sekali tidak keberatan punya istri yang masih harus nyantri.

Sekali lagi saya minta maaf.. Semoga surat ini tidak menganggu proses tholabul 'ilm kamu.

Wassalamualikum

Zein Maulan Ibrahim.

Aku menarik nafas dalam, tiba-tiba rasanya panas dingin begini ya?

Aku langsung memasukkan surat itu ke saku dan segera mengambil wudlu.

Gus Zein ada-ada saja, Bagaimana bisa hal semacam ini tidak akan membebani? Jelas sekali aku akan kepikiran ini terus.

Dan tadi dia tulis apa? Tidak keberatan punya istri yang masih harus nyantri?

Itu artinya jika aku menerimanya, aku akan langsung menikah tanpa menunggu khataman?

Duh Gusti Allah... Paringi petunjuk...

Related chapters

  • Pesan Rindu Dari Ma'had   Bab 5 : Menantu Idaman

    Jumat pagi ini seluruh penjuru komplek khodijah sedang disibukkan dengan kegiatan bersih-bersih lingkungan atau biasa disebut roan.Roan adalah hal yang melekat pada jati diri pesantren. Setiap santri dibebani untuk roan, minimal membersihkan kamarnya sendiri.Disamping kebersihan juga dianjurkan di agama kita, menjaga kebersihan juga merupakan anjuran dokter dan tentunya manfaat dari kebersihan untuk diri masing-masing.Di komplek ini, roan sebenarnya dilaksanakan setiap hari, tapi ada satu hari dalam sebulan diadakan roan akbar. Biasanya pada hari jum'at membersihkan taman-taman, lingkungan, kamar mandi, dan seluruh lokasi Pesantren. Saat-saat seperti ini sih para santri pasti semangat, taulah kenapa!Santri putra biasanya semangat berbondong-bondong ketika diutus roan di Pondok Putri. Sebenarnya begitu juga dengan santri putri sih.Tujuan roan akbar kali ini khusus untuk menyambut wali santri yang akan datang siang nanti, khususnya santri baru karena tanpa terasa 40 hari berlalu da

    Last Updated : 2022-06-16
  • Pesan Rindu Dari Ma'had   Bab 6 : Ngaji, Ngabdi, Rabi

    "Kinan! Bude kesini!"Aku mematikan kompor dan mendekat ke pintu dimana Rifah berdiri."Ibuku kesini?""Iya, cepetan minta izin dulu!"Segera saja aku menghampiri ibuk syifa untuk minta izin menemui orangtua ku. Dan setelah mendapat izin, aku segera menuju aula. Rasanya sudah tidak bisa menyembunyikan rasa bahagia, ayah sama ibu selalu sukses membuat kejutan.Begitu sampai aku masih harus celingukan mencari keberadaan kedua orangtuaku karena banyaknya orang di sini. Karena memang ini sambangan pertama untuk santri baru jadi tidak ada batasan jumlah keluarga yang boleh masuk."Mbak Kinan!"Aku menoleh ke arah suara dan ternyata Nisa yang memanggil, dia sedang bercengkrama dengan keluarganya. Demi kesopanan aku mendekat dan salim ke mamanya."Terimakasih ya Mbak Kinan, tadi Nisa banyak cerita kalau selama ini banyak dibantu Mbak Kinan." ujar mamanya Nisa."Sama-sama Ibu, sudah kewajiban kita saling membantu.""Oh iya ini buat Mbak Kinan." ucap mamanya lagi, beliau mengulurkan satu kotak

    Last Updated : 2022-07-13
  • Pesan Rindu Dari Ma'had   Bab 7 : Rumus Mencari Jodoh

    "Mak, aku pengen cerita sama kamu tapi ini rahasia!""Sudah kuduga! Tumben-tumbenan kamu ngajak aku belanja ke pasar, biasanya ogah kalau sama aku katanya aku ribet, mau ke pasar aja dandannya lama---"Aku membungkam mulut gadis manis ini, kalau soal pidato memang paling jago."Mau cerita apa?"Pertanyaan Rifah tidak langsung aku jawab, masih konsentrasi memilih wortel yang segar. Baru setelah mendapatkan semua bahan sesuai catatan dari ibuk, aku cerita pada Rifah mengenai surat dari Gus Zein, ngomong-ngomong dia orang pertama yang aku pilih untuk tahu. Aku sudah siap lahir batin untuk menerima reaksinya.Tapi diluar dugaan dia malah memegang keningku. "Nggak terlalu panas sih, tapi tetap harus ke dokter karena tingkat kehaluan kamu sudah sangat parah, stadium akhir!""Kamu nggak percaya, Mak?""Kinanku sayang, aku tahu kamu begitu mengidolakan om-om itu, maaf ya kalau aku kadang ikut dukung kehaluan kamu. Tapi aku prihatin sama keadaan kamu sekarang. Mana masih muda..!""Nih, aku tah

