Beranda / Pernikahan / Perselingkuhan berkedok Iba / 57. Apa dia anakmu, Mas?

Share

57. Apa dia anakmu, Mas?

Penulis: ZuniaZuny
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
"Halo Shafira."

"Ka- kamu??

Shafira tahu betul siapa saat ini yang berada di depannya. Meski mereka tidak pernah bertatap muka, namun wajah itu sangat dikenal oleh Shafira.

"Thika?!" panggil Aini mendekat, merasa syok atas kedatangan wanita yang mengusik kehidupan anaknya.

"Assalamualaikum Budhe, bagaimana kabarnya?"

"Waalaikumsalam. Aku baik," jawab Aini sambil menatap Shafira, khawatir jika sang menantu menilai buruk terhadap sikapnya.

Shafira sendiri menatap nanar interaksi kedua wanita di depannya. Saat ini pikirannya sangat kalut, ada rasa tak percaya jika Thika berani datang kemari dengan percaya diri. Rasanya Shafira ingin segera pergi dari tempat ini, pergi sejauh mungkin agar tak ada yang menemukannya. Entah mengapa masalah ini kembali dihadapkan kepadanya? Safira pikir sudah berakhir, namun nyatanya?

"Siapa yang mengundangmu, kemari?" tanya Aini kepada Thika.

"Aku? tentu saja aku diundang oleh Mas Satria."

"Apa?!" tanya Safira dan Aini bersamaan.

Tangan Shafira meng
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Perselingkuhan berkedok Iba   58. Diusir dari rumah Satria

    "Shafira. Maaf ,..."Satria menggandeng tangan Thika dan membawanya keluar rumah.Shafira melihat kepergian Satria, merasakan sakit yang mendalam, hatinya teriris perih, tangis pun tak terbendung lagi. Belum sembuh luka hatinya, sekarang Satria menambahkan lagi luka yang lebih dalam.'Kamu sungguh tega mas,' batin Shafira menahan kekecewaan.Srekh."Pergilah Thika. Masalah ini selesai, aku tak bisa membantumu lagi, selesaikan masalahmu sendiri.""Tapi Mas, kamu kan sudah berjanji untuk membantuku? Ya nggak bisa gitu dong Mas? Mana janjimu?" keluh Thika.Satria menatap tajam pada Thika dan berkata, "aku memang berjanji akan membantumu tapi belum juga aku tangani, kamu malah menambah masalah di hidupku. Untuk itu aku tak bisa memenuhi janjiku.""Pulanglah!"Satria berbalik hendak masuk rumah namun langkahnya terhenti saat mendengar isak tangis Thika."Hiks, hiks.""Kamu tega Mas Satria."Hati Satria bergetar, dilema antara memenuhi janji atau melupakannya.Melihat Thika menangis seperti

  • Perselingkuhan berkedok Iba   Aborsi

    Satria bergidik ngeri mendengar ancaman dari ibu kandungnya sendiri. Memang Satria disini salah, sebagai seorang laki laki kurang tegas dalam hal pendirian. Sudah untung sang istri sangat baik, mau memaafkan dan mengerti alasan dibalik semua yang Satria lakukan."Maaf ya Shafira. Aku benar benar minta maaf. Aku berjanji tak akan menemui Thika ataupun berhubungan dengannya."Lagi lagi, Satria mengucap janji untuk kesekian kali."Sudahlah Mas, aku mau istirahat.""Baiklah. Istirahatlah, aku akan pergi."Satria pergi meninggalkan Shafira, memilih untuk tidur di ruang tamu. Malam ini biarlah menjadi bukti atas penyesalan seorang Satria. Sebagai kepala keluarga, dia sama sekali tak bisa menentukan mana yang harus dilakukan sebagai kepala keluarga.Shafira sendiri sudah tak mau menangisi seorang Satria. Air matanya sudah mengering secara sia sia. Percuma bersedih jika setelah itu kembali tertawa seolah tak ada masalah yang menghampiri keluarga ini.****Thika sedang mengalami masa- masa sul

