Share

Bab 23

Author: Aprillia D
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Baru saja Safira ingin bilang ke Gilang kalau dia mau menerima ajakannya untuk jalan. Namun urung. Safira rasa waktunya tidak pas. Safira juga merasa sikap Gilang agak berbeda belakangan ini, entah karena apa? Atau mungkin hanya perasaannya saja?

Safira lalu melemparkan pandangan ke luar kelas, para siswa nampak berlalu-lalang bersamaan dengan Evan yang masuk ke kelas.

"Lo tadi ngapain, sih? Lama banget lagi. Muka lo kenapa kusut gitu?" Safira langsung melemparkan pertanyaan beruntun tatkala lelaki itu meletakkan tas di bangkunya. Wajah Evan memang tampak kusut seperti sedang memikirkan masalah. "Lo  ada masalah?" tanya Safira lagi. Tubuhnya berbalik menghadap Evan yang duduk di belakangnya.

"Iya. Gue emang lagi ada masalah," sahut Evan.

"Cerita aja ke gue." Safira tersenyum menatap Evan yang justru terdiam. Evan memang ada masalah dengan Fajar dan Tino, tapi dia tidak mau menceritakannya pada Safira. Safira tak boleh tahu masalahnya yang menyang

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Persona   Bab 24

    Safira termenung menatap tembok kamarnya. Pikirannya dipenuhi berbagai praduga tentang apa yang dia lihat di parkiran tadi siang. Masih terekam jelas di ingatannya, Gilang memboncengi seorang cewek menuju ke luar gerbang sekolah. Dan cewek itu sama dengan yang memanggilnya tadi pagi. Dugaan Safira bahwa cewek itu ada hubungannya dengan perubahan sikap Gilang jadi semakin kuat. Benak Safira bertanya-tanya. Siapa cewek itu? Apakah cewek itu pacarnya? Perasaan Safira seketika mencelos membayangi pertanyaan terakhir itu. Tapi, kalau dipikir-pikir rasanya tak mungkin Gilang mempunyai pacar secepat itu. Selama ini dia juga tak pernah melihat Gilang dekat dengan perempuan mana pun. Lantas siapa cewek yang diboncenginya itu? Apakah keluarganya? Atau teman biasa? Sungguh praduga-praduga tentang Gilang memenuhi otaknya sejak dia pulang sekolah tadi. Safira tak bisa berhenti memikirkan lelaki itu. "Apa aku tanya Gilang aja kali, ya? Dari pada pen

  • Persona   Bab 25

    "Jadi bener cewek itu bukan pacar lo?" Safira bertanya memastikan pengakuan Gilang di chat tempo hari. Gadis itu menatap Gilang yang berdiri di sampingnya penuh selidik. Gilang mengangguk tanpa ragu. "Masak gue bohong." Safira lalu tertunduk, "hmm baguslah," gumamnya pelan sembari tersenyum. Namun, masih terdengar oleh Gilang. Gilang mengernyit, "bilang apa barusan?" "Ha?" Safira mengangkat kepalanya, menatap Gilang. "Bilang apa?" "Barusan lo bilang bagus. Bagus apanya?" Safira tertegun. "Oh... Ya bagus. M-maksud gue..." Safira tiba-tiba menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Maksud gue bagus kalau lo nggak punya pacar karena kan biar fokus sama sekolah aja dulu gitu. Nggak boleh pacaran." Gadis itu lalu menyeringai menampakan barisan giginya yang rapi. Dia berjalan di sisi lelaki itu yang terus melangkah, mereka berjalan berdampingan di koridor yang ramai. Gilang hanya tersenyum dalam hati sesekali melirik Safira yang ju

  • Persona   Bab 26

    Hari-hari terus berlalu dan anehnya Gilang merasa perasaannya ke Safira semakin hari, berubah.Dia mulai menyukai gadis itu. Dan dia sadar perasaan ini real perasaan sayang. Bukan sekadar mempermainkan. Dia sadar, dia telah terjebak dengan perasaannya sendiri. Gilang semakin yakin dengan perasaannya terhadap Safira yang dia rasa semakin hari kian besar. Tiada hari yang dia lewati tanpa membalas pesan gadis itu jika gadis itu menghubunginya lebih dulu. Bahkan saat dia sedang bersama kekasihnya sekali pun. Seperti saat ini. Viona dan Gilang tengah bermalam minggu di kafe sekaligus merayakan hubungan mereka yang sudah memasuki satu bulan. Dan seharusnya malam ini menjadi malam yang sangat istimewa. Tapi Viona tidak merasakan suasana romantis layaknya jalan bersama pacar karena sejak tadi Gilang sibuk dengan ponselnya dan hanya menanggapi ocehannya sesekali. Viona kesal melihatnya. Dia curiga kalau Gilang sibuk menghubungi kakak tingkatnya itu. Maka keti

