Share

104

last update Last Updated: 2022-02-01 13:22:42

104

GOSIP MURAHAN

          “Dayu, tutup mulutmu! Kamu harus menyadari bahwa sikapmu yang seperti itulah yang membuat wanita tak suka!” Mami tiba-tiba menghardik anaknya. Kedua bola mata sayu itu kini membeliak besar. Begitu tampak rasa kecewa Mami yang besar kepada sang ragil. Aku setuju dengan beliau. Kalau saja Pak Dayu tak begitu padaku sejak awal, mungkin aku bisa saja menerimanya.

          “M-maafkan aku, Mi,” sahut pria itu dengan terbata-bata.

          “Minta maaf pada Riri! Berjanjilah untuk tidak menekannya lagi, meski dia telah menolakmu mentah-mentah!”

          Pak Dayu mengangguk. Terlihat dia begitu tak memiliki daya apabila di hadapan sang mami. Pria itu menatapku dengan tatapan yang lebih melunak. Dia pu

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pesan Nyasar Dari Sahabatku   105

    105MURKA MAMA Kata-kata Amad yang membuatku meradang hanya bisa kuabaikan. Tak kujawab dengan barang sepatah kata pun. Segera kurebut barang bawaanku darinya, lalu setengah berlari menuju mobil. Buat apa klarifikasi, pikirku. Telat! Semua orang di kantor ini telanjur telah berpikir bahwa kami telah menjalin hubungan spesial. Bila Pak Dayu memang merencanakan semua ini untuk mencemarkan nama baikku, maka sesungguhnya dia telah berhasil! Ya, dia memang kurang ajar. Laki-laki paling pecundang yang pernah kukenal di muka bumi ini kini bertambah menjadi satu lagi, yakni Handayu. Aku pun memasukkan seluruh bawaanku ke bagasi. Secepat kilat kututup kembali bagasi, kemudian masuk ke kursi kemudi. Tanpa menunggu lama, aku segera tancap gas. Melewati pos satpam begitu saja tanpa mengucapkan sepatah kata perpisahan atau ucapan terima kasih paa Amad.

    Last Updated : 2022-02-01
  • Pesan Nyasar Dari Sahabatku   106

    106SURAT SIDANG PERTAMA Suasana di rumah maupun di kantor sama tak enaknya untukku. Mama yang bersikap sinis padaku di rumah, lalu teman-teman kantor yang kini melemparkan pandangan aneh bin julid. Aku tak berani membahas masalah ini pada siapa pun, apalagi kepada Eva. Sejak pagi aku hanya diam di meja kerjaku. Menjawab beberapa panggilan customers yang lumayan berperikemanusiaan atau mengelola sosial media khusus pengaduan milik perusahaan yang tak begitu ramai komplain hari ini. Ketika hampir mendekati jam makan siang, tiba-tiba Eva menyeret kursi kerjanya ke mejaku. Menatap dengan penasaran seakan sikapku hari ini berbeda di matanya. “Riri, kenapa dari tadi diam aja, sih?” Mata wanita itu terlihat penuh selidik. “Hmm, ya?” tanyaku pura-pura gelagapan.

    Last Updated : 2022-02-02
  • Pesan Nyasar Dari Sahabatku   107

    107TANTANGAN UNTUK CHRIS “Udah, nggak usah dibahas! Aku sekarang turun ke resto. Tunggu aja di sana,” pungkasku. “Oke-oke. Aku segera meluncur. Kamu hati-hati di jalan. Bye.” “Assalamualaiku!” kataku dengan nada yang agak kesal. “Waalaikumsalam.” Sambungan telepon pun kupadamkan. Buru-buru aku keluar dari toilet dan betapa terkejutnya saat melihat Eva tengah mencuci tangan di wastafel yang berada tepat di seberangku. “Lama banget, Ri, di dalam?” Eva menoleh. Mengibas-ngibaskan tangan basahnya ke samping, kemudian menatapku dengan wajah y

    Last Updated : 2022-02-04
  • Pesan Nyasar Dari Sahabatku   108

    108PENGAKUAN CHRIS “Kalau memang berat untuk bercerita, lebih baik disimpan sendiri saja.” Aku berucap dengan nada menyerah. Mungkin setiap orang butuh privasi masing-masing. Aku jadi agak menyesal sebab telah menodong Chris untuk membeberkan aib masa lalunya. Bertepatan dengan itu, seorang pelayan perempuan dengan seragam batik lengan ¾ datang bersama sebuah nampan yang terisi penuh makanan di atasnya. Perempuan berkulit kuning langsat dan rambut disanggul rapi ke belakang itu meletakkan satu per satu pesanan kami. Ada nasi goreng black pepper yang menggoda selera, nasi panas dengan taburan bawang goreng yang wangi, sate jamur kancing, dan semangkuk sup jamur tiram bersama sayur mayur lainnya. Chris seakan mendapatkan jackpot besar setelah interupsi itu datang. Dia jadi tak harus menjawab pertanyaanku tadi. Agak nyesek,