  • Perselingkuhan berkedok Iba   60. Satria benar benar Gila

    Dokter Sofi memandang nanar seorang Thika yang berniat menggugurkan kandungan tanpa ditemani sanak keluarganya. Mungkin karena hal itu juga, Thika membuat keputusan besar ini.Mereka menuju ruang operasi. Thika berbaring dengan gusar, ada perasaan takut, gugup dan gelisah, semua rasa bercampur aduk saat ini."Biasa saja Nyonya Thika, tidak usah takut," ucap Sofi."Ba– baik Dokter.""Tarik nafas dalam dan keluarkan, rileks ya?"Detik berikutnya ,..."Aaakh!"Tika menjerit hebat saat Dokter Sofi memberikan anestesi lokal pada bagian serviks Thika. Dokter segera memulai prosedur aborsi pada janin Thika.Membutuhkan waktu 20 menit untuk melakukan operasi ini. Setelahnya Thika dibiarkan terbaring di ruang rawat inap hingga obat biusnya hilang.Setelah menjalani prosedur operasi dan obat bius hilang sepenuhnya, Thika merasa sakit yang luar biasa, baik secara fisik maupun emosional. Fisik karena tubuhnya dipaksa mengeluarkan janin tak berdosa sedangkan emosional karena disaat seperti ini, t

  • Perselingkuhan berkedok Iba   61. Secercah Harapan

    "Kamu ingin memastikan jika aku pergi menemui Thika. Begitu kan?" tanya Satria.Shafira ingin sekali mengatakan iya dengan lantang namun lidahnya seolah kelu sehingga diputuskan untuk diam saja."Kamu masih saja mencurigaiku Shafira, jadi untuk apa aku berjanji padamu jika aku melanggarnya? Percuma saja," keluh Satria keluar kamar berpindah ke ruang tamu.Sebenarnya tadi Satria berniat untuk ke tempat Thika namun saat sampai di perjalanan, dia teringat Maya. Wajah menangis dan tatapan bayi itu terus menghantui setiap langkahnya. Sebagai seorang Ayah, Satria tentu memikirkan anak anaknya, kesehatannya sehingga disaat seperti ini, Satri kembali ragu untuk melajukan motornya kepada Thika.Pikiran Satria sungguh bimbang antara Thika dan Maya. Lama berfikir, Satria akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah namun betapa kecewa Satria saat mendapati sikap acuh dan rasa curiga dari Shafira, istrinya.Lelaki dimana saja, jika dicurigai dia akan menjadi jadi, tak terkecuali Satria. Dia lelah, d

  • Perselingkuhan berkedok Iba   62. Bahagianya

    Manusia diuji Allah SWT dari segi manapun, jika tidak rizki ya kesehatan, bisa anak, orang tua ataupun suami seperti yang terjadi pada Shafira. Untuk saat ini dia diuji dari keuangan dan suami.Shafira ikhlas menjalani semua takdir dari Allah SWT. Mungkin ini semua sudah digariskan untuknya, mengalah dari sikap Satria.Setiap hari, setiap malam, Shafira terus berdoa, "lunakkan hati suamiku yang keras seperti batu ya Allah, semoga dia berubah dan kembali seperti Satria-ku yang dulu."Dan kali ini sepertinya Allah SWT menjawab Doa yang selama ini Shafira panjatkan.Malam ini, Satria dan Shafira sedang duduk berdua di pelataran rumah mereka. Angin malam menambah hawa dingin yang menyeruak masuk ke tubuh masing masing. Hal itu membuat Shafira memutuskan untuk masuk ke dalam rumah."Aku mau masuk dulu mas," ucap Shafira sambil berdiri hendak pergi."Shaf, bagaimana jika kita pergi ke suatu tempat untuk merayakan anniversary kita?"Degh."Kamu ingat hari anniversary kita, Mas?" tanya Shafir