  • Persona   Bab 27

    Gilang: Fir, GUE SAYANG SAMA LO FIRR!! Dahi Safira berkerut samar menatap layar ponselnya yang menampilkan laman chat aplikasi berwarna hijau. Ada banyak pesan dari Gilang yang belum dia baca dan pesan terakhir yang terpampang di layar ponselnya membuatnya bertanya-tanya. Apa maksud pesan itu? Cepat-cepat dia mengklik pesan tersebut seiring dengan jantungnya yang berdegup kencang. Safira semakin terkesiap begitu mendapati rentetan pesan dari Gilang dan pesan terakhir dari lelaki itu menyatakan perasaan terhadapnya. Safira memegangi dadanya bagian kirinya sambil matanya tak lepas dari menatap pesan terakhir itu. Jadi selama ini Gilang menyukainya? Tanpa sadar gadis itu tersenyum samar. Dia sungguh tak menyangka. Dia pun segera mengetikkan balasan. Safira: Masya Allah... Hanya kata itu yang bisa Safira kirimkan. Nyatanya dia tak mampu berkata-kata. Tak tahu harus mengatakan apa lagi. Wajahnya tak bisa berhenti tersenyum. Gadi

  • Persona   Bab 28

    "Jadi gimana? Kamu mau, kan, jadi pacar aku?" Safira membeku mendengar pernyataan dari lelaki yang ada di hadapannya kini. Jantungnya berdebar tak keruan. Tangannya yang digenggam oleh lelaki itu terasa berair karena keringat. Rasanya dia tak percaya lelaki di hadapannya kini baru saja menyatakan perasaan suka terhadapnya. Semua terjadi begitu mendadak. Berkali-kali dia menggigit bibir bagian dalamnya. Memastikan kalau ini nyata, bukan mimpi. "Fir..." Panggil lelaki itu lagi menyadarkan lamunannya. "Ha...eng...gue..." Safira tampak gelagapan. "Jawab aja. Kamu mau atau nggak?" tanya lelaki itu lagi. Matanya menatap sayu mata Safira yang kebingungan. Sumpah, Safira tak tahu harus bersikap bagaimana. Takut tindakannya salah. Seandainya dia tahu bakal seperti ini pasti dia sudah menyiapkan jawabannya jauh-jauh hari atau meminta pendapat Riri dulu. "Gue bingung, Gilang," jawab Safira akhirnya. Gadis itu meringis.

  • Persona   Bab 29

    Gilang: Terima kasih, ya, Sayang udah nerima aku. Lagi, Gilang mengucapkan terima kasih melalui chat aplikasi berwarna hijau. Safira yang tengah berbaring bersiap untuk tidur mengulum senyum. Biasanya sepulang dari bepergian dia langsung tidur. Namun, kali ini akan ada perubahan dari kebiasannya. Sebelum benar-benar tidur Safira harus chatingan dengan seseorang dulu. Dan sepertinya dia akan sering melakukannya. Safira mengetikkan balasan. Safira: sama2 Gilang. Gilang: sekarang kamu lagi apa? Safira: lagi mau tidur. Gilang: udah makan malam? Kalau mau tidur jangan lupa cuci muka sama kaki dulu biar bersih dan enak pas tidurnya. Safira tersenyum simpul membaca pesan itu. Safira: iya, udah cuci muka sama kaki, kok. Tapi nggak makan lagi. Aku nggak laper. Udah mau tidur juga. Gilang: Ya, udah kalau emang mau tidur. Aku juga mau tidur sekarang. Good night, Sayang. Safira: Good Night juga Gilang