    Last Updated : 2022-02-05
  • Pesan Nyasar Dari Sahabatku   109

    109TANGIS MAS HENDRA Kupandangi wajah Chris sejenak saat kami tiba di depan pintu ruang rawat inap biasa tempat di mana Mas Hendra berada. Masa kritisnya sudah lewat. Menurut dokter yang merawat, suamiku itu sudah dipindahkan sejak kemarin sore ke ruangan yang kebetulan hanya dihuni oleh dirinya seorang karena masih sepi pasien. Chris lalu balik menatapku. Mengangguk kecil seperti memberikan penguatan atas keraguan yang mendadak muncul. “Masuklah duluan,” ucapnya lirih. Aku pun dengan setengah enggan menarik handle pintu dan membuka pintu perlahan. Kulihat sesosok pria sedang terbaring di ranjang pertama dekat toilet dan pintu masuk. Pria yang tangan kanannya terpasang borgol itu menoleh ke arahku. Tatapannya sayu. Waja

    Last Updated : 2022-02-05
  • Pesan Nyasar Dari Sahabatku   110

    BAGIAN 110SURAT DARI MAS HENDRA Kepada YTH. Riri Mustika Di tempat Berkenaan dengan sidang mediasi hari ini yang dilaksanakan di kantor Pengadilan Agama, saya Hendra Purnama menyatakan menerima segala tuntutan cerai yang Anda layangkan dan sepakat untuk berpisah secara baik-baik. Atas segala harta yang kita miliki selama pernikahan berlangsung, saya merelakan bahwa harta tersebut dikelola oleh Anda demi kepentingan putri semata wayang kita, Carissa Farzana. Saya juga berkomitmen untuk tidak akan pernah hadir pada sidang-sidang selanjutnya demi proses perceraian yang lebih cepat. Sekian surat pernyataan ini saya buat. Surat ini saya buat tanpa paksaan oleh

    Last Updated : 2022-02-07
  • Pesan Nyasar Dari Sahabatku   111

    BAGIAN 111TANTANGAN DARI CHRIS Usai makan-makan siang itu, sepanjang perjalanan pulang tak ada bahasan lain yang dicelotehkan oleh Mama selain kebaikan hati bos licikku. Berbagai sanjung puji dia sematkan kepada lelaki bertubuh gempal dengan kulit putih tersebut. Bila dilihat, mungkin kupingku telah berubah merah padam sebab panas sendiri dengan kalimat-kalimat hiperbola Mama. Andai dia tahu yang sebenarnya. Tunggu saja, pikirku. Suatu saat nanti, kedok Pak Dayu akan kubuka agar seluruh keluargaku sadar. “Dia itu orangnya benar-benar rendah hati. Jarang sekali ada laki-laki yang sikapnya begitu, lho! Apalagi dia itu punya pangkat tinggi.” Mama berkicau lagi. Seakan-akan belum puas untuk memberikan sanjungan setinggi langit untuk calon mantu idamannya. “Ya, betu

    Last Updated : 2022-02-09
  • Pesan Nyasar Dari Sahabatku   112

    BAGIAN 112SEMUA ORANG BAHAGIA, KECUALI AKU Sidang mediasi Bang Tama dan Mbak Sherly yang digelar hanya selisih sehari denganku pun juga berjalan dengan sangat lancar. Chris yang mendampingi keduanya. Setelah menjabarkan segala bukti maupun saksi-saksi, sidang tersebut berakhir dalam waktu yang sangat singkat. Absennya Mbak Indri maupun Bang Edo menambah satu poin kemenangan bagi Bang Tama maupun Mbak Sherly. Chris memastikan bahwa sidang-sidang berikutnya bakal semakin mulus. Surat cerai bakalan segera digenggam oleh keduanya. Keberhasilan kerja keras Chris sebagai pengacara kami bertiga nyatanya tak begitu membuat sikap Mama kunjung berubah. Beliau tetap saja dingin pada pria berwajah blasteran tersebut. Sedikit bercakap, apalagi tersenyum. Saat Pak Dayu alpa di pandangan matanya pun, nama pria berkumis tebal itulah yang lagi-lagi Mama ga