  • Perselingkuhan berkedok Iba   63. Sahabat di masa lalu

    Satria bersama keluarga menginap selama tiga hari di kebun teh Bogor. Sengaja menyewa satu cottage yang disediakan pihak perkebunan sebagai daya tarik wisatawan untuk beristirahat.Selain murah dan menarik, cottage yang dipilih Satria letaknya cukup strategis, sehingga sangat cocok untuk duduk bersantai menikmati indahnya perkebunan teh di sore hari.Fasilitas Cottage yaitu tiga kamar tidur lengkap dengan kamar mandi di dalamnya. Ada dapur, ruang makan dan satu ruang santai. Semua sudah ada di dalam cottage, termasuk perlengkapan makan, mandi dan sholat serta printilan lainnya, kita tinggal menempati saja.Anak anak sangat bahagia, begitu juga Aini, Satria dan Shafira. Mereka menikmati hawa sejuk cenderung dingin di sore hari sambil menikmati pemandangan kebun teh.Slurp."Em, teh disini sangat enak, ya? baunya juga harum khas teh melati," ucap Shafira yang dijawab anggukan kepala oleh Aini dan Satria.Hari itu cuaca mendung, Zico duduk di kursi rotan di sebuah gazebo sebelah cottage m

  • Perselingkuhan berkedok Iba   64. Pelakor Jahannam

    "Dasar gila?!" umpat Shafira membaca pesan dari Thika.Satria berinisiatif melihat pesan tersebut."Apa apaan ini. Jangan percaya Thika, Shaf."Aini juga tak kalah heboh, ikutan melihat ponsel Shafira."Ayo kita pulang, Satria, akan aku beri pelajaran itu si Thika. Kok aku jadi kesal sekali."Aini berhasil terprovokasi dan meminta Satria untuk pulang padahal Shafira sendiri berusaha memendam amarahnya. Tiba tiba ,...Tok, tok, tok.Pintu diketuk dari luar. Satria segera mengecek siapa yang datang.Ceklek."Kamu?!"15 menit sebelumnya.Zico berjalan mendekati cottage perkebunan teh tempat Shafira tinggal. Dia mengetuk pintu dengan hati berdebar, tidak sabar untuk memberitahukan kabar yang baru saja ia dapatkan kepada sahabatnya itu. Satria membuka pintu dan terkejut melihat Zico datang tanpa pemberitahuan."Kamu?" tanya Satria."Zico? Ada apa kamu datang ke sini? Apakah ada masalah?" tanya Shafira yang kepalanya muncul di belakang Satria."Shafira, kamu perlu tahu sesuatu. Aku menemuka

  • Perselingkuhan berkedok Iba   65. Apakah ini karma?

    "Camkan perkataanku?!" ucap Aini melangkahkan kaki pergi meninggalkan Thika dalam keterpurukan.Thika sungguh merasakan sakit yang hebat. Tak hanya badannya tapi juga hatinya.Dengan tangan bergetar, Thika mengirim pesan pada Satria."Mas, apa apaan ini? Kenapa kamu menyuruh ibumu untuk datang kesini? Aku memintamu untuk datang tapi kenapa malah wanita cerewet itu yang datang. Jika kamu benar benar berniat menolong, kamu seharusnya bertanggung jawab penuh mas hingga masalahku selesai. Aku kecewa padamu, Mas."Satria membuka pesan dari nomor asing. Pesan dibaca Satria berkali kali, mencoba mencerna semua kalimat di dalam pesan dari nomor asing yang tak lain WA dari Thika. Bagi Satria, janji kepada istrinya adalah hal yang paling penting untuk ditepati.Satria segera membalas pesan dari Thika."Maaf Thika, aku sudah berusaha menolongmu jadi sekarang aku sudah gugur dalam semua janji. Terima kenyataan dan hiduplah bahagia dengan lelaki yang mencintaimu di masa depan. Terima kasih untuk s