  • Persona   Bab 30

    Tak lama kemudian, bel tanda masuk berbunyi. Jam istirahat telah habis. Para siswa yang sibuk bercengkrama di luar bergegas masuk ke kelas bersamaan dengan guru yang mengajar hari ini masuk ke kelas. Termasuk Evan. Pelajaran matematika pun dimulai dan berlangsung seperti biasa. Di sela belajarnya, Evan mengingat kejadian seminggu lalu. Ketika dia mengangkat telepon dari Tino yang tetiba menghubunginya. "Ya ada apa?" tanya Evan ketika sambungan telah terhubung. "Lo masih marah sama gue?" Terdengar suara Tino menyahut di seberang. Evan tak menyahut. "Maafin gue, ya? Kemarin gue kebawa emosi hingga gue kelepasan ngomong buat akhirin hubungan kita," kata Tino. "Gue nggak bermaksud buat nyakitin lo dan mutusin hubungan kita." Dari suaranya, Evan bisa merasakan perasaan bersalah Tino. Evan sebenarnya juga tak menyangka kalau Tino akan menghubunginya lagi setelah pertengkaran itu. Apa maksudnya semua ini? Apakah Tino akan meng

  • Persona   Bab 31

    Seperti rencana kemarin, di minggu pagi yang cerah ini Gilang mengajak Safira jalan-jalan. Mereka mengunjungi salah satu tempat makan terbaik di Jakarta."Kamu harus cobain masakan di sini, enak banget," kata Gilang sambil memandangi hidangan yang tersaji di hadapannya dan Safira. Aroma makanan menguar di udara. Ada dua piring nasi putih, seekor ayam bakar, sepiring tempe bacem, beberapa potong ikan goreng, dan semangkok sayur asam. Begitu menggugah selera. Safira hanya manggut-manggut, bersamaan dengan perutnya yang tetiba berbunyi membuat Gilang yang duduk di sampingnya menahan senyum. Safira juga. Dari pagi gadis itu memang belum makan. "Perutnya udah kode, tuh. Tunggu apa lagi? Buruan makan," ajak Gilang yang akan mengambil sendok dan garpu yang tersedia di meja. "Iya," Safira pun mulai mengambil sedikit lauk-pauk dan sayuran di piringnya lalu melahapnya. "Gimana? Enak, kan?" tanya Gilang di sela makannya. Safira hanya menganggu

Latest chapter

  • Persona   Bab 75

    Satu bulan kemudian. Gadis yang duduk di atas kursi roda itu termenung menatap ke luar kaca jendela. Masih di kamarnya yang berada di lantai dua gedung kosan ini.Gadis itu mengingat kejadian demi kejadian yang di alaminya satu bulan belakangan. Dia yang tertabrak truck sampai kakinya terlindas dan masuk rumah sakit. Dia bahkan sempat koma selama dua minggu. Dia juga melewati acara perpisahan yang di laksanakan tepat saat dirinya dirawat di rumah sakit. Dia dinyatakan lumpuh. Kaki bagian tempurungnya pecah dan busuk, karenanya kakinya harus dipotong. Tiga hari yang lalu Gilang sempat datang menemuinya. "Aku nggak bisa Gilang. Dengan keadaan aku yang sekarang aku nggak pantas buat kamu," ucapnya ketika cowok itu melihat bagaimana keadaannya yang sekarang, cowok itu masih bersedia mengajaknya balikan. "Kamu nggak boleh ngomong gitu, Fir. Aku nggak peduli kondisi kamu sekarang. Karena cuman kamu perempuan baik yang bisa mengubah aku menjadi lelaki yang baik juga. Apa pun keadaannya

  • Persona   Bab 74

    "Makasih, ya, udah nemenin.""Sama-sama." Safira tersenyum, sebelum akhirnya masuk ke kamar dan menutup pintu. Safira menghela napas lelah seiring dengan bokongnya mendarat di tempat tidur. Dan melepaskan tasnya di tempat tider. Perjalanan hari ini harusnya cukup menenangkan pikirannya, tapi membaca berita di koran itu membuat dia tidak bisa berpikir dengan tenang.Belum sembuh kesedihannya atas kepergian Viona secara mendadak yang dia dengar dari pihak sekolah tempo hari. Dan sempat menggegerkan warga SMA Tunas Bangsa. Dia bahkan masih ingat jelas bagaimana histerisnya orang tua Viona di depan jenazah sang anak, di hari pertama dia ikut melayat. Biar bagaimana pun Viona adik kelasnya. Dia ikut merasa sedih dan kehilangan.Hari ini dia kembali diingatkan dengan kabar duka itu ketika membaca isi koran tadi.Dan ini semua gara-gara Gilang. Kebencian Safira terhadap lelaki itu rasanya semakin dalam. Safira merogoh kembali tasnya. Mengeluarkan koran tersebut. Membaca ulang berita itu.Dr