    Last Updated : 2022-02-10

Latest chapter

  • Pesan Nyasar Dari Sahabatku   119

    BAGIAN 119 AKHIR KISAHKU “Tuh, kan!” desisku penuh kecewa. “Mana lihat?” Chris meringsek maju. Merebut tespek dari jemariku. Satu garis merah yang tertera jelas di alat tes kehamilan itu lantas membuat raut wajahnya termenung. Aku tahu jika Chris pasti kecewa. “Kan, apa kubilang, Mas. Aku belum hamil. Makanya jangan dicek-cek dulu,” keluhku setengah putus asa. “Cup-cup, jangan manyun gitu, dong. Nggak apa-apa. Kan, cuma iseng-iseng cek doang. Nggak usah sedih, ya,” sahut suamiku dengan penuh kesejukan. Langsung tespek itu diletakan Chris di atas flush toilet. Dia lalu mendekap tubuhku erat-erat dan mengecup puncak kepala ini dengan penuh kehangatan. “

  • Pesan Nyasar Dari Sahabatku   118

    BAGIAN 118HADIRNYA PENYESALAN “Apa-apaan ini?! Tidak, pernikahan ini tidak boleh terjadi! Siapa yang mengizinkan mereka berdua menikah? Siapa?!” Pekik jerit histeris itu tiba-tiba memecah suasana khidmat menjadi mendadak kacau balau. Sontak, seluruh tamu undangan yang hadir melemparkan pandang ke arah suara, tepatnya di depan pintu masuk sana. Termasuk diriku yang sedang memangku Carissa dengan derai air mata haru yang tiada tara. Mataku pun langsung membelalak besar demi melihat sosok di depan. Seorang pria berkulit legam dengan tubuh kurus dan pakaian yang sangat seadanya. Bahkan kaus yang dikenakannya lebih jelek daripada kain lap di dapur kami. “Edo!” Jeritan itu berasal dari Mama yang sedang menerima sungkeman Bang Tama dan Mbak Sherly. Kulempar pandang lagi ke arah Mama, wajah beliau terperanjat. Lebih-lebih l

  • Pesan Nyasar Dari Sahabatku   117

    BAGIAN117 Bau makanan bercampur obat kini menyeruak saat aku membuka pintu ruangan VIP tempat di mana mantan kakak iparku dirawat. Ya, Mbak Indri jatuh sakit dan dilarikan ke rumah sakit oleh keluarga besarnya sejak kemarin. Pagi-pagi Bang Tama sudah ditelepon oleh ibunya Mbak Indri, tetapi Bang Tama menolak untuk datang menjenguk sebab masih harus mengurusi beberapa masalah bisnis. Baru hari inilah pria yang telah berhasil menyusutkan berat badannya sebanyak 15 kilogram dengan giat berolahraga itu mengiyakan permintaan keluarga sang mantan istri. Aku tahu, pasti sangat berat bagi Bang Tama untuk melakukannya. Mataku langsung membulat besar saat melihat ruangan yang seharusnya bersih dan rapi itu malah tampak acak-acakkan. Banyak sekali barang bawaan di dalam sini. belum lagi orang-orang yang berjubel duduk melantai. Terlihat Pak Surat dan Ibu Yatni yang tak la

  • Pesan Nyasar Dari Sahabatku   116

    BAGIAN 116Dua bulan kemudian …. “Selamat, kamu telah mendapatkan apa yang kamu inginkan,” ucapan itu terdengar begitu putus asa. Lewat jeruji pembatas, kulihat senyum itu melengkung dengan getir. Sosok kurus dengan kantung mata yang terlihat menghitam itu menatapku dengan sendu. Sedih aku melihatnya. Apalagi rambutnya yang dulu lebat dan tebal, kini telah hilang. Menyisakan kepala gundul licin yang memprihatinkan. “Makasih, Mas. Ini akte cerainya. Silakan kamu simpan baik-baik,” ujarku sembari menyodorkan map berwarna kuning di mana ada selembar akta cerai dengan warna senada dan beberapa kopi salinannya. Kumasukan map itu lewat celah jeruji besi. Pria yang duduk di atas kursi dengan tangan terborgol itu hanya dapat memandangnya dengan nanar. Lambat laun, senyum di wajah Mas Hendra kembali melengkung hampa.