    Last Updated : 2022-07-14
  • Pesan Rindu Dari Ma'had   Bab 8 : Otw Nikah

    وَمَرۡيَمَ ابۡنَتَ عِمۡرٰنَ الَّتِىۡۤ اَحۡصَنَتۡ فَرۡجَهَا فَنَفَخۡنَا فِيۡهِ مِنۡ رُّوۡحِنَا وَصَدَّقَتۡ بِكَلِمٰتِ رَبِّهَا وَكُتُبِهٖ وَكَانَتۡ مِنَ الۡقٰنِتِيۡنَصَدَقَ اللهُ اْلعَظِيْمُAku menutup quranku dan maju untuk mencium tangan ibuk."Alhamdulillah Kinan, juz 28 sudah selesai. Yakin ini mau pulang? Nggak sekalian dikhatamkan? Dua juz lagi lho!""Saya pulang dulu Buk, insyaallah nggak lama. Kangen sama ayah dan ibu.""kemarin juga sudah ketemu kan? Nggak usah pulang aja ya?"Aku hanya bisa tersenyum sambil menggeleng, sebenarnya yang dikatakan ibuk syifa benar sih, tapi niat hati untuk pulang sudah bulat. Mumpung liburan ini juga, kalau pas libur lebaran malah nggak bisa pulang. Bukannya nggak bisa tapi nggak boleh sama ayah."Ya sudah, tapi nanti ya kamu pamitnya. Paling akhir-akhir pokoknya!" ujar Ibuk lalu keluar mushola karena aku yang ngaji terakhir.Hampir 8 tahunan aku mondok mungkin hanya dua kali aku bisa lebaran di rumah, selebihnya di sini. Kata ayah lebaran har

    Last Updated : 2022-07-15
  • Pesan Rindu Dari Ma'had   Bab 9 : Datang Melamarmu

    "Apa yang bisa Kinan bantu nih Bu?""Udah hampir selesai kok!"Aku ikut membantu ibu mengemasi nasi kuning ke plastik mika.Selama ini ibu, menjual makanan di pasar untuk membantu keuangan keluarga. Ada nasi kuning, bubur sumsum dan gorengan. Ibu biasanya menyiapkan bahan-bahannya sejak malam sebelum tidur, baru nanti jam 1 malam bangun lagi untuk masak baru paginya setelah sholat shubuh ibu berangkat ke pasar.Aku mengusap ujung mataku, kalau ngomongin ibu dan ayah rasanya nggk bisa kalau nggak nangis. Semoga aku segera bisa membantu mereka, agar mereka bisa istirahat dan gantian aku yang akan kerja."Kamu tidur lagi sana, nanti shubuh ibu bangunin lagi. Katanya mau ikut ke pasar!""Nggak apa-apa Bu, Kinan tadi udah cukup tidurnya. Kebetulan lagi nggak sholat juga.!"Dengan senang hati ibu menerima bantuanku, Alhamdulillah selesai lebih cepat dari biasanya jadi ibu bisa istirahat sebentar sambil menunggu sholat shubuh.Sementara ayah dan ibu sholat, aku menikmati mandi di rumah. Samp

    Last Updated : 2022-07-16
  • Pesan Rindu Dari Ma'had   Bab 10 : Pengorbanan Kinan

    "Kamu kok bisa ditelepon Ning Sean?""Aku juga nggak tau Din, udah ayo ke sana!"Dini diam walaupun wajah juteknya masih terlihat jelas. Pagi menjelang siang ini aku masih dalam suasana liburan pondok dan tanpa disangka semalam Ning Sean telepon ke nomor ayah. Beliau bilang sedang di salah satu tempat wisata daerah sini dan meminta aku kesana, katanya dipanggil Ibuk. Dan aku langsung berinisiatif ngajak Dini."Kamu yakin ibuk syifa nyuruh kita kesini?"Aku melirik Dini yang sejak tadi tidak berhenti kepo. "Insyaallah." jawabku singkat.Aku selesai memarkirkan motor dan langsung masuk mencari Ning Sean. Semalam sewaktu ayah tau Ning Sean menelponku kar