Bab terbaru

  • Perselingkuhan berkedok Iba   74. Janji setia

    "Kenapa buru buru? Tidak mau mampir dulu?" sapa Satria yang kini sudah berada di belakang Shafira."Mas Satria?"Shafira kaget bukan main mendengar suara bariton sang suami, segera mendekat dan menjelaskan situasi saat ini. "Mas, aku bisa jelaskan bagaima–""Tidak perlu kamu jelaskan, aku sudah mengerti. Sekarang kamu masuk dan tidurkan Maya," potong Satria sambil menatap Maya yang terlelap di gendongan ibunya."Baik."Shafira melipir ke dalam rumah tanpa berpamitan pada Zico. Dia sungguh takut terjadi hal yang tidak diinginkan karena salah paham. Tak langsung masuk kamar, melainkan mondar mandir di belakang pintu sambil sesekali mengintip Zico dan suaminya. "Sedang apa kamu?"Shahira terjengkang, reflek menoleh ke belakang. "I–ibu."Aini mendekat dan mengelus pelan tangan Maya, "aduh kasihan cucu nenek. Seharian diajak keluar, panas panas gini. Cepat tidurin Maya, badannya pasti sakit semua karena kamu gendong terus."Shafira mengangguk, merasa lega karena ibu mertuanya itu hanya fok

  • Perselingkuhan berkedok Iba   73. Zico dan Shafira

    "Biar Mila, aku yang gendong," ucap seseorang."Kamu …. Zico?"Ya lelaki itu adalah Zico, sahabat Shafira Zico mendekati Shafira dengan langkah ragu. Dia memperhatikan wanita itu yang tengah menggendong bayi di satu tangan dan anak yang lebih tua berpegangan di tangan lainnya. Matanya yang sayu tidak bisa berpaling dari sosok yang dulu pernah dia impikan sebagai pendamping hidupnya."Shafira, kamu terlihat baik," kata Zico, mencoba menyembunyikan rasa sakit yang menggurita di dadanya.Shafira menoleh, terkejut namun segera menyusun raut wajahnya menjadi senyum sopan. "Oh, iya Zico. Terima kasih sudah peduli. Kamu, apa kabar?" tanya Shafira, suaranya terdengar lelah namun tetap hangat."Aku baik.""Em, mengapa kamu ada di Jakarta? Bukannya kamu ….""Aku sedang berlibur.""Owh," ucap Shafira sambil mengangguk mengerti dan tersenyum manis.Di balik senyumnya, Zico merasakan pahit. Dia tahu, sebagian dari dirinya iri melihat Shafira yang tampak begitu kuat dan tegar, meski kehidupannya p

  • Perselingkuhan berkedok Iba   72. Siapakah yang datang?

    Aini berdiri tegak dengan tatapan tajam, memancarkan emosi tak terkendali. Ia menatap Shafira dengan pandangan yang menyiratkan kesal dan kecewa. "Shafira, bagaimana kau bisa begitu percaya pada Iva? Kau tahu betul dia hanya akan datang jika membutuhkan sesuatu dari keluarga kita. Sekarang lihatlah kondisi Maya, panas badannya sangat tinggi, dan kau masih saja tidak berangkat ke rumah sakit! Apa kau tidak sayang pada cucuku?"Shafira terdiam, tampak menahan tangis. Ia mencoba menjelaskan, "Tapi Bu... Iva bilang dia akan membantu..."Aini memotong perkataan Shafira dengan suara keras, "Cukup! Jangan sebut-sebut nama Iva lagi! Aku tidak ingin mendengarnya! Sekarang, kau segera bawa Maya ke rumah sakit. Aku tidak peduli bagaimana caranya, tapi pastikan dia segera mendapatkan perawatan yang layak."Shafira ingin sekali marah dan berontak. Bagaimana tidak, hanya itu selalu menyalahkan dirinya, tidak mau menyalakan anaknya, Satria. Mestinya seorang ibu akan menyuruh anaknya mengantar sang m