  • Pesan Nyasar Dari Sahabatku   115

    BAGIAN 115UNGKAPAN CINTA “Kenapa Mama diam? Sebegitu bencinyakah Mama pada Chris? Apa salah laki-laki itu?” Mama menggelengkan kepalanya. Bagaikan daun kering yang digoyang-goyang oleh semilir angin, gerakannya. Lemah. Aku tahu pasti bahwa gelengan Mama barusan tidaklah 100% tulus. Mama hanya takut kehilanganku, tetapi belum bisa menerima apa yang sebenarnya sangat kubutuhkan. Ya, aku sadar bahwa yang kubutuhkan saat ini adalah Chris. Tak bisa kupungkiri atau kututupi lagi bahwa pria itu telah mencuri hatiku. Jangan tanyakan apa alasannya, hanya hatiku yang bisa menjawab. “Kamu … betul-betul menyukai laki-laki itu?” Mama bertanya dengan suaranya yang pelan. Dari tiap inci gerakan bibir beliau, tersirat suatu penyangkalan yang besar. Mama masih deni

  • Pesan Nyasar Dari Sahabatku   114

    BAGIAN 114 “Mbak Riri, kamu dipanggil Pak Dayu untuk menghadap ke ruangannya.” Perintah Bima yang tiba-tiba itu membuat lamunanku seketika buyar. Pundak yang sebelumnya melorot, kini terangkat tegak. Jantungku yang semula iramanya normal, kini cepat tak keru-keruan. “Kenapa cuma bengong? Cepat ke sana. Nanti kena semprot!” ujar Bima lagi dengan muka jutek. “Alah, nggak mungkin disemprot. Masa sama yayang sendiri galak, sih?” Pak An menceletuk dari kubikelnya. Dia tak menampakkan wajah. Hanya suaranya saja yang menggema plus membuat kupingku memanas seketika. Kurang ajar! Sembarangan saja kalau ngomong. “Eh, iya. Lupa!” ledek Bima sambil melengos sinis. Pria yang baru saja masuk

  • Pesan Nyasar Dari Sahabatku   113

    BAGIAN 113APA MAKSUDNYA? “Sebenarnya … aku belum ingin menceritakan ini,” ucapku dengan bibir yang sungguh gemetar. Namun, Mama masih saja mencengkeram kedua lenganku. Mengguncangnya kuat demi memaksaku mempercepat cerita. “Ayo, lekas katakan! Jangan ada yang ditutup-tutupi!” Suara Mama semakin bertambah kencang saja. Membuatku semakin takut jikalau anak-anak menjadi trauma. “Mbak, tolong bawa anak-anak ke depan dulu,” kataku seraya menoleh ke arah Mbak Sherly yang wajahnya terlihat pias. Wanita yang mengenakan pasmina dan tunik berwarna dusty purple tersebut mengangguk cepat. Tergopoh-gopoh turun dari kursi seraya menarik tangan anaknya dan menuju ke arah kami. Mbak Sherly b

  • Pesan Nyasar Dari Sahabatku   112

    BAGIAN 112SEMUA ORANG BAHAGIA, KECUALI AKU Sidang mediasi Bang Tama dan Mbak Sherly yang digelar hanya selisih sehari denganku pun juga berjalan dengan sangat lancar. Chris yang mendampingi keduanya. Setelah menjabarkan segala bukti maupun saksi-saksi, sidang tersebut berakhir dalam waktu yang sangat singkat. Absennya Mbak Indri maupun Bang Edo menambah satu poin kemenangan bagi Bang Tama maupun Mbak Sherly. Chris memastikan bahwa sidang-sidang berikutnya bakal semakin mulus. Surat cerai bakalan segera digenggam oleh keduanya. Keberhasilan kerja keras Chris sebagai pengacara kami bertiga nyatanya tak begitu membuat sikap Mama kunjung berubah. Beliau tetap saja dingin pada pria berwajah blasteran tersebut. Sedikit bercakap, apalagi tersenyum. Saat Pak Dayu alpa di pandangan matanya pun, nama pria berkumis tebal itulah yang lagi-lagi Mama ga

  • Pesan Nyasar Dari Sahabatku   111

    BAGIAN 111TANTANGAN DARI CHRIS Usai makan-makan siang itu, sepanjang perjalanan pulang tak ada bahasan lain yang dicelotehkan oleh Mama selain kebaikan hati bos licikku. Berbagai sanjung puji dia sematkan kepada lelaki bertubuh gempal dengan kulit putih tersebut. Bila dilihat, mungkin kupingku telah berubah merah padam sebab panas sendiri dengan kalimat-kalimat hiperbola Mama. Andai dia tahu yang sebenarnya. Tunggu saja, pikirku. Suatu saat nanti, kedok Pak Dayu akan kubuka agar seluruh keluargaku sadar. “Dia itu orangnya benar-benar rendah hati. Jarang sekali ada laki-laki yang sikapnya begitu, lho! Apalagi dia itu punya pangkat tinggi.” Mama berkicau lagi. Seakan-akan belum puas untuk memberikan sanjungan setinggi langit untuk calon mantu idamannya. “Ya, betu

DMCA.com Protection Status