    Last Updated : 2022-07-17
  • Pesan Rindu Dari Ma'had   Bab 11 : Book Planner

    Author P.O.V"Hati-hati ya, jangan lupa selalu jaga diri dan berdoa." ucap sang ibu ketika Kinan-anak semata wayangnya pamit. Walaupun liburan pondok belum usai, Kinan sudah harus balik ke pondok, sejujurnya dalam hati Kinan masih ingin membantu orangtuanya namun dia sadar ada tanggungjawab besar yang harus segera dia selesaikan agar tidak semakin lama membebani orangtuanya."Ibu juga ya, sehat-sehat." balas Kinan sambil memeluk ibunya, entah keberapa kali.Setelah acara pamitan yang cukup drama tadi, Kinan juga menyempatkan pamit ke keluarga Dini yang tinggal sebelahan dengan rumahnya. Dan tanpa membuang waktu lama Kinan segera membonceng ayahnya yang sudah siap mengantar.Selama perjalanan Kinan pegangan erat Ke ayahnya, sambil memutar kenangan-kenangan indah di masa kecil. Dulu sewaktu kecil dia sering ikut ayahnya setor-setor sayuran ke pelanggan, lalu pulangnya pasti dibelikan roti tawar dan selai nanas. Bagi keluarga Kinan yang hidup pas-pasan makanan itu terasa mewah sekali."M

    Last Updated : 2022-07-19
  • Pesan Rindu Dari Ma'had   Bab 12 : Salman AlFarisi

    "Zein, besok minta berkah kyai yang tadi aja kalau pas pengajian nikah kamu. Bagus tausiyahnya, lucu juga!"Zein hanya bisa pasrah, sesekali mendengus merasa gemes sendiri dengan keluarganya. Heboh banget memikirkan rencana pernikahannya, padahal dirinya saja masih santai."atur ajalah Bude!" ujar Zein pada Budenya-Sheila."Lah kamu ini malah nggak semangat gitu! Jadi nikah nggak?" sahut tantenya nggak mau kalah."Iya ini, malah lemes! Siapin dong semuanya! Semangat! Masa mau nikah kok santai gitu!"Zein hanya bisa menatap pasrah rombongan ibu-ibu yang heboh banget membicarakan dirinya.Dito yang duduk di samping Zein menepuk bahu pemuda itu. "Yang tabah ya! Menghadapi ibu-ibu memang harus lebih sabar ya!"Zein menyikut sepupunya itu karena kalau dilihat dari ekspresinya Dito bukannya menguatkan tapi sebaliknya.Siang menuju sore itu bani Ahmad berkumpul di rumah Dito dan Sean karena pagi tadi diadakan acara tasyakuran 4 bulanan kehamilan Sean. ada beberapa santri juga yang diajak mem

    Last Updated : 2022-07-20

Latest chapter

  • Pesan Rindu Dari Ma'had   Gus Alfa

    Dulu ada masanya aku pernah begitu kepikiran kenapa orangtua selalu mengutamakan bibit, bebet dan bobot jika memilih jodoh untuk anaknya. Dan kenapa agama sangat menyarankan agar kriteria utama memilih pasangan adalah yang baik agamanya. Padahal tidak ada yang tahu bagaimana hidup seseorang kedepannya. Bagaimana kalau kita cinta sama orang yang tidak baik agamanya, atau berasal dari keluarga yang tidak jelas? Bisa saja saat ini dia terlihat buruk tapi seiring berjalannya waktu kita bisa merubahnya lebih baik, atau bisa saja dia berasal dari keluarga yang kurang baik tapi pribadi nya sendiri baik dan bisa dijadikan pasangan. Dan butuh waktu lama aku bisa mendapat jawaban.. Karena menikah itu bukan hanya persoalan dua orang, tapi menyangkut keluarga besar. Menikah bukan untuk coba-coba merubah hidup seseorang, tapi harus bisa menerima segala kekurangannya dan segala keadaan keluarganya. Kembali bertanya pada hati masing-masing, sanggupkah kita merubahnya menjadi lebih baik? Atau jang

  • Pesan Rindu Dari Ma'had   Alfarras Syafi Mubarak

    Alfarras Syafi Mubarak Tentang mengikhlaskan.. Memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Terkadang sebagai manusia, kita sudah merencanakan kehidupan dengan sedemikian sempurnanya. Terkadang juga mengeluh bahkan putus asa ketika takdir tak sesuai rencana.Salahkah?Tidak. Karena kita manusia biasa. Wajar bila mengeluh akan beratnya ujian Allah, yang tak wajar adalah ketika datang ujian tapi kita marah dan menjauh dari-Nya. Allah memberikan cobaan agar kita semakin mendekat, agar kita tidak pernah lupa bahwa diri kita hanyalah makhluk lemah tanpa kasih sayangNya.Ikhlas. Andai saja menjalaninya semudah mengucapkannya, pasti banyak orang yang bahagia walaupun mendapat ujian, karena yakin bahwa Allah membalasnya dengan pahala besar."Pulang yuk!" ajakku pada Kinan yang masih nyaman duduk di tempat favoritnya belakangan ini."Sebentar lagi ya Mas!" jawabnya pelan.Aku mengangguk dan pilih menemaninya di sini lebih lama lagi. Membiarkan dia melepas rindu dengan putra kecilnya. Putra