  • Persona   Bab 73

    Beberapa minggu kemudian...Siang itu keadaan pasar cukup ramai. Pedagang buah berjejer di tepi jalan, menyapa pejalan kaki yang lewat, berlomba-lomba menawarkan dagangannya, berdampingan dengan kios penjual kaset yang memutar lagu dangdut cukup keras. Membuat hiruk-pikuk suasana pasar semakin terasa.Safira akhirnya memutuskan ikut Tika ke pasar, ketika gadis itu mengajaknya untuk menemaninya ke toko buku. Hitung-hitung refreshing, berharap bisa melupakan masalah-masalahnya sejenak. Mereka berjalan kaki menyusuri tepian pasar mencari toko buku yang ada di antara kios kaset itu. Motornya mereka parkir cukup jauh dari tempat mereka sekarang.Ketika menemukan sebuah toko yang bagian depannya terdapat buku-buku, Tika melangkahkan kaki ke sana, diiringi Safira.Ketika masuk ke dalam mereka disuguhkan dengan pemandangan lemari kaca yang tersusun berbagai macam buku di dalamnya. Safira mengedar pandangan di ruangan itu. Di sana ternyata tak hanya menjual buku, tapi juga ada majalah-majalah

  • Persona   Bab 72

    Safira duduk di kursi belajarnya. Kedua sikunya bertumpu ke meja, dengan kedua tangannya memegangi kepalanya. Seandainya kepalanya bisa dibelah, mungkin di dalamnya ada api yang terlihat membakar isi kepalanya hingga kepalanya terasa panas dan ingin pecah.Safira benar-benar tak mengerti dengan sikap Gilang. Dia benar-benar tak tahu harus percaya atau tidak. Sikap lelaki itu sulit untuk diterka. Kadang begini, kadang begitu. Tadinya Safira ingin mengusir lelaki itu dan tidak akan percaya dengan apa pun yang dikatakan olehnya. Namun, pandangan lelaki itu membuat keputusan Safira berubah. Saat melihat tatapan itu, hati kecilnya mengatakan kalau Gilang sedang jujur. Ingin rasanya dia percaya, tapi tak dapat dimungkiri perasaannya juga takut.Maka dari itu, ketika Gilang bertekuk lutut, dia berusaha melepaskan diri dari lelaki itu. Dengan melawankan perasaannya dia mengusir lelaki itu. Awalnya, Gilang enggan pergi sebelum Safira memaafkannya, tapi akhirnya Gilang mengalah dan sebelum dia

  • Persona   Bab 71

    Pagi itu Gilang menemui Viona di rumah. Rencananya dia akan mengajak gadis itu jalan. Meskipun sebenarnya jauh di lubuk hatinya, lelaki itu tidak sepenuh hati melakukan semua ini. Karena pikirannya pun terganggu dengan kejadian semalam. Sejak tadi fokusnya terpecah. Dia ingin menyelesaikan masalahnya dengan Safira tapi dia harus menemui Viona terlebih dulu. Gilang menyeringai lebar di depan pintu, saat dilihatnya pintu rumah itu di buka dari dalam dan Viona muncul. "Udah siap?" Gilang memperhatikan penampilan Viona pagi itu yang terlihat masih mengenakan pakaian tidur. Gadis itu bahkan menatapnya datar."Kita nggak jadi jalan hari ini, Kak," "Kenapa?" Viona menatap jalanan komplek yang sepi. Sebelum akhirnya angkat bicara. "Gue tau kak sebenarnya kak Gilang itu sayangnya sama kak Safira, kan?" katanya to the point. "Jawabannya pasti iya. Karena sejak awal kak Gilang emang nggak pernah suka sama aku. Akunya yang maksain. Selama ini aku terobsesi sama kak Gilang sampai aku ngelakuin