  • Perselingkuhan berkedok Iba   71. Sakitnya anak, hanya Ibu yang tahu

    Iva menjawab panggilan dengan pelan, "Halo Mbak Safira, ada apa apa?""Va, kamu baik-baik saja kan?""Iya, aku baik."Ahmad mengambil alih ponsel Iva dan menekan tombol speaker."Syukurlah jika kamu baik-baik saja, Va. Aku takut jika Ahmad menghajarmu lagi."Ahmad melotot tajam pada Iva."Tidak kok, mbak. Dia sudah tidur."“Ya sudah kalau begitu. Oh ya Va, mengenai Mas Satria yang tak mau menemui kamu, aku benar-benar minta maaf ya, Va."Ahmad semakin geram, tangannya mengepal erat. Semua pertanyaan yang ditujukan pada Iva, terjawab sudah. Segera disahut ponsel, dimatikan panggilan dan dibanting keras ke kasur. Untung saja tidak ke lantai.Iva hanya bisa melihat semuanya dengan mata sembab, air mata sudah kembali menetes dari sudut matanya.Srekh.Bugh.Bugh.Ahmad kembali melakukan KDRT pada Iva dan parahnya Iva menerima dengan lapang.Baginya, sudah cukup dia berusaha keluar dari masalah dengan meminta bantuan pada orang lain. Pada kenyataannya dia akan kembali ke rumah kontrakan in

  • Perselingkuhan berkedok Iba   70. Ternyata sama saja

    Iva terdiam mendengar ucapan Shafira, menimang nimang kembali keputusannya. "Aku yakin Mbak, Ahmad gak akan berani memukulku. Mbak Shafira tenang saja. Jika dia memukulku, aku akan melawannya."Shafira tersenyum dan berkata, "bagus itu, kamu harus berani menentang hal yang salah. Jangan biarkan Ahmad terus menindasmu." Dipeluk erat adik yang menjadi teman suka dan duka Shafira selama ini.Iva pergi dengan was was menuju rumah kontrakan. Disana Ahmad sudah menunggu. "Dari mana kamu?"Shafira terdiam sesaat, langkahnya dipercepat masuk kamar. Jika biasanya Iva akan bersalaman dan mencium punggung tangan Ahmad, kali ini tidak dilakukan. Ada rasa nyeri menyelubungi hatinya "Va, jawab pertanyaanku? Apa susahnya menjawabnya? Jangan membuat aku marah," ucap Ahmad sambil berlari mengejar Iva. Hampir saja pintu ditutup namun Ahmad sempat menggapai pinggiran pintu."Aku mau istirahat Mas.""Jawab dulu pertanyaanku." Melihat Iva terdiam, Ahmad tahu darimana istrinya itu pergi. "Kamu dari rumah

  • Perselingkuhan berkedok Iba   69. KDRT

    Shafira terduduk di kursi dengan malas sambil memegang secangkir teh hangat, pandangannya kosong menatap jendela rumah yang terbuka lebar. Dalam lamunan, ia teringat akan memori indah bersama almarhumah ibunya, membuat wingko babat dengan resep ibunya. Hasil eksekusi pertama waktu digigit seperti batu, alotnya minta ampun.Setelah diteliti lagi, ternyata adonan tidak diberi air sehingga tekstur menjadi keras seperti batu. Mungkin saat itu sang ibu sudah pikun padahal usianya enam puluh sembilan tahun. Mereka tertawa bersama mengingat Adonan yang kekurangan air seperti mereka yang kekurangan cairan, butuh Aqua.Shafira tersenyum kecil, mengenang saat-saat bahagia ketika sang ibu masih ada di sisinya.Namun, lamunan Shafira harus terhenti saat Mira, putri sulungnya, memanggil namanya, "Ma, mama" dan menggoyangkan tubuhnya pelan. "Ada apa, sayang?" tanya Shafira dengan suara lembut, berusaha menyembunyikan kesedihan yang tengah menghampirinya."Mama melamun, ya?" tanya Mira dengan polos