  • Pesan Rindu Dari Ma'had   Pesan Rindu Dari Ma'had

    Pada malam hari kembali digelar acara resepsi Zein dan Ayesha, rangkaian acaranya tetap sama pada umumnya namun yang membedakan adalah jumlah tamu. Hingga malam ini, tamu dari kedua keluarga masih terus berdatangan membuat semua keluarga besar Al Anwar harus sedikit lebih banyak menyiapkan tenaga, tapi tentu saja para santri senang bisa membantu."Ay, kamu udah benar-benar sudah ikhlas menjadi istriku?" tanya Zein disela-sela acara.Ayesha mendengus pelan mendengar pertanyaan konyol dari pria yang sudah berstatus suaminya ini. "Telat tanyanya, Bapak! Kalau mau tanya ya tadi pagi!" jawabnya lalu tersenyum karena saat ini ada salah beberapa temannya yang minta foto di pelaminan. Ayesha menyapa hangat teman-temannya yang sudah datang lalu mempersilahkan mereka duduk dengan nyaman."Gimana?" tanya Zein lagi ketika deretan teman Ayesha sudah meninggalkan pelaminan."Ikhlas lillahita'ala, Mas Zein!" jawab Ayesha."Aku mau minta maaf!" ucap Zein di dekat telinga Ayesha karena memang suara mu

  • Pesan Rindu Dari Ma'had   Bab 40 : Cinta Dalam Diam

    "Ma! Abang nggak mau bangun!"Arsha mengadu pada Sang Mama yang sedang sibuk mengarahkan santri-santri untuk menata perasmanan."Udah pakai berapa cara, Nak?" tanya Ralin, dia masih sibuk menata piring di meja."Cara halus sampai cara kasar, Ma! Nggak ngaruh sama sekali ke Abangnya!"Ralin menghela nafasnya lalu ikut Arsha munuju kamar.Hari masih gelap tapi suasana pesantren Al Anwar sudah sangat sibuk karena hari ini akan ada dua acara besar sekaligus, khataman dan pernikahan Zein.Berdasarkan hasil musyawarah keluarga setelah Zein melamar Ayesha, seluruh keluarga sepakat untuk menyatukan acara pernikahan Zein dan khataman. Hanif juga meminta agar akad nikah sekalian di pesantren ini. Walaupun lahir dan tinggal di Jakarta, ibunda Ayesha asli Semarang. Semenjak menikah dengan Habib Yakub Nur Alatas, Sang Ibunda diboyong ke Jakarta hingga menetap disana. Setelah musyawarah panjang, akhirnya keluarga Ayesha setuju untuk menggelar acara di Al anwar."Rey, bangun! Udah subuh kan?" Ralin

  • Pesan Rindu Dari Ma'had   Bab 39 : Amalan Kinan

    Di hari minggu siang kediaman Alfa dan Kinan terlihat ramai, hampir semua keluarga dan kerabat, juga tetangga berkumpul. Ditambah hadirnya beberapa santri dan juga anak-anak dari panti asuhan semakin menambah ramai suasana. Alfa sengaja mengundang orang-orang ini dalam rangka tasyakuran empat bulan kehamilan Kinan.Di sepanjang jalan komplek rumah Alfa dipenuhi mobil-mobil box yang berlogo restoran dan supermarket milik Alfa, dia sengaja mem-booking restorannya sehari itu untuk menyediakan makanan bagi para tamu. Alfa juga meminta sebagian karyawan supermarket untuk menyiapkan hampers (aka berkat) yang nantinya juga untuk tamu."Mbak Kinan beruntung sekali ya menikah sama Gus Alfa!" ujar Via saat mengintip acara di luar. Saat ini dia, Rifah, Rahma, Nur dan beberapa santri putra diajak Syifa ke rumah Alfa. Ada Dini juga tapi dia bergabung bersama keluarganya."Iya. Gagal sama om-om nggak sedih soalnya dapat gantinya kayak Gus Alfa!""Wahai anak-anak cantik! Kalian kira Gus Alfa juga n

  • Pesan Rindu Dari Ma'had   Bab 38 : Karir atau Suami?