  • Persona   Bab 70

    Safira terus melangkah menyelusuri koridor sekolah itu seiring dengan perasaannya yang bergejolak. Dia telah menelusuri semua tempat di sekolah itu tapi tak tampak tanda-tanda ada orang. Apa lagi Viona dan Gilang. Safira sempat berpikir kalau Viona membohonginya. Atau mereka belum sampai?Tanpa sadar, langkahnya membawanya ke depan pintu toilet, dia berhenti. Safira menghela napas. "Bener nggak sih?" Safira bergumam sendiri sambil matanya mengedar ke penjuru koridor seberang yang agak gelap. Benar-benar tidak ada siapa-siapa.Sejurus kemudian, dia tertegun. "Jangan-jangan gue dibohongin sama tuh bocah. Ya ampun, kenapa gue percaya, sih? Di jam segini mana ada orang."Safira lantas meringis. Dia tiba-tiba ingin buang air kecil. Ketika dia menoleh ke samping kiri, dia tersadar ada toilet.Safira memutuskan buang air kecil dulu sebelum pulang.Pelan, kakinya melangkah, memasuki toilet wanita tersebut. Dan terkejutlah dia dengan apa yang dilihatnya di

  • Persona   Bab 69

    Beberapa hari setelah kejadian itu, Gilang kembali dekat dengan Safira. Gilang sering menemuinya untuk menghibur gadis itu.Safira masih tak menyangka, sahabatnya yang selama ini dia percaya, sahabatnya yang selama ini begitu baik padanya mampu mengecewakan.Dia benar-benar tak percaya Evan tega menjebaknya. Dan yang membuatnya tak habis pikir Riri ikut bersekongkol menjerumuskannya.Sahabat macam apa mereka?"Gue nggak nyangka aja Gilang, mereka sahabat gue yang selama ini gue anggap udah kayak saudara sendiri." Safira menatap Gilang dengan sorot menyiratkan kesedihan.Gilang mengusap bahu gadis itu. "Berarti mereka bukan sahabat. Nggak ada sahabat kayak gitu. Kamu udah salah nganggap mereka sahabat.""Temen aku selama ini cuman mereka Gilang. Kalau nggak ada mereka, aku nggak punya siapa-siapa. Aku sendirian.""Mending sendiri daripada punya sahabat kayak mereka. Sekarang kamu tau, kan, mereka sebenarnya kayak gimana?"

  • Persona   Bab 68

    "Fajar, apa yang udah lo lakuin ke temen gue?!"Evan menarik kerah baju Fajar, tatapan nyalangnya menghunus tepat ke mata Fajar. Evan mencari Fajar di gedung sekolah itu sampai akhirnya dia menemukan Fajar sedang berjalan gontai di lorong sekolah itu. Langsung saja dia menginterogasi temannya itu.Bukannya terkejut, Fajar malah terlihat santai. "Apa, sih, maksud lo?""Nggak usah berlagak bego! Gue tau lo niat buruk ke Safira dan karena itu gue liat Safira lari-lari ke depan. Apa yang udah lo lakuin, hah!"Fajar menatap Evan tak percaya. Baru kali ini Evan bersikap sekasar itu padanya dan itu semua karena Safira."Iya, gue emang bawa Safira ke sini. Tapi gue nggak niat macam-macam. Lo udah salah paham pasti, nih, lagian lo tau dari mana tentang niat gue? Lo negatif thingking sama gue.""Dari awal gue merhatiin kedekatan lo sama Safira. Gue sama Riri curiga sama lo. Diam-diam gue masang penyadap di handphone Safira buat mastiin kalau Safira ba

  • Persona   Bab 67

    "Gilang?" Safira melihat Gilang yang duduk di atas motornya dalam keadaan mesin motor masih menyala dengan tatapan tak percaya. "Kamu kenapa lari-lari di jalan, kenceng banget lagi," ucap Gilang. "Kok kamu bisa di sini?" Safira tak kuasa menahan rasa penasarannya. Sontak Safira berjalan mendekat ke Gilang. "Kamu kenapa, Fir?" Gilang heran melihat gelagat Safira seperti orang ketakutan. Safira menggenggam lengan Gilang yang memegang setang motor. "Aku takut banget. Tolong bawa aku dari sini, nanti aku ceritain, cepetan!" Gilang mengangguk cepat. "Iya, iya. Ayo naik."Safira pun naik ke boncengan Gilang sebelum akhirnya motor itu melaju kencang. Riri melihat itu semua dengan keheranan. Kehadiran Gilang yang tiba-tiba dan Safira yang pergi bersama Gilang entah ke mana. "Kurang ajar si Gilang," umpat Riri geram. *** Di sepanjang perjalanan Safira hanya diam sembari tangannya tak lepas dari m

DMCA.com Protection Status