  • Perselingkuhan berkedok Iba   68. Minta uang pengadaian

    Shafira menatap Aini, mertuanya, dengan kecewa mendalam ketika mendengar ucapan wanita itu. "Kamu harus menjual apa saja yang kamu miliki!"Shafira merasa bingung dan tidak mengerti apa maksud di balik kata- kata itu.Sampai malam larut, Shafira terjaga di kamarnya, berpikir keras tentang apa yang bisa dijual untuk memenuhi permintaan Aini. Pilihan jatuh pada gelang emas seberat lima gram yang pernah diberikan Satria, sebagai hadiah saat mereka merayakan ulang tahun pernikahan pertama. Meskipun berat hati, Shafira memutuskan untuk membawa gelang tersebut ke pegadaian demi menjaga keharmonisan keluarga.Keesokan harinya.Di pegadaian, Shafira menghadapi perdebatan sengit dengan pemilik pegadaian yang awalnya menawarkan harga jauh dibawah nilai gelang tersebut. "Maaf Bu, saya hanya bisa memberi dua juta.""Ya Allah pak, saya belinya pas dollar naik pak, kenapa cuma dapat segitu," keluh Shafira."Tapi memang dapatnya segitu, Bu."Shafira menahan air matanya sambil berusaha menjelaskan

  • Perselingkuhan berkedok Iba   67. Jual yang kamu miliki!

    Satria baru saja pulang dari perusahaan barunya dengan raut wajah murung dan tatapan hampa. Dia merasa kecewa karena kembali dipecat dan harus menghadapi kenyataan bahwa dia kembali menjadi pengangguran. Langkah kakinya terasa berat seiring pikirannya yang melayang tentang bagaimana kehidupan rumah tangganya ke depan.Shafira, istrinya, yang sedari tadi menunggu di ruang tamu, langsung menyambut Satria dengan wajah cemas. Begitu melihat ekspresi Satria, ia langsung bisa merasakan bahwa sesuatu yang buruk baru saja terjadi."Mas Satria, ada apa? Kamu kenapa?" tanya Shafira dengan nada khawatir.Lelaki tampan itu hanya bisa menghela nafas panjang, lalu ia menggenggam tangan Shafira erat. "Aku dipecat lagi, Shaf. Aku benar- benar tidak tahu harus bagaimana lagi," ungkap Satria dengan suara parau. Mendengar hal tersebut, Shafira merasa seakan jantungnya teriris. Namun, rasa cemas dan kecewa itu mulai bercampur menjadi amarah. Kekhawatiran akan keuangan yang menipis dan masa depan mereka

  • Perselingkuhan berkedok Iba   66. Pengangguran banyak acara

    Satria baru saja kembali ke rumahnya setelah mengalami hari yang sangat berat di kantor. Dia baru saja dipecat dari pekerjaannya karena perusahaan mengetahui berita tentangnya.Dengan berat hati, Satria harus memberitahu istrinya."Shafira, aku mau bicara sebentar.""Bicaralah, Mas."Shafira menghentikan aktivitas memotong sayur, sore ini Shafira berniat membuat tumis kangkung."Em, maaf ya. Mas dipecat dari perusahaan.""Apa Mas?!"Mendengar kabar tersebut, Shafira merasa sangat kaget, kecewa dan kesal. Selama ini, dia selalu mendukung Satria untuk bekerja keras demi mencapai karir yang lebih baik. Namun, sekarang, semua usaha tersebut seakan sia-sia. Shafira merasa cemas tentang masa depan mereka, terutama anak anak karena mereka baru saja mempunyai bayi dan belum memiliki tabungan yang cukup untuk menghadapi situasi seperti ini."Maaf Shafira, Maafkan aku," ucap Satria merasa sangat bersalah atas apa yang terjadi."Aku janji, aku akan mencari pekerjaan baru dengan segera," imbuh S

DMCA.com Protection Status