    "Kamu apa kabar, Ay? Terakhir kita ketemu pas nikahan Alfa.""Alhamdulillah baik Mas!" jawab Ayesha ketika dia sudah duduk di depan Zein, dia juga sempat tersenyum sekilas pada Ridwan yang duduk di samping Zein. "Iya, aku terakhir ke sini juga pas nikahan Alfa itu!""Kamu kapan sampai Semarang?""Tadi pagi, tidur di hotel sebentar baru kesini.""Berapa hari di sini? Maaf ya aku ganggu kesibukan kamu!""Insyaallah lima harian Mas, besok mulai auditnya sampai tiga hari kedepan terus pengen staycation di sini dua hari. Nggak pengen ngapa-ngapain juga, bener-bener pengen me time mumpung dapat libur, rindu juga sama udara Semarang."Zein tersenyum tipis, ada sesuatu yang tidak nyaman di hatinya. Ayesha wanita yang selalu tidak sungkan menegaskan keinginannya. Mungkin kalau Ridwan yang dengar, tidak ada yang aneh. Tapi bagi Zein yang sudah mengenal betul sifat Ayesha, gadis itu sedang menjelaskan bahwa selama dua hari liburnya dia sama sekali tidak mau diganggu."Nggak ganggu Mas, aku kan y

  • Pesan Rindu Dari Ma'had   Bab 37 : Dendam Pribadi

    "Lagi ya?" tanya Alfa yang duduk di samping istrinya.Kinan menatap suaminya dengan wajah memelas. "nanti habis maghrib lagi ya? Bukannya aku nggak suka ngaji Mas, tapi kamu udah baca surat Yusuf tiga kali, terus surat maryam tiga kali juga."Alfa malah tertawa bahagia melihat istrinya mengeluh. Sehabis dzuhur tadi mereka berdua sudah murojaah dua juz secara estafet, setelah selesai Alfa meminta Kinan untuk menyimaknya membaca surat Yusuf dan Maryam. Seminggu terakhir ini Alfa paling rajin membaca dua surah itu."Pegel?" tanya Alfa yang diangguki Kinan. Alfa langsung memindah mushaf dari tangan Kinan ke meja lalu dia berbaring dengan pangkuan Kinan sebagai bantalnya.Kinan melepas peci Alfa dan langsung mengusap lembut rambut sang suami. Sebelah tangan Alfa terulur ke belakang tubuh Kinan untuk memijit pinggang istrinya, sambil dia mencium perut Kinan."Semoga dr. Vivian nggak ada dendam pribadi sama Kak Sean ya!""Hah?""Dulu itu dr. Vivian saingan berat Kak Sean untuk mendapat hati

  • Pesan Rindu Dari Ma'had   Bab 36 : Mimpi KInan

    "Kenapa kamu, Al?"Alfa berjalan pelan mendekati Sang Nenek yang sedang duduk santai di meja dapur bersama sang kakek. Sebelumnya dia mengintip mangkok besar yang ada di tengah meja."Ini yang masak siapa, Nenda?""Apanya? Sop?""Iya, yang kayak dibawa Tante tadi!""Itu yang masak kan Tante Naya, memang kenapa?" tanya Biya dengan ekspresi heran dengan tingkah cucunya."Beneran Tante Naya? Kok dikasih bawang putih banyak?" Alfa masih belum menyerah, dia membayangkan sedang dikerjain oleh keluarganya dan berharap Kinan benar-benar berada di sini, tiba-tiba muncul dengan senyum manisnya. Jika benar begitu dia

  • Pesan Rindu Dari Ma'had   Bab 35 : Cangkir Kopi

    "....Allahumma nawwir qulubanaa bi tilawatil Qur'an.."Alfa mengulangi kalimat dalam doa khataman itu sampai tiga kali sambil menangis. Bahkan Alfa menangis hingga akhir doanya. Acara simaan kali benar-benar terasa berbeda dari biasanya. Simaan kali ini dia gunakan sebagai ajang bermunajat pada Allah, memohon keselamatan dunia dan akhirat lewat berkat khatam quran."majelis kali ini benar-benar terasa lebih hikmat dari biasanya, Gus!" ujar Yusron ketika acara sudah ditutup dan jamaah dipersilahkan makan, tapi Alfa memilih tetap di tempat menikmati tehnya."Biasanya juga begini, Yus!""Ya secara rangkaian acara sih sama, tapi aku ngerasa lebih gimana ya, haru gitu aja pokoknya."

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status